BAB I
PENDAHULUAN
A. Rasional
1. Latar Belakang
Kondisi Nyata
Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 mengamanatkan bahwa pembentukan
Pemerintah Negara Indonesia yaitu antara lain untuk mencerdaskan kehidupan bangsa.
Untuk mewujudkan upaya tersebut, Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 31 Ayat (3)
memerintahkan agar Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem
pendidikan nasional, yang meningkatkan keimanan dan ketakwaan serta akhlak mulia
dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, yang diatur dengan undang-undang.
Perwujudan dari amanat Undang-Undang Dasar 1945 yaitu dengan diberlakukannya
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, yang
merupakan produk undang-undang pendidikan pertama pada awal abad ke-21.
Undang-undang ini menjadi dasar hukum untuk membangun pendidikan nasional
dengan menerapkan prinsip demokrasi, desentralisasi, dan otonomi pendidikan yang
menjunjung tinggi hak asasi manusia. Sejak Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus
1945, undang-undang tentang sistem pendidikan nasional telah mengalami beberapa
kali perubahan.
Kondisi Ideal
Pendidikan nasional, sebagai salah satu sektor pembangunan nasional dalam
upaya mencerdaskan kehidupan bangsa, mempunyai visi terwujudnya sistem
pendidikan sebagai pranata sosial yang kuat dan berwibawa untuk memberdayakan
semua warga negara Indonesia berkembang menjadi manusia yang berkualitas
sehingga mampu dan proaktif menjawab tantangan zaman yang selalu berubah. Makna
manusia yang berkualitas, menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional, yaitu manusia terdidik yang beriman dan bertakwa
kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif,
mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis dan bertanggung jawab. Oleh
karena itu, pendidikan nasional harus berfungsi secara optimal sebagai wahana utama
dalam pembangunan bangsa dan karakter.
Penyelenggaraan pendidikan sebagaimana yang diamanatkan dalam Undang-Undang
Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional diharapkan dapat
D. Tujuan Sekolah
Tujuan penyelenggaraan pendidikan di SMK Negeri Jumantono adalah :
1. Menyiapkan peserta didik yang cakap, mampu memahami dan menerapkan budi
pekerti luhur.
2. Menyiapkan peserta didik untuk memasuki dunia kerja serta mengembangkan sikap
profesional.
3. Menyiapkan peserta didik mampu memilih karier, berkompetisi dan mengembangkan
sikap mandiri.
4. Menyiapkan tenaga kerja untuk mengisi kebutuhan dunia usaha / industri bersikap.
5. Menyiapkan peserta didik agar mampu bersaing untuk melanjutkan ke jenjang
pendidikan yang lebih tinggi.
6. Menyiapkan dan melaksanakan kegiatan rekayasa teknologi.
7. Menyiapkan dan melaksanakan komponen-komponen persyaratan sekolah berstandar
internasional.
8. Merumuskan dan melaksanakan kebutuhan dan harapan pelanggan.
9. Menjadikan tempat praktek bersama dengan SMK lain.
10. Menjadikan tempat pelatihan kerja, memberikan pelatihan keterampilan bagi
masyarakat setempat.
11. Memiliki mitra dengan industri lokal, nasional dan internasional.
12. Menyelenggarakan program pendidikan karakter bangsa.
13. Menyelenggarakan praktek kewirausahaan, teaching facroty/business center dan
bermitra dengan industri.
14. Mewujudkan sarana prasarana minimal sesuai dengan standar.
E. Profil Lulusan yang akan dihasilkan SMKN Jumantono
1. Mampu melaksanakan satu tugas spesifik, dengan menggunakan alat, dan informasi,
dan prosedur kerja yang lazim dilakukan, serta menunjukkan kinerja dengan mutu
yang terukur, di bawah pengawasan langsung atasannya;
2. Memiliki pengetahuan operasional dasar dan pengetahuan faktual bidang kerja yang
spesifik, sehingga mampu memilih pemecahan yang tersedia terhadap masalah yang
lazim timbul;
3. Bertanggungjawab pada pekerjaan sendiri dan dapat diberi tanggung jawab
membimbing orang lain.
Deskripsi Jenjang Kualifikasi 3 KKNI:
BAB II
STRUKTUR DAN MUATAN KURIKULUM SMKN JUMANTONO
Kompetensi Lulusan
Berperilaku yang mencerminkan sikap:
1. Beriman dan bertakwa kepada Tuhan YME;
2. Jujur, disiplin, empati, dan pembelajar sejati sepanjang hayat;
3. Bangga dan cinta tanah air, bangga pada profesinya, dan berbudaya nasional;
4. Memelihara kesehatan jasmani, rohani, dan lingkungan;
5. Berpikir kritis, kreatif, beretika-kerja, bekerja sama, berkomunikasi, dan bertanggung jawab
pada pekerjaan sendiri dan dapat diberi tanggung jawab membimbing orang lainsesuai
bidang dan lingkup kerja dalam konteks diri sendiri, keluarga, sekolah, masyarakat, bangsa,
negara, dan industri lingkup lokal, nasional, regional, dan internasional.
Kompetensi Lulusan
Berfikir secara faktual, konseptual, operasional dasar, prinsip, dan metakognitif sesuai
denganbidang dan lingkup kerjapada tingkat teknis, spesifik, detil, dan kompleks, berkenaan
dengan:
1. Ilmu pengetahuan,
2. Teknologi,
3. Seni,
4. Budaya, dan
5. Humaniora
Dalamkonteks pengembangan potensi diri sebagai bagian dari keluarga, sekolah, dunia kerja,
warga masyarakat lokal, nasional, regional, dan internasional.
Kompetensi lulusan
Bertindak produktif, mandiri, kolaboratif, dan komunikatif dalam:
1. Melaksanakan tugas dengan menggunakan alat, informasi, dan prosedur kerja yang lazim
dilakukan serta menyelesaikan masalah sederhana sesuai dengan bidang kerja, dan
2. Menampilkan kinerja mandiri dengan pengawasan langsung atasan berdasarkan kuantitas
dan kualitas terukur sesuai standar kompetensi kerja, dan dapat diberi tugas membimbing
orang lain.
Sebagaimana tertuang pada rumusan SKL, kompetensi yang bersifat generik
mencakup 3 (tiga) ranah yakni sikap, pengetahuan dan keterampilan. Ranah sikap dipilah
menjadi sikap spiritual dan sikap sosial. Pemilahan ini diperlukan untuk menekankan
pentingnya keseimbangan fungsi sebagai manusia seutuhnya yang mencakup aspek
spiritual dan aspek sosial sebagaimana diamanatkan dalam tujuan pendidikan nasional.
Dengan demikian kompetensi yang bersifat generik tersebut diuraikan menjadi empat yaitu
kompetensi inti sikap spiritual disebut KI-1, kompetensi inti sikap sosial disebut KI-2,
kompetensi inti pengetahuan disebut KI-3, dan kompetensi inti keterampilan disebut KI-4.
Muatan Nasional terdiri atas enam Mata Pelajaran yaitu: (1) Pendidikan Agama
dan Budi Pekerti; (2) Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan; (3) Bahasa Indonesia;
(4) Matematika; (5) Sejarah Indonesia; (6) Bahasa Inggris dan Bahasa Asing Lainnya.
Muatan Kewilayahan berisi dua Mata Pelajaran yaitu: (1) Seni Budaya dan (2) Pendidikan
Jasmani, Olahraga, dan Kesehatan. Muatan Peminatan Kejuruan yang terdiri atas tiga
subkelompok, yaitu: (1) Dasar Bidang Keahlian; (2) Dasar Program Keahlian; (3)
Kompetensi Keahlian. Keputusan Dirjen Dikdasmen Nomor 4678/D/KEP/MK/2016
tentang Spektrum Keahlian PMK menetapkan 9 (Sembilan) Bidang Keahlian dan 48
Program Keahlian sebagaimana pada Tabel 5 berikut. Struktur lengkap Bidang Keahlian,
Program Keahlian, dan Kompetensi Keahlian silahkan lihat Spektrum PMK 2016.
Tabel 6. STRUKTURKURIKULUM
SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN/MADRASAH ALIYAH KEJURUAN
3 Akuntansi Keuangan - - - - - -
4 Komputer Akuntansi - - - - - -
5 Administrasi Pajak - - - - - -
6 Produk Kreatif dan Kewirausahaan - - - - - -
Jumlah 22 22
2. Mata Pelajaran
Struktur Kurikulum SMK/MAK terdiri atas mata pelajaran muatan nasional,
mata pelajaran muatan kewilayahan, dan mata pelajaran peminatan kejuruan
kelompok C. Mata pelajaran peminatan kejuruan kelompok C dikelompokan atas
mata pelajaran Dasar Bidang Keahlian (kelompok C1), mata pelajaran Dasar
Program Keahlian (kelompok C2), dan mata pelajaran Kompetensi Keahlian
(kelompok C3). SMK dan MAK dapat terdiri atas 3 (tiga) tingkatan kelas, sesuai
dengan tuntutan dunia kerja.
Muatan kurikulum pada tingkat nasional dikembangkan oleh pemerintah pusat,
terdiri atas kelompok mata pelajaran muatan nasional, kelompok mata pelajaran
muatan kewilayahan, dan kelompok mata pelajaran peminatan kejuruan (C 1, C2 dan
C3), termasuk bimbingan konseling dan ekstrakurikuler wajib pendidikan
kepramukaan. Muatan kurikulum pada tingkat nasional yang dimuat dalam KTSP
adalah sebagaimana yang diatur dalam ketentuan, untuk SMK mengacu pada
Permendikbud No. 70 Tahun 2013 tentang Kerangka Dasar dan Struktur
Kurikulum SMK/MAK; yang diperbaharui dengan Permendikbud Nomor 60 Tahun
2014 tentang Struktur Kurikulum SMK/MAK, diperbaharui lagi pada Keputusan
Dirjen Dikdasmen Nomor 130/D/KEP/KR/2017. Kurikulum SMK wajib memuat:
1. Pendidikan Agama dan Budi Pekerti;
2. Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan;
3. Bahasa Indonesia;
4. Matematika;
5. Sejarah Indonesia;
6. Bahasa Inggris dan bahasa Asing Lainnya;
7. Seni Budaya;
8. Pendidikan Jasmasi, Olahraga dan Kesehatan;
9. Muatan Peminatan Kejuruan, serta
10. Muatan lokal.
Atas dasar itu, maka mata pelajaran wajib pada kurikulum SMK terdiri atas
Pendidikan Agama dan Budi Pekerti, Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan,
Muatan lokal yang berlaku untuk seluruh wilayah provinsi ditetapkan dengan
peraturan gubernur, kemudian disiapkan Kurikulumnya (KD dan Silabus dengan
mengacu pada Kompetensi Inti (KI) dan Standar Kompetensi Lulusan (SKL)
kurikulum 2013.
Muatan lokal yang berlaku untuk seluruh wilayah kabupaten/kota ditetap-kan dengan
peraturan bupati/walikota, kemudian disiapkan Kurikulumnya (KD dan Silabus dengan
mengacu pada Kompetensi Inti (KI) dan Standar Kompetensi Lulusan (SKL)
kurikulum 2013.
Muatan lokal yang berlaku hanya untuk satuan pendidikan (mulok sekolah) ditetapkan
oleh Yayasan atau kepala sekolah (bagi sekolah swasta). Mulok yang diselenggarakan
oleh Tingkat Kabupaten/Kota maupun sekolah dilaporkan ke Dinas Pendidikan
Provinsi.
Bahasa Jawa sebagai muatan lokal provinsi Jawa Tengah berdasarkan Peraturan Daerah
Jawa Tengah Nomor 9 Tahun 2012 dan Peraturan Gubernur Jawa Tengah Nomor 57 tahun
2013 sebagai mata pelajaran yang berdiri sendiri terpisah dan dimasukan dalam struktur
kurikulum satuan pendidikan dengan alokasi waktu 2 jam per minggu untuk semua kelas
(kelas X, XI dan XII) semester 1 dan 2.
Pengembangan muatan lokal meliputi latar belakang, tujuan, ruang lingkup, KI, KD dan
arah pengembangan mata pelajaran dilaksanakan melalui kegiatan :
1. Menganalisis informasi tentang potensi daerah yang meliputi aspek sosial, ekonomi,
budaya, kekayaan alam, dan sumber daya manusia yang ada di daerah, serta prioritas
pembangunan daerah di berbagai sektor yang selaras dengan Kompetensi Keahlian
dan perkembangan usia peserta didik. \
3. Menetapkan nama mata pelajaran muatan lokal dan menentukan prioritas bahan kajian
muatan lokal yang akan dilaksanakan.
a. Pengembangan kreativitas
b. Pengembangan karir.
Pengembangan karir dapat dilakukan antara lain melalui pemberian informasi
lapangan kerja, bimbingan tata cara mancari pekerjaan, bimbingan profesi,
pengenalan serta pengembangan kepribadian.
Beban belajar merupakan keseluruhan kegiatan yang harus diikuti peserta didik
dalam satu minggu, satu semester, dan satu tahun pelajaran.
c. Beban belajar tambahan disesuaikan dengan hasil analisis kondisi riil sekolah yang
menjadi tanggungjawab sekolah masing-masing.
d. Pengaturan pola belajar harus memperhatikan 14 prinsip pembelajaran sesuai
Lampiran Permendikbud No. 65 Tahun 2013 halaman 1 – 2 yang mencakup domain
sikap, pengetahuan, dan keterampilan .
e. Pengaturan beban belajar juga mengacu kepada Permendikbud 60 Tahun 2014 tentang
Kurikulum Sekolah Menengah Kejuruan dan Madrasah Aloyah Kejuruan
f. Proses pembelajaran mencakup pengetahuan faktual, konseptual, dan prosedural
(untuk kelas X) ditambah dengan metakognitif (untuk kelas XI dan XII) sebagaimana
ditetapkan dalam Kompetensi Inti (KI) kelas X, XI dan XII serta kelas XIII dengan
menggunakan pendekatan saintifik (Scientific Approach ) mengacu permendikbud No.
103 tahun 2014 dan penilaian autentik ( authenticassessment ) dengan mengacu
Permendikbud Nomor 53 tahun 2015.
g. Perlu diperhatikan pula permendikbud Nomor 60 tahun 2014 dan Permendikbud Nomor
61 tahun 2014 Jumlah minggu efektif dan alokasi waktu jam tatap muka yang
digunakan.
h. Durasi jam yang tertulis pada struktur kurikulum adalah jumlah jam pembelajaran tatap
muka. Dua jam pembelajaran praktik di sekolah atau empat jam pembelajaran praktik di
DU/DI setara dengan satu jam tatap muka. Alokasi waktu untuk Praktik Kerja Industri
(Prakerin) diambil dari durasi waktu mata pelajaran Paket Keahlian. Dua jam
pembelajaran kegiatan praktik di sekolah atau empat jam pembelajaran kegiatan praktik
di luar sekolah setara dengan satu jam pembelajaran tatap muka yang tercantum pada
struktur kurikulum.
i. Beban belajar untuk SMK diatur dalam Sistem Paket atau Sistem Kredit Semester.
1. Sistem Paket
Beban belajar dengan sistem paket sebagaimana diatur dalam struktur
kurikulum setiap satuan pendidikan merupakan pengaturan alokasi waktu untuk
setiap mata pelajaran yang terdapat pada semester gasal dan genap dalam satu tahun
ajaran. Beban belajar pada sistem paket terdiri atas pembelajaran tatap muka,
penugasan terstruktur, dan kegiatan mandiri. Satu jam tatap muka 45 menit. Beban
belajar penugasan terstruktur dan kegiatan mandiri, maksimal 60% untuk
SMA/MA/SMK/MAK dari waktu kegiatan tatap muka mata pelajaran yang
bersangkutan. Beban belajar merupakan keseluruhan kegiatan yang harus diikuti
peserta didik dalam satu minggu, satu semester, dan satu tahun pembelajaran.
a) Beban belajar di SMK dinyatakan dalam jam pelajaran per minggu. Beban
belajar satu minggu seluruh kelas adalah minimal 48 jam pelajaran (nasional)
sedangkan di Jawa Tengah ditambah 2 jam pelajaran untuk Mulok Bahasa Jawa,
sehingga jumlah seluruhnya minimal menjadi 50 jam per minggu. (alokasi waktu
belajar 50 jam/minggu ini tidak boleh dikurangi baik secara keseluruhan maupun
masing-masing mata pelajaran sebagaimana yang tercantum dalam
Permendikbud Nomor 60 Tahun 2014 dan Keputusan Direktur Jenderal
Pendidikan Menengah Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Nomor
1464/D3.3/KEP/KP/2014, tanggal 16 Juni 2014 tentang Spektrum Keahlian
Sekolah Menengah Kejuruan, dan boleh ditambah sesuai kebutuhan satuan
pendidikan)
b) Beban belajar di Kelas X dan XI dalam satu semester minimal 18 minggu.
c) Beban belajar di kelas XII pada semester ganjil minimal 18 minggu.
d) Beban belajar di kelas XII pada semester genap minimal 14 minggu.
2. Sistem Kredit Semester
Sistem Kredit Semester (SKS) dapat diselenggarakan pada SMP/MTs,
SMK/MA, dan SMK/MAK yang terakreditasi A dari BAN S/M. Beban belajar setiap
mata pelajaran pada SKS dinyatakan dalam satuan kredit semester (sks). Beban belajar
kegiatan tatap muka, kegiatan terstruktur, dan kegiatan mandiri pada satuan pendidikan
yang menggunakan SKS mengikuti aturan sebagai berikut : Pada
SMA/MA/SMK/MAK 1 (satu) sks terdiri atas: 45 menit kegiatan tatap muka, 45 menit
kegiatan terstruktur, dan 45 menit kegiatan mandiri. Khusus bagi siswa yang memiliki
kemampuan belajar dan prestasi yang tinggi dengan ditunjukkan indek prestasi tertentu
maka kegiatan tatap muka dapat dilakukan minimal 30 menit, sedangkan sekolah kami
belum menggunakan Sistem Kredit Semester (SKS).
3. Praktik Kerja Lapangan (Prakerin)
Pembelajaran merupakan suatu proses pengembangan potensi dan pembangunan
karakter setiap peserta didik sebagai hasil dari sinergi antara pendidikan yang
berlangsung di sekolah, keluarga dan masyarakat. Proses tersebut memberikan
kesempatan kepada peserta didik untuk mengembangkan potensi mereka menjadi
kemampuan yang semakin lama semakin meningkat dalam sikap (spiritual dan sosial),
pengetahuan, dan keterampilan yang diperlukan untuk kehidupan dirinya dan kehidupan
ditetapkan pada awal tahun pelajaran melalui musyawarah oleh satuan pendidikan dengan
memperhatikan : 1) Intake (kemampuan rata-rata peserta didik); 2) Kompleksitas (mengidentifikasi
indikator sebagai penanda tercapainya kompetensi dasar); 3) Kemampuan daya dukung
(berorientai pada sumber belajar).
KELAS
NO MATA PELAJARAN X XI XII
KKM KKM KKM
A. Muatan Nasional
1 Pend. Agama dan Budi Pekerti 70 - -
2 Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan 70 - -
3 Bahasa Indonesia 70 - -
4 Matematika 70 - -
5 Sejarah Indonesia 70 - -
6 Bahasa Inggris dan Bahasa Asing Lainnya 70 - -
B. Muatan Kewilayahan
1 Seni Budaya 70 - -
2 Pend. Jasmani, Olahraga, dan Kesehatan 70 - -
3 Mulok (Bahasa Jawa) 70 - -
C1. Dasar Bidang Keahlian
1 Simulasi dan Komunikasi Digital/KKPI 70 - -
2 Ekonomi Bisnis 70 - -
3 Administrasi Umum 70 - -
4 IPA 70 - -
C2. Dasar Program Keahlian
1 Etika Profesi 70 - -
2 Aplikasi Pengolah Angka/Spreadsheet 70 - -
3 Akuntansi Dasar 70 - -
4 Perbankan Dasar 70 - -
C3. Kompetensi Keahlian
1 Praktikum Akuntansi Perusahaan Jasa,
- - -
Dagang dan manufaktur
2 Praktikum Akuntansi Lembaga/Instansi
- - -
Pemerintah
3 Akuntansi Keuangan - - -
4 Komputer Akuntansi - - -
5 Administrasi Pajak - - -
6 Produk Kreatif dan Kewirausahaan - - -
H. Mekanisme Penilaian
Penilaian pada kurikulum 2013 adalah mengacu pada Peraturan Menteri Pendidikan
dan Kebudayaan Nomor 66 tahun 2013, yang telah diperbaharui melalui Peraturan Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 104 tahun 2014 dan diperbaharui lagi dengan
Peraturan Menteri Pendidian dan Kebudayaan Nomor 53 Tahun 2015, dan Panduan
Penilaian oleh Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Kemdikbud tahun
2015 untuk Sekolah Menengah Kejuruan, serta mengacu kepada Permendikbud nomor 23
tahun 2016 tentang Standar Penilaian.
1. Penilaian hasil belajar oleh pendidik memiliki tujuan untuk mengetahui tingkat
penguasaan kompetensi, menetapkan ketuntasan penguasaan kompetensi, menetapkan
program perbaikan atau pengayaan berdasarkan tingkat penguasaan kompetensi, dan
memperbaiki proses pembelajaran.
2. Penilaian hasil belajar oleh pendidik menggunakan acuan kriteria. Acuan kriteria
merupakan penilaian kemajuan peserta didik dibandingkan dengan kriteria capaian
indikator hasil belajar dari kompetensi dasar yang telah ditetapkan. Bagi yang belum
berhasil mencapai kriteria, diberi kesempatan mengikuti pembelajaran remedial yang
dilakukan setelah suatu kegiatan penilaian baik secara individual, kelompok, maupun
kelas. Bagi peserta didik yang berhasil dapat diberikan program pengayaan sesuai
dengan waktu yang tersedia baik secara individual maupun kelompok. Program
pengayaan merupakan pendalaman atau perluasan dari kompetensi yang dipelajari.
3. Penilaian hasil belajar oleh pendidik untuk ranah pengetahuan dan ranah keterampilan
menggunakan skala penilaian 0 - 100, sedangkan skala penilaian untuk ranah sikap
menggunakan rentang predikat Sangat Baik (SB), Baik (B), Cukup (C), dan Kurang
(K). Penilaian ranah sikap spiritual dan sikap sosial dilakukan oleh wali kelas, guru
BK, guru Pendidikan Agama dan Budi pekerti serta guru PPKn. Sedangkan penilaian
sikap spiritual dan sosial oleh guru mata pelajaran lainnya, merupakan bahan
masukan bagi wali kelas untuk menentukan deskripsi akhir.
4. Penilaian Ranah Sikap
Penilaian ranah sikap bertujuan membentuk sikap dan karakter peserta didik (attitude)
terkait dengan pengembangan karaker bangsa, yang dilaksanakan selama kegiatan
proses pembelajaran berlangsung. Penilaian ranah sikap dilakukan melalui observasi
yang dicatat dalam buku jurnal, mencakup catatan anekdot (anecdotal record), catatan
kejadian tertentu (incidental record) dan informasi lain yang valid dan relevan.
Catatan jurnal hanya diberikan kepada siswa yang memperlihatkan sikap sangat baik
dan kurang baik, bagi siswa yang tidak tercatat dalam jurnal, berarti sikapnya baik.
Penilaian sikap oleh guru mata pelajaran (Pendidikan Agama dan Budi Pekerti dan
PPKn) diperkuat dengan penilaian diri dan penilaian antar teman. Penilaian diri dan
penilaian antar teman yang dilakukan oleh siswa sebagai penunjang yang sifatnya
untuk konfirmasi terhadap penilaian guru mata pelajaran. Hasil penilaian sikap oleh
guru mata pelajaran, guru BK dan atau penilaian diri dan antar teman diserahkan ke
wali kelas, yang selanjutnya diolah menjadi deskripsi sikap yang dituliskan dalam
raport.
a. Penilaian oleh Pendidik
Penilaian oleh pendidik dapat berupa tes dan non-tes yang dilakukan melalui
penilaian dan penugasan. Perencanaan penilaian hasil belajar oleh pendidik
dicantumkan dalam silabus dan dijabarkan di dalam Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP).
Penilaian dapat diberikan oleh pendidik sebagai tugas secara mandiri (individual)
atau berkelompok dalam bentuk pekerjaan rumah, proyek, dan portofolio.
Ujian Tingkat Kompetensi (UTK) dilakukan oleh satuan pendidikan dan bekerja
sama dengan institusi pasangan. Satuan pendidikan mengoordinasikan penilaian
yang berupa penilaian tengah semester dan penilaian akhir semester, dan ujian
sekolah. Kisi-kisi yang dikembangkan merupakan pengembangan dari skema
kompetensi standar yang telah ditetapkan oleh Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan merujuk kepada Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia (KKNI),
c. Nilai akhir setelah remedial untuk ranah keterampilan diambil dari nilai
optimal KD
d. Penilaian hasil belajar kegiatan pengayaan tidak sama dengan kegiatan
pembelajaran biasa, tetapi cukup dalam bentuk portofolio.
I. Kriteria Kenaikan Kelas
a. Kriteria kenaikan kelas sesuai dengan Peraturan Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan
Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 2018 Tentang Penilaian Hasil Belajar Oleh Satuan
Pendidikan Dan Penilaian Hasil Belajar Oleh Pemerintah
b. Uraian tentang pelaksanaan penilaian hasil belajar siswa (penilaian harian, penilaian
tengah semester, penilaian akhir semester dan penilaian kenaikan kelas), sesuai
dengan ketentuan yang diatur dalam Peraturan Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan
Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 2018 beserta Juknis yang dikeluarkan oleh Dirjen
Dikdasmen dan Direktorat PSMK.
c. Kriteria kenaikan kelas adalah sebagai berikut:
Menyelesaikan seluruh program pembelajaran dalam dua semester.
Deskripsi sikap sekurang-kurangnya minimal BAIK
Deskripsi kegiatan ekstrakurikuler pendidikan kepramukaan minimal BAIK,
tidak memiliki lebih dari 2 (dua) mata pelajaran yang masing-masing nilai
pengetahuan dan/atau keterampilan di bawah KKM. Apabila ada mata pelajaran
yang tidak mencapai KKM pada semester ganjil dan/ atau semester genap, nilai
akhir diambil dari rerata semester ganjil dan genap pada mata pelajaran yang sama
pada tahun pelajaran tersebut
J. Kriteria Kelulusan
Berisi tentang kriteria kelulusan, serta strategi penanganan peserta didik yang tidak
naik atau tidak lulus yang diberlakukan oleh sekolah, dengan memperhatikan ketentuan
kenaikan kelas dan kelulusan melalui uji pencapain kompetensi mengacu kepada Peraturan
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2016 Tentang
Standar Kompetensi Lulusan Pendidikan Dasar Dan Menengah. Permendikbud No 57
tahun 2015 (regulasi ini tiap tahun ada perubahan karena Menteri selalu mengeluarkan
ketika akan ujian) Peraturan Pemerintah Nomor 13 tahun 2015 tentang Perubahan kedua
atas Peraturan Pemerintah nomor 19 tahun 2005 tentang standar Nasional Pendidikan.
Kriteria kelulusan pada KTSP tahun berjalan mengacu pada Permendikbud tentang
Kelulusan Tahun sebelumnya, dan apabila ada perubahan akan mengikuti ketentuan
kelulusan tahun yang terbaru.
K. Peminatan
Peminatan pada SMK/MAK memiliki tujuan untuk memberikan kesempatan
kepada peserta didik mengembangkan kompetensi sikap, kompetensi pengetahuan, dan
kompetensi keterampilan peserta didik sesuai dengan minat, bakat dan/atau kemampuan
dalam bidang Kejuruan, program Kejuruan, dan paket Kejuruan. Secara lebi rinci tentang
peminatan SMK diatur sebagai berikut :
a. Peminatan pada SMK/MAK dilaksanakan mengacu pada ketentuan yang diatur dalam
Permendikbud 64 Tahun 2014 tentang peminatan pada Pendidikan Menengah.
yang siap menghadapi persaingan dan mampu hidup berdampingan dengan bangsa lain,
yang mendasari pengembangan KTSP.
M. Penguatan Pendidikan Karakter dan Literasi
1. Program Penguatan Karakter (PPK)
a. Santun dalam berbicara dan berperilaku;
b. Berpakaian sopan dan sesuai aturan sekolah;
c. Mengucapkan salam saat masuk kelas;
d. Membaca doa sebelum dan sesudah belajar sesuai dengan keyakinan yang dianut
dipimpin siswa secara bergiliran di bawah bimbingan guru;
e. Guru menyisipkan pesan moral yang konkret dalam doa bersama sesuai
pemahaman peserta didik;
f. Warga sekolah menunaikan ibadah bersama sesuai dengan agama dan
kepercayaan masing-masing
g. Melaksanakan upacara bendera setiap Senin
2. Program Literasi SMK Negeri Jumantono
a. Budaya membaca Al Quran 15 menit pertama sebelum dimulai KBM
b. Karya peserta didik dipajang di sepanjang lingkungan sekolah, termasuk koridor
dan kantor (kepala sekolah, guru, administrasi, bimbingan konseling).
c. Karya peserta didik dirotasi secara berkala untuk memberi kesempatan yang
seimbang kepada semua peserta didik.
d. Buku dan materi bacaan lain tersedia di pojok-pojok baca di semua ruang kelas.
e. Buku dan materi bacaan lain tersedia juga untuk peserta didik dan orang
tua/pengunjung di kantor dan ruangan selain ruang kelas.
f. Kantor kepala sekolah memajang karya peserta didik dan buku bacaan untuk
anak.
g. Kantor kepala sekolah mudah diakses oleh warga sekolah
BAB III
KALENDER PENDIDIKAN
H. Waktu pembelajaran efektif adalah jumlah jam pembelajaran setiap minggu yang meliputi
jumlah jam pembelajaran untuk seluruh mata pelajaran termasuk muatan lokal, ditambah
jumlah jam untuk kegiatan lain yang dianggap penting oleh satuan pendidikan, yang
pengaturannya disesuaikan dengan keadaan dan kondisi daerah.
I. Pengaturan Waktu Libur
Penetapan waktu libur dilakukan dengan mengacu pada ketentuan yang berlaku tentang
hari libur, baik nasional maupun daerah. Waktu libur dapat berbentuk jeda tengah semester,
jeda antarsemester, libur akhir tahun ajaran, hari libur keagamaan, hari libur umum
termasuk hari-hari besar nasional, dan hari libur khusus. Alokasi waktu minggu efektif
belajar, waktu libur, dan kegiatan lainnya tertera pada Tabel ini. Tabel 1: Alokasi Waktu
pada Kalender Pendidikan dan Tabel Uraian Kalender Pendidikan
SMKN Jumantono Tahun Pelajaran 2018/2019.
J. Kalender Kegiatan Sekolah (terlampir)
Tabel 1. Alokasi Waktu pada Kelender Pendidikan
No Kegiatan Alokasi Waktu Keterangan
Minimum
Minggu efektif 34 minggu dan Digunakan untuk kegiatan pembelajaran
1.
belajar maksimum efektif pada setiap satuan pendidikan
38 minggu
Jeda tengah Maksimum
2. Satu minggu setiap semester
semester 2 minggu
Jeda Maksimum
3. Antara semester I dan II
antarsemester 2 minggu
Libur akhir tahun Maksimum Digunakan untuk penyiapan kegiatan dan
4.
pelajaran 3 minggu administrasi akhir dan awal tahun pelajaran
Daerah khusus yang memerlukan libur
Hari libur keagamaan lebih panjang dapat mengaturnya
5. 2 – 4 minggu
keagamaan sendiri tanpa mengurangi jumlah minggu
efektif belajar dan waktu pembelajaran efektif
Hari libur Maksimum
6. Disesuaikan dengan Peraturan Pemerintah
umum/nasional 2 minggu
Maksimum Untuk satuan pendidikan sesuai dengan ciri
7. Hari libur khusus
1 minggu kekhususan masing-masing
Digunakan untuk kegiatan yang diprogramkan
Kegiatan khusus Maksimum secara khusus oleh sekolah madrasah tanpa
8.
sekolah/madrasah 3 minggu mengurangi jumlah minggu efektif belajar dan
waktu pembelajaran efektif
BAB IV
PENUTUP
c. Acceptable, kurikulum harus dapat diterima oleh berbagai pihak yang berkepentingan.
d. Accesstable, kurikulum harus dapat memberi ruang bagi berbagai masukan yang
bersifat membangun tanpa meninggalkan konsep induknya.
e. Accountable, kurikulum harus dapat dinilai oleh siapapun, kapanpun dan oleh
siapapun dengan hasil yang sama memuaskan.
f. Responsibility, kurikulum harus dapat dipertanggungjawabkan baik menyangkut
perecanaan, pelaksanaan, pemantauan, penilaian, perbaikan maupun tindak lanjutnya.
g. Effecient, kurikulum harus dapat meminimalkan segala pengaruh yang merusak
kesinambungan proses pendidikan yang diselenggarakan.
h. Effective, kurikulum harus dapat menjawab tantangan yang ada, baik dari pengguna
jasa pendidikan maupun pelaku proses pendidikan di dalamnya.
i. Useful, kurikulum harus dapat dimanfaatkan seluas mungkin oleh siapapun yang
terkait dengan proses pendidikan di SMK Negeri Jumantono.
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan 2018 SMK Negeri Jumantono ini disusun dan
dikembangkan sebagai dasar dan pedoman kerja proses penyelenggaraan pendidikan di SMK
Negeri Jumantono saat ini dan selanjutnya.