Anda di halaman 1dari 10

C.

Proses Abstraksi

Setelah analisis hujan telah diselesaikan, maka langkah selanjutnya dalam analisis
hidrologi adalah memperkirakan pengalihragaman hujan hingga menjadi aliran. Proses
alam ini sangat kompleks, sehingga untuk memperkirakannya dapat menggunakan
persamaan-persamaan empiris atau melalui eksperimen namun dengan biaya yang cukup
tinggi. Baik persamaan empiris maupun hasil eksperimen agar dapat diberlakukan secara
umum, hasilnya masih perlu diuji melalui tahapan kalibrasi bagi parameter yang terkait.

Hujan yang jatuh ke permukaan bumi dapat dikategorikan dalam beberapa kelompok
elemen proses hidrologi:
1. Bagian hujan yang tertahan di permukaan (intersepsi, detention storage, retention
storage),
2. Bagian hujan yang mengalir ke bawah permukaan (infiltrasi), dan
3. Bagian hujan yang mengalir di permukaan (direct runoff, surface runoff, channel
flow).
4. Ada bagian hujan yang kembali ke atas permukaan melalui proses penguapan.
Dalam analisis pengalihragaman hujan-aliran, proses penguapan umumnya
diabaikan.

Berikut adalah uraian dari masing-masing elemen proses hidrologi yang dimaksud.

1. Intersepsi (interseption)
Hujan yang jatuh ada yang tidak sempat menyentuh permukaan bumi, tetapi jatuh dan
tertahan di tanaman. Proses ini disebut sebagai intersepsi. Aliran dari kelebihan kapasitas
intersepsi didekati dengan persamaan:
Av
Dc  (3.1)
Al

St   PxDc   Ein (3.2)


Tin   Sin ( t 1)  Si   S max (3.3)
bila negatif  0

1
jika Tin < 0 maka Tin = 0;

dengan:
Dc = luas penutup per luas DAS
Av = proyeksi horisontal permukaan lahan ditumbuhi tanaman
Ai = luas permukaan lahan mengandung Av
St = perubahan intersepsi per luas penutup bila intersepsi < kapasitas max
P = hujan per luas DAS
Ein = evaporasi dan transpirasi dari intersepsi per satuan luas
Tin = kelebihan air intersepsi (throughfall)
Sin = intersepsi pada waktu (t-1)
Si = penambahan intersepsi pada waktu t
Smax = kapasitas maksimum intersepsi

Contoh:
Suatu daerah dengan kapasitas tampung intersepsi sebesar 4 mm (Smax). Pada kondisi awal
hujan, intersepsi dan kelembaban adalah nol. Plot hubungan antara waterbalance,
throughfall, tampungan intersepsi, dan kehilangan karena intersepsi bila terjadi hujan dan
evaporasi seperti dalam tabel. Anggap 100% kepadatan canopy.

T (jam) 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Hujan 1.5 2.5 2 3.5 1.5 0.5 0.5
(P.Da),
mm/area
canopy
Evaporasi 0.5 0.5 0.5 0.25 0.5 1.0 1.0 1.5 1.5 1.5 1.5 1.5
(Ein), mm
Si 1 2 1.5 3.25 1 -0.5 -0.5 -1.5 -1.5 -1.5 -1.5 -1.5
Throughfall
(Si-
Smax)
Sin

Gambar

2. Infiltrasi

2
Hujan yang jatuh ke permukaan bumi sebagian akan meresap masuk ke bawah
permukaan bumi. Proses masuknya air ke bawah permukaan bumi disebut infiltrasi. Air
yang masuk ke bawah permukaan bumi tergantung pada besarnya intensitas hujan dan
kapasitas infiltrasi dari masing-masing daerah.

2.1. Faktor Pengaruh


Kapasitas infiltrasi tergantung pada beberapa faktor, antara lain:
1. tinggi genangan dan tebal lapisan tanah yang jenuh air. Perhatikan Gambar-2.

Genangan D

Lapisan tanah jenuh L

Lapisan tanah tak jenuh

Banyak cara dapat digunakan untuk memperkirakan laju resapan dan kumulatif
resapan, antara lain cara: Horton, Philip, Indeks, dan Green-Ampt. Horton menyatakan
bahwa infiltrasi berawal dari suatu laju f0 dan berangsur-angsur berkurang mengikuti
lengkung eksponensial sampai mencapai laju konstan fc dan persamaan Philip
menggambarkan pengaruh soil suction head dan gravity head (Chow, 1988). Cara
Indeks menganggap bahwa infiltrasi terjadi secara konstan sepanjang kejadian hujan.
Asumsi ini cenderung underestimate pada laju infiltrasi awal dan overestimate pada
laju infiltrasi akhir (Viessman dkk., 1977).

Semua cara yang telah diuraikan menggunakan asumsi bahwa air menggenang dengan
kedalaman kecil pada permukaan tanah, sehingga semua air dapat meresap ke dalam
tanah. Padahal, selama hujan, air akan tergenang pada permukaan hanya jika intensitas
hujan lebih besar daripada kapasitas infiltrasi tanah (Chow dkk., 1988). Mein dan
Larson (dalam Chow dkk, 1988) memperkenalkan cara untuk menentukan waktu
genangan berdasarkan persamaan Green-Ampt.

Berikut adalah uraian mengenai pendekatan dalam mengestimasi laju infiltrasi atau
jumlah air yang masuk ke bawah permukaan bumi.

3
1. Cara Green Ampt
Mein dan Larson (dalam Chow dkk, 1988) memperkenalkan cara untuk menentukan
waktu genangan berdasarkan persamaan Green-Ampt.

Pada tahap awal, laju resapan dihitung berdasarkan persamaan berikut:


  
ft  K   1 (3/4)
 Ft 
dengan:
Ft = infiltrasi komulatif pada akhir waktu t (cm)
 = tinggi tekanan kapiler (cm)
 = perbedaan isi kelembaban tanah pada keadaan awal dan akhir
K = daya konduksi tanah (cm/jam)
ft = laju resapan pada waktu t (cm/jam)

Bila ft ≤ it maka terjadi genangan selama interval hujan dan kumulatif resapan pada
akhir interval dapat dihitung dengan persamaan berikut:
F   
Ft  t  Ft  Kt   ln  t  t  (3.5)
 Ft   
dengan:
t = interval waktu (jam)

Bila ft > it maka kemungkinan tidak terjadi genangan sepanjang interval atau terjadi
genangan yang dimulai dalam penggal interval. Pada keadaan seperti ini dihitung
kumulatif resapan sementara (tentative) dan laju resapan sementara dengan
menggunakan persamaan berikut:
Ft' t  Ft  it t (3.6)
   
f t' t  K   1 (3.7)
F ' 
 t  t 
Bila f
'
t  t  it maka tidak terjadi genangan sepanjang interval dan kumulatif resapan
sama dengan kumulatif resapan sementara, yaitu:

Ft  t  F 't  t (3.8)

4
Sebaliknya, genangan terjadi mulai dalam penggal interval. Pada keadaan ini terlebih
dulu dihitung Fp (kumulatif resapan waktu genangan) dan t’ berdasarkan persamaan
berikut:
K
Fp  ; (it > K) (3.9)
it  K
F p  Ft
t   (3.10)
it
Fp dan t’ selanjutnya disubtitusikan dalam persamaan, dengan Ft = Fp dan t =

t -t’. Chow dkk. (1988) menyatakan bahwa nilai-nilai porositas (), porositas efektif

(e), tinggi tekanan kapiler (), dan daya konduksi tanah (K) dapat diperkirakan dari

Tabel C.1

Tabel C.1. Parameter infiltrasi Green-Ampt

 K
Kelas tanah  e
cm cm/jam
Sand 0.437 0.417 4.95 11.78
0.374-0.500 0.354-0.480 0.97-25.36
Loamy sand 0.437 0.401 6.13 2.99
0.363-0.506 0.329-0.473 1.35-27.94
Sandy loam 0.453 0.412 11.01 1.09
(0.351-0.555) (0.283-0.541) (2.67-45.47)
Loam 0.463 0.434 8.89 0.34
(0.375-0.51) (0.334-0.534) (1.33-59.38)
Silt loam 0.501 0.486 16.68 0.65
(0.420-0.582) (0.394-0.578) (2.92-95.39)
Sandy clay 0.398 0.330 21.85 0.15
loam (0.332-0.464) (0.235-0.425) (4.42-108.00)
Clay loam 0.464 0.30 20.88 0.10
(0.409-0.519) (0.279-0.501) (4.79-91.10)
Silty clay loam 0.471 0.432 27.30 0.10
(0.418-0.524) (0.347-0.517) (5.67-131.50)
Sandy clay 0.430 0.321 23.90 0.06
(0.370-0.490) (0.207-0.435) (4.08-140.20)
Silty clay 0.479 0.423 29.22 0.05
(0.425-0.533) (0.334-0.512) (6.13-139.40)
clay 0.475 0.385 31.63 0.03
(0.427-0.523) (0.269-0.501) (6.39-156.50)
2. Cara Horton

5
f t  f c   f 0  f c  e  K .t
Dengan:
ft = kapasitas infiltrasi pada waktu t (cm/jam)
fc = kapasitas infiltrasi setelah mencapai harga tetap
f0 = kapasitas infiltrasi awal proses
K = konstanta
t = waktu dihitung dari permulaan hujan (jam)

3. Cara Honer dan Loyd


 Cari luas DAS yang akan dihitung infiltrasinya
 Cari data hujan, tentukan intensitas hujannya, dan gambarkan sebagai pola hujan
 Gambarkan lengkung infiltrasi pada gambar pola hujan
 Gambarkan hidrograf aliran di bawah pola hujan dengan skala sama dan cari luas
hidrograf tiap bagian =A
 Cari tinggi hujan yang menyebabkan limpasan = P
 Cari besarnya limpasan, yaitu luas hidrograf dibagi luas DAS = Q
 Cari besarnya infiltrasi yang terjadi selama periode tersebut: F = P –Q
 Cari lamanya waktu kejadian infiltrasi: t = waktu hujan lebih + 1/3 periode ekstra
 Cari f = F/t, plot sebagai ordinta pada jarak t/2 dari saat kejadian hujan lebih pada
gambar pola hujan

Contoh:

4. Cara Index-

6
 Jika data hujan dan aliran tidak mencukupi untuk penggambaran lengkung
infiltrasi
 Infiltrasi dianggap terjadi sepanjang kejadian hujan secara konstan sepanjang
waktu.
 Indeks- adalah hujan rerata minimum yang mengakibatkan volume aliran
volume hujan  massa infiltrasi  basin recharge.
 Jadi, massa infiltrasi yang dinyatakan dengan indeks- adalah selisih antara
jumlah hujan dan jumlah aliran, dengan kehilangan permulaan sudah termasuk di
dalamnya.
 Garis infiltrasi digambar linear horisontal sejajar absis
 Cara ini merupakan cara coba-coba, hingga diperoleh volume aliran  volume
hujan
ba sin rech arg e R  Q
 
lama hujan t
Prosedur:
1. Data aliran diplot sebagai hidrograf untuk menentukan aliran dasar dan aliran
langsung
2. Data hujan yang mengakibatkan aliran diplot
3. Aliran langsung dijumlahkan, demikian juga dengan hujan
4. Ubah aliran langsung jadi tebal air
5. Basin recharge = jumlah hujan = aliran langsung = r – q
6. Cari lama hujan yang mungkin menyebabkan aliran langsung, misal t
7. Index- dicari dengan persamaan
8. Kontrol, apakah dengan index-, hujan efektif yang terjadi = aliran langsung
9. Jika tidak sama, ulangi dengan menentukan nilai t baru sehingga tercapai kondisi
hujan efektif = aliran langsung
10. Jika telah sama, gambarkan index- pada diagram hujan
11. Selanjutnya akan diperoleh nilai rerata infiltrasi basin tersebut

contoh:
suatu sungai dengan luas 250 Km2 memiliki data aliran dan data hujan seperti dalam
tabel.

Waktu Hujan Waktu Debit


(jam) (mm) (jam) (m3/dt)
16-17 0 16 200 0
17-18 1 17 200 0
18-19 11 18 200 1
0
19-20 8 19 265 7
20-21 12 20 245 1
1
21-22 5 21 490 4

7
22-23 4 22 500 3
23-24 2 23 455 1
24-01 1 24 425 0
01-02 0 01 390 0
02 350
03 315
04 280
05 260
06 230
07 210
08 200
09 200
10 200
 44 3
6

Waktu Debit Aliran Dasar Aliran Langsung


(jam) (m3/dt) (m3/dt) (m3/dt)
18 200 200 0
19 265 200 65
20 445 200 225
21 490 200 290
22 500 200 300
23 455 200 255
24 425 200 225
01 390 200 190
02 350 200 150
03 315 200 115
04 280 200 80
05 260 200 60
06 230 200 30
07 210 200 10
08 200 200 0
14  1770

1770 x 3600
Aliran langsung =  0.0254 m = 25.4 mm
250  10 6
Basin recharge = 44-25.4=18.6 mm
18.6
Index- = = 2.32 mm/jam
8
Hujan kurang dari 2.32 mm/jam tidak efektif, maka harus dicoba lagi dengan nilai yang
lain. Garis index- dinaikkan satu tingkat hujan.

Basin recharge = 42-25.4=16.6

8
16.6
Index- = = 2.77 mm/jam
6
Hujan kurang dari 2.77 mm/jam tidak efektif. Plot index- tidak sesuai asumsi. Garis
index- dinaikkan satu level lagi.

Basin recharge = 40-25.4=14.6


14.6
Index- = = 2.92 mm/jam
5

Kontrol: hujan efektif = 40-(5 x 2.77) = 25.4 mm

Kontrol hujan efektif dan letak garis index- sesuai asumsi, maka index- dapat
digunakan. Plot gambar hujan dan index-.

5. Cara Pengukuran Langsung


Alat untuk mengukur infiltrasi di lapangan adalah infiltrometer, yang terdiri dari 2
silinder dengan ukuran yang berbeda.

9
10

Anda mungkin juga menyukai