Anda di halaman 1dari 22

KERAGAMAN HAYATI

FAUNA DI EKOSISEM PADANG LAMUN UNTUK PRODUK


FARMASI ( Octopus sp. )

Dosen : Sister Sianturi S. Si., M. Si.

Disusun Oleh:

Anita Sari 14334100

INSTITUT SAINS TEKNOLOGI NASIONAL

FAKULTAS FARMASI

JAKARTA

2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, karena dengan rahmat dan karunia-
Nya sehingga makalah Flora ekosistem mangrove yang dapat dimanfaatkan sebagai produk
farmasi dapat diselesaikan. Makalah ini disusun dalam rangka memenuhi nilai tugas mata
kuliah Keragaman Hayati.
Pada kesempatan kali ini penulis tidak lupa menyampaikan rasa syukur dan terima
kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu selama penyusunan makalah ini terutama
untuk dosen Mata Kuliah Keragaman Hayati dan orang-orang yang telah banyak membantu
dan memberikan dukungan kepada penulis.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih memiliki kekurangan. Oleh karena itu
kritik dan saran dari pembaca yang bersifat memperbaiki, membangun, dan mengembangkan
makalah ini sangat kami harapkan.
Penulis berharap makalah ini dapat berguna untuk para pembaca.

Jakarta, 13 Juli 2018

Penulis
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ......................................................................................................

Daftar Isi ..............................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .........................................................................................
1.2 Rumusan Masalah ...................................................................................
1.3 Tujuan Masalah ........................................................................................

BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Padang Lamun.........................................................................
2.2 Fungsi Ekosistem Padang Lamun..............................................................
2.3 Biota yang Hidup di Daerah Padang Lamun.............................................
2.4 Biota Padang Lamun Untuk Pengembangan Produk Farmasi ..................

BAB III PENUTUP


3.1 Kesimpulan ...............................................................................................
3.2 Saran...........................................................................................................
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Indonesia mempunyai perairan laut yang lebih luas dari pada daratan, oleh karena itu Indonesia
di kenal sebagai negara maritim. Perairan laut Indonesia kaya akan berbagai biota laut baik
flora maupun fauna. Demikian luas serta keragaman jasad-jasad hidup di dalam yang
kesemuanya membentuk dinamika kehidupan di laut yang saling berkesinambungan (Bengen,
2001).

Pada tahun belakangan ini, perhatian terhadap biota laut semakin meningkat dengan
munculnya kesadaran dan minat setiap lapisan masyarakat akan pentingnya lautan. Laut
sebagai penyedia sumber daya alam yang produktif baik sebagai sumber pangan, tambang
mineral, dan energi, media komunikasi maupun kawasan rekreasi atau pariwisata. Karena itu
wilayah pesisir dan lautan merupakan tumpuan harapan manusia dalam pemenuhan kebutuhan
di masa datang. Salah satu sumber daya laut yang cukup potensial untuk dapat dimanfaatkan
adalah lamun, dimana secara ekologis lamun mempunyai beberapa fungsi penting di daerah
pesisir. Lamun merupakan produktifitas primer di perairan dangkal di seluruh dunia dan
merupakan sumber makanan penting bagi banyak organisme.

Salah satu sumber daya laut yang cukup potensial untuk dapat dimanfaatkan adalah lamun,
dimana secara ekologis lamun mempunyai bebrapa fungsi penting di daerah pesisir. Lamun
merupakan produktifitas primer di perairan dangkal di seluruh dunia dan merupakan sumber
makanan penting bagi banyak organisme. Biomassa padang lamun secara kasar berjumlah 700
g bahan kering/𝑚2 , sedangkan produktifitasnya adalah 700 g karbon/𝑚2 /hari. Oleh sebab itu
padang lamun merupakan lingkungan laut dengan produktifitas tinggi (Fahruddin, 2002).

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan padang lamun?
2. Apa fungsi dari ekosistem padang lamun?
3. Biota apa saja yang hidup di dalam ekosistem padang lamun?
4. Biota apakah yang ada di kawasan ekosistem padang lamun yang bisa dimanfaatkan untuk
pengembangan produk farmasi?
C. Tujuan Masalah
1. Mengetahui apa yang dimaksud dengan padang lamun
2. Mengetahui fungsi ekosistem lamun
3. Mengetahui biota apa saja yang hidup di dalam ekosistem padang lamun
4. Mengetahui biota yang ada di kawasan ekosistem padang lamun yang dimanfaatkan untuk
pengembangan produk farmasi
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian
Lamun (seagrass) adalah tumbuhan berbunga (angiospermae) yang berbiji satu
(monokotil) dan mempunyai akar rimpang, daun, bunga dan buah. Jadi sangat berbeda dengan
rumput laut (algae). Lamun dapat ditemukan di seluruh dunia kecuali di daerah kutub. Lebih
dari 52 jenis lamun yang telah ditemukan. Di Indonesia hanya terdapat 7 genus dan sekitar 15
jenis yang termasuk ke dalam 2 famili yaitu : Hydrocharitacea (9 marga, 35 jenis) dan
Potamogetonaceae (3 marga, 15 jenis). Jenis yang membentuk komunitas padang lamun
tunggal, antara lain : Thalassia hemprichii, Enhalus acoroides, Halophila ovalis, Cymodoceae
serulata, dan Thallasiadendron ciliatum. Dari beberpa jenis lamun, Thalasiadendron ciliatum
mempunyai sebaran yang terbatas, sedangkan Halophila spinulosa tercatat di daerah Riau,
Anyer, Baluran, Irian Jaya, Belitung dan Lombok. Begitu pula Halophila decipiens baru
ditemukan di Teluk Jakarta, Teluk Moti-Moti dan Kepulaun Aru (Den Hartog, 1970; Azkab,
1999; Bengen 2001).
Lamun, merupakan bagian dari beberapa ekosistem dari wilayah pesisir dan lautan
perlu dilestarikan, memberikan kontribusi pada peningkatan hasil perikanan dan pada sektor
lainya seperti pariwisata. Oleh karena itu perlu mendapatkan perhatian khusus seperti halnya
ekosistem lainnya dalam wilayah pesisir untuk mempertahankan kelestariannya melalui
pengelolaan secara terpadu. Secara langsung dan tidak langsung memberikan manfaat untuk
meningkatkan perekonomian terutama bagi penduduk di wilayah pesisir.
Habitat lamun dapat dipandang sebagai suatu komunitas, dalam hal ini padang lamun
merupakan suatu kerangka struktural yang berhubungan dalam proses fisik atau kimiawi yang
membentuk sebuah ekosistem. Mengingat pentingnya peranan lamun bagi ekosistem di laut
dan semakin besarnya tekanan gangguan baik oleh aktifitas manusia maupun akibat alami,
maka perlu diupayakan usaha pelestarian lamun melalui pengelolaan yang baik pada ekosistem
padang lamun.
Padang lamun merupakan ekosistem yang tinggi produktifitas organiknya, dengan
keanekaragaman biota yang cukup tinggi. Pada ekosistem, ini hidup beraneka ragam biota laut
seperti ikan, krustasea, moluska (Pinna sp, Lambis sp, Strombus sp), Ekinodermata (Holothuria
sp, Synapta sp, Diadema sp, Arcbaster sp, Linckia sp) dan cacing (Polichaeta) (Bengen, 2001).
Secara ekologis padang lamun memiliki peranan penting bagi ekosistem. Lamun
merupakan sumber pakan bagi invertebrata, tempat tinggal bagi biota perairan dan melindungi
mereka dari serangan predator. Lamun juga menyokong rantai makanan dan penting dalam
proses siklus nutrien serta sebagai pelindung pantai dari ancaman erosi ataupun abrasi
(Romimohtarto dan Juwana, 1999).
Ekosistem Padang Lamun memiliki diversitas dan densitas fauna yang tinggi
dikarenakan karena gerakan daun lamun dapat merangkap larva invertebrata dan makanan
tersuspensi pada kolom air. Alasan lain karena batang lamun dapat menghalangi pemangsaan
fauna bentos sehingga kerapatan dan keanekaragaman fauna bentos tinggi.
Daerah Padang Lamun dengan kepadatan tinggi akan dijumpai fauna bentos yang lebih
banyak bila dibandingkan dengan daerah yang tidak ada tumbuhan lamunnya. Menurut
Romimohtarto dan Juwana (1999) ekosistem lamun memiliki kerapatan fauna keanekaragaman
sebesar 52 kali untuk epifauna dan sebesar 3 kali untuk infauna dibandingkan pada daerah
hamparan tanpa tanaman lamun.
Ekosistem padang lamun memiliki kondisi ekologis yang sangat khusus dan berbeda
dengan ekosistem mangrove dan terumbu karang. Ciri-ciri ekologis padang lamun antara lain
adalah :
1. Terdapat di perairan pantai yang landai, di dataran lumpur/pasir
2. Pada batas terendah daerah pasang surut dekat hutan bakau atau di dataran terumbu
karang
3. Mampu hidup sampai kedalaman 30 meter, di perairan tenang dan terlindung
4. Sangat tergantung pada cahaya matahari yang masuk ke perairan
5. Mampu melakukan proses metabolisme secara optimal jika keseluruhan tubuhnya
terbenam air termasuk daur generatif
6. Mampu hidup di media air asin
7. Mempunyai sistem perakaran yang berkembang baik.

Gambar 1. Ekosistem Padang Lamun


Klasifikasi
Pada sistem klasifikasi, lamun berada pada Sub kelas Monocotyledoneae, kelas
Angiospermae. Dari 4 famili lamun yang diketahui, 2 berada di perairan Indonesia yaitu
Hydrocharitaceae dan Cymodoceae. Famili Hydrocharitaceae dominan merupakan lamun yang
tumbuh di air tawar sedangkan 3 famili lain merupakan lamun yang tumbuh di laut.
Lamun merupakan tumbuhan yang beradaptasi penuh untuk dapat hidup di lingkungan
laut. Eksistensi lamun di laut merupakan hasil dari beberapa adaptasi yang dilakukan termasuk
toleransi terhadap salinitas yang tinggi, kemampuan untuk menancapkan akar di substrat
sebagai jangkar, dan juga kemampuan untuk tumbuh dan melakukan reproduksi pada saat
terbenam. Lamun juga memiliki karakteristik tidak memiliki stomata, mempertahankan kutikel
yang tipis, perkembangan shrizogenous pada sistem lakunar dan keberadaan diafragma pada
sistem lakunar. Salah satu hal yang paling penting dalam adaptasi reproduksi lamun adalah
hidrophilus yaitu kemampuannya untuk melakukan polinasi di bawah air.
Tumbuhan lamun terdiri dari akar rhizome dan daun . Rhizome merupakan batang yang
terpendam dan merayap secara mendatar dan berbuku-buku. Pada buku-buku tersebut tumbuh
batang pendek yang tegak ke atas, berdaun dan berbunga. Pada buku tumbuh pula akar (Nontji,
1993). Lamun memiliki daun-daun tipis yang memanjang seperti pita yang mempunyai
saluran-saluran air (Nybakken, 1992). Bentuk daun seperti ini dapat memaksimalkan difusi gas
dan nutrien antara daun dan air, juga memaksimalkan proses fotosintesis di permukaan daun
(Philips dan Menez, 1988).
Secara lengkap klasifikasi beberapa jenis lamun yang terdapat di perairan pantai
Indonesia (Phillips dan Menez, 1988) adalah sebagai berikut :
Divisi : Anthophyta
Kelas : Angiospermae
Subkelas : Monocotyledonae
Ordo : Helobiae
Famili : Hydrocharitaceae
Genus : Enhalus
Species : Enhalus acoroides
Genus : Halophila
Species : Halophila decipiens
Halophila ovalis
Halophila minor
Halophila spinulosa
Genus : Thalasia
Species : Thalasia hemprichii
Famili : Cymodoceaceae
Genus : Cymodocea
Species : Cymodocea rotundata
Cymodocea serrulata
Genus : Halodule
Species : Halodule pinifolia
Halodule uninervis
Genus : Syringodium
Species : Syringodium isoetifolium
Genus : Thalassodendron
Species : Thalassodendron ciliatum

Daun menyerap hara langsung dari periran sekitarnya, mempunyai rongga untuk
mengapung agar dapat berdiri tegak di air, tapi tidak banyak mengandung serat seperti
tumbuhan rumput di darat (Hutomo, 1997). Sebagian besar lamun berumah dua,artinya dalam
satu tumbuhan hanya ada jantan saja atau betina saja. Sistem pembiakannya ber Lamum di
dunia terdiri atas 2 suku, 12 marga dan 50 jenis. Di Indonesia hanya dijumpai 12 jenis yang
termasuk dalam tujuh marga.

Gambar 2. Bentuk rhizoma dan daun lamun


2.2 Fungsi Ekosistem Lamun

Pada dasarnya ekosistem lamun memiliki fungsi yang hampir sama dengan ekosistem
lain di perairan seperti ekosistem terumbu karang ataupun ekosistem mangrove, seperti sebagai
habitat bagi beberapa organism laut, juga tempat perlindungan dan persembunyian dari
predator. Menurut Azkab (1988), ekosistem lamun merupakan salah satu ekosistem di laut
dangkal yang paling produktif. Di samping itu ekosistem lamun mempunyai peranan penting
dalam menunjang kehidupan dan perkembangan jasad hidup di laut dangkal, menurut hasil
penelitian diketahui bahwa peranan lamun di lingkungan perairan laut dangkal sebagai berikut:

1. Sebagai Produsen Primer Lamun mempunyai tingkat produktifitas primer tertinggi


bila dibandingkan dengan ekosistem lainnya yang ada di laut dangkal seperti
ekosistem terumbu karang (Thayer et al. 1975).
2. Sebagai Habitat Biota Lamun memberikan tempat perlindungan dan tempat
menempel berbagai hewan dan tumbuh-tumbuhan (alga). Disamping itu, padang
lamun (seagrass beds) dapat juga sebagai daerah asuhan, padang pengembalaan dan
makan dari berbagai jenis ikan herbivora dan ikan-ikan karang (coral fishes)
(Kikuchi dan Peres, 1977).
3. Sebagai Penangkap Sedimen Daun lamun yang lebat akan memperlambat air yang
disebabkan oleh arus dan ombak, sehingga perairan di sekitarnya menjadi tenang.
Disamping itu, rimpang dan akar lamun dapat menahan dan mengikat sedimen,
sehingga dapat menguatkan dan menstabilkan dasar permukaaan. Jadi padang
lamun dapat berfungsi sebagai penangkap sedimen dapat mencegah erosi
(Gingsburg dan Lowestan 1958).
4. Sebagai Pendaur Zat Hara Lamun memegang peranan penting dalam pendauran
barbagai zat hara dan elemen-elemen yang langka di lingkungan laut. Khususnya
zat-zat hara yang dibutuhkan oleh algae epifit.
Gambar 7. Rantai makanan dalam ekosistem lamun

Sedangkan menurut Philips dan Menez (1988), ekosistem lamun merupakan salah satu
ekosistem bahari yang produktif. Ekosistem lamun perairan dangkal mempunyai fungsi antara
lain:

1. Menstabilkan dan menahan sedimen-sedimen yang dibawa melalui tekanan-tekanan


dari arus dan gelombang.
2. Daun-daun memperlambat dan mengurangi arus dan gelombang serta mengembangkan
sedimentasi.
3. Memberikan perlindungan terhadap hewan-hewan muda dan dewasa yang berkunjung
ke padang lamun.
4. Daun-daun sangat membantu organisme-organisme epifit.
5. Mempunyai produktifitas dan pertumbuhan yang tinggi.
6. Menfiksasi karbon yang sebagian besar masuk ke dalam sistem daur rantai makanan.

Selanjutnya dikatakan Philips dan Menez (1988), lamun juga sebagai komoditi yang sudah
banyak dimanfaatkan oleh masyarakat baik secara tradisional maupun secara modern.

Secara tradisional lamun telah dimanfaatkan untuk digunakan untuk kompos dan
pupuk, cerutu dan mainan anak-anak, dianyam menjadi keranjang, tumpukan untuk pematang,
mengisi kasur, ada yang dimakan, dibuat jaring ikan.
Pada zaman modern ini, lamun telah dimanfaatkan untuk penyaring limbah, stabilizator
pantai, bahan untuk pabrik kertas, makanan, obat-obatan, sumber bahan kimia.

2.3 Biota yang Hidup di Daerah Padang Lamun

Tumbuhan lamun merupakan substrat (media tumbuh) yang memberikan perlindungan


dan tempat menempel berbagai jenis hewan dan tumbuhan. Komunitas flora dan fauna padang
lamun memiliki komposisi yang khas. Daunnya mendukung sejumlah besar organisme epifit
(tumbuhan yang hidup menumpang pada tumbuhan lain) dengan suatu substrat penempelan
yang cocok.

Tumbuhan lamun dapat tumbuh diperairan dangkal yang berpasir, namun juga dijumpai
di terumbu karang yang membentuk vegetasi yang membentuk vegetasi yang lebat sehingga
merupakan padang lamun (Seagress bed) yang luas. Di padang lamun juga hidup bermacam-
macam biota laut seperti crutacea, molusca, cacing dan berbagai jenis ikan. Ada yang hidup
menetap dipadang lamun ada pula sebagai pengunjung yang setia. Beberapa jenis ikan
misalnya berkunjung ke padang lamun untuk mencari makanan atau untuk memijah. Beberapa
jenis biota laut yang mempunyai nilai niaga menggunakan daerah padang lamun sebagai
tempat asuhan, antara lain ikan baronang, duyung merupakan mamalia laut yang makanannya
adalah lamun terutama Syringodium isotifolium. Apabila air sedang surut rendah sebagian
padang lamun ini tersembul keluar dari air terutama bila komponen utamanya adalah Enhalus
acoroides yang berdaun seperti pita yang memanjang dan hewan yang berasosiasi dengan
padang lamun, ikan (baronang, dugong), Molusca (kerang), crustasea (bintang laut, bulu babi,
teripang, bintang rapuh) (Nontji, 2002 dalam Nopriandy, 2008).

Selanjutnya dikemukakan oleh Supriharyono (2007) bahwa produktifitas tersebut


selain dari tumbuhan lamun juga berasal dari algae dan organisme yang menempel didaun.
Sejumlah invetebrata seperti molusca (bipinna, lambis dan strombus), Enchodermata (tripang-
holutoria, bulu babi-diadema sp), dan bintang laut (Archaster, Linckia) serta Crustasea (udang,
kepiting)

1. Moluska

Filum mollusca meliputi keong, kerang, tiram, cumi-cumi, gurita, sotong dan
sebangsanya. Moluska merupakan komponen yang sangat penting dari ekosistem padang
lamun, baik hubungannya ke biomasa maupun perannya didalam aliran energi, sebanyak 20%
- 60% biomasa epifit di padang lamun dimanfaatkan oleh epifauna yang didominasi oleh
gastropoda (Klumpp et al dalam Kiswara, 2004).

Menurut Romimohtarto dan Juwana, (2007 dalam Seringo, 2009) berdasarkan


kesimetrisan bentuknya, sifat kaki, cangkang, insang dan sistem saraf maka moluska di bagi
menjadi 7 kelas antara lain polyplacopora atau Amphineura (chiton), Gastropoda (keong),
Pelecypoda atau Bivalia (kerang), Cephalopoda (cumi-cumi atau gurita), Scaphopoda
(cangkang tanduk), Aplacopora dan Monoplacopora (hewan bercangkang yang kecil)

2. Enchinodermata

Enchinodermata adalah filum hewan terbesar yang tidak memiliki anggota yang hidup
di air tawar atau darat. Hewan-hewan ini juga mudah dikenali dari bentuk tubuhnya,
kebanyakan memiliki simetri radial (menggambarkan hewan yang mempunyai bagian tubuh
yang tersusun melingkar (bulat), jika diambil garis lewat mulut akan menghasilkan
bagianbagian yang sama), khususnya simetri radial pentameral (terbagi lima). Walaupun
terlihat primitif, Echinodermata adalah filum yang berkerabat relatif dekat dengan Chordata
(yang di dalamnya tercakup Vertebrata), dan simetri radialnya berevolusi secara sekunder.
Larva bintang laut misalnya, masih menunjukkan keserupaan yang cukup besar dengan larva
Hemichordata (Abidin, 2009).
Kelompok Enchinodermata yang banyak kita jumpai antara lain Bintang laut, Lili Laut,
Teripang, dan Bulu Babi didaerah padang lamun (Abdullah, 1999).

3. Arthropoda

Arthropoda merupakan kelompok terbesar diantara seluruh duna hewan. Namanya


berasal dari kakinya yang bersendi. Meskipun kelompok ini mencakup udang dan kepiting
dalam laut hanya tiga kelompok taksonomi yang mendapatkan perhatian yakni Curtasea,
Pycnogonida dan Arachnida.

Menurut Kikuchi dan Peres, 1973 dalam Listyo ( 2002) komunitas hewan termasuk
krutasea mempergunakan padang lamun sebagai habitatnya, tempat memijah dan mencari
makan. Komunitas hewan tersebut membentuk empat kategori struktur dan cara hidup
dipadang lamun, yaitu Komunitas biota yang hidup pada daun hijau (segar) lamun (epifit,
mikro-meiofauna), Komunitas biota yang menempel pada rimpang lamun (Polikhaeta,
Krustasea, Moluska, Echinodermata), Kominitas biota yang hidup dalam sediman (bivalia,
polikhaeta). Lebih lanjut peran padang lamun bagi komunitas biota kosumer, yaitu padang
lamun sebagai habitat dari komunitas biota dan padang lamun sumber makanan biota.

Crustacea dengan jumlah yang sangat besar dalam kelompok arthropoda yang terdiri
dari hampir 50 jenis dan biasanya dimasukkan sebagai sub filum. Mereka termasuk jenis
binatang seperti kepiting, lobster, udang laut, brenacles. Mayoritas mereka adalah hidup di air,
baik yang tinggal di laut atau air tawar, tetapi beberapa kelompok dapat menyesuaikan dengan
kehidupan di darat, seperti kepiting. Mayoritas krustasea bebas berpindah atau bebas bergerak
(Romimohtarto, 2001).
Krustasea termasuk dalam salah satu biota konsumen dipadang lamun, isopoda dan
tanaidacea memakan detritus dan rimpang lamun. Di samping itu beberapa decapoda memakan
daun lamun dan beberapa kepiting dengan ukuran besar memakan moluska.

Pada saat yang sama, beberapa ikan memakan udang dan kepiting kecil. Hal ini dapat
dikatakan bahwa krustasea berperan dalam rantai makanan (Listyo, 2002).

Riniatsih, 2001 dalam Agusriadi, 2010 mendapatkan bahwa kawasan padang lamun
diperairan pantai Jepara merupakan habitat yang cocok untuk kehidupan pasca larva udang
famli Penaidae, Sergestidae, dan Luciferidae. Dimana asosiasinya sangat bervariasi dalam
komposisi, kepadatan dan keanekaragaman jenisnya.

4. Ikan

Berdasarkan cara hidup pada ekosistem padang lamun, asosiasi antara ikan dengan padang
lamun terdiri dari 4 kategori, yaitu Dwintasari, 2009 dalam Agusriadi, 2010).

1. Penghuni tetap dengan memijah dan menghabiskan sebagian basar hidupnya


diekosistem padang lamun (contoh Apogon margaritoporous)
2. Menetap dengan menghabiskan seluruh hidupnya di ekosistem padang lamun (contoh
Haliochoeres leparensis, Pranaesus duodecimalis, Paramia quinqilineata, Gerres
macrosoma, Monachantus tomentosus, Manachantus hajam)
3. Menetap hanya pada saat tahap juvenil (Siganus canaliculatus, Siganus virgatus,
Siganus chrysospilos, Lethrinus sp)
4. Menetap sewaktu-waktu atau singgah hanya mengunjungi padang lamun untuk
berlindung atau cari makan.
Diperairan Taman Nasional Laut Kepulauan Seribu hidup berbagai jenis ikan yang
dikategorikan kedalam dua kelompok ikan komsumsi dan ikan hias yang keseluruhan tidak
kurang dari 113 jenis sedangkan jenis ikan komsusmsi yang dijumpai di daerah padang lamun
antaranya ikan kerapu, baronang, pari, ijo, sepah dan kwe (Abdullah, 1999).

Pengamatan ikan muda dari ikan kerapu (Epinchelus) pada padang lamun 1985. Mereka
mencoba mengumpulkan informasi tentang komposisi jenis dan variasi musiman dari ikan-
ikan kerapu muda, puncak musim ikan kerapu muda terjadi pada bulan Febuari s/d April dan
komposisi jenis ikan kerapu yang ditemukan adalah E. bleekeri, E. fuscoguttatus, E. merra, E.
morhua, E. septemfaciatus, E. tauvina, dan plectropoma sp. Jenis yang dominan adalah K.
tauvina dn K. morhua (Sugama dan Eda, 1985 dalam Kiswara 2004).

Di pesisir pantai bama terdapat tujuh jenis ikan yang berasosiasi dengan lamun antara lain
Siganus canaliculatus, Siganus guttaus, Acreicthys tomentous, Syngnathoides biaculeatus,
Paracentropogon longispnis, Arothron immaculatus dan Acanthurus triostegus.

2.4 Biota Padang Lamun yang Dimanfaatkan Untuk Pengembangan Produk Farmasi

Gurita (Octopus sp.)


Menurut (Suwignyo, dkk.,2005) klasifikasi Gurita (Octopus sp.) adalah sebagai berikut:
Kingdom : Animalia
Phylum : Mollusca
Class : Scephalopoda
Ordo : Octropoda
Famili : Cetopodidae
Genus : Octopus
Species : Octopus sp.
Morfologi Gurita

Roper (1984) mengidentifikasikan ciri-ciri gurita sebagai berikut:

1. Tangan sirkumolar tanpa tentakel berjumlah delapan buah


2. Sirip subterminal (di sisi mantel) dan terpisah jauh, pada beberapa spesies tidak terdapat
sirip
3. Cangkang tereduksi, bersifat vestigial, kartilagenus, atau bahkan tidak ada
4. Pengisapnya tidak memiliki cincin kitin, menempel langsung di lengan tanpa
batang/tangkai
5. Mata terbuka dengan kelopak primer dan sekunder (konsentris)
6. Memiliki insang berupa kanal branchial yang terlipat di bawah filamen (terdapat
beberapa pengecualian)
7. Memiliki liver berstruktur tunggal dengan pankreas terpisah
8. Memiliki gigi radula yang terpusat (rachidian) dengan satu proyeksi dan dua atau lebih
taring, gigi lateral pertama dan kedua berupa geraham/gigi seri
9. Tidak memiliki membran buccal
10. Organ olfaktori berupa lubang bersilia

Gurita memiliki tubuh berbentuk globular yang menyerupai kantong serta tidak memiliki sirip,
lengan berjumlah delapan buah dan dilengkapi dengan pengisap, serta tidak memiliki cangkang
baik eksternal maupun internal. Mantel berbentuk kantung silindris atau meruncing, dan
menyatu dengan dengan kepala baik di bagian dorsal maupun lateral, sehingga menyebabkan
bukaan celah mantel menjadi lebih terbatas. Pada kepala terdapat otak, dua buah mata, mulut
berbentuk paruh kakaktua, serta rongga berbentuk corong yang berotot yang menempel
dibawah permukaan kepala. Saat air terdorong keluar dari corong ini, gurita akan bergerak ke
arah yang berlawanan dengan arah keluarnya air. Gurita raksasa menggunakan paruhnya yang
kuat untuk menghancurkan cangkang kepiting.

Manfaat Gurita (Octopus sp.)

Gurita merupakan hewan laut yang memiliki banyak sekali manfaat untuk kesehatan manusia.
Bahkan di jepang, daging gurita dijadikan makanan utama, dan memakannya selagi masih
hidup. Tetapi sebenarnya gurita tersebut sudah mati belum lama sehingga otot tubuh gurita
masih bereaksi. Gurita memiliki bentuk yang hampir menyerupai cumi cumi, yang memiliki
rasa dan teksturnya yang sangat berbeda dengan makanan seafood yang lain.

Gurita merupakan salah satu hewan laut yang paling mahal di indonesia. Karena makanan yang
tergolong seafood ini memang tergolong dengan makanan yang cukup mewah tetapi juga
memiliki manfaat yang luar biasa juga. Nutrisi yang terkandung di dalamnya pun memang
dimanfaatkan untuk berbagai keperluan tubuh.

Dan inilah manfaat luar biasa daging gurita bagi kesehatan tubuh:

1. Menjaga Kesehatan Tubuh

Gurita memiliki kandungan zat besi yang tinggi, dan dapat meningkatkan daya tahan tubuh,
sehingga khasiat daging gurita salah satunya adalah untuk menjaga kesehatan tubuh.

2. Baik Untuk Kesehatan Jantung

Jantung merupakan organ yang sangat paling penting bagi tubuh manusia. Manfaat daging
gurita ini ternyata sangat baik untuk kesehatan jantung. Zat taurin di dalam daging gurita ini
yang mampu bekerja sebagai control untuk jantung, dan selain itu juga aurin bekerja sebagai
deterjen yang dapat menyaring lemak jahat dalam tubuh menjadi lemak yang bermanfaat.

3. Dapat Menguatkan Tulang

Pada daging gurita memiliki kalsium yang sangat tinggi. Kalsium ini sangat bermanfaat untuk
menguatkan tulang dan tulang yang kuat akan memudahkan untuk bergerak aktif melakukan
banyak kegiatan. Kalsium yang terdapat dari daging gurita juga sangat bagus untuk
menguatkan gigi anak anak yang sedang dalam masa pertumbuhan, juga sangat diperbolehkan
mengonsumsi daging gurita.

4. Nutrisi Bagus Untuk Otak

Pada masa perkembangan anak anak tidak hanya tubuh yang harus mengalami perkembangan,
tetapi juga otak harus mengalami perkembangan tersebut. Agar otak dapat bekerja secara
maksimal, tentu saja akan membutuhkan butrisi yang cukup dan di dalam daging gurita
terdapat banyak nutrisi yang dapat membantu kinerja otak agar lebih maksimal.

5. Memenuhi Kebutuhan Vitamin A, B, dan C

Vitamin A, B, dan C juga sangat diperlukan oleh tubuh untuk proses metabolisme. Agar tubuh
asupan vitamin yang lengkap, oleh karena itu daging gurita adalah salah satu yang memiliki
vitamin A, B, dan C. Anda bisa mengolahnya dengan dimasak menjadi sup dan tumis agar
vitamin maksimal diserap oleh tubuh.

6. Rendah Kalori dan Lemak

Gurita merupakan makanan laut yang rendah kalori dan rendah lemak, sehingga sangat cocok
digunakan sebagai menu diet sehat. Dalam setiap porsinya (3 oz atau 85 gram) hanya
mengandung sekitar 140 kalori dan 1.8 g lemak. Walaupun begitu, gurita mengandung zat besi
yang tinggi dan baik untuk kesehatan.
7. Baik Untuk Kesehatan Hati

Sebagai organ vital hati harus dijaga kesehatannya. Salah satu caranya adalah dengan
mengonsumsi daging gurita. Kandungan taurinnya bermanfaat untuk meningkatkan fungsi hati
serta mencegah penumpukan lemak pada hati akibat sering mengonsumsi alkohol.

8. Baik Untuk Perkembangan Otak Anak

Jika anda menginginkan anak anda menjadi cerdas maka salah satu caranya adalah dengan
memberi asupan makanan bergizi seperti daging gurita. Kandungan omega-3 nya dikenal
sangat baik untuk membantu perkembangan otak anak.

9. Menangkal Radikal Bebas

Kandungan selenium pada daging gurita dapat berperan sebagai antioksidan yang dikenal
mampu menangkal serangan radikal bebas sehingga sel-sel tubuh tetap normal dan tubuh
terhindar dari berbagai penyakit berbahaya.

10. Mencegah Anemia

Kandungan zat besi pada daging gurita juga baik untuk mencegah penyakit anemia sehingga
produksi sel darah merah berjalan lancar.
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil pembahasan maka dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Lamun (seagrass) adalah tumbuhan air berbunga, hidup di dalam air laut, berpembuluh,
berdaun, berimpang, berakar, serta berbiak dengan biji dan tunas.
2. Peranan ekosistem padang lamun adalah sebagai produsen primer, sebagai habitat
biota, sebagai penangkap sedimen dan sebagai pendaur zat hara.
3. Ekosistem lamun perairan dangkal mempunyai fungsi antara lain:
 Menstabilkan dan menahan sedimen-sedimen yang dibawa melalui tekanan-
tekanan dari arus dan gelombang.
 Daun-daun memperlambat dan mengurangi arus dan gelombang serta
mengembangkan sedimentasi.
 Memberikan perlindungan terhadap hewan-hewan muda dan dewasa yang
berkunjung ke padang lamun.
 Daun-daun sangat membantu organisme-organisme epifit.
 Mempunyai produktifitas dan pertumbuhan yang tinggi.
 Menfiksasi karbon yang sebagian besar masuk ke dalam sistem daur rantai
makanan.
 Di padang lamun juga hidup bermacam-macam biota laut seperti crutacea,
mollusca, cacing dan berbagai jenis ikan.
4. Salah satu biota laut jenis mollusca yang hidup di ekosistem padang lamun adalah
Gurita (Octopus). Gurita memiliki banyak manfaat kan kegunaan, antara lain:
 Menjaga Kesehatan Tubuh
 Baik Untuk Kesehatan Jantung
 Dapat Menguatkan Tulang
 Nutrisi Bagus Untuk Otak
 Memenuhi Kebutuhan Vitamin A, B, dan C
 Rendah Kalori dan Lemak
 Baik Untuk Kesehatan Hati
 Baik Untuk Perkembangan Otak Anak
 Menangkal Radikal Bebas
 Mencegah Anemia

3.2 Saran

Pembagunan di wilayah pesisir diharapkan kedepannya lebih memperhatikan keberlanjutan


ekosistem padang lamun karena fungsinya yang sangat penting pada laut dangkal dan
sekitarnya.

Anda mungkin juga menyukai