Anda di halaman 1dari 6

Kata Pengantar

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, Saya
panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan
inayah-Nya kepada Saya. Tak lupa shalawat serta salam selalu dijunjungkan kepada Nabi Agung
dan suri tauladan kita semua, Muhammad SAW yang kita tunggu syafaatnya di yaumul akhir nanti.
Sehingga Saya dapat menyelesaikan makalah ilmiah tentang Menjadi Murabbi yang Ideal

Makalah ini telah Saya susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai
pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu Saya menyampaikan
banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.

Terlepas dari semua itu, Saya menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik
dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka Saya
menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar Saya dapat memperbaiki makalah ini.

Akhir kata Saya berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat maupun inpirasi
terhadap pembaca.

Surakarta, 08 Desember 2017

Muhammad Rizki Almalik


Daftar Isi
BAB I

Pendahuluan

I.I. Latar Belakang

Sulitnya sebuah proses biasanya membuahkan hasil yang berkualitas, oleh karena itu
proses dakwah yang dilakukan Rasulullah SAW bukanlah perkara yang mudah. Berdakwah
memang tidak mudah, berdakwah melalui proses tarbiyah ibarat menanam pohon jati, yang harus
senantiasa dijaga dan dipelihara sehingga akarnya tetap kuat menghunjam dan tidak goyah diterpa
badao dan angina kencang, oleh karena itu jalan tarbawi adlah proses menuju pembentukan pribadi
yang paten, atau dengna kata lain memiliki imuitas baik secara moral, gagasan, dan structural.
Dakwah adalah perjalanan Panjang yang dilalui tidak hanya oleh satu generasi, bahkan untuk dapat
mencapai target dan sasaran jangka panjangnya membutuhkan beberapa generasi. Kepribadian
yang sholeh adalah kepribadian yang telah teruji dengan panjangnya perjalanan dakwah,
kepribadian yang hammasah adalah kepribadian yang tak lekang karena “panas” dan tak lapuk
karena “hujan”, sebagai ujian dan cobaan dalam berdakwah. Dakwah adalah lari estafet bukan
sprint, untuk itu diperlukan kesabaran untuk mencapai target dan sasaran dengan kwalitas terjamin.
Lari estafet memang tampak kelihatan lambat, akan tetapi potensi dan tenaga didistribusikan
secara kolektif dan kerjasama terarah secara baik untuk memberikan sebuah jaminan kemenangan
di garis akhir. Keberhasilan sebuah dakwah akan tampak sejauh mana keterjaminannya bila
dihadapkan oleh situasi dan kondisi yang menguji integritas pribadinya.

Sudah menjadi hal yang lazim bagi setiap pekerjaan yang dilaksanakan oleh seseorang,
harus ada kesiapan dan persiapan sebelumnya. Sebagai contoh membangun sebuah bangunan yang
kokoh tidak mungkin bisa tanpa adanya ahli bangunan. Begitu juga membangun manusia dalam
proses tarbiyah membutuhkan murabbi-murabbi professional. Proses tarbiyah pekerjaan yang
sangat berat dan tidak mudah, karena tarbiyah berarti mempersiapkan manusia dengan membentuk
dan memformatnya menjadi syakhsyiah da’I setelah menghilangkan potensi negative dan
mengembangkan potensi positifnya. Tarbiyah berarti berinteraksi denan manusia. Orang yang
berinteraksi dengan makhluk selain manusia dengan mudah dapat menundukkan dan
mengendalikannya, namun berinteraksi dengan manusia tidka bisa disamakan dengan binatang
atau yang lainnya. Oleh karena itu tidak semua orang tidak bisa mentarbiyah, bahkan orang yang
sudah memiliki pemahaman yang bagus, latar belakang ilmiah yang memadai, kemampuan
berbicara dan berdialog yang baik pun belum cukup untuk menjadi murabbi yang ideal. Mengingat
mentarbiyah manusia bukan pekerjaan yang ringan maka para murabbi dituntut untuk terus
melakukan peningkatan kualitas diri agar menjadi murabbi yang ideal.

I.II. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, dapat dikerucutkan menjadi beberapa rumusan masalah
sebagai berikut :

1. Apa itu Murabbi?


2. Bagaimana Tugas dan Tanggung Jawab Murabbi?
3. Bagaimana Peran Murabbi kampus dalam Dakwah Kampus?
4. Bagaimana Pola Komunikasi dengan Sesama Murabbi dan Mutarabbi?
BAB II

Pembahasan

II.I. Definisi Murabbi

Murabbi adalah orang yang melaksanakan proses tarbiyah, dengan focus kerjanya adalah
pembentukan pribadi muslim sholih muslih, yang memperhatikan aspek pemeliharaan (ar-ria,yah),
pengembangan (at-tanmiah), dan pengarahan (at-taujih) serta pemberdayaan (at-tauzhif). Murobbi
adalah seorang da’i yang membina mad’u dalam halaqah. Ia bertindak sebagai qiyadah
(pemimpin), ustadz (guru), walid (orang tua), dan shohabah (sahabat) bagi mad’unya.

II.II. Tugas dan Tanggung Jawab Murabbi

Di dalam Al-Qur’an telah banyak ayat yang menjelaskan fungsi atau tugas dan tanggung
jawab murabbi, seperti dalam surat Al-Baqoroh ayat 151, Ali Imron ayat 164, dan Al-Jumu’ah
ayat 2. Di dalam surat Al-Baqoroh ayat 151 Allah SWT berfirman yang artinya, “Sebagaimana
kami telah utus kepada kamu seorang rasul (Muhammad) membacakan kepadamu ayat-ayat
Kami, membersihkan jiwa-jiwa kamu, mengajarkan kepada kamu Al-kitab dan al-hikmah dan
mengajarkan kepada kamu apa apa yang kamu belum mengetahuinya”.

Di dalam ayat ini setidaknya ada 3 poin penting yaitu :

Pertama, Rasulullah diutus kepada ummatnya sebagai murabbi (kama arsalna fikum rosulan
minkum). Kedua, Rasulullah dalam melaksanakan fungsi tarbiyah dibekali manhaj dan
penguasaannya yang benar dan utuh (yatlu ‘alaikum ayatina). Ketiga, Proses tarbiyah yang
dilakukan Rasulullah memeprhatikan 3 aspek penting yaitu, mensucikan jiwa agar terbentuknya
ruhiyah ma’nawiyah (mentalitas spiritiul), mengajarkan ilmu agar terbentuknya fikrah tsaqifiah
(wawasan intelektual), mengajarkan cara beramal agar terbentuknya amaliah harokiah (amal dan
harokah).

Jika diperhatikan dalam ayat tersebut diatas tazkiyatun nafs (pembersihan jiwa) menjadi
skala prioritas dalam proses tarbiyah sebelum memberikan wawasan intelektualitas dan berbagai
aktivitas, karena perubahan dan perbaikan manusia harus dimulai dari perubahan dan perbaikan
jiwa sebagaimana dalam firman Allah SWT dalam surat Ar-Ra’d ayat 11 yang artinya,
“Sesungguhnya Allah tidak akan merubah keadaan suatu kaum sehingga kaum itu merubah
keadaan dirinya”. Walaupun murabbi tidak boleh mengabaikan sisi yang lainnya seperti
intelektualitas dan aktivitas secara seimbang dan berkesinambungan.

Murabbi dalam melaksanakan proses tarbiah berfungsi sebagai berikut, Pertama, Walid
atau Orang tua dalam hubungan emosional. Kedua, Syaikh atau Bapak Spiritual dalam tarbiyah
ruhiya., Ketiga, Ustadz atau Guru dalam mengajarkan ilmu. Keempat, Qoid atau Pemimpin dalam
kebijakan umum dakwah.

II.III. Peran Murabbi Kampus dalam Dakwah Kampus

Dalam skala dakwah kampus, keberadaan murabbi sangat penting bagi keberlangsungan
perjuangan dakwah kampus. Dari tangan murabbilah lahir kader-kader dakwah kampus yang
tangguh dan handal memperjuangkan Islam. Jika dari tangan muballigh lahir orang-orang yang
“melek’ terhadap pentingnya Islam dalam kehidupan, maka murobbi melajutkan kondisi “melek”
tersebut menjadi kondisi terlibat dan terikat dalam perjuangan Islam. Urgensi murobbi dalam
perjuangan Islam bukan hanya retorika belaka, tapi sudah dibuktikan dalam sejarah panjang umat
Islam. Dimulai oleh Nabi Muhammad saw sendiri ketika beliau menjadi murobbi bagi para
sahabatnya.

Peran murabbi kampus dalam dakwah kampus menurt hemat saya adalah sebgai berikut,
Pertama, Walid atau Orang tua dalam hubungan emosional. Kedua, Syaikh atau Bapak Spiritual
dalam tarbiyah ruhiya., Ketiga, Ustadz atau Guru dalam mengajarkan ilmu. Keempat, Qoid atau
Pemimpin dalam kebijakan umum dakwah.

II.IV. Pola Komunikasi dengan Sesama Murabbi dan Mutarabbi

https://halaqohdakwah.wordpress.com/2008/11/14/murobbi/

Anda mungkin juga menyukai