KANKER CERVIKS
OLEH
RESKIANAH. S
Kanker serviks yang dikenal juga sebagai kanker leher rahim atau kanker mulut
rahim adalah kanker yang terjadi pada serviks uterus, suatu daerah pada organ reproduksi wanita
yang merupakan pintu masuk ke arah rahim yang terletak antara rahim (uterus) dengan liang
senggama (vagina). Kanker ini adalah jenis kanker yang biasanya tumbuh lambat pada wanita
dan sifatnya tidak diturunkan melainkan dipengaruhi oleh aktivitas seksual.
Kanker serviks merupakan kanker yang paling banyak terjadi bagi kaum wanita. Setiap
satu jam, satu wanita meninggal di Indonesia karena kanker serviks atau kanker leher rahim ini.
Fakta menunjukkan bahwa jutaan wanita di dunia terinfeksi HPV, yang dianggap penyakit lewat
hubungan seks yang paling umum di dunia.
EPIDEMOLOGI
Di antara tumor ganas ginekologik, kanker serviks uterus masih menduduki peringkat
pertama di Indonesia. Selama kurun waktu 5 tahun (1975-1979) penulis menemukan di RSUGM/
RSUP Sardjito 179 di antara 263 kasus (68,1%), Soeripto dkk menemukan frekuensi relative
karinoma serviks di propinsi D.I.Y 25,7% dalam kurun 1970-1973 (3 tahun) dan 20% dalam
kurun 1980-1982 (2 tahun) di antara 5 jenis kanker terbanyak pada wanita sebagai peringkat
pertama. Umur penderita antara 30-60 tahun, terbanyak antara 45-50 tahun. Periode laten dari
fase prainvasif untuk menjadi invasif memakan waktu sekitar 10 tahun. Hanya 9% dari wanita
usia <35 tahun menunjukkan kanker serviks yang invasif pada saat didiagnosis, sedangkan 53%
dari KIS terdapat pada wanita di bawah usia 35 tahun. Mempertimbangkan keterbatasan yang
ada, kita sepakat secara nasional melacak (mendeteksi dini) setiap wanita sekali saja setelah
melewati usia 60 tahun. Yang penting dalam pelacakan ini adalah cakupannya (coverage).
Bahkan direncanakan melatih tenaga sukarelawati (dukun, ibu-ibu PKK di dasawisma) untuk
mengenali bentuk portio yang mencurigakan untuk dapat di PAP SMEAR oleh dokter/ bidan di
puskesmas/ puskesling sebagaimana disarankan oleh WHO menurut Martin dan Dajoux dari
1000 serviks uteri ternyata hanya 48 yang betul-betul normal, 950 mengandung kelainan jinak, 2
tumor ganas.
ETIOLOGI
Sebab langsung dari kanker serviks belum diketahui. Ada bukti kuat kejadiannya
mempunyai hubungan erat dengan sejumlah faktor ekstrinsik, diantaranya yang penting: jarang
ditemukan pada perawan, insiden lebih tinggi pada mereka yang kawin daripada yang tidak
kawin, terutama pada gadis yang koitus pertama dialami pada usia muda (<16 tahun), insiden
meningkat dengan tingginya paritas, apa lagi bila jarak persalinan terlampau dekat, mereka dari
golongan sosial ekonomi rendah (hygiene seksual yang jelek, aktivitas seksual yang sering
berganti-ganti pasangan (promiskuitas), jarang dijumpai pada masyarakat yang suaminya disunat
(sirkumsisi), sering ditemukan pada wanita yang mengalami infeksi virus HPV (Human
Papilloma Virus)-type 16 atau 18 dan akhirnya kebiasaan merokok.
FAKTOR RESIKO
Ada beberapa faktor yang dapat meningkatkan resiko terjadinya kanker serviks, antara
lain adalah :
1. Hubungan seks pada usia muda atau pernikahan pada usia muda
Faktor ini merupakan faktor risiko utama. Semakin muda seorang perempuan melakukan
hubungan seks, semakin besar risikonya untuk terkena kanker serviks. Berdasarkan penelitian
para ahli, perempuan yang melakukan hubungan seks pada usia kurang dari 17 tahun mempunyai
resiko 3 kali lebih besar daripada yang menikah pada usia lebih dari 20 tahun.
2. Berganti-ganti pasangan seksual
Perilaku seksual berupa gonta-ganti pasangan seks akan meningkatkan penularan
penyakit kelamin. Penyakit yang ditularkan seperti infeksi human papilloma virus (HPV) telah
terbukti dapat meningkatkan timbulnya kanker serviks, penis dan vulva. Resiko terkena kanker
serviks menjadi 10 kali lipat pada wanita yang mempunyai partner seksual 6 orang atau lebih. Di
samping itu, virus herpes simpleks tipe-2 dapat menjadi faktor pendamping.
3. Merokok
Wanita perokok memiliki risiko 2 kali lebih besar terkena kanker serviks dibandingkan
dengan wanita yang tidak merokok. Penelitian menunjukkan, lendir serviks pada wanita perokok
mengandung nikotin dan zat-zat lainnya yang ada di dalam rokok. Zat-zat tersebut akan
menurunkan daya tahan serviks di samping meropakan ko-karsinogen infeksi virus.
4. Defisiensi zat gizi
Ada beberapa penelitian yang menyimpulkan bahwa defisiensi asam folat dapat
meningkatkan risiko terjadinya displasia ringan dan sedang, serta mungkin juga meningkatkan
risiko terjadinya kanker serviks pada wanita yang makanannya rendah beta karoten dan retinol
(vitamin A).
5. Trauma kronis pada serviks seperti persalinan, infeksi, dan iritasi menahun
6. Pengguna immunosuppressan, contohnya pada mereka dengan transplan ginjal
PATOLOGI
Karsinoma serviks timbul di batas antara epitel yang melapisi endoserviks (portio) dan
endoserviks kanalis serviks yang disebut sebagai squamo-columnar junction (SCJ). Histologik
antara epitel gepeng berlapis (squamous complex) dari portio dengan epitel kuboid/ silindris
pendek selapis bersilia dari endoserviks kanalis serviks. Pada wanita muda SCJ ini berada di luar
ostium uteri eksternum, sedang pada wanita usia >35 tahun, SCJ berada di dalam kanalis serviks.
Maka untuk melakukan pap smear yang efektif, yang dapat mengusap zona transformasi, harus
dikerjakan dengan skraper dari Ayre atau cytobrush sikat khusus. Pada awal perkembangannya
kanker serviks tak member tanda-tanda dan keluhan. Pada pemeriksaan dengan speculum,
tampak sebagai porsio yang erosive (metaplasia skuamosa) yang fisiologik atau patologik.
Tumor dapat tumbuh: 1) eksofitik mulai dari SCJ kea rah lumen vagina sebagai masa
proliferative yang mengalami infeksi sekunder dan nekrosis, 2) endofitik mulai dari SCJ tumbuh
ke dalam stroma serviks dan cenderung untuk mengadakan infiltrasi menjadi ulkus. 3) ulseratif
mulai dari SCJ dan cenderung merusak struktur jaringan serviks dengan melibatkan awal
fornises vagina untuk menjadi ulkus yang luas.
Serviks yang normal, secara alami mengalami proses metaplasia (erosion) akibat saling
desak mendeaknya kedua jenis epitel yang melapisi. Dengan masuknya mutagen, porsio yang
erosive (metaplasia kuamosa) yang semula faali/ fisiologis dapat berubah menjadi patologik
(displastik-diskariotik) melalui tingkatan NIS-I, II, III, dan KIS untuk akhirnya menjadi
karsinoma invasif. Sekali menjadi mikro invasif atau invasif, proses keganasan akan berjalan
terus.
Periode laten (dari NIS-I s/d KIS) tergantung dari daya tahan tubuh penderita. Umumnya
fase prainvasif berkisar antara 3-20 tahun (rata-rata 5-10 tahun). Perubahan epitel displastik
serviks secara continue yang masih memungkinkan terjadinya regresi spontan dengan
pengobatan/ tanpa diobati itu dikenal dengan Unitarian concept dari Richart. Histopatologik
sebagian terbesar(95-97%) berupa epidermoid atau squamosa cell carcinoma, sisanya
adenocarsinoma, clearcell carcinoma/ mesonephroid carcinoma, dan yang paling jarang adalah
sarcoma.
Tingkatan Pra-Maligna
Porsio yang erosive dengan ektropion bukanlah termasuk lesi pramaligna, selama tidak
ada bukti adanya perubahan displastik dari SCJ. Penting untuk dapat menggaet sel-sel dari SCJ
untuk pemeriksaan eksfoliatif sitologi, meskipun pada pemeriksaan ini ada kemungkinan terjadi
false negative atau false positive. Perlu ditekankan bahwa penanganan/ terapi hanya boleh
dilakukan atas dasar bukti histopatologik. Oleh sebab itu, utnuk konfirmasi hasil Pap Smear,
perlu tindak lanjut upaya diagnostic biopsi serviks.
Penyebaran
Pada umumnya secara limfogen melalui pembuluh getah bening menuju 3 arah; a) ke
arah fornises dan dinding vagina, b). ke arah korpus uterus, dan c). ke arah parametrium dan
dalam tingkatan yang lanjut menginfiltrasi septumrektovaginal dan kandung kemih.
Melalui pembuluh getah bening dalam parametrium kanan dan kiri sel tumor dapat
menyebar ke kelenjar iliak luar dan kelenjar iliak dalam (hipogastrika). Penyebaran melalui
pembuluh darah (bloodborne metastasis) tidak lazim. Karsinoma serviks umumnya terbatas pada
daerah panggul saja. Tergantung dari kondisi imunologik tubuh penderita KIS akan berkembang
menjadi mikro invasif dengan menembus membrana basalis dengan kedalaman invasi <1 mm
dan sel tumor belu, terlihat dalam pembuluh limfa atau darah. Jika sel tumor sudah terdapat >
1mm dari membrane basalis, atau < 1 mm tetapi sudah tampak berada dalam pembuluh limfe
atau darah, maka prosesnya sudah invasif. Tumor mungkin telah menginfiltrasi stroma serviks,
akan tetapi secara kliis belum tampak sebagai karsinoma. Tumor yang demikian disebut sebagai
ganas praklinik (tingkat IB-occult). Sesuah tumor menjadi invasif, penyebaran secara limfogen
menuju kelenjar limfa regional dan secara perkontinuitatum (menjalar) menuju fornises vagina,
korpus uterus, rektum dan kandung kemih, yang pada tingkat akhir (terminal stage) dapat
menimbulkan fistula rectum atau kandung kemih. Penyebaran limfogen ke parametrium akan
menuju kelenjar limfa regional melalui ligamentum latm, kelenjar-kelenjar iliak, obturator,
hipogastrika, prasakral, praaorta, dan seterusnya secara teoretis dapat dilanjut melalui trunkus
limfatikus di kanan dan vena subklavia di kiri mencapai paru-paru, hati, ginjal, tulang, dan otak.
Biasanya penderita sudah meninggal lebih dahulu disebabkan oleh perdarahan-
perdarahan yang eksesif dan gagal ginjal menahun akibat uremia oleh karena obstruksi ureter di
tempat ureter masuk ke dalam kandung kemih.
Tabel 1.1. Hubungan tingkat klinik dengan kelenjar daerah yang mengandung tumor
Tingkat Persentase Mengandung Tumor
IB 10-20 %
II 30%
III 60%
IV >80%
Pembagian Tingkat Keganasan
Tabel 1.2. Tingkat keganasan klinik dibagi menurut klasifikasi FIGO, 1978 sebagai berikut:
Tingkat Kriteria
0 Karsinoma In Situ (KIS) atau karsinoma intraepitel; membrane basalis
masih utuh
I Proses terbatas pada serviks walaupun ada perluasan ke korpus uteri
Ia Karsinoma mikro invasif, bila membrane basali sudah rusak dan sel tumor
sudah memasuki stroma tak > 3 mm, an sel tumor tidak terdapat dalam
pembuluh limfa atau pembuluh darah
*) Kedalaman invasi 3 mm sebaiknya diganti dengan tak > 1 mm
Ibo cc (I b occult = I b tersembunyi), secara klinis tumor belum tampak sebagai
karsinoma, tetapi pada pemeriksaan histopatologik ternyata sel tumor
telah mengadakan invasi stroma melebihi Ia
Ib Secara klinis sudah diduga adanya tumor yang histologik menunjukkan
invasi ke dalam stroma serviks uteri
II Proses keganasan sudah keluar dari serviks dan menjalar ke 2/3 bagian
atas vagina dan/ ke parametrium, tetapi tidak sampai ke dinding panggul
IIa Penyebaran hanya ke vagina, parametrium masih bebas dari infiltrate
tumor
IIb Penyebaran ke parametrium, uni/bilateral tetapi belum sampai ke dinding
panggul
III Penyebaran telah sampai kw 1/3 bagian distal vagina atau ke parametrium
sampai dinding panggul
IIIa Penyebaran sampai ke 1/3 bagian distal vagina, sedang ke parametrium
tidak dipersoalkan asal tidak sampai dinding panggul.
IIIb Penyebaran sudah sampai ke dinding panggul, tidak ditemukan daerah
bebas infiltrasi antara tumor dengan dinding panggul (frozen pelvic) atau
proses pada tingkat klinik I atau II, tetapi sudah ada gangguan faal ginjal
IV Proses keganasan telah keluar dari panggul kecil dan melibatkan mukosa
rektum dan/atau kandung kemih (dibuktikan secara histologik), atau telah
terjadi metastase keluar panggul atau ke tempat-tempat yang jauh
IVa Proses sudah keluar dari panggul kecil, atau sudah menginfiltrasi mukosa
rectum dan/ kandung kemih
IVb Telah terjadi penyebaran jauh
Ada 2 bentuk kanker serviks yang paling sering dijumpai yaitu karsinoma sel skuamosa
dan adenokarsinoma. Sekitar 85% merupakan karsinoma skuamosa (epidermoid), 10%
merupakan jenis adenokarsinoma dan 5% merupakan adenoskuamosa, clear cell, small cell dan
verucous.
Pap smear hanyalah sebatas skrining, bukan diagnosis adanya kanker serviks. Jika
ditemukan hasil pap smear yang abnormal, maka dilakukan pemeriksaan standar berupa
kolposkopi. Kolposkopi merupakan pemeriksaan dengan pembesaran (seperti mikroskop) yang
digunakan untuk mengamati secara langsung permukaan serviks dan bagian serviks yang
abnormal. Dengan kolposkopi akan tampak jelas lesi-lesi pada permukaaan servik, kemudian
dilakukan biopsy pada lesi-lesi tersebut.
IVA (Inspeksi Visual Asam Asetat) tes merupakan alternatif skrining untuk kanker
serviks. Tes sangat mudah dan praktis dilaksanakan, sehingga tenaga kesehatan non dokter
ginekologi, bidan praktek dan lain-lain. Prosedur pemeriksaannya sangat sederhana, permukaan
serviks/leher rahim diolesi dengan asam asetat, akan tampak bercak-bercak putih pada
permukaan serviks yang tidak normal. Penanganan kanker serviks dilakukan sesuai stadium
penyakit dan gambaran histopatologimnya. Sensitifitas pap smear yang dilakukan setiap tahun
mencapai 90%.
Sarkoma
Sarcoma serviks uterus, jarang sekali ditemukan. Yang terbanyak ialah Sarkoma
botriodes yang biasanya terdapat bersamaan dengan tumor sejenis divagina. Tumor ini biasanya
terdapat pada bayi dan anak-anak, berbentuk polipoid seperti buah anggur. Penyebarannya cepat
secara hematogen dan dari sebab itu prognosinya buruk. Penanganannya dengan operasi yang
sangat luas, diteruskan dengan pemberian sitostatika berupa kombinasi dari Bleomisin C,
Adriamisin, Vinkristin, Aktinomisin D atau Cytoxan.