Fakultas Kedokteran
Universitas Islam Indonesia
© Angkatan 2011 ©
Gagal Jantung
Sindrom klinis yang diakibatkan ketidakmampuan jantung untuk menyuplai
darah ke seluruh tubuh
Klasifikasi
1. Gagal jantung kanan
2. Gagak jantung kiri
Etiologi
1. Hipertensi
2. Infark miokard
3. Sindrom koroner akut
Seorang laki-laki, 55 tahun, ke UGD karena nyeri dada saat bersepeda. Nyeri
dada menjalar ke lengan kiri dan bahu kiri. nyeri dada dirasakan lebih 30
menit dan tidak berkurang saat istirahat. Pasien adl penderita sakit gula dan
tekanan darah tinggi yang tidak berobat rutin. Px vital sign diperoleh TD
160/90, nadi 88x/m, nafas 22x/m. px fisik diperoleh dbn. Dokter melakukan
EKG diperoleh irama sinus 90x/m, ST depresi di lead II, III, AVF. Px CKMB
meningkat.
5. Apa dx yg tepat ?
a. angina pectoris stabil nyeri berkurang dengan istirahat (karena masih
iskemik)
b. angina pectoris tak stabil nyeri berkurang dengan istirahat (karena
masih iskemik)
c. ST elevasi IM pd EKG tidak ada penemuan ST elevasi
d. Non ST elevasi IM termasuk infark miokard karena nyeri tidak
berkurang dengan istirahat, sehingga tinggal menyingkirkan apakah
termasuk ST elevasi atau non ST elevasi
e. Angina prinzmetal idem angina
6. Dokter memberikan obat di bawah lidah ke pasien. Apakah efek obat tersebut
pd kondisi pasien ?
a. Vasokonstriktor
b. menurunkan preload dgn vasodilatasi arteri, vena di perifer
maka aliran darah tepi akan semakin lancar sehingga mengurangi
beban kerja jantung
c. menurunkan afterload idem
Hemoptisis Hematemesis
Didahului dengan perasaan ingin batuk Didahului dengan rasa mual dan muntah
TUBERKULOSIS (TB)
Patogenesis
Tuberkulosis Primer
Klasifikasi
Pengobatan
BRONKIEKTASIS
Definisi
Suatu penyakit yang ditandai dengan adanya dilatasi (ektasis) dan distorsi
bronkus lokal yang bersifat patologi dan berjalan kronik, persisten atau
ireversible
Perubahan Patologi Anatomi
1. Tempat predisposisi
- lobus tengah paru kanan
- bagian lingua paru kiri lobus atas
- segmen basal pada lobus bawah kedua paru
2. Bronkus yang terkena
- medium size
- satu atau keduanya
3. Perubahan morfologi
- dinding bronkus : teradi proses inflamasi yang bersifat destruktif &
reversibel.
pelebaran
Klasifikasi
1. Bentuk tabung (silin
lindrik)
2. Bentuk kantong (sak
akular)
3. Varikosa
Khusus : mengontrol
bronkiektasis dispnea
1. Pada beberapa kasus penyakit kita bisa menemukan gejala hemoptisis pada
psien yg merupakan petunjuk penting adanya kelainan saluran pernafasan.
seorang dokter harus membedakan hemoptisis dan hematemesis yg berasal dari
sal GI. Apa perbedaan makroskopis keduanya?
a. pd hematemesis darah umumnya merah terang harusnya merah gelap
b. pd hemoptisis pH alkali karena tidak terpengaruh as.lambung,
sifat basa jika dideteksi dg kertas pH
c. pd hematemesis pH alkali harusnya asam
d. pd hematemesis dapat ditemukan gumpalan nanah yg bercampur darah
e. hemoptisis umum disertai lendir dari proses perlemakan lendir
perlemakan harusnya di hematemesis
Laki-laki 25 tahun ke pusk dgn keluhan batuk selama 10 hari. Keluhan disertai
demam dan dahak kuning kehijauan. Sebelumnya pasien mengalami batuk
berdahak dengan warna dahak putih yg kemudian 2 hari ini berubah menjadi
kuning kehijauan. Pasien adl perokok aktif. Px vital sign diperoleh TD
120/80, nadi 80x/m, nafas 20x/m, suhu 38,3 C. Px fisik diperoleh ronkhi kasar
pd kedua lapang paru.
2. Apa dx pasien ?
a. bronkhitis akut perhatikan durasi batuk yg baru 10 hari (akut).
Disertai perubahan warna dahak dari putih – kuning – hijau
menunjukkan adanya infeksi bakteri.
b. Tb
c. Bronkhiolitis
d. Ca paru
e. bronkiektasis
3. Dokter memutuskan utk px rontgen thoraks. Apa kemungkinan hasil yg akan
ditemukan ?
a. corakan bronkovaskular menurun
b. corakan bronkovaskular meningkat
c. gambaran sarang tawon bronkiektasis
Pneumonia
1. Definisi
Pneumonia adalah peradanagn yang menegnai parenkim paaru, atau asinus paru
yang teeapat pada bagian distal dari bronkiiolus terminalis yang mencakup
bronkiolus respiratorius,duktus alveolus dan alveolus.
2. Klasifikasi
Berdasarkan tempat terjadinya pneumonia diberdakan menjadi 2 jenis yaitu
a. Pneumonia komunitas adalah pneumonia yang terajdi akibat infeksi diluar
rumah sakit.
b. Pneumonia Nosokomial adalah pneumonia yang treadi > 48 jam atau lenih
setelah rawat di RS.
3. Etiologi
Cara terjadinya penularan berkaitan dengan kuman penyebab penyebab
penyakit. Misanya:
- infeksi melalui droplet sering disebabkan oleh streptococus pneumonia.
- melalui selang infus oleh staphylococus aureus
- pemakaian ventilator oleh P. Aureginosa dan enterobacter.
- S. Aureus, B catarrhalis, H influenza dan Enterobacter bia menjadi penyebab
seiring dengan keadaan pasien seperti kekebalan yang berkurang, penyakit
kronik dan resistensi obat.
- Pneumonia komunitas faktor resiko terinfeksi H. influensa pada pasien yang
merokok, lansia, pada opasien rumah jompo, dengan adanya PPOK, penyakit
kardiopulmonal, atau pasca terapi antibiotik. Damn Ps. Aureginosa pada
pasien yang dengan bronkokiettasis dan sedang terapi steroid (>10 hari) dan
malnutrisi.
- Pneumonia nosoklomial jenis patogen yang sering adalah S. Aureus,
methicilin resisten S aureus, Ps aurigonsa
Diabetes Melitus
keadaan hiperglikemi kronik yang disertai berbagai kelainan metabolik akibat
gangguan hormonal yang menimbulkan berbagai komplikasi kronik pada mata,
ginjal, saraf dan pembuluh darah
suatu sindroma gangguan metabolisme dengan hiperglikemia yang tidak
semestinya sebagai akibat suatu defisiensi sekresi insulin atau berkurangnya
efektifitas biologis dari insulin atau keduanya.
Klasifikasi
1. Klasifikasi Klinis
a. Diabetes Mellitus
1) Tipe tergantung insulin (DMTI), Tipe I
2) Tipe tak tergantung insulin (DMTTI), Tipe II (DMTTI yang tidak
mengalami obesitas , dan DMTTI dengan obesitas)
b. Gangguan Toleransi Glukosa (GTG)
c. Diabetes Kehamilan (GDM)
2. Klasifikasi risiko statistik
a. Sebelumnya pernah menderita kelainan toleransi glukosa
b. Berpotensi menderita kelainan toleransi glukosa
Diabetes mellitus tipe I ditandai oleh awitan mendadak yang biasanya terjadi pada
usia 30 tahun. Diabetes mellitus tipe II terjadi akibat penurunan sensitivitas terhadap
insulin (resistensi insulin) atau akibat penurunan jumlah produksi insulin.
Defisiensi insulin
Penurunan BB polipagi
coma
Komplikasi
1. Akut
a. Hipoglikemia dan hiperglikemia
b. Penyakit makrovaskuler : mengenai pembuluh darah besar, penyakit jantung
koroner (cerebrovaskuler, penyakit pembuluh darah kapiler).
c. Penyakit mikrovaskuler, mengenai pembuluh darah kecil, retinopati,
nefropati.
Penatalaksanaan
Tujuan utama mencoba menormalkan aktivitas insulin dan kadar glukosa darah
dalam upaya mengurangi terjadinya komplikasi vaskuler serta neuropatik.
Tujuan terapeutik pada setiap tipe DM mencapai kadar glukosa darah normal
(euglikemia) tanpa terjadi hipoglikemia dan gangguan series pada pola aktivitas pasien.
Ada lima konponen dalam penatalaksanaan DM, yaitu:
1. Diet
a. Syarat diet DM hendaknya dapat:
1) Memperbaiki kesehatan umum penderita
2) Mengarahkan pada berat badan normal
Kurus (underweight)
1. Seorang perempuan berusia 55 tahun datang ke poli umum rumah sakit untuk
kontrol dan berkonsultasi kembali. Selama ini pasien tidak memiliki keluhan
apapun, pasien hanya merasa khawatir dengan kesehatannya karena badannya
yang gemuk disertai riwayat dahulu saat hamil 25 tahun yang lalu GDS sempat
>200mg/dl. Riwayat keluarga diketahui ayah dan kakaknya menderita
diabetes melitus. Sebelumnya sekitar delapan minggu yang lalu pasien sudah ke
dokter berkonsultasi dan memeriksa kadar GDP 160 mg/dl, HbA1C 7,8%, saat
GASTRITIS
Definisi : Proses inflamasi pada mukosa dan submukosa lambung
Mekanisme pertahanan gaster
Faktor Agresif :
a. Perusak Endogen : HCl, pepsinogen/pepsin dan garam empedu
b. Perusak Eksogen : obat-obatan, alkohol, dan bakteri
Faktor Defensif :
a. Pre-epitel : mukus bikarbonat, sekresinya dipicu oleh Ca2+, PG, kolinergik,
keasaman lumen. Mukus bikarbonat akan menghalangi molekul ion hidrogen,
selian itu mucin dalam mukus biakrbonat menjadi lapisan hidrofobik sehingga
merintangi difusi dari pepsin.
b. Epitel : Kemampuan perbaikan/restitusi, faktor pertumbuhan sel ; EGF,
TGFa, FGF. Pada kerusakan yang berat perbaikan dilakukan lewat regenerasi sel
yang diatur oleh PG, FGF, TGFa.
c. Sub-epitel : Sirkulasi darah, berperan penting dalam perbaikan mukosa
lambung.
Etiologi & patogenesis :
1. Infeksi H. Pylori
Dominan pada daerah antrum
H. pylori mengeluarkan enzim seperti urease memecah urea jadi
amoniak(bersifat basa lemah) melindungi bakteri dari HCl
H. pylori merusak sel D yang menghasilkan somastotatin yang dapat
menginhibisi sekresi gastrin. Gastrin bertugas memicu pengeluaran HCl.
2. NSAID
Merusak mukosa lambung secara topikal dan sistemik.
Tropikal : NSAID bersifat asam dan lipofilik permudah trapping ion
hidrogen masuk ke mukosa lambung kerusakan
Sistemik : menekan pembentukan prostaglandin yang mempunyai efek
sitoprotektof terhadap mukosa lambung (aliran darah, mukus bikarbonat,
epitelial defense)
Tatalaksana
Untuk infeksi H, pylori diberikan kombinasi PPI dan 2 antibiotik
Contoh regimen untuk eradikasi H.pylori
Obat 1 Obat 2 Obat 3 Obat 4
PPI dosis ganda Klarithomisin (2 x Amoksisilin (2 x
500 mg) 1000)
PPI dosis ganda Klarithomisin (2 x Metronidazol ( 2 x
500 mg) 500 mg)
PPI dosis ganda Tetrasiklin (4x 500 Metronidazol ( 2 x Subsalisilat /
mg) 500 mg) subsitral
ULKUS PEPTIK
Definisi : defek pada mukosa dan submukosa, terputusnya kontinuitas mukosa,
paling sering terjadi di lambung dan duodenum
Etiologi : karena ketidak seimbangan antara faktor defensif dan faktor erosif, infeksi H.
Pylori
a. Berkurangnya produksi mukus
1. Berkurangnya aliran darah
2. Inhibisi prostaglandin NSAID
3. Infeksi H. Pylori
4. Inhibisi kelenjar Brunner oleh stimulasi simpatis stress kronik
b. Produksi asam berlebihan
1. Makanan yang dapat menstimulasi sel parietal : kafein, alkohol, NSAID
2. Zolinger-Ellison Syndrome sekresi gastrin berlebih
3. Meningkatnya stimulasi vagus streaa, trauma
4. Trauma otak stimulasi vagal berlebih
[handbook of patophysiology)
Ulkus duodenum Ulkus gaster
Nyeri hilang bila diberi makan (pain food Nyeri hilang atau timbul bila diberi makan
relieve) (pain food pain)
Biasanya gizi penderita baik, bahkan ada Sering terjadi anoreksia, penurunan BB
kenaikan berat badan
Sering timbul nyeri waktu malam Nyeri setelah / selama malam (saat
lambung kosong)
APPENDISITIS
- Appendiks vermiformis merupakan sisa apeks sekum yang belum diketahui
fungsinya pada manusia.
- Appendisitis adalah peradangan apendiks yang mengenai semua lapisan dinding
organ tersebut.
Patogenesis :
- Patogenesis utama dari apendisitis diduga karena adanya obstruksi lumen yang
disebabkan oleh fekalit (fese keras terutama disebabkan oleh serat)
- Penyumbatan pengeluaran sekret mukus mengakibatkan di dalam lumen usus
mengalami pembengkakan, infeksi dan ulserasi
- Peningkatan tekanan intraluminal oklusi arteri terminalis apendikularis
bila dibiarkan menyebabkan nekrosis, gangren, perforasi
- Ulserasi, Penyebab ulserasi diperkirakan Yersinia enterocolitica
Gambaran klinis :
• Gejala awal : nyeri atau rasa tidak nyaman di sekitar umbilikus gejala ini
berlangsung 1 atau 2 hari dalam beberapa jam nyeri bergeser ke kuadran kanan
bawah dengan disertai oleh anoreksia, mual dan muntah
• Nyeri tekan di mc burney
• Bisa ditemukan demam ringan dan leukositosis sedang
Penegakkan diagnosis
- Rovsing sign positif
Migrain
(IHS) : nyeri kepala berulang dengan serangan nyeri yang berlangsung 4-72 jam,
nyeri biasanya unilateral, sifatnya berdenyut, intensitas nyeri sedang-berat,
diperhebat oleh aktivitas, dapat disertai mual dan atau muntah, fotofobia,
fonofobia
Gangguan fungsional otak dengan manifestasi spt di atas yang mendadak
Merupakan gangguan familial dengan sifat ditentukan oleh faktor penyebab dan
kepribadian
Klasifikasi
a. Migrain tanpa aura (common) tidak ditemukan adanya aura, tetapi dapat
ditemukan adanya gejala prodormal
b. Migrain dengan aura (classic) nyeri kepala didahului oleh adanya gejala
neurologis fokal yang berlangsung sementara (aura)
Epidemiologi
- 75% penderita adalah wanita (terkait hormonal)
- 10-40 tahun (puncak 25-55 th)
- Common 90% kasus
- Riwayat keluarga
- Sebagian besar dengan TTH
Faktor resiko
a. Riwayat penyakit dalam keluarga
b. Wanita dan usia muda
Faktor pencetus
a. Perubahan hormon
Manifestasi Klinis
• Gejala migren umum :
o nyeri kepala berdenyut,
o unilateral,
o timbul secara mendadak dan rekuren,
o disertai rasa mual atau muntah dan gangguan saraf otonom lainnya.
o Diantara serangan tidak ada gejala/keluhan.
o Kadang-kadang nyeri kepala tersebut didahului oleh gangguan visual,
motorik atau sensorik selama beberapa menit
o Penderita merasa lemah, mengurung diri dalam kamar gelap karena tidak
tahan suara dan cahaya kuat.
o Biasanya penderita berusaha untuk dapat tidur, karena pengalaman
menunjukkan bahwa gejalanya akan hilang setelah penderita dapat tidur.
o migren umum mempunyai intensitas yang lebih hebat dibandingkan
dengan nyeri kepala pada migren klasik.
Penegakan diagnosis
Anamnesis
- Onset untuk mengetahui apakah gejala-gejala yang timbul menunjukkan
suatu kelainan neurologis yang progresif, yang memerlukan penyelidikan lebih
lanjut.
- Frekuensi dan durasi untuk mengetahui pola sefalgia pada sefalgia yang
rekurens.
- Waktu terjadinya serangan migren : membuat pasien terbangun cepat di pagi
hari, akan tetapi serangan migren dapat timbul kapan saja; untuk diagnosis
maupun terapi.
- Mode of onset
• Gejala peringatan awal
• Aura
Penatalaksanaan
- Tidur atau istirahat sejenak pada waktu serangan merupakan tindakan yang
cukup ampuh untuk menghentikan serangan migren.
- Sebaiknya istirahat atau tidur di tempat yang tenang dan agak gelap karena
penderita migren pada waktu serangan mengalami fotofobia dan fonofobia.
Terapi simtomatik
• Aspirin atau parasetamol, beberapa pasien menunjukkan hasil lebih baik bila
ditambahkan fenobarbital dosis kecil.
• Nyeri kepala hebat diobati dengan Kodein 30-60 mg
• Nausea dan vomitus diobati dengan Prometazin 25-50 mg atau proklorperazin 5-
10 mg
• Bila pasien tidak bisa tidur, diberikan nitrazepam 5-10 mg sebelum tidur
Pencegahan
Non medikamentosa
• Tata cara hidup. Siklus kehidupan yang terlalu ketat, kurang istirahat, terlambat
makan, kurang rekreasi dsb dapat merupakan pencetus serangan migren. Pembagian
waktu kerja, istirahat, rekreasi, olah raga perlu diatur dengan baik. Sebaliknya juga
dapat dijumpai “weekend migraine” karena penderita migren terlalu banyak tidur
pada akhir minggu.
• Faktor makanan. Apabila ada jenis makanan tertentu yang dapat mencetuskan
serangan migren, maka jenis makanan ini perlu dihindari
• Faktor obat. Pasien juga perlu mengenali obat-obat yang bisa menjadi pencetus
serangan migren, seperti nitrogliserin, nifedipin sublingual, tetrasiklin dsb, sehingga
perlu dihindari.
Medikamentosa
Hanya diberikan pada pasien dengan serangan yang sering berulang atau parah dan
tidak berhasil dengan terapi abortif. Obat yang digunakan:
a. Beta blocker
• Propranolol, dengan dosis 80-160 mg per hari dibagi dalam 2-3 kali
pemberian
• Nadolol, 40-240 mg/hari
• Atenolol, 50-200mg/hari
b. Anti depresan trisiklik, yaitu amitriptilin atau imipramin dengan dosis 50-75 mg/hari
sebelum tidur atau dengan dosis terbagi.
c. Ca channel blocker, verapamil 3-4 kali 80 mg/ hari, sebagai alternatif kedua bila a &
b tidak efektif.
d. Antihistamin-antiserotonin
• Siproheptadin dengan dosis 8-16 mg/hari dalam dosis terbagi.
• Pizotifen, dengan dosis 0,25-0,5 mg sekali, diberikan 1-3 x/hari.
e. Metisergid (antagonis serotonin), 2mg/hari dinaikkan sampai 8 mg/hari dibagi
dalam beberapa dosis. Dosis dinaikkan bila pasien bebas efek samping seperti
mengantuk, ataksia dan mual.
Komplikasi
a. Status migren
• Serangan migren dengan fase nyeri kepala lebih dari 72 jam dengan atau tanpa
pengobatan.
• Periode bebas nyeri kepala kurang dari 4 jam.
• Sering dikaitkan dengan drug overuse.
b. Infark migren
• Memenuhi satu atau lebih gejala-gejala aura migren yang tidak pulih kembali
dalam tempo 7 hari
• Disertai dengan kelainan infark iskemik yang dikonfirmasikan dengan
pemeriksaan neuroimaging
Prognosis
Migren tidak akan menyebabkan kematian walaupun akan mengganggu aktivitas sehari-
hari pasien, tergantung dari reaksi penderita terhadap nyeri kepala yang dialaminya.
Sebagian besar penderita migren anak dan remaja berhasil baik dengan pengobatan dan
pendidikan keluarga. Migren dapat dihindari asalkan faktor pencetusnya dihindari.
Manifestasi Klinis
a. Tidak ada gejala prodormal atau aura
b. Nyeri : ringan – sedang; 30 menit – 7 hari
c. Tumpul, seperti ditekan/diikat, tidak berdenyut
d. Menyeluruh/difus, lebih hebat pada daerah kulit kepala, oksipital, belakang leher
(bilateral)
e. Spontan
f. Memburuk atau dicetuskan oleh kelelahan
g. Insomnia
h. Kelelahan kronis
Penegakan diagnosis
- Melalui anamnesis yang teliti dan cermat (kuranglebih mirip anamnesis untuk
migrain)
- Tidak ada uji spesifik untuk TTH
- Pemeriksaan neurologis menunjukan hasil yang normal
- Tidak perlu pemeriksaan darah, rontgen, CT scan/MRI kepala
Kriteria diagnosis
1.2. Sakit kepala tipe tension episodik.
A. Setidaknua terdapat 10 episode sakit kepala sebelumnya yang memenuhi
kriteria B-D di bawah ini. Jumlah hari terjadinya sakit kepala < 180/ tahun.
B. Sakit kepala terjadi antara 30 menit sampai 7 hari.
C. Setidaknya terdapat 2 dari hal-hal di bawah ini:
1. Rasa seperti ditekan atau diikat. Tidak terasa berdenyut.
2. Intensitasnya ringan-sedang.
3. Lokasinya bilateral.
4. tidak memberat dengan naik tangga atau aktivitas fisik rutin.
D. Dua dari hal-hal di bawah ini.
1. Tidak ada mual atau muntah, namun dapat terjadi anoreksia.
2. Fonofobia dan fotofobia mungkin tidak ada, ada terdapat salah satunya
saja .
1.3. Sakit kepala tipe tension kronik.
A. Frekuensi sakit kepala rata-rata ≥ 15 hari/ bulan. (180 hari/tahun) for ≥ 6
bulan dan memenuhi kriteria B-D yang terdapat di bawah ini.
B. Setidaknya terdapat 2 dari hal-hal di bawah ini:
1. Rasa seperti ditekan atau diikat.
2. Tingkat keparahannya sedang-berat.
3. Lokasinya bilateral.
4. Tidak memberat dengan naik tangga atau aktivias fisik rutin.
C. Dua hal di bawah ini:
Penatalaksanaan
Terapi abortif/akut
- Analgesik : paracetamol
- NSAID : naproksen sodium, ibuprofen
Terapi preventif
- Amitritilin dan nortriptilin antidepresan trisiklik
Amitriptilin 10-50 mg Sebelum tidur
Doxepin 10-75 mg Sebelum tidur
Nortriptilin 25-75 mg Sebelum tidur
- Fluoksetin, paroksetin, sertalin SSRI
Non farmakologis
- Pendeketan psikologik/psikoterapi
- Terapi relaksasi
- Mencari faktor pencetus, hindari
Terapi invasif minimal
- Injeksi di trigger point dengan lidokain dan triamsinolon
- Blok saraf oksipitalis mayor minor, aurikulotemporalis, supraorbitalis
- Injeksi toksin botulinum di otot perikranium
- Akupuntur
Pencegahan
- Hindari faktor pencetus (inti)
- Hindari : kafein, nikotin, situasi yang membuat stres, kecemasan, kelelahan,
lapar, marah, posisi tubuh yang tidak baik
- Perubahan gaya hidup (untuk TTH kronis) : istirahat, olahraga, rekreasi,
merubah situasi kerja
Prognosis
- Episodic prognosis lebih baik, membaik seiring dengan berjalannya waktu
- Kronis kurang baik, biasanya karena ada faktor komorbid
Manifestasi Klinis
Penatalaksanaan
Terapi simtomatik
- Oksigen 10% 7-10 L/menit selama 10-15 menit
- Sumatripan 10 mg subkutan, intranasal
- Ergotamin 1 mg spray
- Litium sirup 300mg PO 1-3 x/hari
- Verapamil 80 mg
Terapi pencegahan
- Antikonvulsan fenobarbital
- Kortikosteroid prednison 30-100mg/hari tappering off
Neuralgia trigeminal
nyeri di wajah yang timbulnya mendadak, biasanya unilateral. Nyerinya singkat
dan berat seperti ditusuk disalah satu cabang nervus trigeminus
suatu serangan nyeri wajah dengan gejala khas berupa nyeri unilateral, tiba –
tiba, seperti tersengat aliran listrik berlangsung singkat, jelas terbatas pada satu
atau lebih distribusi cabang nervus trigeminus
umumnya dicetuskan oleh stimulus ringan dan timbul spontan
terdapat “ trigger area” diplika nasolabialis dan atau dagu. Pada umumnya
terjadi remisi dalam jangka waktu yang bervariasi
Epidemiologi
- usia > 40 tahun (50 - 58 th)
- wanita > laki- laki = 1,6 : 1.
- Faktor ras dan etnik tidak terpengaruh terhadap kejadian NT
- Prevalensi 155 per 100.000 penduduk dan insidensi 40 per 1.000.000.
Patofisiologi
Dua pendapat :
a. Gangguan mekanisme perifer sebagai penyebab
Kriteria diagnostik
A. Serangan – serangan paroxysmal pada wajah atau nyeri di frontal yang
berlangsung beberapa detik tidak sampai 2 menit.
B. Nyeri setidaknya bercirikan 4 sifat berikut:
1. Menyebar sepanjang satu atau lebih cabang N trigeminus, tersering pada
cabang mandibularis atau maksilaris.
2. Onset dan terminasinya terjadi tiba-tiba , kuat, tajam , superficial, serasa
menikam atau membakar.
3. Intensitas nyeri hebat , biasanya unilateral, lebih sering disisi kanan.
4. Nyeri dapat timbul spontan atau dipicu oleh aktifitas sehari seperti makan,
mencukur, bercakap cakap, mambasuh wajah atau menggosok gigi, area picu
dapat ipsilateral atau kontralateral.
5. Diantara serangan , tidak ada gejala sama sekali.
C. Tidak ada kelainan neurologis.
Diagnosa
- Belum ada tes yang dapat diandalkan dalam mendiagnosa NT
- Diagnosa berdasarkan anamnesa pasien secara teliti dan pemeriksaan fisik
yang cermat.
- Anamnesa lokalisasi nyeri, kapan dimulainya nyeri, menentukan interval
bebas nyeri, menentukan lamanya, efek samping, dosis, dan respons terhadap
pengobatan, menanyakan riwayat penyakit lain seperti ada penyakit herpes atau
tidak, dsb.
- Pemeriksaan fisik neurologi dapat ditemukan sewaktu terjadi serangan,
penderita tampak menderita, diluar serangan tampak normal.
- Reflek kornea dan test sensibilitas untuk menilai sensasi pada ketiga cabang
nervus trigeminus bilateral.
- Membuka mulut dan deviasi dagu untuk menilai fungsi otot masseter (otot
pengunyah) dan fungsi otot pterygoideus.
- Pemeriksaan penunjang yang diperlukan seperti CT scan kepala atau MRI
kepala untuk menyingkirkan diagnosis nyeri kepala yang sekunder
Soal no 1-3
Seorang laki-laki usia 41 tahun datang kedokter dengan keluhan nyeri kepala
sejak 1 bulan terakhir dan hilang timbul. Nyeri dirasakan seperti kepala diikat
kencang, berasa berat, dan daerah kuduk terasa pengal-pegal. Keluhan ini
dirasakan terutama pada pagi dan sore hari sepulang bekerja, hilang dengan
istrahat atau dengan pijatan ringan dikepala. Diketahui bahwa 1 bulan ini pasien
sedang mengalami banyak tekanan dari atasannya dikantor. Pada px fisik tampak
pasien menahan sakit, didapat tekanan darah 150/90mmHg, nadi 88x/menit, respirasi
20x/menit & suhu 37.4°C, tidak didapatkan tanda meningeal.
1. Apakah diagnosis yang paling mungkin?
a. Vertigo
b. Episodic cluster headache
c. Episodic tension type headache
d. Chronic tension type headache
e. Migren tanpa aura
Pembahasan : Berdasarkan manifestasi, kasus diatas termasuk dalam
Tension Type Headache, untuk menentukan pasien tersebut akut atau
Hepatitis
HEPATITIS A HEPATITIS B
Etiologi Virus hepatitis A, famili Virus hepatitis B, famili
picornavirus, tipe RNA hepadnaviridae, tipe DNA
Faktor resiko - Pada usia 5-14 tahun - Imunisasi yang tidak
- Orang-orang yang lengkap
higienitas dan - Pada daerah epidemik
sanitasinya buruk - Sistem imun yang
- Makan makanan yang menurun
tercemar - Alkohol
- Hubungan homoseksual - Transfusi darah
- Bertukar handuk - Pekerja medis
- Tato
- Penggunaan pisau cukur
yang bersamaan
- Perilaku seksual yang
tidak benar
- Vertikal (ibu ke janin)
Penularan Fecal-oral Lewat cairan tubuh
Patogenesis Melalui makanan atau air Virus hepatitis B masuk ke
yang terkontaminasi dalam tubuh secara
masuk ke dalam tubuh di parenteral masuk ke
absorbsi dan masuk ke peredaran darah masuk ke
sirkulasi darah masuk ke dalam hati dan terjadi proses
dalam hepar dan bereplikasi replikasi virus selanjutnya
di dalam hepatosit masuk sel-sel hati memproduksi dan
ke peredaran darah lagi mensekresi HbsAg lalu
disekresikan melalui getah virus hepatitis merangsang
empedu keluar melalui respon imun tubuh yang
Sirosis Hepatis
terjadinya fibrosis yang sudah meluas dengan terbentuknya nodul-nodul pada
semua bagian hati dan terjadinya fibrosis tidak hanya pada satu lobulus saja.
Etiologi : hepatitis virus, hepatotoksik alcohol
Manifestasi klinis:
1. Kompensata: fungsi masih dikompensasi jaringan normal dengan gejala: lemas,
kembung dsb
2. Dekompensata: tidak mampu lagi dikompensasi : icterus, urin gelap pekat,
pasien muntah
Kompesnsata Dekompensata
Lemas Hipertensi porta :
- Asites
- Muntah darah
Kembung Trombositopeni
Splenomegaly
Icterus
Kolesistitis
Inflamasi akut kandung empedu yang dicetuskan oleh obstruksi duktus sistikus.
Pada hampir 90 % kasus kolesistitis disertai dengan kolelitiasis.
Inflamasi disebabkan oleh meningkatnya tekanan intraluminal dan peregangan
yang mengakibatkan tertekannya pembuluh darah sehingga menyebabkan
iskemik dan nekrosis.
Keluhan dan Gejala
- Nyeri epigastrium atau perut dikuadran kanan atas yang menjalar ke sudut
scapula kanan.
Kolelithiasis
gabungan dari beberapa unsur (terutama kolesterol) yang membentuk suatu
material mirip batu yang ditemukan dalam kandung empedu
Bila jumlah > 20: hipertiroid, bila < 10 tidak ada hipertiroid, 10-19: meragukan
Hipoparatiroidisme
Definisi Kondisi defisiensi hormon paratiroid
Primer: aktivitas PTH tidak adekuat
Sekunder: keadaan fisiologis diman level PTH rendah akibat respon terhadap proses primer yang menyebabkan
hiperkalsemia
Etiologi Didapat: (iatrogenic)
• Pasca tiroidektomi