Anda di halaman 1dari 49

PROPOSAL KARYA TULIS ILMIAH

GAMBARAN KESADARAN PENDUDUK KABUPATEN SLEMAN


TERHADAP HIPERTENSI

Disusun oleh
YOGA AJIE LAKSONO
20140310053

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER


FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
2016
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah
melimpahkan segala rahmat dan nikmat-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan karya tulis ilmah ini yang berjudul “Gambaran Kesadaran
Penduduk Kabupaten Sleman Terhadap Hipertensi”. Karya Tulis Ilmiah ini
disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh derajat sarjana kedokteran.
Penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini tentunya tidak lepas dari peran dan bantuan
berbagai pihak. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan
teriama kasih sebesar-besarnya kepada :

1. Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah sehingga penulis
dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.
2. dr. H. Ardi Pramono, Sp.An, M.Kes., selaku dekan Fakultas Kedokteran
dan Ilmu Kesehatan Universitas Muahmmadiyah Yogyakarta
3. dr. Dita Ria Sp.PD, M.Kes. selaku dosen pembimbing yang telah
meluangkan waktu untuk membimbing dan memberi bantuan kepada
penulis dalam menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.
4. dr. Fitria Nurul selaku dosen penguji.
5. Ayahanda tercinta dan Ibunda tercinta yang selalu memberikan dukungan
moril, materil, serta doa yang terus dipanjatkan selama ini untuk
kesukseskan kami. Semoga kami bisa menjadi kebanggaan orang tua.
6. Kakak perempuan dan adik perempuan tercinta yang telah memberikan
semangat dan doa. Semoga kalian bisa selalu menjadi anak yang berbakti
kepada orang tua dan menjadi kebanggaan orang tua juga.
7. Keluarga besar tercinta yaitu yang telah memberikan semangat dan doa.
8. Teman teman FK 2014 seperjuangan Teman-teman angkatan 2014
lainnya, sukses untuk kita semua. Semoga tetap terjaga persaudaraan kita.
Semoga kelak bisa menjadi dokter yang baik, bermanfaat dan dapat
mengharumkan almamater kita tercinta.
9. Teman-teman satu kelompok bimbngan Re Sakti Arya Putra, Ahmad
Aulia Rahman, Ghifari Syabani.
10. Alviani Rizkiana Putri yang selalu memberikan semangat, motivasi, dan
doa sekaligus tempat berbagi rasa dalam penulisan Karya Tulis Ilmiah ini.
11. Semua pihak yang tidak bisa di sebutkan satu per satu.

ii
Penulis menyadari bahwa karya tulis ilmiah ini masih jauh dari kesempurnaan,
maka kritik dan saran yang membangun dari pembaca sangat diharapkan untuk
penyempurnaan selanjutnya. Semoga Karya Tulis Ilmiah ini dapat bermanfaat
bagi penulis dan pembaca.

Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Yogyakarta, 26 Mei 2016

Yoga Ajie Laksono

iii
DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL .................................................................................................. vi


DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ vii
DAFTAR SINGKATAN ..................................................................................... viii
BAB I ...................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN ............................................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah ........................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .................................................................................... 5
C. Tujuan ....................................................................................................... 5
D. Manfaat Penelitian .................................................................................... 6
E. Keaslian Penelitian ................................................................................... 6
BAB II ..................................................................................................................... 9
TINJAUAN PUSTAKA ...................................................................................... 9
A. Hipertensi ................................................................................................. 9
B. Kesadaran (awareness) ........................................................................... 23
C. Kerangka Teori ....................................................................................... 26
D. Kerangka Konsep ................................................................................... 27
BAB III ................................................................................................................. 28
METODE PENELITIAN .................................................................................. 28
A. Desain Penelitian .................................................................................... 28
B. Populasi dan Sampel Penelitian ............................................................. 28
C. Lokasi dan Waktu Penelitian .................................................................. 29
D. Instrument Penelitian .............................................................................. 29
E. Jalannya Penelitian ................................................................................. 30
F. Pengelolaan dan Metode Analisis Data .................................................. 30
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 38

iv
v
DAFTAR TABEL

Tabel 1. Klasifikasi Hipertensi untuk Usia ≥ 18 tahun. (The Eight Joint National
Committee (JNC) 8th, 2014)

Tabel 2. Definisi dan Klasifikasi Tekanan Darah dari European Society of


Hypertension (ESH). (The Eight Joint National Committee (JNC) 8th,
2014)

vi
DAFTAR GAMBAR

vii
DAFTAR SINGKATAN

JNC : Joint National Committee

CFR : Case Fatality Rate

WHO : World Health Organization

viii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Hipertensi sering juga disebut sebagai “the silent killer” karena

hipertensi itu sendiri tidak menimbulkan tanda serta gejala secara spesifik.

Tetapi kadang beberapa gejala seperti sakit kepala, pusing, lelah banyak

dihubungkan dengan hipertensi. Gejala non spesifik tersebut kadang juga bisa

ditemui pada orang dengan keadaan tekanan darah normal. Hipertensi biasanya

diketahui setelah seseorang melakukan pemeriksaan umum secara rutin atau

ketika pasien meminta saran tenaga kesehatan terhadap komplikasi yang

dialaminya (Ganong, 2009)

Dari beberapa penelitian dilaporkan bahwa penyakit hipertensi yang

tidak terkontrol dapat menyebabkan peluang tujuh kali lebih besar terkena

stroke, enam kali lebih besar terkena congestive heart failure, dan tiga kali

lebih besar terkena serangan jantung (WHO, Hypertension, 2013)

Proporsi hipertensi di seluruh dunia tahun 2008 pada laki-laki sebesar

29,2% dan pada wanita sebesar 24,8%. Negara Afrika merupakan salah satu

negara di dunia dengan proporsi hipertensi tertinggi baik pada laki-laki

(38,1%) maupun perempuan (35,5%). Sedangkan negara dengan proporsi

hipertensi terendah pada laki-laki terdapat di Asia Tenggara sebesar 25,4% dan

1
2

pada wanita terdapat di sebagian wilayah Amerika sebesar 19,7%

(WHO, Hypertension, 2013)

Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskedas, 2007), 76 persen

kasus hipertensi di masyarakat Indonesia belum terdiagnosis. Hal ini terlihat

dari hasil pengukuran tekanan darah pada usia 18 tahun ke atas ditemukan

prevalensi hipertensi di Indonesia sebesar 31,7%. Dari 31,7 % prevalensi

hipertensi tersebut diketahui yang sudah mengetahui memiliki tekanan darah

tinggi (hipertensi) berdasarkan diagnosis tenaga kesehatan adalah 7,2% dan

kasus yang minum obat hipertensi hanya 0,4%. Berdasarkan data Menteri

Kesehatan RI (2013), penyakit hipertensi termasuk penyakit dengan jumlah

kasus terbanyak pada pasien rawat jalan yaitu 80.615 kasus. Hipertensi

merupakan penyakit penyebab kematian peringkat ketiga di Indonesia dengan

CFR (Case Fatality Rate) sebesar 4,81%. Berdasarkan data Riset Kesehatan

Dasa (Riskesdas, 2013) prevalensi hipertensi di Indonesia adalah sebesar

26,5% dan cakupan diagnosis hipertensi oleh tenaga kesehatan mencapai

36,8%, atau dengan kata lain sebagian besar hipertensi dalam masyarakat

belum terdiagnosis (63,2%).

Berdasarkan data Hipertensi dan penyakit kardiovaskular lainnya pada

rumah sakit di Daerah Istimewa Yogyakarta merupakan penyebab kematian

tertinggi (Dinkes Yogyakarta, 2013). Hasil riset kesehatan dasar tahun 2013

menempatkan D.I Yogyakarta sebagai urutan ketiga jumlah kasus hipertensi di

Indonesia berdasarkan diagnosis dan/atau riwayat minum obat. Hal ini

mengalami kenaikan jika dibandingkan dari hasil riset kesehatan dasar pada
3

tahun 2007, dimana D.I Yogyakarta menempati urutan kesepuluh dalam

jumlah kasus hipertensi berdasarkan diagnosis dan/atau riwayat minum obat

(Menteri Kesehatan RI, 2013)

Saat ini banyak usaha yang di upayakan untuk mengatasi masalah

hipertensi, Departemen Kesehatan telah menyusun kebijakan dan strategi

nasional pencegahan dan penanggulangan penyakit hipertensi yang meliputi 3

komponen utama yaitu survailans penyakit hipertensi, promosi dan pencegahan

penyakit hipertensi serta menejemen pelayanan penyakit hipertensi. Hal

tersebut bertujuan untuk pencegahan dan penanggulangan penyakit hipertensi,

dan merujuk pada angka prevalensi hipertensi yang terus meningkat setiap

tahunnya. Maka dari hal tersebut diperlukan suatu strategi yang dapat membatu

petugas maupun masyarakat untuk dapat mengetahui sedini mungkin

kecenderungan penyakit hipertensi (Menteri Kesehatan RI, 2006)

Banyaknya faktor yang mungkin berpengaruh terhadap timbulnya

penyakit hipertensi diantaranya adalah genetik, asupan garam, obesitas,

merokok, alkohol dan jarang berolahraga. Faktor genetik membuktikan bahwa

kejadian hipertensi lebih banyak dijumpai pada pasien kembar monozigot

daripada heterozigot, jika salah satunya menderita hipertensi (Suyono, 2006)

Asupan garam yang tinggi dapat meningkatkan tekanan darah arterial karena

kadar natrium dalam darah yang tinggi dapat meningkatkan volume darah, dan

sifat natrium yang meresap air hingga tekanan darah dan denyut jantung

meningkat (Dhianingtyas & Hendrati, 2006). Beberapa studi menunjukkan

bahwa seseorang yang mempunyai kelebihan berat badanlebih dari 20% dan
4

hiperkolesterol mempunyai risiko yang lebih besar terkena hipertensi. Faktor

risiko tersebut pada umumnya disebabkan oleh pola hidup (life style) yang

tidak sehat. Faktor social budaya masyarakat Indonesia berbeda dengan social

budaya masyarakat di negara maju, sehingga faktor yang berhubungan dengan

terjadinya hipertensi di Indonesia kemungkinan berbeda pula (Setiawan, 2006).

Hipertensi merupakan awal dari beberapa komplikasi dalam masalah

kesehatan, komplikasi tersebut diantaranya terdiri dari stroke, infark

miokardium, gagal ginjal, encephalopathy yang apabila tidak segera dilakukan

tindakan penyembuhan akan sangat berbahaya dan dapat mengurangi kualitas

hidup (morbiditas). Tidak sedikit kasus atau kejadian yang menempatkan

hipertensi sebagai faktor utama penyebab awal kematian (mortalitas).

(Ardiansyah, 2012)

Prevalensi hipertensi di dunia selalu meningkat setiap tahunnya. Hal ini

tidak lepas dari kepedulian dan kesadaran diri sendiri dalam mengontrol

tekanan darah (Jain, 2011)

Untuk dapat memahami tentang mengontrol diri maka diperlukan

kesadaran akan perilaku kesehatan yang baik. Menurut konsep Health Belief

Model dijelaskan bahwa perilaku kesehatan dari seseorang didasari oleh 3

faktor essensial yaitu: (1) Kesiapan individu untuk mengubah perilaku dalam

rangka menghindari suatu penyakit atau memperkecil risiko kesehatan (2)

Adanya dorongan dalam lingkungan individu (Awareness) yang membuatnya

merubah perilaku (3) Perilaku itu sendiri. Ketiga faktor di atas dipengaruhi

oleh faktor-faktor lain yang berhubungan dengan kepribadian dan lingkungan


5

individu, serta pengalaman berhubungan dengan kepribadian dan lingkungan

individu, serta pengalaman berhubungan dengan saran dan petugas kesehatan

(Herquanto, 2009)

Dengan belum adanya penelitian deskriptif prevalensi dan kesadaran

penduduk Kabupaten Sleman tentang hipertensi, peneliti ingin mengetahui data

tentang gambaran kesadaran penduduk Kabupeten Sleman terhadap hipertensi

sehingga dapat digunakan sebagai sebagai studi prevalensi. Hal ini sesuai

dengan hadits:

‫للناس أَ ْنفَعه ْم الناس َخيْر‬

“Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia”

(HR. Ahmad, ath-Thabrani, ad-Daruqutni. Hadits ini dihasankan oleh al-Albani

di dalam Shahihul Jami’ no: 3289).

B. Rumusan Masalah

Bagaiamana gambaran kesadaran penduduk Kabupaten Sleman terhadap

hipertensi?

C. Tujuan

Mengetahui gambaran kesadaran penduduk Kabupaten Sleman terhadap

Hipertensi
6

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Instansi Terkait Khususnya Dinas Kesehatan Kabupaten Sleman

Penelitian ini dapat memberikan informasi mengenai pengetahuan

dan kesadaran masayarakat Kabupaten Sleman tentang hipertensi

sehingga dapat menjadi tambahan bahan masukan dan kajian dalam

pengambilan kebijakan dan tindakan.

2. Bagi Masyarakat

Penelitian ini dapat memberikan masukan dan informasi pada

masyarakat khususnya penderita hipertensi tentang pentingnya kesadaran

terhadap hipertensi, sehingga dapat menurunkan tekanan darah dan

stadium hipertensi dapat dikontrol untuk menghindari komplikasi.

3. Bagi Peneliti Lain

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan acuan dan

informasi data bagi peneliti lain untuk meneliti tentang hipertensi secara

lebih mendalam.

E. Keaslian Penelitian

Peneliti Judul Desain Variabel Hasil Perbedaan


(Tahun) Penelitian Penelitian Penelitian
(Tao Xu, Survey of Survei 30682 9216 pegawai Banyaknya
et al., Prevalence, kuesioner pegawai memiliki jumlah
2010) Awareness berisikan: institusi hipertensi, sample tidak
Treatment, karakter pemerinta 5399 sama.
and Control demografi, h dalam diantaranya Dilaksanakan
7

of kesehatan rentang menyadari selama 1


Hypertensio saat ini, usia 18-65 tentang tahun saja.
n among kepribadian, tahun hipertensinya. Tempat
Chinese keluarga, 51.7% penelitian
Govermental riwayat menggunakan
and kesehatan; obat anti-
Institutional gaya hidup hipertensi
Decade pengetahua
n tentang
hipertensi.
Dilakukan
selama 2
tahun
(2007-2009)
(Muham Knowledge, Cross 664 pasien 81.8% sample Tempat
mad Awareness sectional, hipertensi tidak penelitian
Bilal, and Self- interview, yang mengetahui
2016) Care dan memiliki bila hipertensi
Practices of kuesioner gangguan adalah
Hypertensio jantung tekanan darah
n among tinggi. 97.1%
Cardiac sample
Hypertensive populasi tidak
Patients mengetahui
pengukuran
tentang
hipertensi.
7.4% pasien
memiliki
kebiasaan
konsumsi
8

garam yang
tinggi.
(Aida Awareness of Cross warga Terjadi Waktu
Pilav, Hypertensio sectional, negara penigkatan penelitian
2014) n Among kuesioner. Bosnia and angka hanya 1
Adult Herzegovi kejadian tahun.
Population na dewasa hipertensi di Tempat
in the (25-64 negara negara penelitian.
Federation tahun). tersebut dari Penilaian
of Bosnia Dilakukan tahun 2002 terhadap
and selama 10 (41%) sampai kesadaran.
Herzegovina tahun dengan tahun
over the Past (2002- 2012 (42%)
Decade 2012)
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Hipertensi

1. Epidemiologi Hipertensi

Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2007, 76%

kasus hipertensi di masyarakat Indonesia belum terdiagnosis. Hal ini

terlihat dari hasil pengukuran tekanan darah pada usia 18 tahun ke atas

ditemukan prevalensi hipertensi di Indonesia sebesar 31,7%. Dari 31,7 %

prevalensi hipertensi tersebut diketahui yang sudah mengetahui memiliki

tekanan darah tinggi (hipertensi) berdasarkan diagnosis tenaga kesehatan

adalah 7,2% dan kasus yang minum obat hipertensi hanya 0,4%.

Berdasarkan data Kemenkes RI (2012), penyakit hipertensi

termasuk penyakit dengan jumlah kasus terbanyak pada pasien rawat jalan

yaitu 80.615 kasus. Hipertensi merupakan penyakit penyebab kematian

peringkat ketiga di Indonesia dengan CFR (Case Fatality Rate) sebesar

4,81%. Berdasarkan data Riskesdas (2013), prevalensi hipertensi di

Indonesia adalah sebesar 26,5% dan cakupan diagnosis hipertensi oleh

tenaga kesehatan mencapai 36,8%, atau dengan kata lain sebagian besar

hipertensi dalam masyarakat belum terdiagnosis (63,2%).

Berdasarkan data Hipertensi dan penyakit kardiovaskular lainnya

pada rumah sakit di Daerah Istimewa Yogyakarta merupakan penyebab

9
10

kematian tertinggi (Dinkes Yogyakarta, 2013). Hasil riset kesehatan

dasar tahun 2013 menempatkan D.I Yogyakarta sebagai urutan ketiga

jumlah kasus hipertensi di Indonesia berdasarkan diagnosis dan/atau

riwayat minum obat. Hal ini mengalami kenaikan jika dibandingkan dari

hasil riset kesehatan dasar pada tahun 2007, dimana D.I Yogyakarta

menempati urutan kesepuluh dalam jumlah kasus hipertensi berdasarkan

diagnosis dan/atau riwayat minum obat (Menteri Kesehatan RI, 2013)

2. Definisi Hipertensi

Hipertensi adalah tekanan darah sistolik ≥140 mmHg dan tekanan

darah diastolik ≥90 mmHg, atau bila pasien memakai obat antihipertensi.

Hipertensi merupakan gangguan asimtomatik yang sering terjadi ditandai

dengan peningkatan tekanan darah secara persisten (Mansjor, 2007).

Berdasarkan The Eight Joint National Committee (JNC) 8th, 2014,

tekanan darah dengan sistolik 140 mmHg dan diastolik 90 mmHg sudah

mulai di waspadai karena target terapi untuk masyarakat dengan umur 18

tahun ke atas adalah menurunkan tekanan darah sampai di bawah 140/90

mmHg.

3. Klasifikasi Hipertensi

Hipertensi didefinisikan oleh The Eight Joint National Committee

(JNC) 8th 2014 on Detection, Evaluation and Treatment of High Blood


11

Pressure sebagai tekanan yang lebih tinggi dari 140 / 90 mmHg. JNC 8th

juga mengklsifikasikan hipertensi untuk usia ≥ 18 tahun, klasifikasi

hipertensi tersebut dapat kita lihat pada table berikut:

Tabel 1. Klasifikasi Hipertensi untuk Usia ≥ 18 tahun. (The Eight Joint


National Committee (JNC) 8th, 2014)
Klasifikasi Sistolik (mmHg) Diastolik (mmHg) Grade
Normal <120 <80 -
>60 tahun >150 >90 A
<60 tahun >140 >90 A (30-59 tahun)
E (18-29 tahun)
>18 tahun ≥140 ≥90 E
(dengan CKD dan
DM)

Tabel 2. Definisi dan Klasifikasi Tekanan Darah dari European Society


of Hypertension (ESH). (The Eight Joint National Committee
(JNC) 8th, 2014)
Kategori Sistolik (mmHg) - Diastolik (mmHg)
Optimal <120 Dan <80
Normal 120-129 dan/atau 80-44
Normal Tinggi 130-139 dan/atau 85-89
Derajat 1 140-159 dan/atau 90-99
Hipertensi
Derajat 2 160-179 dan/atau 100-109
Hipertensi
Sistolik hipertensi >140 dan/atau <90
terisolasi
I

4. Penyebab Hipertensi

Hipertensi dibedakan menjadi primer dan sekunder. Hipertensi

primer disebabkan karena faktor genetik atau lingkungan. Sedangkan

hipertensi sekunder memiliki berbagai macam penyebab antara lain ginjal,

sistem peredaran darah, dan endokrin. Terhitung hipertensi primer atau


12

essensial terdapat 90-95% kasus pada orang dewasa, dan 2-10% kasus

disebabkan oleh hipertensi sekunder. (Meena, 2014)

Berdasarkan diketahui atau tidak penyebabnya, hipertensi

diklasifikasikan sebagai berikut:

a. Penyebab pasti dari hipertensi ini belum diketahui. Banyak sekali

faktor yang menjadi penyebab terjadinya hipertensi sehingga sering

disebut “multiple factors”. Faktor genetik dan lingkungan sedikit

banyak mempengaruhi terjadinya hipertensi (Muchtadi & Deddy,

2013)

b. Hipertensi sekunder: adalah tekanan darah tinggi yang penyebabnya

diketahui. Antara 10-15% orang dengan tekanan darah tinggi,

mengalami hipertensi sekunder. Gangguan ginjal banyak yang

menyebabkan tekanan darah tinggi karena ginjal penting dalam

mengatur tekanan darah. Kerusakan pada ginjal, dapat mengganggu

kemampuan ginjal untuk mengeliminasi garam dan air dari tubuh,

meningkatnya volume darah dan tekanan darah. Pada 5-10% orang

dengan tekanan darah tinggi, penyebabnya adalah gangguan gunjal,

inflamasi ginjal dan cidera pada ginjal (Kasim, 2007)

5. Tanda-tanda Hipertensi

Pada sebagian besar penderita, hipertensi tidak menimbulkan

gejala, meskipun secara tidak sengaja beberapa gejala terjadi bersamaan

dan dipercaya berhubungan dengan tekanan darah tinggi (padahal


13

sesungguhnya tidak). Gejala yang dimaksud adalah sakit kepala,

perdarahan dari hidung, pusing, wajah kemerahan, dan kelelahan yang bisa

saja terjadi baik pada penderita hipertensi maupun pada seseorang dengan

tekanan darah yang normal (Lingga & Lanny, 2012).

Hipertensi diduga dapat berkembang menjadi masalah kesehatan

yang lebih serius dan bahkan dapat menyebabkan kematian. Sering kali

hipertensi disebut sebagai silent killer karena dua hal, yaitu (Ganong,

2009) :

a. Hipertensi sulit disadari seseorang karena hipertensi tidak memiliki

gajala khusus, gejala ringan seperti pusing, gelisah, mimisan dan sakit

kepala biasanya jarang berhubungan langsung dengan hipertensi.

Hipertensi dapat diketahui dengan mengukur secara teratur.

b. Hipertensi apabila tidak ditangani dengan baik, akan mempunyairisiko

besar untuk meninggal karena komplikasi kardiovaskular seperti

stroke, serangan jantung, gagal jantung, dan gagal ginjal.

Jika timbul hipertensinya berat atau menahun dan tidak terobati,

bisa timbul gejala berikut:

Sakit kepala, kelelahan jantung berdebar-debar, mual, muntah, sesak nafas,

gelisah, pandangan menjadi kabur yang terjadi karena adanya kerusakan

pada otak, mata, jantung, dan ginjal. Telinga berdenging, sering buang air

kecil terutama di malam hari. Kadang penderita hipertensi berat

mengalami penurunan kesadaran dan bahkan koma karena terjadi


14

pembengkakan otak, keadaan ini disebut encephalopathy hypertensive

yang memerlukan penanganan segera (Trisha, 2007)

6. Patofisiologi Hipertensi

Beberapa patofisiologi hipertensi yang paling sering adalah sebagai


berikut:

a. Perubahan anatomi dan fisiologi pembuluh darah

Aterosklerosis adalah kelainan pada pembuluh darah yang

ditandai dengan penebalan dan hilangnya elastisitas arteri.

Aterosklerosis merupakan proses multifaktorial. Terjadi inflamasi pada

dinding pembuluh darah dan terbentuk deposit substansi lemak,

kolesterol, produk sampah seluler, kalsium dan berbagai substansi

lainnya dalam lapisan pembuluh darah. Pertumbuhan ini disebut plak.

Pertumbuhan plak dibawah lapisan tunika intima akan memperkecil

lumen pembuluh darah, obstruksi luminal, kelainan aliran darah,

pengurungan suplai oksigen pada organ atau bagian tubuh tertentu.

(Ardiansyah, 2012)

Sel endotel pembuluh darah juga memiliki peran penting

dalam pengontrolan pembuluh darah jantung dengan cara

memproduksi sejumlah vasoaktif lokal yaitu molekul oksida nitrit dan

peptide endotelum. Disfungsi endothelium banyak terjadi pada kasus

hipertensi primer. (Kasim, 2007)


15

Tekanan darah sistolik maupun tekanan darah diastolik

meningkat sesuai dengan meningkatnya umur. Tekanan darah sistolik

meningkat secara progresif sampai umur 70-80 tahun, sedangkan

tekanan darah diastolik meningkat sampai umur 50-60 tahun dan

kemudian cenderung menetap atau sedikit menurun. Kombinasi

perubahan saat ini sangat mungkin mencerminkan adanya pengkakuan

pembuluh darah dan penurunan kelenturan (compliance) arteri dan ini

mengakibatkan peningkatan tekanan nadi sesuai dengan umur,

diketahui tekanan nadi merupakan prediktor terbaik dari adanya

perubahan structural di dalam arteri. Mekanisme pasti hipertensi

essensial sampai saat ini belum sepenuhnya diketahui secara jelas

(Kuswardhani, 2005).

Tubuh memiliki sistem yang berfungsi mencegah perubahan

tekanan darah secara akut yang disebabkan oleh gangguan sirkulasi,

yang berusaha untuk mempertahankan kestabilan tekanan darah dalam

jangka panjang reflek kardiovaskular melalui sistem saraf termasuk

sistem kontrol yang bereaksi segera. Kestabilan tekanan darah jangka

panjang dipertahankan oleh sistem yang mengatur jumlah cairan tubuh

yang melibatkan berbagai organ terutama ginjal. (Ardiansyah, 2012)

Efek utama dari pertumbuhan dan perkembangan individu

normal terhadap system kardiovaskuler meliputi perubahan aorta

pembuluh darah sistemik. Penebalan dinding aorta dan pembuluh

darah besar meningkat dan elastis pembuluh darah menurun sesuai


16

perkembangan umur. Perubahan ini menyebabkan penurunan

compliance aorta dan pembuluh darah besar dan mengakibatkan

peningkatan tekanan darah sistolik. Penurunan pembuluh darah

menyebabkan peningkatan resistensi vaskuler perifer. Sensitivitas

baroreseptor juga berubah sesuai dengan perkembangan umur

(Kuswardhani, 2005)

b. Sistem Renin-angiotensin

Mekanisme terjadinya hipertensi adalah melalui

terbentukanya angiostensin II dari angiotensin I oleh angiotensin I-

converting enzyme (ACE).Angiotensin II inilah yang memiliki peran

kunci dalam menaikkan tekanan darah melalui dua aksi utama.

i. Meningkatkan sekresi Anti-Diuretic Hormone (ADH) dan rasa

haus. Dengan menigkatnya ADH, sangat sedikit urin yang

diekskresikan ke luar tubuh (antidiuresis), sehingga menjadi pekat

dan tinggi osmolalitasnya. Untuk mengencerkannya, volume

cairan ekstraseluler akan ditingkatkan dengan cara menarik cairan

dari bagian intraseluler. Akibatnya, volume darah meningkat,

yang pada akhirnya akan meningkatkan tekanan darah.

ii. Menstimulasi sekresi aldosteron dari korteks adrenal. Untuk

mengatur volume cairan ekstraseluler, aldosteron akan

mengurangi ekskresi NaCL (garam) dengan cara mereabsorpsinya

dari tubulus ginjal. Naiknya konsentrasi NaCl akan diencerkan

kembali dengan cara meningkatkan volume cairan ekstraseluler


17

yang pada gilirannya akan meningkatkan volume dan tekanan

darah. (Ganong, 2009)

Perubahan mekanisme reflek baroreseptor mungkin dapat

menerangkan adanya variabilitas tekanan darah yang terlihat pada

pemantauan terus-menerus. Penurunan sensitivitas baroreseptor juga

menyebabkan kegagalan refleksi postural, yang mengakibatkan

hipertensi pada penderita hipertensi sering terjadi adrenergik dan

vasokonstriksi adrenergik akan menyebabkan kecenderungan

vasokonstriksi dan selanjutnya mengakibatkan peningkatan resistensi

pembuluh darah perifer dan tekanan darah. Resistensi natrium (Na)

akibat peningkatan asupan dan penurunan sekresi juga berperan dalam

terjadinya hipertensi. Pada penderita hipertensi juga ditemukan

penurunan renin plasma dan respon renin terhadap asupan garam,

sistem renin-angiotensin mempunyai peranan utama terjadinya

hipertensi (Kuswardhani, 2005)

Perubahan-perubahan di atas bertanggung jawab terhadap

penurunan curah jantung (cardiac output), penurunan denyut jantung,

penurunan kontraktilitas miokard, hipertrofi ventrikel kiri, dan

disfungsi ginjal dan laju filtrasi glomerulus (Kuswardhani, 2005).

c. Tekanan darah merupakan hasil perkalian dari cardiac output (curah

jantung) dengan total tekanan perifer. Cardiac output (curah jantung)

sendiri didapatkan dari perkalian antara stroke volume dengan heart

rate (denyut jantung). Sedangkan tahanan perifer diatur oleh sistem


18

saraf dan sirkulasi hormon. Terdapat empat sistem kontrol yang

berperan dalam mempertahankan tekanan darah antara lain sistem

baroreseptor arteri, pengaturan volume cairan tubuh, sistem renin

angiotensin dan autoregulasi vaskular (Jain, 2011).

d. Sistem saraf simpatis

Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi

pembuluh darah terletak di pusat vasomotor, pada medulla di otak.

Dari pusat vasomotor ini bermula jaras saraf simpatis, yang berlanjut

ke bawah ke korda spinalis dan keluar dari kolumna medulla spinalis

ke ganglia simpatis di toraks dan abdomen. Rangsangan pusat

vasomotor dihantarkan dalam bentuk impuls yang bergerak ke bawah

melalu saraf simpatis ke ganglia simpatis. Pada titik ini, neuron

preganglion melepaskan asetilkolin, yang akan merangsang serabut

saraf pasca ganglion ke pembuluh darah, dimana dengan

dilepaskannya norepinefrin mengakibatkan konstriksi pembuluh darah.

7. Penatalaksanaan Hipertensi

Pada hipertensi derajat 1, penurunan berat badan dan pengurangan

asupan garam adalah langkah awal dari pengobatan hipertensi.

Pengurangan asupan garam harus di lihat dari kebiasaan klien sehari-hari,

dengan memperhitungkan jenis makanan tertentu yang banyak

menggunakan aram. Pembatasan asupan garam sampai 60 mmol/hari yang

artinya tidak menambahkan garam pada waktu makan, memasak tanpa

garam, menghindari makanan yang sudah diasinkan dan juga


19

menggunakan mentega bebas garam. Cara ini sangat sulit karena akan

mengurangi asupan garam secara ketat serta akan mempengaruhi

kebiasaan pola makanan pasien secara drastic (Tapan, 2009)

Menurut Jain (2011), terapi farmakologi yaitu menggunakan obat

yang diajukan oleh JNC 8th (2014), yaitu diuretik terutama jenis thiazide

atau aldosterone antagonis, beta blocker, calcium channel blocker,

angiotensin converting enzyme inhibitor. Pengobatan hipertensi

membutuhkan pengobatan seumur hidup.

Antihipertensi seperti diuretik mempunyai tujuan utama untuk

meningkatkan pembuangan air dari dalam tubuh. Kegiatan utama diuretic

adalah dengan meningkatkan jumlah natrium melalui ginjal dan

memperlebar saluran arteri kecil dan juga menurunkan tekanan darah.

Obat yang termasuk diuretic yaitu thiazide uang dapat menurunkan

tekanan darah jika dikonsumsi dengan dosis yang sangat rendah dan jika

dikonsumsi dalam dosis yang tinggi dapat mnimbulkan efek samping

(Susalit, 2008). Efek samping diuretic thiazide bila dikonsumsi dalam

dosis yang tinggi sangat berbahaya bagi ibu hamil karena dapat menembus

plasenta dan mempengaruhi bayi, hipokalemia, asam urat, dan serangan

penyakit gout (Jain, 2011)

Obat penyekat beta blocker dibedakan menjadi 2 yaitu penghambat

reseptor 1 dan penghambat reseptor 1 dan 2 sehingga tidak dianjurkan

pada pasien yang tidak mempunyai gangguan pernafasan sperti asma

bronkial. Obat jenis ini bekerja menhambat transmisi pesan saraf dari
20

pusat otak menuju otot pelindung arteri kecil, dengan menahan kerja

noradrenalin dan adrenalin. Efek samping dari beta blocker adalah dapat

menyempitkan ruang udara pada paru-paru walaupun mengonsumsi dosi

rendah, pada jangka waktu yang lama dapat menyebabkan berkurangnya

tingkat energy karena obat ini menyebabkan jantung memompa lebih lama

dan lebih lambat, hipotermia pada tangan dan kaki, ganguguan tidur.

Impotensi. Selain itu jika dikonsumsi pada awal kehamilan dapat

memperlambat pertumbuhan bayi (Kowalski & Robert, 2010)

Calcium channel blocker bekerja dengan cara menahan

perpindahan ion kalsium di seluruh membran sel pada otot halus dinding

arteriol, terutama pada jantung. Diperkirakan bahwa penyempitan otot

halus kalsium yang menyebabkan pembuluh darah menyempit sehingga

tekanan darah meningkat tetapi obat golongan ini tidak mempengaruhi

kalsium pada tulang dan tida menimbulkan osteoporosis. Obat golongan

calcium channel blocker yaitu nifedipin, felodipin, lasidipin, nisolipin,

isradipin. Efek samping obat ini adalah sakit kepala, kulit wajah memerah,

pembengkakan pergelangan kaki, sembelit dan pada wanita hamil dapat

menunda kelahiran dan cacat tubuh yang fatal (Jain, 2011)

8. Komplikasi Hipertensi

Beberapa komplikasi hipertensi diantaranya terdiri dari stroke,

infark miokardium, gagal ginjal, encephalopathy.

a. Stroke
21

Stroke dapat timbul akibat pendarahan karena tekanan tinggi di

otak atau akibat embolus yang terlepas dari pembuluh otak, stroke

dapat terjadi pada hipertensi kronis apabila arteri-arteri yang

memperdarahi otak mengalami hipertrofi dan menebal, sehingga aliran

darah ke daerah-daerah yang diperdarahinya menjadi berkurang.

Arteri-arteri otak yang mengalami arterosklerosis dapat melemah,

sehingga meningkatkan kemungkinan terbentuknya aneurisma.

(Ardiansyah, 2012)

b. Infark Miokardium

Infark miokardium dapat terjadi jika arteri koroner yang

aterosklerotik tidak dapat mensuplai cukup oksigen ke miokardium

atau jika terbentuk trombus yang dapat menyumbat aliran darah yang

melalui pembuluh tersebut. Hipertensi kronik dan hipertensi ventrikel

akan mengakibatkan kebutuhan oksigen miokardium mungkin tidak

dapat dipengaruhi dan dapat terjadi iskemik jantung yang

menyebabkan infark. Hipertrofi ventrikel dapat menyebabkan

perubahan waktu hantaran listrik melintasi ventrikel sehingga terjadi

disritmia, hipoksia jantung, dan meningkatkan risiko pembentukan

bekuan (Corwin, et al., 2012)

c. Gagal Ginjal

Gagal ginjal dapat terjadi kerusakan progresif akibat tekanan tinggi

pada kapiler-kapiler ginjal di glomerulus. Rusaknya glomerulus darah

akan mengalir ke unit-unit ginjal, nefron akan terganggu dan dapat


22

berlanjut menjadi hipoksia dan kematian. Rusaknya membran

glomerulus protein akan keluar melalui urin sehingga tekanan osmotic

koloid plasma berkurang, menyebabkan edema yang sering dijumpai

pada hipertensi kronik (Kowalski & Robert, 2010).

d. Encephalopathy

Terjadi pada hipertensi maligna karena tekanan yang sangat tinggi

menyebabkan peningkatan kapiler dan mendorong ke dalam ruang

interstisium di seluruh susunan saraf pusat. Neuron-neuron di sekitar

kolaps dan terjadi koma serta kematian. (Corwin, et al., 2012)

9. Faktor Risiko Hipertensi

Faktor-faktor yang memiliki pengaruh terhadap terjadinya

hipertensi antara lain factor keturunan, ciri perseorangan, kebiasaan hidup.

(Ganong, 2009)

a. Faktor keturunan

Dari data statistik terbukti seeorang akan memiliki kemungkinan lebih

besra untuk mendapatkan hipertemsi jika orang tuanya adalah

penderita hipertensi.

b. Ciri perseorangan

Ciri perseorangan yang mempengaruhi timbulnya hipertensi adalah

umur, jenis kelamin dan umur yang bertambah akan menyebabkan

terjadinya kenaikan tekanan dara. Tekanan darah pria umumnya lebih

tinggi dibandingkan wanita, statistik di Amerika menunjukkan


23

prevalensi hipertensi pada orang kulit hitam hampir dua kali lebih

banyak dibandingkan dengan orang kulit putih.

c. Kebiasaan hidup

Kebiasaan hidup yang sering menyebabkan hipertensi adalah konsumsi

garam yang tinggi, kegemukan (makan berlebihan) stress dan

pengaruh lain.

B. Kesadaran (awareness)

1. Konsep Kesadaran

Konsep kesadaran (awareness) sendiri didasari oleh adanya konsep

perubahan perilaku terutama dalam perubahan perilaku kesehatan.

Dimana seseorang menyadari tentang dirinya terhadap suatu

permasalahan dalam hal ini penyakit yang akan dan sedang dialaminya.

Pengetahuan atau kognitif merupakan dominan yang sangat penting untuk

terbentuknya tindakan seseorang (overt behaviour). Dari pengalaman

perilaku didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng daripada perilaku

yang tidak didasari oleh pengetahuan. Sebelum orang mengadopsi

perilaku baru di dalam diri orang tersebut menjadi proses yang beruntun,

yaitu (Notoatmodjo, 2010):

a. Awareness (kesadaran): yakni orang tersebut menyadari dalam arti

mengetahui terlebih dahulu terhadap stimulus (objek).

b. Interest (merasa tertarik): dimana individu mulai menaruh perhatian

dan tertarik pada stimulus.


24

c. Evaluation (menimbang-nimbang): individu akan mempertimbangkan

baik buruknya tindakan terhadap stimulus tersebut bagi dirinya, hal ini

berarti sikap responden sudah baik lagi.

d. Trial: dimana individu mulai mencoba perilaku baru.

e. Adoption: subjek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan,

kesadaran, dan sikapnya terhadap stimulus.

2. Teori Health Belief Model

Menurut Herquanto (2009) model perilaku ini dikembangkan pada

tahun 1950-an dan didasarkan atas partisipasi masyarakat pada program

deteksi dini tuberculosis. Analisis terhadap berbagai faktor yang

mempengaruhi partisipasi masyarakat pada program tersebut kemudian

dikembangkan sebagai model perilaku. Health Belief Model didasarkan

atas 3 faktor essensial, diantaranya:

a. Kesiapan individu untuk mengubah perilaku dalam rangka

menghindari suatu penyakit atau memperkecil risiko kesehatan.

b. Adanya dorongan dalam lingkungan individu (awareness) yang

membuatnya mengubah perilaku.

c. Perilaku itu sendiri.

Ketiga faktor di atas dipengaruhi oleh faktor-faktor lain yang

berhubungan dengan kepribadian dan lingkungan individu, serta

pengalaman berhubungan dengan saran dan petugas kesehatan. Kesiapan

individu dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti persepsi tentang kerentanan


25

terhadap penyakit, potensi ancaman, motivasi untuk memperkecil

kerentanan, dan adanya kepercayaan bahwa perubahan perilaku akan

memberikan keuntungan. Faktor yang mempengaruhi perubahan perilaku

adalah perilaku itu sendiri yang dipengaruhi oleh karaktersitik individu,

penilaian individu terhadap perubahan yang ditawarkan, interaksi dengan

petugas kesehatan yang merekomendasikan perubsahan perilaku, dan

pengalaman mencoba mengubah perilaku yang serupa.


26

C. Kerangka Teori

Hipertensi

Klasifikasi Hipertensi

1. Normal Tinggi
2. Derajat 1
3. Derajat 2
4. Sistolik Hipertensi
Terisolasi
27

D. Kerangka Konsep
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Jenis penelitian ini menggunakan penelitian deskriptif. Penelitian

deskriptif adalah suatu metode penelitian yang banyak digunakan pada

penelitian yang bertujuan untuk menjelaskan suatu kejadian. Penelitian

deskriptif adalah sebuah penelitian yang bertujuan untuk memberikan atau

menjabarkan suatu keadaan atau fenomena yang terjadi saat ini dengan

menggunakan prosedur ilmiah untuk menjawab masalah secara actual

(Notoatmodjo, 2010)

Penelitian deskriptif adalah sebuah metode yang berusaha

mendeskripsikan, menginterpretasikan sesuatu misalnya kondisi atau

hubungan yang ad, pendapat yang berkembang, proses yang sedang

berlangsung, akibat atau efek yang terjadi atau tentang kecenderungan

yang sedang berlangsung (Sopiyudin, 2008)

B. Populasi dan Sampel Penelitian

1. Populasi

Populasi yang penulis gunakan adalah para penderita hipertensi

yang berada di Kabupaten Sleman Yogyakarta.

28
29

2. Sampel

Subjek dalam penelitian ini adalah pasien hipertensi di Kabupaten

Sleman Yogyakarta.

3. Besar Sampel

Mengacu pada penelitian sebelumnya

C. Lokasi dan Waktu Penelitian

1. Lokasi Penelitian

2. Waktu Penelitian

D. Instrument Penelitian

1. Kuesioner sebagai media perolehan data yang digunakan berisikan:

a. Karakter Demografi

b. Riwayat klinis hipertensi

c. Pengetahuan tentang hipertensi

d. Kesadaran tentang faktor risiko dan komplikasi hipertensi

e. Perawatan diri terhadap hipertensi

2. Informed consent sebagai media persetujuan responden untuk bersedia

menjadi sampel penelitian serta sebagai bukti hukum yang sah bagi

peneliti apabila terjadi sesuatu yang tidak diinginkan.

3. Sphygmomanometer sebagai media perolehan data tekanan darah rata-

rata.
30

E. Jalannya Penelitian

F. Pengelolaan dan Metode Analisis Data

1. Pengelolaan Data

Dalam proses pengelolaan data terdapat langkah-langkah sebagai

berikut: (a). Editing atau pemeriksaan data. Editing adalah upaya untuk

pengecekan isian kuesioner kelengkapan data, diantaranya

kelengkapan identitas, lembar kuesioner, dan kelengkapan isian

kuesioner sehingga apabila terdapat ketidaksesuaian dapat dilengkapi

segera oleh peneliti. (b). Coding atau pemberian kode. Coding adalah

kegiatan mengubah data berbentuk huruf menjadi data berbentuk

bilangan. (c). Processing atau memproses data. Tabulating merupakan

hasil pengkodean dimasukkan ke dalam tabel, dilakukan secara

manual. (d). Data entry. Data-data yang telah diperoleh dimasukkan ke

dalam tabel atau database computer. (e). Penyajian data. Setelah data

diubah, data tersebut disajikan dalam bentuk tabel. Agar memudahkan

pembaca, data tersebut disajikan dalam bentuk narasi.

2. Analisis Data

Analisis yang digunakan adalah analisis univariat. Analisis

univariat digunakan untuk menghitung distribusi frekuensi sehingga

diperoleh gambaran karakteristik responden.


31

KUESIONER

A. Karakteristik Demografi
1. Usia :
2. Jenis Kelamin
a. Laki-laki
b. Perempuan
3. Status Pernikahan
a. Belum Menikah
b. Menikah
c. Bercerai
d. Janda/ Duda
4. Tingkat Pendidikan
a. SD
b. SMP
c. SMA
d. Sarjana
e. Magister
f. Tidak Sama Sekali
5. Profesi
a. Buruh
b. Pengusaha
c. PNS
d. Pegawai Swasta
e. Ibu Rumah Tangga
f. Pensiunan
6. Pendapatan Keluarga Perbulan
a. Kurang dari 1.500.000
b. 1.500.001 – 2.500.000
c. 2.500.001 – 3.500.000
d. Lebih dari 3.500.000
e. Tidak tetap

B. Riwayat Klinis Hipertensi


1. Apakah anda sekarang sedang menjalani pengibatan hipertensi?
a. Ya
b. Tidak
2. Berapa lama anda sudah mengidap hipertensi?
a. Kurang dari 6 bulan
b. 6 bulan – 2 tahun
c. 2,1 tahun – 5 tahun
d. 5,1 tahun – 15 tahun
e. Lebih dari 15 tahun
3. Riwayat Angioplasty (CABG)
32

a. Ya
b. Tidak
4. Apakah anda pernah dirawat di rumah sakit karena tekanan darah tidak
terkontrol?
a. Ya
b. Tidak
5. Riwayat Penyakit Keluarga
a. Penyakit Jantung dan Pembuluh Darah
b. Diabetes
c. Hyperlipidemia/Dyslipidemia
d. Penyakit pembuluh darah otak
e. Penyakit Ginjal
f. Tidak Ada
6. Apakah anda menyadari hasil tekanan darah terakhir kali?
a. Ya
b. Tidak
7. Data Tekanan darah (diisi pemeriksa / peneliti)
a. Tekanan Darah Sistolik
b. Tekanan Darah Diastolik

C. Pengetahuan tentang Hipertensi


1. Apa yang Dimaksud dengan Hipertensi?
a. Tekanan darah tinggi
b. Tingkat stress yang tinggi
c. Kondisi Gugup
d. Gula darah tinggi
e. Terlalu banyak aktivitas
f. Tidak tahu
2. Seberapa bahaya Hipertensi bagi kesehatan anda?
a. Sangat berbahaya
b. Tidak berbahaya sama sekali
3. Apakah menurunkan tekanan darah tinggi bisa meningkatkan kesehetan
seseorang?
a. Ya
b. Tidak
4. Apa yang menunjukkan angka tertinggi pada pembacaan tekanan
darah?
a. Sistolik
b. Diastolik
c. Keduanya
d. Tidak tahu
5. Apa yang menunjukkan angka terendah pada pembacaan tekanan
darah?
a. Sistolik
b. Diastolik
c. Keduanya
33

d. Tidak tahu
6. Berapa seharusnya nominal angka tertinggi yang normal?
a. <140
b. 140
c. >140
d. Tidak tahu
7. Berapa seharusnya nominal angka terendah yang normal?
a. <90
b. 90
c. >90
d. Tidak tahu
8. Pengukuran angka yang mana yang penting?
a. Angka tertinggi
b. Angka terndah
c. Keduanya
d. Tidak tahu
9. Manakah angka yang menyebabkan penyakit jantung dan pembuluh
darah?
a. Angka tertinggi
b. Angka terendah
c. Keduanya
d. Tidak tahu
10. Apa yang anda pikirkan tentang tekanan darah terakhir kali periksa?
a. Tinggi
b. Normal
c. Rendah
d. Tidak tahu
11. Seberapa penting pengobatan tekanan darah tinggi agar terkontrol?
a. Sangat penting
b. Tidak penting
c. Tidak tahu
12. Apakah hipertensi merupakan penyakit seumur hidup?
a. Ya
b. Tidak
13. Apakah menurut anda hipertensi bisa disembuhkan?
a. Ya
b. Tidak

D. Kesadaran tentang faktor risiko dan komplikasi hipertensi


1. Manakah faktor risiko dari hipertensi yang anda ketahui?
a. Terlalu banyak asupan garam
b. Tensi
c. Kekurangan olahraga
d. Keturunan
e. Kolesterol tinggiy
f. Obesitas
34

g. Merokok
h. Penuaan
i. Diabetes
j. Penyalahgunaan alkohol
2. Manakah yang merupakan komplikasi hipertensi yang anda ketahui?
a. Serangan jantung
b. Stroke
c. Pelebaran pembuluh darah abnormal
d. Penyempitan pembuluh darah di ginjal
e. Penyempitan pembuluh darah di mata
f. Sindrom metabolic
g. Kesulitan dalam mengingat atau memahami

E. Perawatan diri terhadap hipertensi


1. Apakah anda memiliki sphygmomanometer / alat pengukur tekanan
darah?
a. Ya
b. Tidak
2. Apakah anda memeriksa tekanan darah secara rutin?
a. Ya
b. Tidak
3. Bila iya, seberapa sering anda memeriksa tekanan darah?
a. Setiap hari
b. Setiap minggu
c. Setiap bulan
d. Setiap 3 bulan
e. Lebih dari 3 bulan
4. Bila iya, dimana anda memeriksa tekanan darah?
a. Di rumah
b. Di rumah sakit
c. Di fasilitas kesehatan terdekat
5. Apa saja hambatan pemeriksaan tekanan darah secara mandiri?
a. Mahal
b. Kurangnya kesadaran
c. Nyeri
d. Tidak butuh
e. Tidak ada
6. Seberapa sering anda berkonsultasi dengan dokter tentang hipertensi?
a. 1x atau 2x sebulan
b. Setiap 2 bulan
c. Setiap 3-6 bulan
d. Setiap 6-12 bulan
e. Lebih dari 12 bulan
7. Seberapa sering anda berkonsultasi dengan dokter spesialis jantung
tentang kesehatan jantung anda?
a. 1x atau 2x sebulan
35

b. Setiap 2 bulan
c. Setiap 3-6 bulan
d. Setiap 6-12 bulan
e. Lebih dari 12 bulan
8. Seberapa sering anda mendapat pemeriksaan Elektrokardiograf (EKG)?
a. 1x atau 2x seumur hidup
b. Setiap bulan
c. Setiap 3 bulan
d. Setiap 6 bulan
e. Lebih dari 6 bulan
f. Tidak pernah
9. Seberapa sering anda melakukan pemeriksaan kolesterol darah?
a. 1x atau 2x seumur hidup
b. Setiap bulan
c. Setiap 3 bulan
d. Setiap 6 bulan
e. Lebih dari 6 bulan
f. Tidak pernah
10. Manakah satu-satunya cara untuk mengontrol tekanan darah?
a. Melakukan pengobatan
b. Latihan olahraga ritmis
c. Mengurangi stress
d. Berhenti merokok
e. Konsumsi rendah garam
f. Diet untuk menurunkan hipertensi
g. Menurunkan berat badan
36
37

INFORMED CONSENT

Kepada Yth,

Calon Responden Penelitian

Dengan hormat, saya yang bertanda tangan di bawah ini,

Nama : RE SAKTI ARYA PUTRA

NIM: 200140310012

Adalah mahasiswa fakultas kedokteran ilmu kesehatan Universitas

Muhammadiyah Yogyakarta yang sedang melakukan penelitian dengan judul

“Hubungan Tingkat Pendidikan dan Tingkat Pengetahuan Hipertensi Terhadap

Kontrol Tekanan Darah” Penelitian ini tidak menimbulkan akibat yang merugikan

bagi saudara/ saudari sebagai responden, kerahasiaan semua informasi yang

diberikan akan dijaga dan hanya digunakan untuk kepentingan penelitian. Jika

saudara/ saudari tidak bersedia menjadi responden, maka tidak ada ancaman bagi

saudara/ saudari serta memungkinkan untuk mengundurkan diri dari mengikuti

penelitian ini.

Apabila saudara/ saudari bersetuju, maka saya mohon kesediaannya untuk

menandatangani persetujuan dan menjawa pertanyaan-pertanyaan yang telah saya

buat. Atas perhatian dan kesediaan saudara/ saudari saya mengucapkan terima

kasih.

Yogyakarta, Mei 2016

Peneliti,
38

DAFTAR PUSTAKA

Aida Pilav, V. D. (2014). Awareness, treatment, and control of hypertension


among adult population in the Federation of Bosnia and Herzegovina over
the past decade. Journal of Public Health Research 2014; volume 3:323,
156-151.

Ardiansyah, M. (2012). Medikal Bedah. Yogyakarta: DIVA Press.

Corwin, H., Newman, M., Aronson, S., Sladen, R., Lumb, P., Gandhi, S., et al.
(2012). Treatment of Acute Postoperative Hypertension of Cardiac
Surgery Patients. Discovery Medicine, 375-383.

Dhianingtyas, Y., & Hendrati, L. (2006). Resiko Obesitas, Kebiasaan Merokok


dan Konsumsi Garam Terhadap Kejadian Hipertensi Pada Usia Produktif.
The Indonesian Journal of Public Health vol: 2, No. 3., 105-109.

Dinkes Yogyakarta. (2013). Laporan Kejadian Hipertensi. Yogyakarta: Dinas


Keehatan Yogyakarta.

Ganong, W. F. (2009). Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta: EGC.

Herquanto. (2009). Promosi Kesehatan. Jakarta: Departemen Ilmu Kedokteran


Komunitas UI.

Jain, R. (2011). Pengobatan Alternatif untuk Mengatasi Tekanan Darah. Jakarta:


PT. Gramedia Pustaka Utama.

Kasim, M. (2007). Pembunuh Bernama Hipertensi. Jakarta: Ethical Digest.

Kowalski, & Robert, E. (2010). Terapi Hipertensi. Bandung: Qanita.

Kuswardhani, A. (2005). Novel Penatalaksanaan Hipertensi. Jakarta: Fakultas


Kedokteran UI.

Lingga, & Lanny. (2012). Bebas Hipertensi Tanpa Obat. Jakarta: Agro Media
Pustaka.

Mansjor. (2007). Kapita Selekta Kedokteran Jilid 1. Jakarta: Medika


Aesculapsius.

Meena, M. S. (2014, September Senin). Retrieved Mei 23, 2016, from


http://emedicine.medscape.com/article/241381-overview_aw2aab6b2b2
39

Menteri Kesehatan RI. (2006).

Menteri Kesehatan RI. (2013). Hipertensi. Jakarta: Menteri Kesehatan RI.

Michie S, J. M. (2005). Making psychological theory useful for implementing


evidence based practice: A consensus approach. Liverpool: Qual Saf
Health Care.

Muchtadi, & Deddy. (2013). Antioksidan dan Kiat Sehat di Usia Produktif.
Bandung: Alfabeta.

Muhammad Bilal, A. H. (2016). Knowledge, Awareness and Self-Care Practices


of Hypertension. Global Journal of Health Science; Vol. 8, No. 2; 2016, 9-
19.

Notoatmodjo, S. (2010). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.

Riskedas. (2007). Prevalensi Hipertensi. Jakarta: Riset Keehatan Dasar.

Riskesdas. (2013). Prevalensi Hipertensi. Jakarta: Riset Kesehatan Dasar.

Setiawan, Z. (2006). Karakteristik Sosiodemografi Sebagai Faktor Resiko


Hipertensi Studi Ekologi di Pulau Jawa. Jakarta: Program studi
Pascasarjana FKM UI.

Sopiyudin, D. M. (2008). Membuat Proposal Penelitian. Jakarta: Sagung Seto.

Susalit, L. (2008). Hipertensi. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.

Suyono, S. (2006). Pengaruh Konseling Gizi Terhadap Asupan Zat Gizi dan
Tekanan Darah Pada Pasien Hipertensi Rawat Jalan di Rumah Sakit
Umum Propinsi Sulawesi Tenggara. Yogyakarta: Universitas Gadjah
Mada.

Tao Xu, M., Yang Wang, M., Wei Li, P., Wei-Wei Chen, M., Manlu Zhu, M., Bo
Hu, M., et al. (2010). Survey of Prevalence, Awareness, Treatment, and
Control of Hypertension Among Chinese Governmental and Institutional
Employees in Beijing. Clinical Investigations, E66-E72.

Tapan. (2009). Penyakit Ginjal dan Hipertensi. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka
Utama.

The Eight Joint National Committee (JNC) 8th. (2014). Detection, Evaluation,
and Treatment of High Blood Pressure.
40

Trisha. (2007). Penyakit yang Tidak Disadari di Indonesia. Jakarta: PT. Gramedia
Pustaka Utama.

WHO. (2013). Hypertension. Geneva: WHO.

Anda mungkin juga menyukai