Lecture 1 NSAIDs
Lecture 1 NSAIDs
LECTURE 1:
NSAIDs
Lecture 1: NSAIDs
1. Tujuan Lecture
Sesudah menyelesaikan lecture, para peserta mampu:
a. Mengetahui definsi, macam-macam, manfaat dan kegunaan, mekanisme
kerja, dan efek samping dari obat NSAIDs
b. Mengaplikasikan penggunaan NSAIDs dalam kehidupan sehari-hari
A. Pendahuluan
Non-steroidal anti inflammatory drugs (NSAIDs) merupakan obat-obatan yang berguna
dalam menurunkan demam atau mengurangi rasa nyeri. Meski dapat mengurangi rasa
nyeri, namun NSAIDs bukan tergolong obat-obatan narkotik (morfin), apalagi NSAIDs tidak
menyebabkan rasa ketagihan. NSAIDs merupakan obat yang paling sering dikonsumsi oleh
masyarakat, contoh obat-obatan NSAIDs yang sering dikonsumsi adalah paracetamol
(acetaminophen), aspirin, ibuprofen, dan sebagainya. Salah satu merk dagang NSAIDs yang
terkenal di Indonesia adalah Paramex dan Bodrex, yang di setiap tabletnya mengandung
paracetamol.
Ketika suatu jaringan mengalami kerusakan (misal; kulit yang dicubit, tertusuk jarum, otot
keseleo, bengkak), maka zat-zat perangsang nyeri akan bermunculan di sekitar jaringan
yang rusak tersebut. Zat-zat perangsang nyeri tersebut antara lain adalah bradykinin,
prostaglandin, dan NGF. Zat-zat tersebut akan merangsang aktivitas reseptor-reseptor
nyeri (ujung saraf bebas) yang kemudian akan mengirimkan sinyal listrik ke otak dan pada
akhirnya akan muncul rasa nyeri.
Mekanisme NSAIDs untuk mengurangi rasa nyeri adalah dengan memblokir kerja enzim
siklooksigenase-2 (COX-2). Enzim COX-2 adalah suatu enzim yang diperlukan dalam
pembentukan prostaglandin. Dengan dihambatnya enzim tersebut, maka produksi
prostaglandin akan mengalami penurunan, sehingga rasa nyeri akan berkurang.
Lecture 1: NSAIDs
Mekanisme pembentukan prostaglandin sebagai zat perangsang nyeri:
Pusat pengaturan suhu tubuh terletak di otak, tepatnya di hipotalamus. Peningkatan suhu
tubuh akan terjadi apabila terjadi produksi zat panas (pyrogen) di hipotalamus. Zat pyrogen
yang paling utama adalah prostaglandin. Produksi prostaglandin di hipotalamus dipicu oleh
proses infeksi yang terjadi di dalam tubuh. Kuman penyebab infeksi akan dilawan oleh
sistem imun, yang selanjutnya sistem imun akan mengeluarkan cytokine ke dalam aliran
darah yang berfungsi untuk meng-upgrade sistem imun dalam melawan kuman penyebab
infeksi. Cytokine tersebut juga akan tiba ke hipotalamus dan kemudian mengaktivasi proses
pembuatan prostaglandin, sehingga akan terjadi peningkatan suhu tubuh (demam).
Mekanisme NSAIDs untuk menurunkan demam sama dengan mekanisme NSAIDs dalam
mengurangi rasa nyeri, yaitu dengan cara memblokir kerja enzim COX-2. Dengan
dihambatnya enzim tersebut, maka produksi prostaglandin di hipotalamus akan mengalami
penurunan, sehingga demam akan mereda.
Beberapa tipe NSAIDs, seperti aspirin, indometasin, diklofenak, dan ibuprofen tidak
“pandang bulu” dalam menghambat kinerja enzim siklooksigenase. Oleh karena itu,
penggunaannya dapat menyebabkan gejala maag, yang disebabkan berkurangnya produksi
mucus yang melindungi mukosa lambung. Untuk menghindari gejala maag akibat konsumsi
NSAIDs yang menghambat kerja enzim COX-1, maka disarankan untuk meminum obat satu
jam setelah makan.
Paracetamol juga sama seperti aspirin dan kawan-kawannya. Namun, efek hambatan
terhadap enzim COX-1 yang dimiliki oleh paracetamol begitu lemah. Sehingga paracetamol
dianggap tidak menyebabkan gejala maag.
Ada juga golongan NSAIDs yang spesifik menghambat enzim COX-2. Sehingga efeknya
terhadap lambung bisa dibilang tidak ada sama sekali. NSAIDs golongan ini sangat mudah
untuk diingat, karena hampir semua merknya berakhiran “coxib”, misalnya selecoxib dan
rofecoxib. Namun, di Amerika Serikat beberapa merk NSAIDs golongan “coxib” sudah
ditarik dari pasaran karena pemakaiannya meningkatkan resiko serangan jantung.