Anda di halaman 1dari 41

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Setiapmakhlukhidupmemilikikemampuanuntukbergerak,
padamanusiakemampuanuntukbergerakdigunakanuntukmelakukanberbagaiaktivit
assehari-hari.
Kemampuanmelakukangeraktubuhpadamanusiadidukungdenganadanyasistemgera
k yang merupakanhasilkerjasama yang serasiantara organ sistemgerak,
sepertirangka (tulang), otot, danpersendian. Sistemrangkaadalahsuatusistem organ
yang memberikandukunganfisikpadamakhluk hidup.Fungsirangka (tulang)
adalahsebagaialatgerakpasif, yang hanyadapatbergerakbiladibantuolehotot.
Ototsebagaialatgerakaktifyang dapatmenggerakkan organ
lainsehinggaterjadisuatugerakan. Persendianadalahmenghubungkanantaratulang
yang satudengantulang yang lain.

Berdasarkanbentuknyatulangdibedakanmenjaditulangpipa, tulangpipih,
dan tulangpendek,
sedangkanberdasarkanpadazatpenyusundansturkturnyatulangdibedakanmenjaditul
angrawandantulangkeras.Rangkatubuhmanusiadikelompokkanatasduabagianyaitu
skeleton aksial dan skeleton apendikular. Skeleton aksial merupakan sekelompok
tulang yang menyusun poros tubuh dan memberikan dukungan dan perlindungan
pada organ di kepala, leher dan badan. Sedangkan skeleton apendikular tersusun
atas tulang-tulang yang merupakan tambahan dari skeleton axial.Skeleton
apendikular terdiri dari tulang anggota gerak.

Pada manusia tulang anggota gerak atau tulang ekstremitas terdiri dari
ekstremitas superior dan ekstremitas inferior. Ekstremitas superior terdiri dari Os.
Scapula, Os. Clavicula, Os. Humerus, Os. Radius, Os. Ulna, Os. Carpal, Os.
Metacarpal dan Phalanges manus. Sedangkan ekstremitas inferior terdiri dari
Pelvis, Os. Femur, Os. Patella, Os. Tibia, Os. Fibula, Os. Tarsal, Os. Metatarsal
dan Phalanges pedis.
Melihat peranannya yang sangat vital dalam keberlangsungan hidup
manusia, maka tidak dapat dipungkiri berbagai macam kelainan atau gangguan
dapat terjadi. Kelainan pada sistem gerak dapat terjadi karena beberapa hal,
seperti terjadinya trauma, kelainan kongenital, kekurangan vitamin, infeksi
mikroorganisme, kebiasaan yang salah, penyakit metabolik dan neoplasma.

Radiologimerupakan salahsatudaricabangilmukedokteranyang menjadi


salah satusaranapenunjangmedis yang
memberikanlayananpemeriksaandenganhasilpemeriksaanberupafoto/gambar/imag
ing yang dapatmembantudokterdalammerawatpasien. Pemeriksaan
radiologimenggunakanpancaranatauradiasigelombang,
baikgelombangelektromagnetikmaupungelombangmekanik.
Padaawalnyafrekuensi yang dipakaiberbentuksinar-x (x-ray)
namunkemajuanteknologi modern memakaipemindaian (scanning)
gelombangsangattinggi (ultrasonic) seperti ultrasonography (USG) danjuga MRI
(magnetic resonance imaging). Pemeriksaan radiologi dapat digunakan untuk
mendapatkan gambaran radiografi dari letak anatomi dan fisiologi dari
ekstremitas serta untuk mendeteksi adanya kelainan patologis dari ekstremitas.

Berdasarkan latar belakang diatas, makalah ini akan difokuskan pada


indikasi dan teknik dari pemeriksaan radiografi pada ekstremitas sebagai salah
satu pemeriksaan penunjang diagnostik dalam bidang kedokteran.

B. Rumusan Masalah
1. Apa saja bagian-bagian anatomi dari sistem ekstremitas pada manusia?
2. Apa saja indikasi pemeriksaan foto ekstremitas pada manusia?
3. Apa saja kontraindikasi dalam pemeriksaan foto ekstremitas pada
manusia?
4. Bagaimana posisi dan teknik pemeriksaan radiografi ekstremitas pada
manusia?
C. Tujuan dan Manfaat
1. Mengetahui bagian anatomi dari sistem ekstremitas pada manusia.
2. Mengetahui indikasi dan kontraindikasi dari pemeriksaan foto ekstremitas
pada manusia.
3. Mengetahui posisi dan teknik pemeriksaan radiografi ektremitas pada
manusia.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. ANATOMI EKSTREMITAS SUPERIOR


a. Kerangka Anggota Gerak Atas
Kerangka anggota gerak atas dikaitkan dengan kerangka badan

dengan perantaraan gelang bahu yang terdiri dari skapula dan

klavikula. Tulang-tulang yang membentuk kerangka lengan antara

lain: gelang bahu (skapula dan klavikula), humerus, ulna dan radius,

karpal, metakarpalia dan phalang.

b. Gelang Bahu

Gelang bahu yaitu persendian yang menghubungkan lengan


dengan badan. Pergelangan ini mempunyai mangkok sendi yang tidak
sempurna oleh karena bagian belakangnya terbuka. Bagian ini di
bentuk oleh dua buah tulang yaitu skapula dan klavikula.
c. Bagian-bagianTulangEkstremitas

BagianEkstremitasSuperiorterdiridari :

1. Os. Skapula

2. Os. Clavikula

3. Os. Humerus

4. Os. Ulna

5. Os. Radius

6. Os. Carpal

- Os. Metacarpal

- Os. Phalanges
1. Os. Skapula
Skapula (tulang belikat) terdapat di bagian punggung sebelah luar
atas, mempunyai tulang iga I sampai VIII, bentuknya hampir segitiga. Di
sebelah atasnya mempunyai bagian yang disebut spina skapula. Sebelah
atas bawah spina skapula terdapat dataran melekuk yang di sebut fosa
supraskapula dan fosa infraskapula. Ujung dari spina skapula di bagian
bahu membentuk taju yang di sebut akromion dan berhubungan dengan
klavikula dengan perantara persendian. Di sebelah bawah medial dari
akromion terdapat sebuah taju menyerupai paruh burung gagak yang
disebut dengan prosesus korakoid. Di sebelah bawahnya terdapat lekukan
tempat kepala sendi yang di sebut kavum glenoid.

2. Os. Klavikula

Klavikula adalah tulang yang melengkung membentuk bagian

anterior dari gelang bahu.Untuk keperluan pemeriksaan dibagian atas

batang dan dua ujung. Ujung medial disebut extremitas sternal dan

membuat sendi dengan sternum. Ujung lateral disebut extremitas

akrominal, yang bersendi pada proseus akrominal dari scapula.Fungsi

klavikula yaitu memberi kaitan kepada beberapa otot dari leher dan bahu

dan dengan demikian bekerja sebagai penompang lengan.


3. Os. Humerus

Os. Humerus (tulang pangkal lengan) mempunyai tulang panjang

seperti tongkat. Bagian yang mempunyai hubungan dengan bahu

bentuknya bundar membentuk kepala sendi yang disebut kaput humeri.

Pada kaput humeri ini terdapat tonjolan yang di sebut tuberkel mayor dan

minor. Di sebelah bawah kaput humeri terdapat lekukan yang di sebut

kolumna humeri. Pada bagian bawah terdapat taju (kapitulum, epikondius

lateralis dan epikondilus medialis). Di samping itu juga mempunyai

lekukan yang disebut fosa koronoid (bagian depan) dan fosa olekrani

(bagian belakang).
4. Os. Ulna

Ulna adalah sebuah tulang pipa yang mempunyai sebuah batang dan

dua ujung. Tulang itu adalah tulang sebelah medial dari lengan bawah dan

lebih panjang dari radius. Kepala ulna berada disebelah ujung bawah.Di

daerah proksimal, ulna berartikulasi dengan humerus melalui fossa olecranon

(di bagian posterior) dan melalui prosesus coronoid (dengan trochlea pada

humerus). Artikulasi ini berbentuk sendi engsel, memungkinkan terjadinya

gerak fleksi-ekstensi. Ulna juga berartikulasi dengan radial di sisi lateral.

Artikulasi ini berbentuk sendi kisar, memungkinkan terjadinya gerak pronasi-

supinasi. Di daerah distal, ulna kembali berartikulasi dengan radial, juga

terdapat suatu prosesus yang disebut sebagai prosesus styloid.


5. Os. Radius

Radius adalah tulang disisi lateral lengan bawah. Merupakan tulang

pipa dengan sebuah batang dan dua ujung dan lebih pendek daripada

ulna.Di daerah proksimal, radius berartikulasi dengan ulna, sehingga

memungkinkan terjadinya gerak pronasi-supinasi. Sedangkan di daerah

distal, terdapat prosesus styloid dan area untuk perlekatan tulang-tulang

karpal antara lain tulang scaphoid dan tulang lunate.

6. Os. Carpal

BagiandariOs. Carpalyaitu :

- Os. Metakarpal

- Os. Phalange
Tulang karpal terdiri dari 8 tulang pendek yang berartikulasi dengan

ujung distal ulna dan radius, dan dengan ujung proksimal dari tulang

metakarpal. Antara tulang-tulang karpal tersebut terdapat sendi geser. Ke

delapan tulang tersebut adalah scaphoid, lunate, triqutrum, piriformis,

trapezium, trapezoid, capitate, dan hamate.

 Os. Metakarpal

Metakarpal terdiri dari 5 tulang yang terdapat di pergelangan tangan


dan bagian proksimalnya berartikulasi dengan bagian distal tulang-tulang
karpal. Persendian yang dihasilkan oleh tulang karpal dan metakarpal
membuat tangan menjadi sangat fleksibel. Pada ibu jari, sendi pelana yang
terdapat antara tulang karpal dan metakarpal memungkinkan ibu jari
tersebut melakukan gerakan seperti menyilang telapak tangan dan
memungkinkan menjepit/menggenggam sesuatu. Khusus di tulang
metakarpal jari 1 (ibu jari) dan 2 (jari telunjuk) terdapat tulang sesamoid.
 Os. Phalanges

Phalanges juga tulang panjang,mempunyai batang dan dua ujung.


Batangnya mengecil diarah ujung distal. Terdapat empat belas falang, tiga
pada setiap jari dan dua pada ibu jari. Sendi engsel yang terbentuk antara
tulang phalanges membuat gerakan tangan menjadi lebih fleksibel
terutama untuk menggenggam sesuatu.
B. ANATOMI EKSTREMITAS INFERIOR

Anatomi ekstremitas bawah terdiri atas :


1. Os. Pelvis
2. Os. Femur
3. Os. Tibia
4. Os. Fibula
5. Os. Tarsal
6. Os. Metatarsal
7. Os. Phalangs.
1. Os. Pelvis
Pelvis terdiri dari sepasang tulang panggul (hip bone) yang merupakan
tulang pipih.Tulang pinggul terdiri atas 3 bagian utama yaitu ilium, pubis dan
ischium. Ilium terletak di bagian superior dan membentuk artikulasi dengan
vertebra sakrum, ischium terletak di bagian inferior- posterior, dan pubis terletak
di bagian inferior-anterior-medial. Bagian ujung ilium disebut sebagai puncak
iliac (iliac crest).Pertemuan antara pubis dari pinggul kiri dan pinggul kanan
disebut simfisis pubis.Terdapat suatu cekungan di bagian pertemuan ilium-
ischium-pubis disebut acetabulum, fungsinya adalah untuk artikulasi dengan
tulang femur.

2. Os. Femur
Pada bagian proksimal berartikulasi dengan pelvis dan dibagian distal
berartikulasi dengan tibia melalui condyles. Di daerah proksimal terdapat prosesus
yang disebut trochanter mayor dan trochanter minor, yang dihubungkan oleh garis
intertrochanteric. Di bagian distal anterior terdapat condyle lateral dan condyle
medial untuk artikulasi dengan tibia, serta permukaan untuk tulang patella. Di
bagian distal posterior terdapat fossa intercondylar.
3. Os. Tibia
Tibia merupakan tulang tungkai bawah yang letaknya lebih medial
dibanding dengan fibula. Di bagian proksimal, tibia memiliki condyle medial dan
lateral di mana keduanya merupakan facies untuk artikulasi dengan condyle
femur. Terdapat juga facies untuk berartikulasi dengan kepala fibula di sisi
lateral.Selain itu, tibia memiliki tuberositas untuk perlekatan ligamen.Di daerah
distal tibia membentuk artikulasi dengan tulang - tulang tarsal dan malleolus
medial.

4. Os. Fibula
Fibula merupakan tulang tungkai bawah yang letaknya lebih lateral
dibanding dengan tibia. Di bagian proksimal, fibula berartikulasi dengan tibia.
Sedangkan di bagian distal, fibula membentuk malleolus lateral dan facies untuk
artikulasi dengan tulang-tulang tarsal.
5. Os. Tarsal
Tarsal merupakan 7 tulang yang membentuk artikulasi dengan fibula dan di
proksimal dan dengan metatarsal di distal.Terdapat 7 tulang tarsal, yaitu calcaneus
(berperan sebagai tulang penyanggah berdiri), talus, cuboid, navicular, dan
cuneiform (1, 2, 3).
6. Os. Metatarsal
Metatarsal merupakan 5 tulang yang berartikulasi dengan tarsal di proksimal
dan dengan tulang phalangsdi distal.Khusus di tulang metatarsal 1 (ibu jari)
terdapat 2 tulang sesamoid.
7. Os. Phalangs
Phalangs merupakan tulang jari-jari kaki.Terdapat 2 tulang phalangs di ibu
jari dan 3 phalangs di masing-masing jari sisanya.Karena tidak ada sendi pelana di
ibu jari kaki, menyebabkan jari tersebut tidak sefleksibel ibu jari tangan.
C. INDIKASI FOTO EKSTREMITAS SUPERIOR DAN INFERIOR
Indikasi untuk dilakukannya foto ekstreemitas adalah sebagai berikut :
- Fraktur
- Komplikasi fraktur (non union,mal union,delayed union)
- Proses radang (osteomilitis)
- Nyeri sendi
- Neoplasma pada tulang
- Kelainan pertumbuhan pada tulang maupun sendi.

D. KONTRAINDIKASI FOTO EKSTREMITAS SUPERIOR DAN


INFERIOR
- Pada kasus trauma, jika pasien sedang dalam kondisi kritis, keadaan
gawat darurat diatasi terlebih dahulu atau kondisi pasien harus stabil
selama proses foto.
- Jika selama proses pengambilan foto, akan ada proses manipulasi yang
membahayakan penderita, maka diperlukan pengawasan yang ketat
selama prosesnya.

E. POSISI DAN TEKNIK PEMERIKSAAN RADIOGRAFI


EKSTREMITAS SUPERIOR DAN INFERIOR

a. Foto X-Ray
Sinar roentgen atau X-ray, ditemukan oleh fisikawan Jerman bernama
Wilhelm Conrad Roentgen, pada tahun 1895. Pemeriksaan rontgen
merupakan salah satu pemeriksaan penunjang dari penegakkan diagnosis di
samping pemeriksaan laboratorium. Sinar ini mampu menembus bagian tubuh
manusia tanpa dilakukan pembedahan (non-invasive procedure). Roentgen
adalah pemberian dosis radiasi ionisasi dalam jumlah kecil pada tubuh untuk
menghasilkan citra atau gambaran tubuh bagian dalam. X-ray konvensional
(rontgen) merupakan pengambilan gambar dari suatu obyek dengan
menggunakan sinar-X. Obyek yang akan diamati akan disinari dengan sinar-
X, dan dibelakangnya diletakkan film untuk menangkap gambar yang
dihasilkan. X-ray biasanya sering digunakan untuk melihat ada atau tidaknya
faktur atau patah tulang, dan menentukan jenis pengobatan yang akan
diberikan.
Dalam melakukan foto x-ray tentunya ada paparan radiasi yang terjadi
terhadap tubuh manusia. Pada tahun 1950 Komisi Internasional untuk
perlindungan terhadap penyinaran menetapkan bahwa pengaruh radiasi pada
organ tubuh manusia dapat bermacam-macam tergantung pada dosis dan luas
lapangan radiasi yang diterima. Pengaruh yang dapat terjadi seperti luka
permukaan yang dangkal, kerusakan hemopoetik, induksi keganasan, aberasi
genetik, dan efek lainnya.
Proteksi terhadap radiasi dapat dilakukan sebagai berikut:
Proteksi terhadap pasien yaitu:
 Pemeriksaan sinar X hanyaatas permintaan seorang dokter
 Pemakaianfiltasimaksimumpadasinar primer
 Pemakaianvoltage yang lebihdaritinggi (bilamungkin)
sehinggadayatembuslebihkuat
 Jarakfokus-pasienjanganterlalupendek, sehubungandenganhaliniberlaku
hokum KuadratTerbalikyaituintensitassinar X
berbandingterbalikdenganjarakpengkatdua.
Jarakfokus-kulitpada:
a. Sinatembustidakbolehkurangdari 45 cm
b. Radiografitidakbolehkurangdari 90 cm
 Daerah yang disinariharussekecilmungkin,
misalnyadenganmempergunakankonus (untukradiografi) ataudiafragma
(untuksinartembus)
 Waktupenyinaransesingkatmungkin. Ex:
padapemeriksaansinartembuspadasalahsatubagiantubuhtidakbolehmelebihi
5 menit
 Alat-alatkelamindilindungisebisanya
 Pasienhamil, terutama trimester pertama, tidakbolehdiperiksa radiologic
Proteksiterhadapdokterpemeriksadanpetugasradiologilainnya:
 Hindaripenyinaranbagian-bagiantubuh yang tidakterlindungi
 Pemakaiansarungtangan, apron ataugaunpelindung, yang
berlapisPbdengantebalmaksimum 0,5 mm Pb.
 Hindarimelakukansinartembus, usahakanmelakukanradiografi
 Hindarimelakukanpemeriksaansinartembustulang-tulangkepala(head
fluoroscopy)
 Akomodasimatasebelummelakukanpemeriksaansinartembus paling
sedikitselama 20 menit
 Gunakanalat-alatpengukursinarRoent-gen
 Pemeriksaanpesawatsemelumdipakai, misalnya:
a. Perlindunganterhadapbahayaelektrik
b. Adanyakebocoranpadatabungpesawat
c. Voltage yang amandanlamanya
 Pemeriksaanrutinterhadapkemungkinanbocor/rusaknyaperlengkapan-
perlengkapanpelindungberlapisPb.

b. Posisi dan Teknik Pemeriksaan Ekstremitas


 Persiapan pemeriksaan pasien
Pada dasarnya pemeriksaan untuk ekstremitas tidak membutuhkan
persiapan khusus, hanya saja pada pasien dianjurkan memakai baju pasien
sehingga memudahkan dalam pengaturan posisi dan membebaskan objek dari
benda-benda yang dapat menimbulkan bayangan radioopaq pada radiograf.
Selain itu sebelum pemeriksaan petugas
memberikanpengertiankepadapasiententangpelaksanaan yang akandilakukan,
sehinggapasientahutindakanapa yang akandilakukanselamapemeriksaan agar
tidak terjadi kesalahpahaman dari pasien.
 Persiapan Alat
Alat-alat dan bahan yang dipersiapkan dalam pemeriksaan antara lain :
 Pesawat X – Ray
 Kaset dan film ukuran 24 x 30 cm
 Lembar timbal sebagai pembatas atau load pembagi
 Marker R dan L
 Procecing Film
 Plester
 Apron

1. Posisi dan Teknik Pemeriksaan Radiografi Ekstremitas Superior


1.1 Os Clavicula
Proyeksi yang digunakan pada teknik radiografi clavicula adalah
sebagai berikut :
 Proyeksi Anterior Posterior
Posisi pasien : pasien berdiri dengan kaset vertikal di belakang
sendi bahu yang difoto atau tidur telentang di atas meja
pemeriksaan dan kaset diletakkan horizontal di bawah sendi bahu
yang akan difoto.
Posisi objek : Usahakan os Clavicula sinistra pada pertengahan
kaset, tidak ada rotasi pada os Clavicula. Bagian yang sakit
menempel kaset.

Keterangan gambar :
1. Acromion
2. Sendi acromion clavicula
3. Os clavicula
4. Angusus scapula
5. Sendi sterno clavicula
6. Processus coracoideus

 Proyeksi Posterior Anterior


Posisi pasien : pasien berdiri dengan kaset vertikal di depan sendi
bahu yang difoto atau pasien tidur telungkup dengan posisi kaset
horizontal di bawah sendi bahu yang tidak difoto. Tepi anterior
bahu yang akan difoto menempel kaset, kepala menengadah,
lengan lurus ke bawah di samping tubuh.

 Proyeksi PA axial
Posisi pasien : pasien tidur telungkup di atas meja pemeriksaan
atau berdiri menghadap standar kaset, kedua bahu diatur sama
tinggi terhadap meja pemeriksaan, kedua tangan lurus di samping
tubuh. Kaset diletakkan horizontal di bawah sendi bahu yang akan
difoto pada pasien yang telungkup dan kaset diletakkan vertikal di
depan bahu yang difoto bila pasien berdiri, dengan batas atas kaset
5 cm dari batas atas bahu.
a. Proyeksi AP axial
Posisi pasien : berdiri pada posisi lordotik atau tidur terlentang
dengan batas kaset, punggung pasien lurus, bahu yang difoto diatur
sedemikian rupa sehingga tepi postero superior bahu yang difoto
menempel kaset, lengan lurus ke bawah di samping tubuh.

Keterangan gambar :
1. Os clavicula
2. Processus coracoideus
3. Sendi ocromioclavicula
4. Sendi sternoclavicul

b. Proyeksi Tangensial

Posisi pasien : pasien tidur terlentang di atas meja


pemeriksaan.kedua bahu diganjal dengan spon, dan diatur sama
tinggi, kepala diberi bantal yang lebih tinggi dan menghadap sisi
yang tidak difoto, kedua tangan lurus ke bawah di samping tubuh.
Kaset diletakkan vertikal pada superior bahu yang difoto.
Keterangan gambar :
1. Os clavicula
2. Acromion
3. Costa I

 Proyeksi Tarrant Method

Posisi pasien : pasien duduk di atas meja pemeriksaan. badan agak


membungkuk, lengan atas vertikal di samping tubuh, lengan bawah
diletakkan di atas Os femur horizontal, kaset diletakkan di atas
Ossa antebrachii dan diberi pelindung gonad.

Keterangan gambar :
1. Sendi sternoclavicula 5. Processus coracoideus
2. Os clavicula
3. Acromion
4. Sendi acromioclavicula
1.2 Os Scapula
Teknik radiografi untuk Os scapula adalah sebagai berikut:
 Proyeksi AP (Anterior Posterior)
Posisi pasien : pasien supine , kemudian diatur oblique antero
posterior 30˚ dengan tepi dorsal bahu yang difoto dekat ke kaset,
lengan atas dan lengan bawah dari tepi yang difoto lurus di
samping tubuh dan diatur supine terhadap meja pemeriksaan, bahu
yang tidak difoto diganjal dengan sandbag, tubuh tetap dalam
posisi oblique AP 30˚ sehingga memungkinkan scapula difoto
horizontal. Bahu yang difoto diatur di atas pertengahan kaset.

 Proyeksi Lateral
Posisi pasien : pasien ditempatkan atau duduk dalam posisi tegak,
menghadapi perangkat grid vertikal. Ketika seorang pasien tidak
dapat ditempatkan pada posisi tegak, proyeksi lateral scapula dapat
diperoleh dengan menyesuaikan tingkat rotasi tubuh dan
penempatan dari lengan rawan posisi terlentang. Atur pasien dalam
posisi miring, dengan scapula terpusat ke grid. Lengan ditempatkan
sesuai dengan daerah scapula yang akan ditunjukkan.
1.3 Os Humerus
 Proyeksi Anterior Posterior
Posisi pasien : pasien supine di atas meja pemeriksaan.Os
humerus dan Ossa antebrachi diatur lurus di atas meja
pemeriksaan dalam posisi anatomi. Abduksikan sedikit Os
humerus, lalu taruh di atas film 30×40 yang lebarnya dibagi
dua. Shoulder joint dan elbow joint masuk ke area penyinaran.
Kaset diatur sejajar dengan long axis tangan.
 Proyeksi Lateral

Posisi pasien : pasien supine di atas meja pemeriksaan. Os


humerus dan Ossa antebrachi diatur lurus di atas meja
pemeriksaan. Tempatkan Os humerus di atas kaset 30×40.
Humerus di-endorotasi sampai bagian palmar tangan menghadap
sisi medial. Dua sendi masuk area penyinaran.Kaset diatur sejajar
long axis tangan.

1.4 Regio Antebrachii


 Proyeksi Anterior Posterior
Posisi pasien: pasien duduk menghadap meja pemeriksaan.
Letakkan lengan bawah di atas kaset 30×40 yang lebarnya dibagi
dua (untuk 2 posisi). Posisikan antebrachi pasien agar
pertengahan antebrachi berada di pertengahan film. Pastikan dua
sendi masuk area kaset (wrist dan elbow masuk area penyinaran).
Beri pengganjal untuk imobilisasi.
Keterangan gambar:

1. Os radius
2. Styloid process of radius
3. Radial tuberosity
4. Radial head
5. Lateral epicondyle
6. Styloid process uf ulna
7. Head of ulna
8. Os ulna
9. Olecranon
10. Medial epicondyle
11. Os humerus

 Proyeksi Lateral
Posisi pasien: pasien duduk di samping meja pemeriksaan atau
menghadap meja pemeriksaan. Fleksikan lengan bawah 90 derajat
dan letakkan pertengahan antebrachi di pertengahan film. Aturlah
ekstremitas agar posisi true lateral dan tangan tidak boleh dalam
keadaan prone atau supine (harus tegak).Pastikan dua sendi
masuk area kaset (wrist dan elbow masuk area penyinaran).
Lakukan immobilisasi dengan meletakkan pengganjal. Aturlah
lengan bawah dan tangan agar true lateral.

Keterangan gambar:

1. Os ulna
2. Olecranon
3. Os radius
4. Radial tuberosity
5. Trochlear joint

1.5 Elbow Joint


 Proyeksi Anterior Posterior

Posisi pasien : Pasien supine di atas meja pemeriksaan atau pasien


diposisikan berdiri atau duduk di samping meja pemeriksaan
dengan posisi pasien lebih rendah dari meja pemeriksaan
sehingga humerus dan elbow joint pada bidang yang sama (datar).
Atur tangan pasien sehingga tangan pasien dalam posisi supine
atau AP dengan tujuan untuk mencegah adanya rotasi pada tulang
lengan bawah. Atur pertengahan kaset sehingga terletak pada
pertengahan elbow joint. Pastikan selama eksposi tidak ada
pergerakan pada pasien. Jangan lupa untuk memberikan marker r
atau l dengan posisi label pada kaset berada di bawah.Tempatkan
karet timbal atau apron pada daerah pelvis pasien untuk
mencegah radiasi hambur yang mengenai pasien dan untuk
kepentingan proteksi radiasi untuk pasien.

Keterangan gambar :
1. Radius
2. Radial tuberosity
3. Lateral epicondyle
4. Humerus
5. Ulna
6. Medial epicondyle
7. Olecranon process of ulna
 Proyeksi Lateral
Posisi pasien : Pasien supine di atas meja pemeriksaan atau pasien
diposisikan berdiri atau duduk di samping meja pemeriksaan
dengan posisi pasien lebih rendah dari meja pemeriksaan sehingga
humerus dan elbow joint pada bidang yang sama (datar). Posisi
awal lengan pasien adalah supine kemudian perlahan-lahan
fleksikan elbow joint sebesar 90 derajat dan atur sedemikian rupa
supaya humerus dan lengan pasien kontak dengan meja
pemeriksaan. Atur pertengahan kaset sehingga terletak pada
pertengahan elbow joint. Pastikan posisi elbow joint pasien dalam
keadaan true lateral dan selama eksposi tidak terjadi pergerakan
ataupun rotasi pada pasien. Jangan lupa untuk memberikan marker
r atau l dengan posisi label pada kaset berada di bawah. Tempatkan
karet timbal atau apron pada daerah pelvis pasien untuk mencegah
radiasi hambur yang mengenai pasien dan untuk kepentingan
proteksi radiasi untuk pasien.
Keterangan gambar :

1. Os humerus
2. Medial supracondylar ridge
3. Coronoid process of the ulna
4. Head of the radius
5. Os radius
6. Olecranon process of the ulna
7. Os ulna

1.6 Os. Manus


 Proyeksi Posterior Anterior (PA) atau Dorsopalmar

Posisi pasien : Untuk posisi pasien dalam pameriksaan radiologi,


pasien duduk menyamping pada tepi meja pemeriksaan. Atur
ketinggian pasien sehingga lengan pasien nyaman di atas meja
pemeriksaan. Istirahatkan lengan antebrachi pada meja pemeriksaan
dan tempatkan manus dengan bagian palmar di bawah menempel pada
kaset. Letakan MCP joints pada pertengahan kaset, dan atur kaset
sejajar antebrachi dan manus. Rentangkan jari-jari tangan yang
diperiksa. Mintalah pada pasien agar tangannya relaks untuk
menghindari gerakan. Cegah pergerakan yang tidak disengaja dengan
menggunakan softbag atau plaster. Sebuah sandbag mungkin dapat
diletakkan diatas distal antebrachi. Jangan lupa gunakan apron pada
pasien untuk melindungi organ sensitife. Pada saat eksposure, pasien
diusahakan menoleh ke sisi yang tidak difoto atau menjauhi arah
sinar.
.

 PA Oblique Projection (Lateral Rotasi)


Posisi pasien : Dudukkan pasien di ujung meja radiografi.
Sesuaikan tinggi pasien untuk mengistirahatkan lengan bawah di
atas meja. Istirahatkan lengan bawah pasien pada meja dengan
tangan yang pronated dan telapak tangan yang beristirahat pada
kaset. Atur tangan obliq sehingga MCP joint membentuk suatu
penjuru atau sudut kira-kira 45 derajat dengan kaset. Gunakan
irisan busa dengan sudut 45 derajat untuk mensupport jari-jari
dalam posisi yang diekstensikan untuk mempertunjukkan
interphalangeal joint. Ketika memeriksa tulang telapak tangan
(metakarpal), didapatkan PA projection Ossa manus memutar
tangan pasien secara menyamping (secara eksternal) dari posisi
yang pronated sampai ujung jari menyentuh kaset.Jika tidak
memungkinkan untuk memperoleh posisi yang benar dengan
semua ujung jari yang beristirahat (diletakkan) pada kaset.
Angkatlah jari telunjuk dan ibu jari pada suatu material radiolucent.
Pengangkatan digunakan untuk membuka jarak persendian dan
mengurangi pemendekan dari phalang.Untuk pendekatan yang lain.
Pusatkan kaset pada MCP joint dan atur garis tengah paralel
dengan poros antebrachi dan manus.Gunakan apron pada pasien
untuk mengurangi radiasi serap.

Keterangan gambar :
1. Trapezoid bone
2. Trapezium bone
3. Capitate bone
4. Scaphoid bone
5. Lunate bone
6. Hook of the hamate bone
7. Hamate bone
8. Triquetral bone
9. Pisiform bone
 Proyeksi Lateral (Mediolateral atau Lateromedial)
Posisi pasien : Persilahkan pasien duduk di ujung meja radiografi
dengan antebrachi menempel dengan meja dan Ossa manus pada
posisi lateral dengan aspek ulnaris di bawah.Alternatif, tempatkan
sisi radial dari pergelangan tangan menempel kaset. Namun, posisi
ini lebih sulit bagi pasien. Jika siku diangkat, bantulah dengan
sandbag. Ekstensikan digit pasien dan atur digit pertama di sudut
kanan palmar.Tempatkan permukaan palmar tegak lurus terhadap
kaset.Pusat kaset pada MCP joint, dan atur garis tengah sejajar
dengan tangan dan lengan bawah. Permukaan ulnaris letakkan pada
menempel meja. Imobilisasi ibu jari mungkin diperlukan.Atur
phalang digit 2-5 superposisi. Jangan lupa gunakan apron pada
pasien untuk melindungi organ sensitif.
 Proyeksi AP Perbandingan (Norgaard Metode)
Metode norgaard. Kadang-kadang disebut sebagai ball-catcher
position, posisi ini membantu dalam mendeteksi perubahan
radiologis awal yang dibutuhkan diagnosis rheumatoid arthritis.

Posisi pasien : pasien duduk di ujung meja radiografi. Norgaard


merekomendasikan bahwa kedua tangan akan diradiografi di posisi
setengah supinate untuk perbandingan.Tempatkan kedua telapak
tangan bersama-sama. Pusatkan Mcp joint pada aspek medial pada
kedua tangan pada kaset. Kedua tangan harus dalam posisi lateral.
Tempat dua spons radiolusen 45 derajat terhadap aspek posterior
dari masing-masing tangan. Rotasi tangan pasien untuk posisi
halfsupinate sampai permukaan dorsal setiap tangan bertumpu pada
spons 45 derajat.Ekstensikan jari-jari pasien, dan sedikit
abduksikan ibu jari untuk menghindari superimposisi.Metode asli
dari posisi tangan sering diubah. Pasien diposisikan mirip dengan
metode yang diterangkan kecuali jari-jari tidak ekstensi. Sebaliknya
jari-jari seolah-olah menggenggam seperti akan menangkap bola.
Informasi diagnostik ini ditunjukkan dengan posisi
sendiri.Gunakan apron pada pasien untuk melindungi organ
sensitife.
2. Posisi dan Teknik Pemeriksaan Radiografi Ekstremitas Inferior
2.1. Os Pelvis
 Proyeksi Antero Posterior
Posisi pasien : Pasien supine, kedua lengan ditempatkan disisi dan
menyilang di atas dada, untuk kenyamanan letakkan bantal
dibawah kepala pasien. Kaset diatur melintang,tepi kaset di atur
sedikit di atas crista iliaca,sehingga gambaran Krista tidak akan
terpotong. Tepi bawah kaset menyesuaikan atau sedikit di bawah
symphisis pubis. MSP tubuh pasien di atur segaris pada
pertengahan kaset. Kedua tungkai lurus, kaki dirotasi kea rah
internal sejauh 15-20 derajat (collum femoris tampak dalam posisi
paling panjang (true AP). pastikan bahwa pelvis tidak terjadi rotasi.

 Proyeksi AP Bilateral
Posisi Pasien : Pasien di atur supine, kedua lengan di tempatkan di
sisi dan menyilang diatas dada,kepala pasien diberi bantal.Mid
sagital plane pasien diatur segaris dengan mid line meja dan CR,
pastikan bahwa pelvis tidak terjadi rotasi (ASIS berjarak sama
terhadap meja), Kedua knee Fleksi sekitar 90 derajat. Kedua
plantar (telapak kaki) ditemukan dan kedua femur abduksi 40-45
derajat.
2.2 Os. Femur
 Proyeksi Anterior Posterior
Posisi Pasien : Pasien diposisikan supine,kaki ekstensi aturfemur
pada posisi true AP (Pedis menghadap ke atau atur femur pada
pertengahan kaset pastikan nantinya tidak ada gambambaran yang
terpotong

 Proyeksi lateral (mediolateral)


Posisi Pasien : Pasien diposisikan supine,kaki fleksi 45 derajat atur
femur pada posisi true lateral atur femur pada pertengahan kaset
pastikan nantinya tidak ada gambambaran yang terpotong
2.3 Os. Patela
 Proyeksi Anterior Posterior
Posisi pasien : Pasien telentang,atur posisi objek (knee) berada di
tengah-tengah kaset atau IR (image reseptor), degan posisi kedua
kneetrue AP .

2.4 Os. Tibia dan Os. Fibula


 Proyeksi Anterior Posterior

Posisi pasien : Posisikan supine diatas meja pemeriksaan.Atur


tubuh pasien sehingga pelvis tidak rotasi. Atur kaki sehingga
condyles femoralis searah dengan kaset atau film dan vertical
terhadap kaki.Fleksikan pergelangan kaki sampai kaki berada
dalam posisi vertical.Untuk tambahan, gunakan spon atau
sandbag agar mencegah pergerakan pada objek. Lindungi gonat
dengan menggunakan apron atau gonad shield.

 Proyeksi Lateral

Posisi pasien : Pasien posisikan supine diatas meja pemeriksaan


lalu perlahan posisikan tubuh pasien pada posisi lateral atau
sedikit oblique dengan kaki yang tidak diperiksa melangkahi kaki
yang diperiksa, dengan tujuan untuk mendapatkan os cruris yang
true lateral dan kenyamanan pasien.Kedua sendi tercangkup
dalam 1 film (knee joint dan angkle joint).Untuk tambahan,
gunakan spon atau sandbag agar mencegah pergerakan pada
objek.Lindungi area gonad pasien dengan menggunakan apron
atau gonad shield.

2.5 Os. Tarsal, Metatarsal dan phalang tarsal

3. Sistematika Pembacaan Foto Ekstremitas


Sistematika pembacaan yang sistematis salah satunya adalah mengikuti
aturan ABC’s yang terdiri dari :
- A = Alligment
Susunan atau hubungan antar tulang-tulang tersebut. Alligment
antar tulang harus dinilai, alligment abnormal menandakan bahwa
tulang mengalami fraktur,subluksasi sendi atau dislokasi,penyebab
tersering adalah trauma.
- B = Bone
Bentuk tulang yang merupakan kontur dari korteksnya. Selain itu,
dievaluasi pula kerapatan trabekulasinya untuk mendeteksi tumor,
infeksi dan kelainan metabolic.
- C = Cartillage
Evaluasi permukaan dan celah sendi, bursa subchondral,
ephihpseal plates.
- S = Soft Tissue
Melihat massa atau benda asing pada jaringan lunak.
BAB III

CONTOH KASUS PADA FOTO EKSTREMITAS

A. Fraktur
Ekstermitas Atas
1. Fraktur Clavicula

Keterangan foto : Close fraktur of left clavicula 1/3 proksimal transversal


displaced

2. Fraktur Humerus

Keterangan foto : Close fraktur of left humerus medial spiral displaced


3. Fraktur Radius

Keterangan foto : Close fraktur of right radius 1/3 distal transversal


displaced

4. Fraktur Ulna

Keterangan foto : Close fraktur of right ulna 1/3 distal oblique nondisplaced
Ekstermitas Bawah
1. Fraktur Femur

Keterangan foto : Close fraktur of right femur 1/3 distal transversal


displaced

2. Fraktur Tibia

Keterangan foto : Close fraktur of left tibia 1/3 distal transversal displaced
3. Fraktur Fibula

Keterangan foto : Close fraktur of left fibula 1/3 distal transversal displaced

B. Inflamasi
Contoh kasus

Gambaran Osteoarthritis

Panah hitam : Subchondural Sclerosis

Panah putih : Osteophyte

Osteomyelitis
C. Neoplasma

Metastase dari renal cell ca

Panah titik : kortek dari humerus sudah


rusak

Panah putih : Soap bubble appearance

D. Degeneratif

Anda mungkin juga menyukai