PENDAHULUAN
ASEAN dan Asia Pasifik. Hal tersebut telah menimbulkan berbagai masalah
pabrik teksil dalam negeri, karena tidak mampu bersaing dengan produk luar.
produk dalam negeri yang dipasarkan, bahkan mencari jeruk Garut atau apel
berorientasi sesuai dengan kondisi dan tuntutan itu, agar output pendidikan dapat
seragam dalam berbagai kondisi lokal yang berbeda untuk berbagai lapisan
karena muatan dan proses pembelajaran di sekolah selama ini menjadi miskin
sekolah atas dasar petunjuk-petunjuk yang cenderung serba detail. Di samping itu,
peserta didik dievaluasi atas dasar akumulasi pengetahun yang telah diperolehnya,
sehingga orang tua tidak mempunyai variasi pilihan atas jasa pelayanan
akhir ini, menuntut manusia yang mandiri, sehingga peserta didik harus dibekali
dengan kecakapan hidup (life skill) melalui muatan, proses pembelajaran dan
dengan motif ekonomi secara sempit, seperti keterampilan untuk bekerja, tetapi
dan etos.
selalu mengubah konsep berpikirnya. Konsep lama mungkin sudah tidak sesuai
dengan perkembangan saat ini, lebih-lebih untuk yang akan datang. Untuk itulah,
pengertian paling awal. Namum pandangan ini, ternyata masih berlaku bagi
sebagian orang di negeri ini. Dengan pijakan konsep ini, belajar seolah-olah
itu menambah pengetahun kepada anak didik. Namum demikian, konsep ini
masih sangat parsial, telalu sempit, dan menjadikan siswa sebagai individu-
individu yang pasif dan repesif. Siswa layaknya sebuah benda kosong yang perlu
diisi sampai penuh tanpa melihat potensi yang sebenarnya sudah ada pada siswa.
berkali-kali dalam beberapa tahun terakhir ini ditandai dengan adanya suatu
perubahan (inovasi). Perubahan pada hakekatnya adalah sesuatu hal yang wajar
karena perubahan itu adalah sesuatu yang bersifat kodrati dan manusiawi. Hanya
ada dua alternatif pilihan yaitu menghadapi tantangan yang ada di dalamnya atau
dan jika perubahan direspon negatif akan menjadi arus kuat yang
alat peraga dan sebagainya harus juga mengalami perubahan kearah pembaharuan
(inonvasi). Dengan adanya inovasi tersebut di atas dituntut seorang guru untuk
lebih kreatif dan inovatif, terutama dalam menentukan model dan metode yang
kecakapan hidup (life skill) siswa yang berpijak pada lingkungan sekitarnya.
Pada Siswa-Siswi Kelas VI SDN ABC Jakarta Pusat Tahun Pelajaran 2009/2010.
B. Rumusan Masalah
belajar Bahasa Indonesia pada siswa Kelas VI SDN ABC Jakarta Pusat Tahun
Pelajaran 2009/2010?
C. Pemecahan Masalah
D. Batasan Masalah
1. Penelitian ini hanya dikenakan pada siswa Kelas VI SDN ABC Jakarta Pusat
2. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret semester genap tahun pelajaran
2009/2010.
1. Tujuan Umum
tentang peningkatan prestasi siswa Kelas VI SDN ABC Jakarta Pusat tahun
2. Tujuan Khusus
berguna sebagai:
Indonesia.
variatif.
meningkat.
G. Definisi Operasional
Agar tidak terjadi salah persepsi terhadap judul penelitian ini, maka perlu
laku untuk memenuhi kebutuhan dan mencapai tujuan, atau keadaan dan
kesiapan dalam diri individu yang mendorong tingkah lakunya untuk berbuat
Hasil belajar yang dinyatakan dalam bentuk nilai atau dalam bentuk skor,
A. Kajian Pustaka
1. Definisi Pembelajaran
atau ilmu, berubah tingkah laku atau tanggapan yang disebabkan oleh
laku yang bukan disebabkan oleh proses pertumbuhan yang bersifat fisik,
didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar.
Jadi pembelajaran adalah proses yang disengaja yang menyebabkan
siswa belajar pada suatu lingkungan belajar untuk melakukan kegiatan pada
situasi tertentu.
2. Motivasi Belajar
a. Konsep Motivasi
yang diberikan itu didasarkan atas motif-motif dan tujuan yang ada pada
murid.
Faktor siswa didik justru menjadi unsur yang menentukan berhasil atau
lainnya. Sehingga sejak itu pula para ahli berpendapat, bahwa tingkah laku
manusia didorong oleh motif-motif tertentu, dan perbuatan belajar akan
berhasil apabila didasarkan pada motivasi yang ada pada murid. Murid
kuda dapat digiring ke sungai tetapi tidak dapat dipaksa untuk minum.
Demikian pula juga halnya dengan murid, guru dapat memaksakan bahan
menjadi tugas yang paling berat yakni bagaimana caranya berusaha agar
murid mau belajar, dan memiliki keinginan untuk belajar secara kontinyu.
b. Pengertian Motivasi
kebutuhan dan mencapai tujuan, atau keadaan dan kesiapan dalam diri
Hal ini sesuai dengan yang diungkapkan oleh Nur (2001:3) bahwa siswa
yang lebih tinggi dalam mempelajari materi itu, sehingga siswa itu akan
c. Macam-macam Motivasi
1) Motivasi Intrinsik
apakah karena adanya ajakan, suruhan, atau paksaan dari orang lain
dirangsang dari luar, karena dalam setiap diri individu sudah ada
2) Motivasi Ekstrinsik
luar.
tujuan. Makin jelas tujuan, makin besar nilai tujuan bagi individu
e) Minat yang besar: Motif akan timbul jika individu memiliki minat
yang besar.
memperoleh nilai yang baik. Hal ini terbukti dalam kenyataan bahwa
banyak siswa yang tidak belajar bila tidak ada ulangan. Akan tetapi,
bila guru mengatakan bahwa lusa akan diadakan ulangan lisan, barulah
siswa giat belajar dengan menghafal agar ia mendapat nilai yang baik.
Jadi, angka atau nilai itu merupakan motivasi yang kuat bagi siswa.
dalam proses belajar mengajar. Bila hal ini dilihat dari segi nilai lebih yang
dimiliki oleh guru dibandingkan dengan siswanya. Nilai lebih ini dimiliki oleh
guru terutama dalam ilmu pengetahun yang dimiliki oleh guru bidang studi
pengajarannya. Walalu demikian nilai lebih itu tidak akan dapat diandalkan
aktivitas yang sangat kompleks, karena itu sangat sukar bagi guru Bahasa
umum yang harus dipengang oleh guru Bahasa Indonesia dalam menjalankan
sebagai berikut:
kemampuan siswa.
a. Menyelidiki dengan jelas dan tegas apa yang diharapkan dari pelajaran
pendidikan itu.
4. Prestrasi Belajar
a. Pengertian Belajar
akhir dari pada periode yang cukup panjang. Berapa lama waktu itu
merupakan suatu proses yang tidak dapat dilihat dengan nyata proses itu
terjadi dalam diri seserorang yang sedang mengalami belajar. Jadi yang
pekerjaan/aktivitas tertentu.
Jadi prestasi adalah hasil yang telah dicapai oleh karena itu semua
belajar menginginkan hasil yang yang sebaik mungkin. Oleh karena itu
dengan baik dan pedoman cara yang tapat. Setiap orang mempunyai cara atau
digunakan oleh seorang siswa, tetapi mungkin kurang sesuai untuk anak/siswa
yang lain. Hal ini disebabkan karena mempunyai perbedaan individu dalam
Oleh karena itu tidaklah ada suatu petunjuk yang pasti yang harus
faktor yang paling menentukan keberhasilan belajar adalah para siswa itu
belajar aktif.
Yang saya dengar, saya lupa.
orang lain, saya mulai pahami. Dari yang saya dengar, lihat, bahas dan
tentang apa yang mereka dengar. Salah satu alasan yang paling menarik ada
pendengaran siswa.
Pada umumnya guru berbicara dengan kecepatan 100 hingga 200 kata
permenit. Tetapi beberapa kata-kata yang dapat ditangkap siswa dalam per
dengan penuh perhatian terhadap 50 sampai 100 kata per menit, atau setengah
dari apa yang dikatakan guru. Itu karena siswa juga berpikir banyak selama
memikirkan) dengan kecepatan 400 hingga 500 kata per menit. Ketika
sedangkan dalam sepuluh menit terakhir, mereka hanya dapat mengingat 20%
heran bila mahasiswa dalam kualiah psikologi yang disampaikan dengan gaya
sama sekali belum pernah mengikuti kuliah itu (Richard, dkk., 1989) (dalam
Dua figur terkenal dalam gerakan kooperatif, David dan Roger Jonson,
Silberman, 2004:17).
Cara kuliah macam ini hanya menarik bagi peserta didik auditori.
hingga 200 persen ketika digunakan media visual dalam mengajarkan kosa
kata. Tidak hanya itu, waktu yang diperlukan untuk menyajikan sebuah
ribuan kata, namun ia tiga kali lebih efektif ketimbang kata-kata saja.
diberikan akan menjadi lebih kuat berkat kedua sistem penyampaian itu. Juga,
sebagian siswa, seperti akan kita bahas nanti. Lebih menyukai satu cara
memiliki peluang yang lebih besar untuk memenuhi kebutuhan dari beberapa
Otak kita tidak bekerja seperti piranti audio atau video tape recorder.
Di bagian manakah informasi itu cocok? Apa yang bisa saya lakukan
terhadapnya?
Dapatkah saya asumsikan bahwa ini merupakan gagasan yang sama yang saya
semacam itu secara eksternal juga internal. Otak kita akan melakukan tugas
proses belajar yang lebih baik jika kita membahas informasi dengan orang lain
dan jika kita diminta mengajukan pertanyaan tentang itu. Sebagai contoh,
Ruhl, Hughes, dan Schloss (1987) (dalam Silberman, 2004:18) meminta siswa
untuk berdiskusi dengan teman sebangkunya tentang apa yang dijelaskan oleh
diselingi diskusi, siswa-siswi ini mendapatkan nilai dengan selisih dua angka
lebih tinggi.
Akan lebih baik lagi jika kita dapat melakukan sesuatu terhadap
informasi itu, dan dengan demikian kita bisa mendapat umpan balik tentang
seberapa bagus pemahaman kita. Menurut John Holt (1967) (dalam
Silbermanb, 2004:19), proses belajar akan meningkat jika siswa dinima untuk
b. Memberikan contohnya.
d. Melihat kaitan antara informasi itu dengan fakta atau gagasan lain.
Dalam banyak hal, otak tidak begitu berbeda dengan sebuah computer,
untuk bisa digunakan. Otak kita juga demikian. Ketika kegiatan belajar
sifatnya pasif, otak kita tidak “on”. Sebuah computer membutuhkan software
yang tepat untuk menginterpretasikan data yang diasumsikan. Otak kita perlu
mengaitkan antara apa yang dimasukkan. Otak kita perlu mengaitkan antara
apa yang diajarkan kepada kita dengan apa yang telah kita ketahui dan dengan
cara kita berpikir. Ketika proses belajar sifatnya pasif, otak tidak melakukan
dapat mengakses kembali informasi yang dia olah bila tidak terlebih dahulu
fakta dan konsep ke dalam benak siswa dan menunjukan keterampilan dan
menghafal. Banyak hal yang kita ingat akan hilang dalam beberapa jam.
dapat dengan serta merta menuangkan sesuatu ke dalam benak para siswanya,
mereka dengar dan lihat menjadi satu kesatuan yang bermana. Tanpa peluang
diajarkan dengan media yang konkret, melalui buku-buku latihan, dan dengan
lagi adalah bagaimana kedekatan itu berlangsung. Jika ini terjadi pada peserta
didik, dia akan merasakan sedikit keterlibatan mental. Ketika kegiatan belajar
barangkali, nilai yang akan dia peroleh). Ketika kegiatan belajar sifat aktif,
8. Gaya Belajar
bermacam cara belajar. Sebagian siswa bisa belajar dengan sangat baik hanya
penyajian informasi yang runtut. Mereka lebih suka menuliskan apa yang
dikatakan guru. Selama pelajaran, mereka biasanya diam dan jarang terganggu
oleh kebisingan. Perserta didik visual ini berbeda dengan peserta didik
mungkin banyak bicara dan mudah teralihkan perhatiannya oleh suara atau
sabaran. Selama pelajaran, mereka mungkin saja gelisah bila tidak bisa leluasa
bergerak dan mengerjakan sesuatu. Cara mereka belajar boleh jadi tampak
Tentu saja, hanya ada sedikit siswa yang mutlak memiliki satu jenis
salah satu bentuk pengajaran dibanding dua lainnya. Sehingga mereka mesti
berupaya keras untuk memahami pelajaran bila tidak ada kecermatan dalam
menyajikan pelajaran sesuai dengan cara yang mereka sukai. Guna memenuhi
variasi.
siswa. Selama lima belas tahun terakhir, Schroeder dan koleganya (1993)
(MBTI) kepada mahasiswa baru. MBTI merupakan salah satu instrumen yang
paling banyak digunakan dalam dunia pendidikan dan untuk memahami
yang benar-benar aktif dari pada kegiatan yang reflektif abstrak, dengan rasio
lima banding satu. Dari semua ini, dia menyimpulkan bahwa cara belajar dan
mengajar aktif sangat sesuai dengan siswa masa kini. Agar bisa efektif, guru
harus menggunakan yang berikut ini: diskusi dan proyek kelompok kecil,
bahwa siswa masa kini “bisa beradaptasi dengan baik terhadap kegiatan
dibesarkan dalam dunia yang segala sesuatunya berjalan dengan cepat dan
merdu, dan warna-warna terlihat begitu semarak dan menarik. Obyek, baik
yang nyata maupun yang maya, bergerak cepat. Peluang untuk mengubah
segala sesuatu dari satu kondisi ke kondisi lain terbuka sangat luas.
kepada kita bahwa manusia memiliki dua kumpulan kekuatan atau kebutuhan
yang satu berupaya untuk tumbuh dan yang lain condong kepada keamanan.
Orang yang dihadapkan pada kedua kebutuhan ini akan memiliki keamanan
menurut Maslow, dan “tiap langkah maju hanya dimungkin akan bila ada rasa
aman, yang mana ini merupakan langkah ke depan dari suasana rumah yang
Silberman, 2004:24).
Salah satu cara utama untuk mendapatkan rasa aman adalah menjalin
hubungan dengan orang lain dan menjadi bagian dari kelompok. Perasaan
sekarang.
bekerjasama dengan mereka guna mencapai tujuan,” yang mana hal ini dia
masa kini. Menempatkan siswa dalam kelompok dan memberi mereka tugas
Mereka menjadi cenderung lebih telibat dalam kegiatan belajar karena mereka
aktif dengan cara khusus. Apa yang didiskusikan siswa dengan teman-
berbeda kepada siswa akan mendorong mereka untuk tidak hanya belajar
sama.
tinggi. Model ini digunakan pada setiap mata pelajaran terutama yang
mencapai tujuan yang sama. Hal yang perlu diperhatikan dalam kegiatan
pandang ini, model belajar kolaboratif menjadi efisien karena para anggota
mental, melainkan juga interaksi dengan oran glain dan dengan lingkungan.
otoritas dengan siswa dalam berbagai cara khusus. Guru mendorong siswa
dengan proses belajar di bidang lain, membantu siswa menentukan apa yang
mengajar selanjutnya.
pengetahunnya. Dalam rangka menjankan peran ini, ada tiga hal pula yang
tata letak perabot dalam ruangan serta persediaan berbagai sumber daya dan
sosial di sekitarnya. Dalam hal ini, guru harus mampu memotivasi anak.
tentang suatu hal (thinking aloud) atau menunjukkan pada siswa tentang
sewaktu melalui situasi kelompok yang sulit dan melalui masalah komunikasi
adalah sama pentingnya dengan mencontohkan bagaimana cara membuat
dipelajari.
siswa tetap memegang tanggung jawab atas proses belajar mereka sendiri. Hal
kesempatan siswa untuk belajar bersama siswa lain. Dengan demikian, semua
siswa dapat belajar dari siswa lain dan tidak ada siswa yang tidak mempunyai
Dalam sebuah kelompol yang terdiri atas 4 sampai 6 anak, di sana guru sudah
membuat rancangan agar siswa yang satu dengan yang lain bisa berkolaborasi.
Dalam kelompok yang sudah ditentukan oleh guru, fasilitas yang ada pun
kotak alat mewarna yang dipakai secara bergantian. Dengan harapan, setiap
siswa bisa bekomunikasi satu dengan yang lainnya. Dengan komunikasi aktif
antar siswa, akan terjalin hubungan yang baik dan saling menghargai. Alat
tersebut bukan milik pribadi, melainkan sudah menjadi milik bersama. Setiap
anak tidak merasa memiliki secara pribadi, tetapi bisa dipakai bersama. Pada
saat yang sama mempunyai keinginan untuk memakainya maka akan terjadi
seperti ini seorang guru hanya mengamati cara kerja siswa dan cara
memberikan tugas secara kelompok dengan tujuan yang sama. Setiap siswa
bersama. Dalam hal ini, guru berperan sebagai pembimbing dan membagi
tugas supaya diskusi kelompok bisa berjalan dengan baik sesuai dengan yang
direncanakan.
B. Kerangka Teori
Kerangka teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah (1) pengertian
atau ilmu, berubah tingkah laku atau tanggapan yang disebabkan oleh
2. Motivasi Belajar
a. Motivasi Instrinsik
Motivasi instrinsik adalah motivasi yang timbul dari dalam individu yang
motivasi instrinsik dalam dirinya maka secara sadar akan melakukan suatu
b. Motivasi Ekstrinsik
Motivasi ekstrinsik adalah motivasi yang timbbul dari luar individu yang
METODOLOGI PENELITIAN
teknik pembelajaran diterapkan dan bagaimana hasil yang diinginkan dapat dicapai.
yaitu: (1) penelitian tindakan guru sebagai peneliti, (2) penelitian tindakan
kolaboratif, (3) penelitian tindakan simultan terintegratif, dan (4) penelitian tindakan
sosial eksperimental.
Menurut Oja dan Smulyan sebagaimana dikutip oleh Kasbolah, (2000) (dalam
Sukidin, dkk. 2002:55), ciri-ciri dari setiap penelitian tergantung pada: (1) tujuan
utamanya atau pada tekanannya, (2) tingkat kolaborasi antara pelaku peneliti dan
peneliti dari luar, (3) proses yang digunakan dalam melakukan penelitian, dan (4)
Dalam penelitian ini menggunakan bentuk guru sebagai peneliti, dimana guru
sangat berperan sekali dalam proses penelitian tindakan kelas. Dalam bentuk ini,
pembelajaran di kelas. Dalam kegiatan ini, guru terlibat langsung secara penuh dalam
proses perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi. Kehadiran pihak lain dalam
observasi dan refleksi. Siklus ini berlanjut dan akan dihentikan jika sesuai dengan
A. Rancangan Penelitian
hal yang terjadi dimasyarakat atau sekolompok sasaran, dan hasilnya langsung
atau karakteristik utama dalam penelitian tindakan adalah adanya partisipasi dan
dalam bentuk proses pengembangan invovatif yang dicoba sambil jalan dalam
terlibat dalam kegiatan tersebut dapat saling mendukung satu sama lain.
sebagai berikut:
1. Permasalahan atau topik yang dipilih harus memenuhi kriteria, yaitu benar-
benar nyata dan penting, menarik perhatian dan mampu ditangani serta dalam
3. Jenis intervensi yang dicobakan harus efektif dan efisien, artinya terpilih
dengan tepat sasaran dan tidak memboroskan waktu, dana dan tenaga.
4. Metodologi yang digunakan harus jelas, rinci, dan terbuka, setiap langkah dari
maka penelitian ini menggunakan model penelitian tindakan dari Kemmis dan
Taggart (dalam Arikunto, 2002: 83), yaitu berbentuk spiral dari siklus yang satu
dan refleksi. Sebelum masuk pada siklus 1 dilakukan tindakan pendahuluan yang
berupa identifikasi permasalahan. Siklus spiral dari tahap-tahap penelitian
Putaran ke-
1
Refleksi Rencana
awal/rancang
Tindakan/
Observasi Putaran ke-
2
Refleksi Rencana
yang direvisi
Tindakan/
Observasi Putaran ke-
n
Refleksi Rencana
yang direvisi
Tindakan/
Observasi
berikutnya.
dimana masing siklus dikenai perlakuan yang sama (alur kegiatan yang sama)
dan membahas satu sub pokok bahasan yang diakhiri dengan tes formatif di
akhir masing putaran. Siklus ini berkelanjutan dan akan dihentikan jika sesuai
1. Tempat Penelitian
2. Waktu Penelitian
C. Subyek Penelitian
D. Prosedur Penelitian
Penelitian ini dilakukan melalui tiga tahap, yaitu: (1) tahap persiapan, (2)
1. TahapPersiapan
berjalan lancer dan mencapai tujuan yang diinginkan. Kegiatan persiapan ini
instrumen penelitian.
2. Tahap Pelaksanaan
meliputi: (1) pengumpulan data melalui tes dan pengamatan yang dilakukan
hasil penelitian persiklus, (4) menafsirkan hasil analisis data, dan (5) bersama-
berikutnya.
3. Tahap Penyelesaian
penelitian, (3) merevisi draf laporan penelitian, (4) menyusun naskah laporan
E. Instrumen Penelitian
Alat pengumpul data dalam penelitian ini adalah tes buatan guru yang
fungsinya adalah: (1) Untuk menentukan seberapa baik siswa telah menguasai
bahan pelajaran yang diberikan dalam waktu tertentu; (2) Untuk menentukan
apakah suatau tujuan telah tercapai; dan (3) Untuk memperoleh suatu nilai
sehingga dapat dilihat dimana kelemahannya, khususnya pada bagian mana TPK
yang belum tercapai. Untuk memperkuat data yang dikumpulkan maka juga
untuk mengetahui dan merekam aktivitas siswa dalam proses belajar mengajar.
digunakan analisis data kuantitatif dan pada metode observasi digunakan data
yang terdapat dalam buku petunjuk teknis penilaian yaitu siswa dikatakan
tuntas secara individual jika mendapatkan nilai minimal 75, sedangkan secara
klasikal dikatakan tuntas belajar jika jumlah siswa yang tuntas secara individu
mencapai 85% yang telah mencapai daya serap lebih dari sama dengan 75%.
BAB IV
model pengajaram kolaborasi dan pengamatan aktivitas siswa dan guru pada akhir
Data lembar observasi diambil dari dua pengamatan yaitu data pengamatan
belajar siswa dan data pengamatan aktivitas siswa dan guru serta data pengamatan
minat, keterlibatan, dan partisipasi siswa dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar.
Data tes formatif untuk mengetahui peningkatan prestasi belajar siswa setelah
kolaborasi.
1. Siklus I
a. Tahap Perencanaan
yang terdiri dari rencana pelajaran 1, soal tes formatif 1 dan alat-alat
belajar mengajar yang telah dilakukan. Adapun data hasil penelitian pada
siswa adalah 75,93 dan ketuntasan belajar mencapai 51% atau ada 18
bahwa pada siklus pertama secara klasikal siswa belum tuntas belajar,
karena siswa yang memperoleh nilai ≥ 75 hanya sebesar 51% lebih kecil
dari persentase ketuntasan yang dikehendaki yaitu sebesar 85%. Hal ini
disebabkan karena siswa masih merasa baru dan belum mengerti apa yang
kolaborasi.
1) Minat
2) Perhatian
3) Partisipasi
d. Refleksi
e. Refisi
siklus berikutnya.
1) Guru perlu lebih terampil dalam memotivasi siswa dan lebih jelas
2. Siklus II
a. Tahap Perencanaan
yang terdiri dari rencana pelajaran 3, soal tes formatif 3 dan alat-alat
dibantu oleh seorang guru. Adapun proses belajar mengajar mengacu pada
kesalahan atau kekurangan pada siklus II tidak terulang lagi pada siklus II.
belajar mengajar.
tes formatif II. Adapun data hasil penelitian pada siklus II adalah sebagai
berikut:
sebesar 88,83 dan dari 35 siswa yang telah tuntas sebanyak 31 siswa dan 4
siswa belum mencapai ketuntasan belajar. Maka secara klasikal ketuntasan
belajar yang telah tercapai sebesar 89% (termasuk kategori tuntas). Hasil
pada siklus II ini mengalami peningkatan lebih baik dari siklus II. Adanya
seperti ini sehingga siswa lebih mudah dalam memahami materi yang
telah diberikan.
1) Minat
2) Perhatian
3) Partisipasi
Pada tahap ini akah dikaji apa yang telah terlaksana dengan baik
maupun yang masih kurang baik dalam proses belajar mengajar dengan
e. Revisi Pelaksanaan
dengan baik dan dilihat dari aktivitas siswa serta hasil belajar siswa
tidak diperlukan revisi terlalu banyak, tetapi yang perlu diperhatikan untuk
yang telah ada dengan tujuan agar pada pelaksanaan proses belajar
dapat tercapai.
B. Pembahasan
siswa. Hal ini dapat dilihat dari semakin mantapnya pemahaman siswa
siklus I, dan II) yaitu masing-masing 51%, dan 89%. Pada siklus II ketuntasan
prestasi belajar siswa yaitu dapat ditunjukkan dengan meningkatnya nilai rata-
peristiwa yang dilihat atau dialami dengan model pengajaram kolaborasi yang
dikategorikan aktif.
pengajaran kolaborasi dengan baik. Hal ini terlihat dari aktivitas guru yang
besar.
a. Minat
memiliki minat cukup, 3 siswa (8,57%) memiliki minat kurang. Dari hasil
b. Perhatian
c. Partisipasi
A. Simpulan
hasil seluruh pembahasan serta analisis yang telah dilakukan dapat disimpulkan
sebagai berikut:
Bahasa Indonesia.
siswa dalam setiap siklus, yaitu siklus I (51%), dan siklus II (89%).
B. Saran
Dari hasil penelitian yang diperoleh dari uraian sebelumnya agar proses
belajar mengajar Bahasa Indonesia lebih efektif dan lebih memberikan hasil yang
yang cukup matang, sehingga guru harus mampu menentukan atau memilih
topik yang benar-benar bisa diterapkan dengan model pengajaram kolaborasi
sering melatih siswa dengan berbagai metode pengajaran, walau dalam taraf
3. Perlu adanya penelitian yang lebih lanjut, karena hasil penelitian ini hanya
Ali, Muhammad. 1996. Guru Dalam Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru
Algesindon.
Arikunto, Suharsimi. 1993. Manajemen Mengajar Secara Manusiawi. Jakarta:
Rineksa Cipta.
Arikunto, Suharsimi. 2001. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara
Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta:
Rineksa Cipta.
Azhar, Lalu Muhammad. 1993. Proses Belajar Mengajar Pendidikan. Jakarta: Usaha
Nasional
Djamarah, Syaiful Bahri. 2002. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineksa Cipta.
Djamarah. Syaiful Bahri. 2002. Psikologi Belajar. Jakarta: Rineksa Cipta.
Hadi, Sutrisno. 1981. Metodogi Research. Yoyakarta: Yayasan Penerbitan Fakultas
Psikologi Universitas Gajah Mada.
Hamalik, Oemar. 2002. Psikologi Belajar dan Mengajar. Bandung: Sinar Baru
Algesindo.
Hasibuan. J.J. dan Moerdjiono. 1998. Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
KBBI. 1996. Edisi Kedua. Jakarta: Balai Pustaka.
Margono. 1997. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta. Rineksa Cipta.
Masriyah. 1999. Analisis Butir Tes. Surabaya: Universitas Press.
Ngalim, Purwanto M. 1990. Psikologi Pendidikan. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya.
Nur, Moh. 2001. Pemotivasian Siswa untuk Belajar. Surabaya. University Press.
Universitas Negeri Surabaya.
Rustiyah, N.K. 1991. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Bina Aksara.
Sardiman, A.M. 1996. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Bina
Aksara.
Soekamto, Toeti. 1997. Teori Belajar dan Model Pembelajaran. Jakarta: PAU-PPAI,
Universitas Terbuka.
Soetomo. 1993. Dasar-dasar Interaksi Belajar Mengajar. Surabaya Usaha Nasional
Sukidin, dkk. 2002. Manajemen Penelitian Tindakan Kelas. Surabaya: Insan
Cendekia.
Sulhan, Najib. 2006. Pembangungan Karakter pada Anak. Manajemen Pembelajaran
Guru Menuju Sekolah Efektif. Surabaya: Surabaya Intelektual Club.
Surakhmad, Winarno. 1990. Metode Pengajaran Nasional. Bandung: Jemmars.
Suryosubroto, b. 1997. Proses Belajar Mengajar di Sekolah. Jakarta: PT. Rineksa
Cipta.
Syah, Muhibbin. 1995. Psikologi Pendidikan, Suatu Pendekatan Baru. Bandung:
Remaja Rosdakarya.
Undang-undang Republik Indonesia No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional (SISDIKNAS). 2003. Bandung: Citra Umbaran.
Usman, Moh. Uzer. 2001. Menjadi Guru Profesional. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Lampiran 1
Analisis Hasil Ulangan Harian Siklus I
Mata pelajaran : Bahasa Indonesia Semester : 2(dua)
Pokok Bahasan : Jumlah soal :5
Kelas : VI Jumlah Peserta : 35
Satuan Pendidikan : SDN ABC Tahun : 2009/2010
1. Ketuntasan belajar
a. Perseorangan
b. Klasikal
Belum tuntas
2. Kesimpulan
a. Semua kekurangan yang terjadi pada siklus I dijadikan bahan refleksi untuk
b. Perlu perbaikan dalam proses belajar mengajar yang akan ditingkatkan pada
siklus II
Keterangan
Seorang siswa disebut telah tuntas belajar bila ia telah mencapai skor 75%
Suatu kelas disebutu telah tuntas belajar bila di kelas tersebut telah terdapat
1. Ketuntasan belajar
a. Perseorangan
b. Klasikal
Belum tuntas
2. Kesimpulan
a. Semua kekurangan yang terjadi pada siklus II dijadikan bahan refleksi untuk
b. Perlu perbaikan dalam proses belajar mengajar yang akan ditingkatkan pada
siklus III
2. Kesimpulan
B : Baik
C : Cukup
K : Kurang
B : Baik
C : Cukup
K : Kurang
Oleh
NAMA GURU
Halaman
BAB I PENDAHULUAN
B. Rumusan Masalah............................................................... 4
A. Kajian Pustaka.................................................................... 8
B. Pembahasan ...................................................................... 51
A. Simpulan ............................................................................ 54
B. Saran................................................................................... 54