Anda di halaman 1dari 10

PROTAP PENYIMPANAN BAHAN-BAHAN BERBAHAYA

(B 3)

DI RSUD NEGARA

A. PENDAHULUAN
Bahan-bahan berbahaya adalah bahan kimia dan biologi, baik dalam bentuk tunggal maupun
campuran yang dapat membahayakan kesehatan dan lingkungan hidup secara langsung maupun
tidak langsung yang mempunyai sifat racun karsinogenik, terogenik, mutagenic krosit dan iritasi.
Rumah sakit umum daerah Negara dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat tidak
terlepas dari penggunaan daripada katagori bahan-bahan berbahaya. Agar supaya bahan-bahan
tersebut dapat dipergunakan dengan aman, maka perlu adanya suatu usaha-usaha pengamanan
salah satu diantaranya adalah dalam penyimpanannya. Dan agar dalam penyimpanan bahan-
bahan berbahaya betul-betul aman maka diperlukan adanya suatu protap yang merupakan
ketentuan atau petunjuk dan langkah-langkah yang diambil dalam penyimpanan bahan tersebut
agar aman.
B. TUJUAN UMUM
Menghindari terjadinya bahaya yang mengancam kesehatan dan lingkungan hidup baik secara
langsung maupun tidak langsung.
C. TUJUAN KHUSUS
Untuk menyelamatkan karyawan, orang yang ada disekitar dan lingkungan hidup lainnya dari
ancaman keracunan, ledakan dan kebakaran.
D. KEBIJKSANAAN
a. Mengacu kepada:
 UU No.1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja
 UU No.23 tahun 1992 tentang Kesehatan
 Permenkes RI No.472/menkes/Per/VI/1996
 Keputusan Dirjen PPM & PLP No.00.06.64.44
b. Penyediaan Gudang
 Tertutup rapat, ada pintu dilengkapi kunci
 Ventilasi yang cukup memadai
 Pencahayaan yang cukup memadai
 Pengamanan sumber listrik (jangan sampai terjadi adanya loncatan bunga api
pada penggunaan tenaga listrik)
 Dibagian luar pintu diberi tanda peringatan
c. Tindakan/langkah
 B3 setelah diterima harus dilihat lembar MSDS dari bahan yang akan disimpan
kemudian ikuti prosedur penyimpanannya
 Ditempatkan pada almari yang tertutup dan terkunci
 Pada sisi luar pintu almari dipasang label
 Nama bahan
 Tanda bahaya
 Tanda peringatan
 Bobot dan volume dari bahan
 Adakan supervise untuk prngawasan bahwa B3 yang tersimpan masih aman oleh
petugas gudang.

Mengetahui, Panitia K3 RS

Direktur RSUD Negara Ketua


KETENTUAN PENGADAAN BAHAN-BAHAN BERBAHAYA

DI RSUD NEGARA

A. PENDAHULUAN
Bahan-bahan berbahaya yang mempunyai sifat racun Karsinogenik, teratogenik, Mutagenik, korosif
dan Iritasi zat atau bahan kimia dan biologi baik dalam bentuk tunggal maupun campuran, kalau
tidak di kelola dengan baik akan mengakibatkan pencemaran baik secara langsung maupun tidak
langsung kepada manusia maupun terhadap lingkungan hidup sekitarnya. Untuk itu maka rumah
sakit Umum daerah Negara yang merupakan tempat pelayanan kesehatan kepada masyarakat tidak
dapat dihindari akan adanya pemakaian bahan-bahan berbahaya tersebut diatas, oleh karenanya juga
perlu adanya upaya-upaya untuk minghindari hal-hal yang tidak diingkan. Upaya-upaya tersebut
salah satunya adalah mulai dari saat pengadaan bahan-bahan berbahaya, berupa ketentuan yang dapat
dijadikan pedoman dalam setiap pengadaan bahan-bahan berbahaya di RSUD Negara.
B. TUJUAN UMUM
Dengan adanya ketentuan ini maka Bahan-bahan berbahaya yang akan diadakan dapat terjamin
keamanannya.
C. TUJUAN KHUSUS
Agar supaya bahan-bahan berbahaya yang diadakan tidak menimbulkan keracunan atau pencemaran
dalam pemakaiannya baik langsung maupun tidak langsung terhadap manusia mupun lingkungan
hidup di sekitarnya.
D. KEBIJAKSANAAN
Mengacu kepada :
1. Undang-undang No.1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja
2. Undang-undang No.23 tahun 1992 tetang kesehatan
3. Permenkes RI No.472/menkes/Per/V/1996 tentang pengamanan bahan berbahaya Bagi Kesehatan
E. PELAKSANAAN
1. Setiap jenis bahan-bahan berbahaya yang akan diadakan harus telah terdaftar pada direktorat
jendral pengawasan obat dan makanan depkes RI
2. Calon/ rekanan yang akan mengadakan bahan-bahan berbahaya harus dapat menunjukkan bukti
pendaftaran dari bahan-bahan yang akan diadakan
3. Setiap calon/rekanan wajib membuat, menyusun dan memiliki lembar data pengamanan bahan
berbahaya yang akan diadakan yang dapat disetujui oleh pihak RSUD Negara
4. Bahan-bahan yang berbahaya yang diadakan harus diberi wadah dan kemasan dengan baik serta
aman.
5. Pada wadah atau kemasannya harus dicantumkan penandaan yang meliputi: nama, bahan, nama
dagang, nama bahan aktifnya, isi berat netto, kalimat peringatan dan tanda simbul bahaya,
petunjuk serta nama importer
6. Rekanan bersedia mengadakan pelatihan-pelatihan kepada petugas atau pemakai dalam
penanggulangan bila terjadi kecelakaan atau kontaminasi dari bahan-bahan berbahaya.
Mengetahui, Ketua Panitia K3 RS
Direktur RSUD Negara RSUD Negara
KETENTUAN ALAT PELINDUNG DIRI

PENDAHULUAN
Dalam rangka upaya keselamatan dan kesehatan kerja disarana kesehatan kesehatan dilaksanakan
secara paripurna yaitu meliputi diantaranya adalah upaya untuk mencegah timbulnya penyakit atau
gangguan kesehatan akibat pekerjaan atau hubungan dengan pekerjaan . Hal tersebut dapat
dilakukan dengan pencegahan primer diantaranya dengan pemakaian alat pelindung diri yang tepat
dan benar seperti:
 Pakaian
 Sepatu/alas kaki
 Sarung tangan
 Penutup telinga
 Kaca mata
 Apron
 Masker
 Dll
TUJUAN UMUM
1. Tersedianya alat pelindung diri yang cukup dan tepat
2. Tersimpannya alat pelindung diri dengan baik dan aman
3. Terpeliharanya alat pelindung diri sehingga selalu siap pakai dan tetap berfungsi sesuai
dengan syarat kesehatan
4. Terpakainya alat pelindung diri secara benar
TUJUAN KHUSUS
Untuk menghindari adanya penyakit akibat kerja dan hubungan kerja bagi karyawan/pekerja di
rumah sakit.
KEBIJAKSANAAN
Mengacu kepada :
 Undang-undang no.1 tahun 1970 tentang keselamatan kerja
 Undang-undang no.23 tahun 1992 tentang kesehatan
 Tersedianya dana untuk pengadaan alat pelindung diri sesuai dengan skala prioritas
 Tersedianya tempat penyimpanan alat pelindung diri
KETENTUAN
1. Setiap unit kerja yang mempunyai potensi adanya resiko terhadap kecelakaan dan sakit
akibat kerja harus tersedia alat pelindung diri yang kaapsitasnya dan jenisnya disesuaikan
dengan kebutuhan.
2. Alat pelindung diri harus terbuat dari bahan yang kuat dan aman untuk kesehatan
3. Alat pelindung diri harus dipelihara dengan baik sehingga tetap layak pakaidan siap pakai
4. Setiap unit kerja yang memerlukan alat pelindung diri harus disediakan protap pemakaian
dari alat tersebut dengan tujuan agar supaya alat pelindung diri terpakai secara tepat dan
benar
Mengetahui, Ketua Panitia K3 RS

Direktur RSUD Negara RSUD Negara


PROTAP SISTEM KOMONIKASI YANG BERKAITAN DENGAN
K3 RS, KEBAKARAN DAN BENCANA

PENDAHULUAN
Komunikasi yang efektif dapat berlangsung apabila ada persamaan antara pengirim pesan dengan
penerimaan pesan baik komunikasi langsung maupun tidak langsung dengan memakai sarana
komunikasi atau tidak. Peranan komunikasi dalam hubungan kerja atau koordinsi sangat penting
dan akan banyak sekali hambatan apabila dalam setiap proses komunikasi dengan cara-cara yang
dipergunakan tidak tepat. Berkomunikasi dengan cara yang benar, penggunaan alat komunikai
yang benar, dengan orangyang tepat baik yang mengirim maupun yang menerima pesan maka
proses komunikasi akan berhasil. Apabila terkait dengan masalah K3, kebakaran dan bencana yang
dapat terjadi kapan dan dimana saja tetapi kita selalu dituntut untuk bersiap-siap menghadipinya.
Untuk itu maka perlu adanya upaya untuk menghindari adanya kegagalan dalam komunikasi
terutama disebabkan oleh ketidaktahuan memakai alat komunikasi dan kepda siapa perlu
berkomunikasi apabila di RSUD Negara ini terjadi kecelakaan akibat kerja atau terjadinya
kebakaran dan bencana seperti halnya gempa bumi dan kejadian-kejadian alam lainnya yang
menyebabkan malapetaka maka perlu dibuat prosedur tetap.
TUJUAN UMUM
Terciptanya system komunikasi yang cepat dan tepat
TUJUAN KHUSUS
1. Menghindari adanya kegagalan mengadakan komunikasi kalau terjadi kecelakaan kerja,
musibah kebakaran dan bencana
2. Terciptanya komunikasi kepada orang/instansi yang tepat sesuai dengan tugas dan
wewenang.
KEBIJAKSANAAN
1. Tersedianya alat komunikasi diunit kerja
2. Tersedianya alat komunikasi intern dan extern
3. Tersedianya petunjuk penggunaan alat komunikasi
4. Tersedinya tenaga yang diberi wewenang mempergunakan alat komunikasi kalau terjadi
kecelakaan, kebakaran dan bencana
KEBIJAKSANAAN
KALAU TERJADI KECELAKAAN
PETUGAS LANGKAH DAN KEGIATAN KETERANGAN
Petugas unit kerja 1.melaporkan kepad ka.Ruangan/Ka jaga

Ruangan 1. menghubungi sekretaris K3RS Hanya pada jam kerja


KALAU MUSIBAH KEBAKARAN BENCANA
PETUGAS LANGKAH DAN KEGIATAN KETERANGAN
Petugas unit kerja 1. Melaporkan ke SATPAM
Pes.129
2. Menghubungi IPSRS Pes.129

Petugas SATPAM 1. Menghubungi dinas kebakaran Waktu disesuaikan dgn


kodya
Pesawat 113 Protap Kebakaran
2. Menghubungi polisi Pes.110

3. Menghubungi staff manajemen


a. Direktur pes.108 Diluar jam kerja 41077
b. Bagian umum
c. PPM
d. Ketua K3 RS
e. IRD Pes.103

Mengetahui, Ketua panitia K3RS


Direktur RSUD Negara RSUD Negara
PEDOMAN PENGAWASAN INSTALASI
PENYALUR PETIR

PENDAHULUAN
Bahwa tenaga kerja dan sumber produksi yang berada di tempat kerja perlu dijaga keselamataan
dan produktifitasnya terhadap sambaran petir yaitu suatu peristiwa alam yang tidak dapat diduga
sebelumnya dan terjadi kapan dan dimana saja yang dapat menimbulkan bahaya baik bagi tenaga
kerja, orang-orang yang ada ditempat kerja serta bangunan dan isinya. Untuk mengantisipasinya
diperlukan adanya upaya yang salah satunya adalah adanya ketentuan tentang hal-hal yang perlu
dilakukan pada setiap pembangunan, pemeliharaan dan pengawasan yang menyangkut instalasi
penyalur petir.
TUJUAN UMUM
Untuk menciptakan terlindungnya tenaga kerja dan orang lain yang ada ditempat kerja termasuk
sumber-sumber produksi dari bahaya sambaran petir.
TUJUAN KHUSUS
1. Mengamankan gedung dan peralatan yang ada di dalamnya dari sambaran petir
2. Mengamankan tenaga kerja orang-orang yang berada dalam gedung/tempat kerja dari
sambaran petir
3. Menghindari terjadinya bahaya kebakaran dan ledakan yang diakibatkan oleh sambaran petir.
KEBIJAKSANAAN
Mengacu kepada:
1. Undang-undang No.1 tahun 1970 tentang Keselamatan kerja
2. Undang-undang No.23 tahun 1992 tentang Keselamatan kerja
3. Peraturan tenaga kerja nomor :Per-02.Men/1989 tentang pengawasan instalasi penyalur petir.
PELAKSANAAN
1. Pengadaan dan pemasangan peenyalur petir di RSUD Negara yang non Radioaktif
2. Setiap pengadaan atau pembuatan penyalur petir di RSUD Negara harus direncanakansecara
baik dilengkapi dengan gambar rencana dang mbar realisasi yang kemudian gambar tersebut
disyahkan oleh Dep.Tenaga Kerja Prop.Bali
3. Secara umum penyalur petir harus:
a. Mempunyai kemampuan perlindungan secara tehnis
b. Tahan terhadap tekanan mekanis
c. Tahan terhadap korosi yang disebabkan oleh faktor kimia maupun biologis
4. Semua penyalur petir harus ada sertifikat
5. Penyalur petir yang ada dipelihara IPSRS
6. Pengujian ulang secara berkala minimal dua tahun sekali yang dilaksankan oleh dep. Tenaga
Kerja Prop.Bali
7. Setiap pengujian ulang disertai dengan sertifikasi
8. Pengujian selin berkla dapet dilakukan:
-setelah adanya kerusakan akibat sambaran petir walaupun sertifikat masih berlaku
9. Hal-hal yang belum diatur dipedoman ini dan sifatnya tehnis tetap memperhatikan dn mengacu
kepada Peraturan MentariTenaga Kerja Nomor:Per-02/Men/1989 TENTANG
PENGAWASAN INSTALASI PENYALUR PETIR
PROTAP PEMADAM KEBAKARAN
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH NEGARA

A. PENDAHULUAN

Api sangat bermanfaat dalam kehidupan manusi selama masih bisa dikendalikan.
Bilamana pada suatu saat api sudah tidak dapat dikendalikan atau sukar untuk diatasi lagi
bahkan sampai menimbulkan bencana malapetaka yang sangat merugikan kehidupan
manusia itu yang lazim disebut kebakaran. Kebakaran timbul tanpa kompromi yang terjadi
dmn dan kapan dan bagaimanapun juga di rumah sakit yang merupakan tempat pelayanan
kepada masyarakat yang didukung oleh sumber daya kesehatan yang selalu berkembang
sesuai dengan tuntutan masyarakat terhadap pelayanan kesehatan sangat berpotensi untuk
terjadinya kebakaran.
Untuk itu maka diperlukannya suatu upaya dalam penanggulangannya.
Agar supaya dalam upaya penanggulangan terutama saat terjadinya kebakaran
maka diperlukan suatu langkah yang jelas kepada setiap petugas atau orang di tempat
terjadinya kebakaran berupa prosedur yang telah ditetapkan bersama dengan yang terkait.

B. TUJUAN UMUM
1. Mencegah terjadinya korban manusia
2. Menyelamatkan barang-barang yang berharga
3. Mencegah meluasnya areal kebakaran

C. TUJUAN KHUSUS

Menyelamatkan pasien pengunjung dan karyawan dn barang-barang yang berharga,


dokumen penting terhadap bahaya kebakaran.

D. KEBIJAKSAAN
1. Menyediakan sumber daya manusia yang terlatih untuk memadamkan kebakaran
2. Menyediakan alat-alat pemadam kebakaran
- Alat pemadam api ringan dalam tabung
- Alat pemadam api ringan tradisional
- Fire hydrant
E. PELAKSANAAN : terlampir

Anda mungkin juga menyukai