Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Radang adalah reaksi lokal dari suatu jaringan tubuh terhadap jejas (injury). Reaksi
ini dapat diakibatkan oleh berbagai macam infeksi mikrobial, zat kimia, jaringan
nekrotik (mati), dan reaksi imunologi.
Radang ini bisa menyerang kita kapan saja dan dimana saja karena peradangan
adalah suatu tanggapan kekebalan yang mengakibatkan cedera atau infeksi yang
menyebabkan rasa sakit, kemerahan, panas, dan bengkak di daerah yang terkena
dampak. Panas yang dihasilkan dari peradangan karena meningkatnya sirkulasi
sebagai sel darah putih dan bahan kimia yang rushed untuk melindungi kami dari
luar invaders, allergens, toxins atau infeksi. Common allergens yang memproduksi
adalah peradangan pollens, perekat dalam gandum, susu sapi, dan ragi dari barang
dipanggang, bir dan anggur. Radang dapat juga akibat cedera. Hal itu dapat
membuat langu sensations seperti sendi yang bengkak terasa panas, rasa sakit, kaku,
demam, panas dingin, kelelahan, sakit kepala dan kekakuan otot.
Panas dalam bisa jadi gejala awal peradangan serius. Penyebabnya bisa bakteri
ataupun virus.
Peradangan, menurut www.medterms.com, ialah cara paling dasar dan paling alami
dilakukan tubuh manusia sebagai reaksi terhadap infeksi, iritasi dan lika-luka tubuh
lain.
Tampilan utama dari peradangan biasanya berupa bagian tubuh yang kemerahan,
terasa peningkatan temperature pada beberapa bagian tubuh, pembengkakan dan
munculnya rasa nyeri. Peradangan termasuk juga jenis respons kekebalan
nonspesifik.
Dalam www.clevelandclinic.org disebutkan, peradagangan merupakan proses saat
sel darah putih bersama-sama dengan bahan-bahan kimiawi dalam tubuh
melindungi tubuh dari infeksi dan substansi-substansi asing, seperti bakteri dan
virus. Pada beberapa kasus, system kekebalan tubuh memancing respons berupa
peradangan, padahal tidak ada substansi asing yang harus dilawan. Pada kasus
seperti itu, sistem perlindungan tubuh justru bisa mengakibatkan kerusakan pada
jaringannya sendiri. Saat peradangan terjadi, bahan-bahan kimiawi dilepaskan dari
sel darah putih menuju jaringan darah atau jaringan tubuh yang dimasuki substansi
asing. Pelepasan bahan kimiawi tersebut akan mengakibatkan peningkatan volume
aliran darah menuju bagian yang dimasuki sustansi asing itu. Hal itu bisa
menyebabkan kemerahan dan peningkatan temperature pada darah tersebut.
Dalam kaitan tersebut penulis merasa perlu untuk lebih mengkaji lebih dalam
mengenai peradangan/radang ini karena mengingat akan begitu rentannya tubuh
kita untuk diserang radang ini.

B. Identifikasi masalah
Dalam makalah ini penulis akan lebih memaparkan mengenai:
1. Rasa sakit, kaku, tekanan darah tinggi, penyakit punggung, leher kaku, sakit sendi
semua mungkin disebabkan oleh jumlah berlebihan peradangan dalam tubuh Anda.
Apa itu peradangan?
2. lantas apa itu sebenarnya radang?
3. mengapa radang bisa menyerang kita? Dan apa penyebabnya?
4. apakah radang membawa dampak yang baik atau buruk pada tubuh kita?
5. ada berapa macam radang?
6. ciri-ciri atau gejala awal bila tubuh kita terserang radang?
7. beberapa macam contoh peradangan yang sering menyerang tubuh manusia

C. Tujuan
Tujuan pembuatan makalah ini, tidak lain bukan semata-mata hanya untuk
memenuhi salah satu tugas dari mata kuliah PATOLOGI RADANG melaikan untuk :
1. Agar kita bila lebih dini dalam mencegah dan mengobati radang sebelum radang
tersebut menjadi lebih parah.
2. Lebih mewasapadai diri agar tiding terserang radang.
3. Bisa mengantisipasi apabila terjadi peradangan pada tubuh kita.

BAB II
RADANG

A. Definisi Radang Menurut Beberapa Sumber


Radang adalah reaksi lokal dari suatu jaringan tubuh terhadap jejas (injury). Reaksi
ini dapat diakibatkan oleh berbagai macam infeksi mikrobial, zat kimia, jaringan
nekrotik (mati), dan reaksi imunologi.
Peradangan adalah tanggapan kekebalan yang mengakibatkan cedera atau infeksi
yang menyebabkan rasa sakit, kemerahan, panas, dan bengkak di daerah yang
terkena dampak. Panas yang dihasilkan dari peradangan karena meningkatnya
sirkulasi sebagai sel darah putih dan bahan kimia yang rushed untuk melindungi
kami dari luar invaders, allergens, toxins atau infeksi. Common allergens yang
memproduksi adalah peradangan pollens, perekat dalam gandum, susu sapi, dan
ragi dari barang dipanggang, bir dan anggur. Radang dapat juga akibat cedera. Hal
itu dapat membuat langu sensations seperti sendi yang bengkak terasa panas, rasa
sakit, kaku, demam, panas dingin, kelelahan, sakit kepala dan kekakuan otot.
Sedangkan menurut www.footphysicians.com, peradangan merupakan respon
pertahanan tubuh yang normal karena suatu luka, iritasi, maupun pembedahan.
Proses pertahanan alami ini, meningkatkan arus darah yang dipompa ke area yang
dituju, menghasilkan kumpulan cairan. Sebagai respon pertahanan tubuh yang
terakhir, gejala peradanganpun meningkat, termasuk :
• Pembengkakan
• Rasa sakit
• Peningkatan suhu dan pemerahan kulit
Selain itu menurut www.footphysicians.com Yang dapat menyebabkan peradangan
yaitu karena adanya :
• Luka bakar
• Iritasi kimia
• Radang karena kedinginan
• Racun
• Infeksi disebabkan patogen
• Nekrosis
• Radiasi
• Benda asing

Radangan adalah respon biologic yang komplek dari jaringan vaskular pada
rangsangan, seperti patogen, sel rusak, atau iritasi. Peradangan tidak sama dengan
infeksi. Bahkan di kasus peradangan yang disebabkan infeksi, tidak dibenarkan
untuk memakai istilah ini, perbedaannya adalah kalau infeksi disebabkan pathogen
eksogen, sedangkan peradangan adalah respon organisme terhadap pathogen.
Dalam peradangan, luka dan infeksi, tidak akan pernah disembuhkan dan progres
penghancuran dari jaringan akan menyelesaikan organisme yang bertahan hidup.
Bagaimanapun juga, peradangan yang tak terkontrol, dapat juga menjadi penyakit,
seperti sakit tenggorokan, atherosclerosis, rheumatoid arthritis. Ini merupakan dalih
bahwa normalnya di atur oleh tubuh.
Panas dalam bisa jadi gejala awal peradangan serius. Penyebabnya bisa bakteri
ataupun virus. Peradangan, menurut www.medterms.com, ialah cara paling dasar
dan paling alami dilakukan tubuh manusia sebagai reaksi terhadap infeksi, iritasi
dan lika-luka tubuh lain.
Tampilan utama dari peradangan biasanya berupa bagian tubuh yang kemerahan,
terasa peningkatan temperature pada beberapa bagian tubuh, pembengkakan dan
munculnya rasa nyeri. Peradangan termasuk juga jenis respons kekebalan
nonspesifik.
Dalam www.clevelandclinic.org disebutkan, peradagangan merupakan proses saat
sel darah putih bersama-sama dengan bahan-bahan kimiawi dalam tubuh
melindungi tubuh dari infeksi dan substansi-substansi asing, seperti bakteri dan
virus. Pada beberapa kasus, system kekebalan tubuh memancing respons berupa
peradangan, padahal tidak ada substansi asing yang harus dilawan. Pada kasus
seperti itu, sistem perlindungan tubuh justru bisa mengakibatkan kerusakan pada
jaringannya sendiri.
Radang adalah Respon atau reaksi protektif setempat yang ditimbulkan oleh cedera
atau kerusakan jaringan tubuh karena suatu rangsangan, yang berfungsi
menghancurkan, mengurangi atau mengurung, baik agen pencedera maupun
jaringan yang cedera.
Saat peradangan terjadi, bahan-bahan kimiawi dilepaskan dari sel darah putih
menuju jaringan darah atau jaringan tubuh yang dimasuki substansi asing.
Pelepasan bahan kimiawi tersebut akan mengakibatkan peningkatan volume aliran
darah menuju bagian yang dimasuki sustansi asing itu. Hal itu bisa menyebabkan
kemerahan dan peningkatan temperaturdi darah tersebut.
Beberapa zat kimia bahkan bisa bocor hingga memenuhi jaringan yang dimasuki zat
asing, kemudian membengkak. Proses peradangan juga dapat merangsang syaraf
perasa sakit sehingga menimbulkan rasa nyeri.

B. Pengertian Radang Dan Proses Terjadinya Radang


Bila sel-sel atau jaringan tubuh mengalami cedera atau mati, selama hospes tetap
hidup ada respon yang menyolok pada jaringan hidup disekitarnya. Respon terhadap
cedera ini dinamakan peradangan. Yang lebih khusus peradangan adalah reaksi
vascular yang hasilnya merupakan pengiriman cairan, zat-zat yang terlarut dan sel-
sel dari sirkulasi darah ke jaringan-jaringan interstitial pada daerah cedera atau
nekrosis.
Peradangan sebenarnya adalah gejala yang menguntungkan dan pertahanan,
hasilnya adalah netralisasi dan pembuangan agen penyerang,penghancuran jaringan
nekrosis dan pembentukan keadaan yang dibutuhkan untuk perbaikan dan
pemulihan. Reaksi peradangan itu sebenarnya adalah peristiwa yang dikoordinasi
dengan baik yang dinamis dan kontinyu. Untuk menimbulkan reaksi peradangan
maka jaringan harus hidup dan khususnya harus memiliki mikrosirkulasi fungsional.
Jadi yang dimaksud dengan radang adalah rangkaian reaksi yang terjadi pada
tempat jaringan cedera.
Pada proses peradangan terjadi pelepasan histamine dan zat-zat humoral lain
kedalam cairan jaringan sekitarnya.
Akibat dari sekresi histamine tersebut berupa:
1. Peningkatan aliran darah lokal.
2. Peningkatan permeabilitas kapiler.
3. Perembesan ateri dan fibrinogen kedalam jaringan interstitial.
4. Edema ekstraseluler lokal.
5. Pembekuan cairan ekstraseluler dan cairan limfe.
Peradangan dapat juga dimasukkan dalam suatu reaksi non spesifik, dari hospes
terhadap infeksi.
Adapun kejadiannya sebagai berikut: pada setiap luka pada jaringan akan timbul
reaksi inflamasi atau reaksi vaskuler.Mula-mula terjadi dilatasi lokal dari arteriole
dan kapiler sehingga plasma akan merembes keluar. Selanjutnya cairan edema akan
terkumpul di daerah sekitar luka, kemudian fibrin akan membentuk semacam jala,
struktur ini akan menutupi saluran limfe sehingga penyebaran mikroorganisme
dapat dibatasi.Dalam proses inflamasi juga terjadi phagositosis, mula-mula phagosit
membungkus mikroorganisme, kemudian dimulailah digesti dalam sel. Hal ini akan
mengakibatkan perubahan pH menjadi asam. Selanjutnya akan keluar protease
selluler yang akan menyebabkan lysis leukosit.Setelah itu makrofag mononuclear
besar akan tiba di lokasi infeksi untuk membungkus sisa-sisa leukosit.Dan akhirnya
terjadilah pencairan (resolusi) hasil proses inflamasi lokal.
Cairan kaya protein dan sel darah putih yang tertimbun dalam ruang ekstravaskular
sebagai akibat reaksi radang disebut eksudat.
Peran dan fungsi dari perdangan:
1. Siapnya tentara untuk memfagosit (makan) seperti leukosit PoliMorfoNuklear
(PMN) dan makrofag
2. Terbentuknya berbagai macam antibodi (berhubungan dengan limfosit B)
3. Menetralisasi dan mencairkan iritan (dengan edema)
4. Membatasi perluasan inflamasi (dengan pembentukan fibrin, fibrosis, dan akan
membuat jaringan granulamasi)-- (Wall-off process)
5. Penyembuhan
Kerugian jika terjadi peradangan :
1. Terjadi reaksi hipersensitivitas
2. Kerusakan organ progresif
3. Adanya jaringan parut (scar)

C. Perbedaan Eksudat dan Transudat


Eksudat adalah cairan radang ekstravaskular dengan berat jenis tinggi (diatas 1.020)
dan seringkali mengandung protein 2-4 mg % serta sel-sel darah putih yang
melakukan emigrasi.Cairan ini tertimbun sebagai akibat permeabilitas vascular
(yang memungkinkan protein plasma dengan molekul besar dapat terlepas),
bertambahnya tekanan hidrostatik intravascular sebagai akibat aliran lokal yang
meningkat pula dan serentetan peristiwa rumit leukosit yang menyebabkan
emigrasinya.
Transudat adalah cairan dalam ruang interstitial yang terjadi hanya sebagai akibat
tekanan hidrostatik atau turunnya protein plasma intravascular yang meningkat
(tidak disebabkan proses peradangan/inflamasi).Berat jenis transudat pada
umumnya kurang dari 1.012 yang mencerminkan kandungan protein yang rendah.
Contoh transudat terdapat pada wanita hamil dimana terjadi penekanan dalam
cairan tubuh.
Jenis-Jenis Eksudat diantaranya adalah :
1. Eksudat non seluler
a. Eksudat serosa
Pada beberapa keadaan radang, eksudat hampir terdiri dari cairan dan zat-zat yang
terlarut dengan sangat sedikit leukosit. Jenis eksudat nonseluler yang paling
sederhana adalah eksudat serosa,yang pada dasamya terdiri dari protein yang bocor
dari pembuluh-pembuluh darah yang permiable dalam daerah radang bersama-
sama dengan cairan yang menyertainya. Contoh eksudat serosa yang paling dikenal
adalah cairan luka melepuh.

b. Eksudat fibrinosa
Jenis eksudat nonseluler yang kedua adalah eksudat fibrinosa yang terbentuk jika
protein yang dikeluarkan dari pembuluh dan terkumpul pada daerah peradangan
yang mengandung banyak fibrinogen. Fibrinogen ini diubah menjadi fibrin, yang
berupa jala jala lengket dan elastic (barangkali lebih dikenal sebagai tulang belakang
bekuan darah). Eksudat fibrinosa sering dijumpai diatas permukaan serosa yang
meradang seperti pleura dan pericardium dimana fibrin diendapkan dipadatkan
menjadi lapisan kasar diatas membran yang terserang. Jika lapisan fibrin sudah
berkumpul di permukaan serosa,sering akan timbul rasa sakit jika terjadi pergeseran
atas permukaan yang satu dengan yang lain. Contoh pada penderita pleuritis akan
merasa sakit sewaktu bernafas, karena terjadi pergesekan sewaktu mengambil nafas.

c. Eksudat musinosa (Eksudat kataral)


Jenis eksudat ini hanya dapat terbentuk diatas membran mukosa, dimana terdapat
sel-sel yang dapat mengsekresi musin. Jenis eksudat ini berbeda dengan eksudat lain
karena eksudat ini merupakan sekresi set bukan dari bahan yang keluar dari aliran
darah. Sekresi musin merupakan sifat normal membran mukosa dan eksudat musin
merupakan percepatan proses dasar fisiologis.Contoh eksudat musin yang paling
dikenal dan sederhana adalah pilek yang menyertai berbagai infeksi pemafasan
bagian atas.

2. Eksudat Seluler
Eksudat netrofilik
Eksudat yang mungkin paling sering dijumpai adalah eksudat yang terutama terdiri
dari neutrofil polimorfonuklear dalam jumlah yang begitu banyak sehingga bagian
cairan dan protein kurang mendapat perhatian. Eksudat neutrofil semacam ini
disebut purulen. Eksudat purulen sangat sering terbentuk akibat infeksi
bakteri.lnfeksi bakteri sering menyebabkan konsentrasi neutrofil yang luar biasa
tingginya di dalam jaringan dan banyak dari sel-sel ini mati dan membebaskan
enzim-enzim hidrolisis yang kuat disekitarnya. Dalam keadaan ini enzim-enzim
hidrolisis neutrofil secara haraf ah mencernakan jaringan dibawahnya dan
mencairkannya. Kombinasi agregasi netrofil dan pencairan jaringan-jaringan di
bawahnya ini disebut suppuratif,atau lebih sering disebut pus/nanah.
Jadi pus terdiri dari :
- neutrofil pmn. yang hidup dan yang mati neutrofil pmn. yang hancur
- hasil pencairan jaringan dasar (merupakan hasil pencernaan)
- eksudat cair dari proses radang
- bakteri-bakteri penyebab
- nekrosis liquefactiva.

3. Eksudat Campuran
Sering terjadi campuran eksudat seluler dan nonseluler dan campuran ini
dinamakan sesuai dengan campurannya.Jika terdapat eksudat fibrinopurulen yang
terdiri dari fibrin dan neutrofil polimorfonuklear,eksudat mukopurulen, yang terdiri
dari musin dan neutrofil, eksudat serofibrinosa dan sebagainya.
Luka Bakar Mudah Terjadi Septikhemi. Pada luka bakar saluran-saluran limfe tetap
terbuka yaitu karena jaringan yang terbakar tidak menimbulkan tromboplastin
sehingga tidak terjadi kooagulasi eksudat. Jika aliran cairan limfe tidak tersumbat
akan memudahkan menyebarkan kuman-kuman sehingga masuk dalam sirkulasi
darah dan terjadi septikhemi.

D. Reaksi sel pada radang


Leukositosis terjadi bila ada jaringan cedera atau infeksi sehingga pada tempat
cedera atau radang dapat terkumpul banyak leukosit untuk membendung infeksi
atau menahan microorganisme menyebar keseluruh jaringan.
Leukositosis ini disebabkan karena produksi sumsum tulang meningkat, sehingga
jumlahnya dalam darah cukup untuk emigrasi pada waktu terjadi cedera atau
radang. Karena itu banyak leukosit yang masih muda dalam darah, dalam
pemeriksaan laboratorium dikatakan pergeseran ke kiri

E. Jenis-Jenis Leukosit Dan Masing-Masing Fungsinya Dalam Peradangan:


Leukosit yang bersirkulasi dalam aliran darah dan emigrasi ke dalam eksudat
peradangan berasal dari sumsum tulang, di mana tidak saja leukosit tetapi juga sel-
sel darah merah dan trombosit dihasilkan secara terus memenerus.Dalam keadaan
normal, di dalam sumsum tulang dapat ditemukan banyak sekali leukosit yang
belum matang dari berbagai jenis dan "pool" leukosit matang yang ditahan sebagai
cadangan untuk dilepaskan ke dalam sirkulasi darah. Jumlah tiap jenis leukosit yang
bersirkulasi dalam darah perifer dibatasi dengan ketat tetapi diubah "sesuai
kebutuhan" jika timbul proses peradangan. Artinya, dengan rangsangan respon
peradangan, sinyal umpan balik pada sumsum tulang mengubah laju produksi dan
pengeluaran satu jenis leukosit atau lebih ke dalam aliran darah.
1. Granulosit.
Terdiri dari : neutrofil, eosinofil, dan basofil.
Dua jenis leukosit lain ialah monosit dan limposit, tidak mengandung banyak
granula dalam sitoplasmanya.
a) Neutrofil, Sel-sel pertama yang timbul dalam jumlah besar di dalam eksudat pada
jamjam pertama peradangan adalah neutrofil.Inti dari sel ini berlobus tidak teratur
atau polimorf. Karena itu sel-sel ini disebut neutrofil polimorfonuklear (pmn) atau
"pool". Sel-sel ini memiliki urutan perkembangan di dalam sumsum tulang,
perkembangan ini kira-kira memerlukan 2 minggu. Bila mereka dilepaskan ke dalam
sirkulasi darah, waktu paruhnya dalam sirkulasi kira-kira 6 jam. Per millimeter
kubik darah terdapat kira-kira 5000 neutrofil, kira-kira 100 kali dari jumlah ini
tertahan dalam sumsum tulang sebagai bentuk matang yang siap untuk dikeluarkan
bila ada sinyal.
Granula yang banyak sekali terlihat dalam sitoplasma neutrofil sebenarnya
merupakan paket-paket enzim yang terikat membran yaitu lisosom, yang dihasilkan
selama pematangan sel. Jadi neutrofil pmn yang matang adalah kantong yang
mengandung banyak enzim dan partikel-partikel antimicrobial. Neutrofil pmn
mampu bergerak aktif dan mampu menelan berbagai zat dengan proses yang disebut
fagositosis. Proses fagositosis dibantu oleh zat-zat tertentu yang melapisi obyek
untuk dicernakan dan membuatnya lebih mudah dimasukkan oleh leukosit. Zat ini
dinamakan opsonin. Setelah mencernakan partikel dan memasukkannya ke dalam
sitoplasma dalam vakuola fagositosis atau fagosom, tugas berikutnya dari leukosit
adalah mematikan partikel itu jika partikel itu agen microbial yang hidup, dan
mencernakannya. Mematikan agen-agen yang hidup itu diselesaikan melalui
berbagai cara yaitu perubahan pH dalam sel setelah fagositosis, melepaskan zat-zat
anti bakteri. Pencernaan partikel yang terkena fagositosis itu umumnya diselesaikan
di dalam vakuola dengan penyatuan lisosom dengan fagosom. Enzim-enzim
pencernaan yang sebelumnya tidak aktif sekarang diaktifkan di dalam fagolisosom,
mengakibatkan pencernaan obyek secara enzimatik.
b) Eosinofil, Merupakan jenis granulosit lain yang dapat ditemukan dalam eksudat
peradangan, walaupun dalam jumlah yang lebih kecil. Eosinofil secara fungsional
akan memberikan respon terhadap rangsang kemotaksis khas tertentu yang
ditimbulkan pada perkembangan allergis dan mereka mengandung enzim-enzim
yang mampu menetralkan efek-efek mediator peradangan tertentu yang dilepaskan
dalam reaksi peradangan semacam itu.
c) Basofil, Berasal dari sumsum tulang yang juga disebut mast sel/basofil jaringan.
Granula dari jenis sel ini mengandung berbagai enzim, heparin, dan histamin.
Basofil akan memberikan respon terhadap sinyal kemotaksis yang dilepaskan dalam
perjalanan reaksi immunologis tertentu. Dan basofil biasanya terdapat dalam jumlah
yang sangat kecil dalam eksudat.
Basofil darah dan mast sel jaringan dirangsang untuk melepas granulanya pada
berbagai keadaan cedera, termasuk reaksi immunologis maupun reaksi non
spesifik.Dalam kenyataannya mast sel adalah sumber utama histamin pada reaksi
peradangan.

2. Monosit
Adalah bentuk leukosit yang penting. Pada reaksi peradangan monosit akan
bermigrasi, tetapi jumlahnya lebih sedikit dan kecepatannya lebih lambat. Karena
itu, pada jam jam pertama peradangan relative sedikit terdapat monosit dalasn
eksudat. Namun makin lama akan makin bertambah adanya monosit dalam eksudat.
Sel yang sama yang dalam aliran darah disebut monosit, kalau terdapat dalam
eksudat disebut makrofag. Ternyata, jenis sel yang sama ditemukan dalam jumlah
kecil melalui jaringan penyambung tubuh walaupun tanpa peradangan yang jelas.
Makrofag yang terdapat dalam jaringan penyambung ini disebut histiosit. Dengan
banyak hal fungsi makrofag sangat mirip dengan fungsi neutrofil pmn. dimana
makrofag akan bergerak secara aktif yang memberi respon terhadap stimulasi
kemotaksis, fagosit aktif dan mampu mematikan serta mencernakan berbagal agen.
Ada perbedaan penting antara makrofag dan neutrofil, dimana siklus kehidupan
makrofag lebih panjang, dapat bertahan berminggu-minngu atau bahkan berbulan-
bulan dalam jaringan dibanding dengan neutrofil yang berumur pendek. Selain itu
waktu monosit memasuki aliran darah dari sumsum tulang dan waktu memasuki
jaringan dari aliran darah, ia belum matang betul seperti halnya neutrofil. Karena
neutrofil dalam jaringan dan aliran darah sudah mengalami pematangan (sudah
matang), sehingga ia tidak mampu melakukan pembelahan sel dan juga tidak
mampu melakukan sintesis enzim-enzim pencenna. Pada monosit dapat dirangsang
untuk membelah dalam jaringan, dan mereka mampu memberi respon terhadap
keadaan lokal dengan mensintesis sejumlah enzim intrasel. Kemampuan untuk
menjalani "on the.job training", ini adalah suatu sifat makrofag yang vital, khususnya
pada reaksireaksi immunologis tertentu. Selain itu makrofag-makrofag dapat
mengalami perubahan bentuk, selama mengalami perubahan itu, mereka
menghasilkan seI-se1 secara tradisional disebut sel epiteloid. Makrofag juga mampu
bergabung membentuk sel raksasa berinti banyak disebut giant cell.
Walaupun makrofag merupakan komponen penting dalam eksudat namun mereka
tersebar secara luas dalam tubuh, dalam keadaan normal dan disebut sebagai system
reticuloendotelial atau RES (Reticulo Endotelial System), yang mempunyai sifat
fagositosis, termasuk juga dalam hati, sel tersebut dikenal sebagai sel kupffer. Fungsi
utama makrofag sebagai pembersih dalam darah ataupun seluruh jaringan
tubuh.Fungsi RES yang sehari-hari penting menyangkut pemrosesan haemoglobin
sel darah merah yang sudah mencapai akhir masa hidupnya. Sel-sel ini mampu
memecah Hb menjadi suatu zat yang mengandung besi dan zat yang tidak
mengandung besi. Besinya dipakai kembali dalam tubuh untuk pembuatan sel-sel
darah merah lain dalam sumsum tulang dan zat yang tidak mengandung besi dikenal
sebagai bilirubin, di bawa ke dalam aliran darah ke hati, dimana hepatosit
mengekstrak bilirubin dari aliran darah dan mengeluarkannya sebagai bagian dari
empedu.
3. Limposit
Umumnya terdapat dalam eksudat hanya dalam jumlah yang sangat kecil,meskipu
eksudat sudah lama terbentuk yaitu sampai reaksi-reaksi peradangan menjadi
kronis.

F. Tanda-Tanda Kardinal Peradangan


Pada peristiwa peradangan akut dapat dilihat tanda-tanda pokok (gejala kardinal)
yaitu sebagai berikut :.
1). Rubor (kemerahan)
Rubor atau kemerahan biasanya merupakan hal pertama yang terlihat di daerah
yang mengalami peradangan. Waktu reaksi peradangan mulai timbul maka arteriol
yang mensupali daerah tersebut melebar, dengan demikian lebih banyak darah
mengalir ke dalam mikrosirkulasi lokal. Kapiler-kapiler yang sebelumnya kosong
atau sebagian saja yang meregang dengan cepat terisi penuh dengan darah. Keadaan
ini yang dinamakan hyperemia atau kongesti,menyebabkan warna merah lokal
karena peradangan akut. Timbulnya hyperemia pada permulaan reaksi peradangan
diatur oleh tubuh baik secara neurogenik maupun secara kimia,melalui pengeluaran
zat seperti histamin.

2). Kalor (panas)


Kalor atau panas terjadi bersamaan dengan kemerahan dari reaksi peradangan yang
hanya terjadi pada permukaan tubuh, yang dalam keadaan normal lebih dingin dari -
37 °C yaitu suhu di dalam tubuh. Daerah peradangan pada kulit menjadi lebih panas
dari sekelilingnya sebab darah yang disalurkan tubuh kepermukaan daerah yang
terkena lebih banyak daripada yang disalurkan kedaerah normal. Fenomena panas
lokal ini tidak terlihat pada daerah-daerah yang terkena radang jauh di dalam tubuh,
karena jaringan-jaringan tersebut sudah mempunyai suhu inti 37°C, hyperemia lokal
tidak menimbulkan perubahan.
3). Dolor (rasa sakit)
Dolor atau rasa sakit, dari reaksi peradangan dapat dihasilkan dengan berbagai cara.
Perubahan pH lokal atau konsentrasi lokal ion-ion tertentu dapat merangsang
ujung-ujung saraf. Hal yang sama, pengeluaran zat kimia bioaktif lainnya dapat
merangsang saraf. Selain itu, pembengkakan jaringan yang meradang
mengakibatkan peningkatan tekanan lokal yang tanpa diragukan lagi dapat
menimbulkan rasa sakit.
4). Tumor (pembengkaan)
Segi paling menyolok dari peradangan akut mungkin adalah pembengkaan lokal
(tumor). Pembengkaan ditimbulkan oleh pengiriman cairan dan sel-sel dari sirkulasi
darah ke jaringan-jaringan interstitial. Campuran dari cairan dan sel yang tertimbun
di daerah peradangan disebut eksudat. Pada keadaan dini reaksi peradangan
sebagian besar eksudat adalah cair, seperti yang terjadi pada lepuhan yang
disebabkan oleh luka bakar ringan. Kemudian sel-sel darah putih atau leukosit
meninggalkan aliran darah dan tertimbun sebagai bagian dari eksudat.
5). Fungsio laesa (perubahan fungsi)
Fungsio laesa atau perubahan fungsi adalah reaksi peradangan yang telah dikenal.
Sepintas lalu, mudah dimengerti, mengapa bagian yang bengkak, nyeri disertai
sirkulasi abnormal dart lingkungan kimiawi lokal yang abnormal, berfungsi secara
abnormal. Namun sebetulnya kita tidak mengetahui secara mendalam dengan cara
apa fungsi jaringan yang meradang itu terganggu.
Selain itu beberapa gejala peradangan biasanya ditandai timbulnya kemerahan pada
bagian tubuh tertentu, peningkatan suhu, nyeri persendian atau rasa kaku pada
sendi. Biasanya, peradangan meliputi beberapa gejala yang mirip flu biasa, seperti
demam, kedinginan, rasa lelah, kekurangan tenaga, pusing-pusing, kehilangan selera
makan dan otot kaku. Tampaknya gejala-gejala itu yang kemudian diistilahkan
dengan panas dalam oleh Masyarakat awam di Indonesia.
Para ahli medis mengingatkan gejala panas dalam yang terjadi berulang kali
sebaiknya dicermati. Sebab, peradangan yang mungkin diawali dengan persepsi
panas dalam bisa saja mempengaruhi organ-organ dalam tubuh. Misalnya
peradangan hati, ginjal dan ususyang juga ditandai dengan kram di perut yang
disertai diare.
Penyebab Radang dapat ditimbulkan oleh rangsangan : fisik, kimiawi, biologis atau
kombinasi ketiga agen tersebut.
Ciri-ciri umum bila terserang radang, yaitu :
1. Rubor-- Merah
2. Kalor-- Panas
3. Dolor-- Nyeri
4. Tumor-- Pembengkakan
5. Functio Lesi-- disfungsi organ
Ciri-ciri genesis radang ; Seperti terjadinya cedera jaringan yang menyebabkan
degenerasi/nekrose (terlepasnya hisatamine dan mediator lain menyebabkan nyeri).
Dilatasi kapiler (menyebabkan merah dan panas) terkumpulnya cairan plasma, sel
darah, dan sel jaringan tempat radang disertai poliferasi jaringan makrofag
(menyebakan tumor dan disfungsi organ) terjadi perang (fagositosis) dan terjadi
perubahan imunologik
Reaksi radang secara lokal yaitu ; dengan Vaskuler, humoral, seluler, neurologik.
Implementasi gejala klinis tergantung dimana zat iritan menginfeksi, seperti bakteri
menginfeksi GIT bisa terjadi mual dan muntah.
Selain itu radang juga bisa terjadi atau disebabkan karena adanya pengaruh dari
mediator kimia, yaitu seperti:
1. Vasodilatasi: histamine, bradikinin, prostaglandin
2. Permeabilitas Kapiler: bradikinin, C3a, C5a, leukotrine, PAF
3. Kemotaksis: C5a, leukotrine, produk kuman, cytokine
4. Marginasi leukosit: C4a, leukotrine
5. Demam: prostaglandine, pirogen endogen
6. Rasa Sakit: bradikinin, protaglandin
G. Berbagai bentuk Dan Jenis Radang
Bentuk Radang
Peradangan dapat diklasifikasikan menjadi akut dan kronik. Radang akut adalah
respon tubuh terhadap rangsangan yang merusak dan diselesaikan oleh pergerakan
plasma dan leukosit dari vaskuler ke jaringan yang rusak. Proses ini merupakan
perluasan dan pematangan respon peradangan, termasuk sistem vaskular dan imun
sekitar serta berbagai macam sel di dalam jaringan yang terluka tersebut.
Peradangan yang lama juga disebut dengan peradangan kronik. Radang akut
berlangsung cepat, singkat dan biasanya bersifat berat. Radang kronik bersifat
menetap, berlangsung untuk suatu periode yang panjang. Proses radangnya dapat
dimulai agak cepat atau secara lambat dan pada kasus-kasus tertentu dapat
berlangsung beberapa bulan atau beberapa tahun. Radang kronik juga dapat
merupakan kelanjutan bentuk akut atau bentuk derajat yang berkepanjangan dan
biasanya menimbulkan kerusakan jaringan yang menetap.
Perbedaan peradangan akut dan kronik adalah :
a) Akut Kronik
b) Agent penyebab Patogen, jaringan rusak Inflamasi dari patogen,benda asing,
autoimun
c) Sel yang terlibat PMN, monosit,makrofag,mononuclear Mononuclear, fibroblas
d) Media primer Vasoaktif amine IFN gamma,sitokin
e) Onset Pertengahan Lamban
f) Durasi Singkat Lamban
g) Efek Penyembuhan, radang kronik Perusakan jaringan
Radang dapat dibagi menjadi 3 tiga bagian yaitu :
1. Radang Akut ; Infeksi kuku yang tumbuh ke dalam memperlihatkan karakteristik
kemerahan dan bengkak yang diikuti radang akut.
Radang akut, proses pendek yang ditandai dengan tanda klasik dari peradangan-
bengkak, kemerahan, nyeri, panas, dan kehilangan fungsi-ketika terjadinya infiltrasi
jaringan oleh leukosit dan plasma. Ini terjadi selama stimulus luka ada dan berhenti
ketika stimulus telah di hilangkan, rusak, ataupun ditutup oleh fibrosis.
Proses peradangan akut ini diinisiasi oleh darah yang menuju tempat terjadinya
luka, yang memindahkan protein plasma dan leukosit-leukosit (eksudat) dalam
jaringan. Peningkatan aliran cairan yang menuju jaringan akan menyebabkan
bengkak yang diikuti inflamasi semasih system limfatik tidak dapat
mengkompensasi, dan meningkatnya aliran darah ke area, menyebabkan merah dan
panasnya daerah inflamasi tersebut.
Tanda-tanda klasik pada peradangan akut adalah sebagai berikut :
a) Rubor-Kemerahan
b) Calor-Panas
c) Tumor-Bengkak
d) Dolor-Nyeri
e) Functio laesa-Hilang fungsi
2. Sub Akut Radang sub akut mempunyai sifat diantara radang akut dan kronik.
Pada radang sub akut mempunyai tanda-tanda yang khas yaitu: dolor, rubbor, color,
tumor, fungsiolesa.
3. Radang Kronik: Non Spesifik & Granulamentosa adalah kondisi patologis yang
ditandai dengan inflamasi yang aktif, penghancuran jaringan, perbaikan. Radang
kronik tidak ditandai dengan tanda klasik yang dimiliki radang akut. Karena,
jaringan yang mengalami radang akut diinfiltrasi oleh mononuclear sel imun
(monosit, makrofag, limfosit, dan plasma sel) penghancuran jaringan, dan
mengalami penyembuhan, termasuk juga angiogenesisbdan fibrosis.
Fakor endogen menyebabkan radang akut. Sedangkan factor eksogen menyebabkan
variasi termasuk infeksi bakteri, khususnya Mycobacterium Tuberculosis. Proses
yang lama juga disebabkan oleh agent kimiawi, seperti silica, asap rokok, maupun
respon autoimun seperti rheumatoid arthtritis.
Dalam radang akut, pembuangan stimulus penghentian penarikan monosit ke dalam
jaringan yang mengalami peradangan dan pengeluaran melalui limfatik. Sedangkan
jaringan yang mengalami peradangan kronik memiliki stimulus tersebut yang
menetap, maka dari itu, perekruitan monosit sangat dipertahankan, makrofag yang
sudah ada tetap di tempat, dan proliferasi dari makrofag tetap di rangsang.
Contoh ketidaknormalan inflamasi, yaitu seperti :
1. Asma
2. Autoimun
3. Radang kronik
4. Prostatitis kronik
5. Glomerulonephritis
6. Hipersensitivitis
7. Radang perut
8. Radang pelvis
9. Rheumatoid Arthtritis
10. Penolakan transplantasi
11. Vaskulitis
Bentuk peradangan dapat timbul didasarkan atas jenis eksudat yang terbentuk,
organ atau jaringan tertentu yang terlibat, dan lamanya proses peradangan. Tata
nama proses peradangan memperhitungkan masing-masing variable ini. Berbagai
eksudat diberi nama deskriptif. Lamanya respon peradangan disebut akut;disebut
kronik jika ada bukti perbaikan yang sudah lanjut bersama dengan dumadhsi;dan
disebut subakut jika ada bukti awal perbaikan bersama dengan eksudasi. Lokasi
reaksi peradangan disebut dengan akhiran -it is yang ditambahkan pada nama organ
(misalnya; apendisitis, tonsillitis).

Jenis Radang
Misalnya: radang kataral, radang pseudomembran, ulkus, abses, flegmon, radang
purulen, suppurativaa dan lain-lain.
a) Radang Kataral , Terbentuk diatas permukaan membran mukosa,dimana terdapat
sel-sel yang dapat mensekresi musin. Eksudat musin yang paling banyak dikenal
adalah puck yang menyertai banyak infeksi pernafasan bagian atas.
b) Radang Pseudomembran, Istilah ini dipakai untuk reaksi radang pada permukaan
selaput lendir yang ditandai dengan pembentukan eksudat berupa lapisan selaput
superficial, mengandung agen penyebab, endapan fibrin, sel-sel nekrotik aktif dan
sel-sel darah putih radang.Radang membranosa sering dijumpai dalam orofaring,
trachea,bronkus, dan traktus gastrointestinal.
c) Ulkus. Terjadi apabila sebagian permukaan jaringan hilang sedangkan jaringan
sekitarnya meradang.
d) Abses, Abses adalah lubang yang terisi nanah dalam jaringan. Abses adalah lesi
yang sulit untuk diatasi oleh tubuh karena kecenderungannya untuk meluas dengan
pencairan, kecenderungannya untuk membentuk lubang dan resistensinya terhadap
penyembuhan. Jika terbentuk abses, maka obat-obatan seperti antibiotik dalam
darah sulit masuk ke dalam abses. Umumnya penanganan abses oleh tubuh sangat
dibantu oleh pengosongannya secara pembedahan, sehingga memungkinkan ruang
yang sebelumnya berisi nanah mengecil dan sembuh. Jika abses tidak dikosongkan
secara pembedahan oleh ahli bedah, maka abses cenderung untuk meluas, merusak
struktur lain yang dilalui oleh abses tersebut.
e) Flegmon, Flegmon: radang purulen yang meluas secara defuse pada jaringan.
f) Radang Purulent, Terjadi akibat infeksi bakteri.terdapat pada cedera aseptik dan
dapat terjadi dimana-mana pada tubuh yang jaringannya telah menjadi nekrotik.
g) Radang supuratif, Gambaran ini adalah nekrosis liqeuvaktifa yang disertal
emigrasi neutrofil dalam jumlah banyak.Infeksi supuratif local disebabkan oleh
banyak macam bakteri yang secara kolektif diberi nama piogen (pembentukan
nanah).Yang termasuk piogen adalah stafilokokkus,banyak basil gram negatif.
Perbedaan penting antara radang supuratif dan radang purulen bahwa pada radang
supuratif terjadi nekrosis liquefaktiva dari jaringan dasar. Nekrosis liquefaktiva
adalah jaringan nekrotik yang sedikit demi sedikit mencair akibat enzim.

H. Aspek/Reaksi Sistemik Pada Peradangan


Reaksi sistemik yang menyertai reaksi local pada peradangan diantaranya adalah
1. Demam. Yang merupakan akibat dari pelepasan zat pirogen endogen yang berasal
dari neutrofil dan makrofag. Selanjutnya zat tersebut akan memacu pusat pengendali
suhu tubuh yang ada dihypothalamus.
2. Perubahan hematologis. Rangsangan yang berasal dari pusat peradangan
mempengaruhi proses maturasi dan pengeluaran leukosit dari sumsum tulang yang
mengakibatkan kenaikan suatu jenis leukosit, kenaikan ini disebut leukositosis.
Perubahan protein darah tertentu juga terjadi bersamaan dengan perubahan apa
yang dinamakan laju endap darah.
3. Gejala konstitusional. Pada cedera yang hebat, terjadi perubahan metabolisme dan
endokrin yang menyolok. Akhirnya reaksi peradangan local sering diiringi oleh
berbagai gejala konstitusional yang berupa malaise, anoreksia atau tidak ada nafsu
makan dan ketidakmampuan melakukan sesuatu yang beratnya berbeda-beda
bahkan sampai tidak berdaya melakukan apapun.
Perbedaan Radang Dengan Infeksi adalah ; Peradangan dan infeksi itu tidak
sinonim.Pada infeksi ditandai adanya mikroorganisme dalam jaringan, sedang pada
peradangan belum tentu, karena banyak peradangan yang tejadi steril
sempurna.Jadi infeksi hanyalah merupakan sebagian dari peradangan.

I. Nasib Radang Dan Pemulihan Jaringan Pada Radang


Dengan adanya reaksi peradangan, maka hasil perbaikan yang paling
menggembirakan yang dapat diperoleh adalah, jika terjadi hanya sedikit kerusakan
atau tidak ada kerusakan jaringan di bawahnya sama sekali. Pada keadaan semacam
itu jika agen penyerang sudah dinetralkan dan dihilangkan. Pembuluh darah kecil di
daerah itu memperoleh kembali semipermeabilitasnya, aliran cairan berhenti dan
emigrasi leukosit dengan cara yang sama juga berhenti. Cairan yang sebelumnya
sudah dieksudasikan sedikit demi sedikit diserap oleh pembuluh limfe dan sel-sel
eksudat mengalami disintegrasi dan keluar melalui pembuluh limfe atau benar-
benar dihilangkan dari tubuh. Hasil akhir dari proses ini adalah penyembuhan
jaringan yang meradang jaringan tersebut pulih seperti sebelum reaksi. Gejala ini
disebut resolusi.
Sebaliknya, bila jumlah jaringan yang rusak cukup bermakna jaringan yang rusak
harus diperbaiki oleh proliferasi sel-sel hospes berdekatan yang masih hidup.
Perbaikan sebenarnya melibatkan dua komponen yang terpisah tetapi terkoordinir.
Pertama disebut regenerasi Hasil akhirnya adalah penggantian unsureunsur yang
telah hilang dengan jenis sel yang sama. Komponen perbaikan kedua melibatkan
proliferasi unsur-unsur jaringan penyambung yang mengakibatkan pembentukan
jaringan parut.

J. Penyembuhan luka dan Abses


Koordinasi pembentukan parut dan regenerasi barangkali paling mudah dilukiskan
pada kasus penyembuhan luka kulit. Jenis penyembuhan yang paling sederhana
terlihat pada penanganan luka oleh tubuh seperti pada insisi pembedahan, dimana
pinggir luka dapat didekatkan agar proses penyembuhan dapat terjadi.
Penyembuhan semacam ini disebut penyembuhan primer atau healing by first
intention. Setelah teijadi luka maka tepi luka dihubungkan oleh sedikit bekuan darah
yang fibrinnya bekerja seperti lem. Segera setelah itu terjadilah reaksi peradangan
akut pada tepi luka itu dan sel-sel radang, khususnya makrofag, memasuki bekuan
darah dan mulai menghancurkanya.
Dekat reaksi peradangan eksudat ini, terjadi pertumbuhan ke dalam oleh jaringan
granulasi ke dalam daerah yang tadinya ditempati oleh bekuan darah. Dengan
demikian maka dalam jangka waktu beberapa hari luka itu dijembatani oleh jaringan
granulasi yang disiapkan agar matang menjadi jaringan parut. Sementara proses ini
berjalan maka epitel permukaan di bagian tepi mulai melakukan regenerasi dan
dalam waktu beberapa hari bermigrasi lapisan tipis epitel diatas permukaa
luka.Waktu jaringan parut di bawahnya menjadi matang, epitel ini juga menebal dan
matang sehingga menyerupai kulit yang didekatnya.
Hasil akhirnya adalah terbentuknya kembali permukaan kulit dan dasar jaringan
parut yang tidak nyata atau hanya terlihat sebagai satu garis yang menebal. Pada
luka lainnya diperlukan jahitan untuk mendekatkan kedua tepi luka sampai terjadi
penyembuhan.
Bentuk penyembuhan kedua terjadi jika luka kulit sedemikian rupa sehingga tepi
luka tidak dapat saling didekatkan selama proses penyembuhan. Keadaan ini disebut
healing by second intention atau kadang kala disebut penyembuhan yang disertai
granulasi
Penyembuhan abses akan berlangsung lebih cepat bila isi abses dapat keluar. Abses
kecil akan diorganisasi dan menjadi jaringan ikat. Abses besar hanya sekitarnya akan
diorganisasi dan menjadi jaringan ikat.

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Radang ternya membawa damfak yang positif dan negatif, mengapa demikian karena
peradangan sebenarnya merupakan gejala yang menguntungkan bagi tubuh dan
menjadi pertahanan, ini semua terbukti dengan adanya netralisasi dan pembuangan
agen penyerang, adanya penghancuran jaringan nekrosis dan pembentukan keadaan
yang dibutuhkan untuk perbaikan dan pemulihan. Dan reaksi peradangan itu
sebenarnya adalah peristiwa yang dikoordinasi dengan baik yang dinamis dan
kontinyu. Untuk menimbulkan reaksi peradangan maka jaringan harus hidup dan
khususnya harus memiliki mikrosirkulasi fungsional.
Selain itu radang juga membawa efek yang negatif yaitu : Terjadi reaksi
hipersensitivitas, Kerusakan organ progresif dan Adanya jaringan parut (scar).
Jadi peradangan adalah rangkaian reaksi yang terjadi pada tempat jaringan cedera.
Yang pada proses peradangan tersebut terjadi pelepasan histamine dan zat-zat
humoral lain kedalam cairan jaringan sekitarnya.
Radang sendiri menurut klasifikasi yaitu ; menjadi akut dan kronik. Radang akut
adalah respon tubuh terhadap rangsangan yang merusak dan diselesaikan oleh
pergerakan plasma dan leukosit dari vaskuler ke jaringan yang rusak. Proses ini
merupakan perluasan dan pematangan respon peradangan, termasuk sistem
vaskular dan imun sekitar serta berbagai macam sel di dalam jaringan yang terluka
tersebut. Peradangan yang lama juga disebut dengan peradangan kronik. Radang
akut berlangsung cepat, singkat dan biasanya bersifat berat. Radang kronik bersifat
menetap, berlangsung untuk suatu periode yang panjang. Proses radangnya dapat
dimulai agak cepat atau secara lambat dan pada kasus-kasus tertentu dapat
berlangsung beberapa bulan atau beberapa tahun. Radang kronik juga dapat
merupakan kelanjutan bentuk akut atau bentuk derajat yang berkepanjangan dan
biasanya menimbulkan kerusakan jaringan yang menetap.
Beberapa gejala peradangan diawali dengan timbulnya kemerahan pada bagian
tubuh tertentu, peningkatan suhu, nyeri persendian atau rasa kaku pada sendi.
Biasanya, peradangan meliputi beberapa gejala yang mirip flu biasa, seperti demam,
kedinginan, rasa lelah, kekurangan tenaga, pusing-pusing, kehilangan selera makan
dan otot kaku. Tampaknya gejala-gejala itu yang kemudian diistilahkan dengan
panas dalam oleh Masyarakat awam di Indonesia.

B. Saran
Jangan pernah menganggap remeh atau pun sepele bila terjadi suhu badan yang
panas dalam waktu yang agak lama dan tak kunjung sembuh.
Langkah praktis dalam penanganan radang :
a) Untuk menurunkan panas, flu dan sakit bisa menggunakan obat bebas.
b) Barengi dengan istirahat yang cukup
c) Makanan makanan bergizi dan seimbang.
d) Jika tenggorokan sakit, teguk minuman hangat sebanyak mungkin seperti teh.
e) Jangan minum minuman beralkohol
f) Hindari rokok, baik pasif maupun aktif untuk menghindari radikal bebas.
g) Kurangi minum es, terlebih es yang tidak bersih pembuatannya.
h) Berolahraga teratur
i) Minum vitamin, seperti B Complex dan vitamin C.
j) Jangan Bekerja tidak berlebihan
Penyakit apapun jika dibiarkan dan tidak segera diobati akan membuat hidup
terganggu. Bukan hanya proses menelan makanan yang tidak enak karena sakit,
batuk dan aktivitas jadi berantakan, tapi radang ini juga akan menimbulkan bahaya
lain. Radang tenggorokan kata Himawan bisa menular ke hidung dan menimbulkan
sinusitis, pilek berkepanjangan pada anak-anak, amandel, tonsil, juga ke telinga
(Otitis media akut) infeksi telinga dalam dan jika dibiarkan lagi akan pecah dan
keluar nanah. Infeksi tenggorokan juga bisa menjalar ke paru-paru dan
menyebabkan broncitis (infeksi saluran paru-paru).

DAFTAR PUSTAKA
www.footphysicians.com

Diposkan oleh private.fay.only di 23:5

Diposkan oleh Mas Didi' di 21:42

Kresno, Siti Boedina. 2003. Imunologi: Diagnosis dan Prosedur Laboratorium.


Jakarta : Balai Penerbit FKUI. Pp: 4-12

Tim Field Lab FKUNS. 2008. Keterampilan Imunisasi. Surakarta: FKUNS. Pp: 5-7.

Ganong, William F. 1998. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. 17th . Jakarta: EGC. Pp:
506-513.

Bellanti, Joseph A. 1993. Imunologi III. Yogyakarta: UGM Press. Pp: 12-16,551-559.

Guyton, AC. 1997. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. 9th . Jakarta: EGC.pp: 555,567.

Widmann, Frances K. 1995. Tinjauan Klinis Atas Hasil Pemeriksaan Laboratorium.


Jakarta: EGC. pp: 173-180.

(Wey/M-1, Media Indonesia, minggu 5 Agustus 2007).

Price, Sylvia Anderson, 1994, Patofisiologi : Konsep Klinis Proses proses Penyakit
;Alih Bahasa, Peter Anugrah ; editor Caroline Wijaya, Ed. 4, EGC, Jakarta.

Robbine dan Kumar, 1992, Buku Ajar Patologi; Alih Bahasa, Staf Pengajar
Laboratorium Patologi Anatomik FK-UNAIR Surabaya, Ed. 4 EGC, Jakarta.

Diposkan oleh hanung di 21.29

Tidak ada komentar:

Poskan Komentar

Posting Lebih Baru Posting Lama Beranda


Langganan: Poskan Komentar (Atom)

hanungabadi
Pengikut
Arsip Blog
 ▼ 2009 (10)
o ▼ April (10)
 sejarah filsafat
 sejarah filsafat
 Radang
 tetanus
 tetanus
 tetanus
 kemiskinan
 filsafat
 sistem ekonomi pancasila
 sistem ekonomi pancasila

Mengenai Saya
hanung
Lihat profil lengkapku

Anda mungkin juga menyukai