kasus gereja Huria Kristen Batak Protestan (HKBP) Ciketing, Bekasi, Jawa Barat,
pada 2010 lalu, merupakan bukti adanya sikap intoleransi tersebut, kemudian kasus
pembakaran masjid di Tolikara, Papua, saat salat id. Kejadian itu dipicu karena
anggapan jemaat Nasrani yang merasa terganggu dengan speaker masjid yang akan
Dalam hal ini nilai-nilai toleransi dan kerukunan antarsesama dan antarumat
bermasyarakat dan berbangsa. Tatkala nilai toleransi dan kerukunan antar sesama
tidak dikedepankan dalam suatu tindakan, maka yang terjadi adalah konflik sosial-
Di indonesia ada kebebasan dalam beragama dan menjalakan ibadah sesuai yang
agama (clash of religion) dipastikan terjadi di Indonesia, baik itu faktor pemicunya
dari doktrin agama, kekuasaan agama, kesenjangan ekonomi, maupun disebabkan
iman dan moral dalam diri manusia untuk pemersatu keumatan di antara
sesamanya, tetapi terkadang tetap saja gejolak sosial-keagamaan itu tumbuh subur
di Indonesia. Disintegrasi bangsa Indonesia mulai tampak hingga saat ini terjadi
Toleransi dan intoleransi merupakan dua hal yang berbanding terbalik, bagaimana
dilain sisi Toleransi secara bahasa bermakna sifat atau sikap menenggang
Sedangkan pengertian toleransi sebagai istilah budaya, sosial dan politik, ia adalah
beragama dan rasa persaudaraan serta perdamaiaan antarpemeluk agama yang lain
tidak cukup hanya dengan faktor nilai-nilai agama saja, tetapi juga dibutuhkan
nilai-nilai Pancasila dan Bhinneka Tunggal Ika, NKRI, dan UUD 45 sebagai empat
pilar kebangsaan sebagai upaya menghindari aksi kekerasan atas nama agama.
tentunya harus dijadikan pijakan oleh umat beragama di Indonesia dalam setiap
bertindak dan berbuat di antara sesama manusia. Di dalam Pancasila terdapat sila
pertama, yakni mengenai Ketuhanan Yang Maha Esa. Makna ketuhanan ini
dan sebagai wujud dialog internal umat beragama sebagai upaya membangun
Karena itu, dalam sila pertama, setiap warga negara wajib berketuhanan Yang
Maha Esa, sikap saling menghormati dan bekerja sama antarumat beragama perlu
pertama dengan tujuan menghindari praktik kekerasan atas nama agama dan
Sepanjang pengetahuan yang didapat, toleransi yang diperbolehkan dalam hal ini
yakni yang tidak dalam hubungan manusia dengan Tuhan, tidak berhubungan
manusia yang terlepas dari unsur-unsur peribadatan tersebut. Contoh toleransi yang
tidak dibenarkan, karena merasa simpati atau sungkan, ikut berpartisipasi atau ikut
beribadat sesuai tata cara peribadatan yang mereka anut. Contoh toleransi yang
diperbolehkan yakni saling bertegur sapa, tetap berbuat baik, tetap mnghormati.
umat beragama". Yakni merujuk pada hubungan antar umat satu dengan lainya.
https://www.kompasiana.com/shofal_dihanza/intoleransi-dan-toleransi-beragama-
di-indonesia_568251ba737a61c413d16d0d
pelecehan agama, eksklusi[1], atau intoleransi beragama. Salah satu kasus yang
harus dicermati saat ini adalah kasus intoleransi beragama karena isu ini sedang
hangat dibicarakan di media massa. Entah itu merupakan intoleransi antar agama
yang majemuk ini. Indonesia yang memiliki beragam budaya serta kepercayaan
menciptakan integrasi bangsa. Suka atau tidak, Indonesia memang sebuah Negara
Beberapa orang sempat berkata bahwa Indonesia merupakan Negara yang penuh
toleransi. Buktinya, agama resmi yang diakui agama ada 5 dan setiap hari besar
keagamaan menjadi hari libur nasional. Tetapi apakah hanya itu tolok ukur
toleransi di Indonesia? Adanya toleransi atau intoleransi tidak bisa diukur hanya
dengan hal-hal itu saja, Toleransi beragama di Indonesia memang hal yang sangat
pada disintegrasi bangsa. Terjadinya intoleransi tentunya merupakan hal yang tidak
kita inginkan bersama. Bisa dikatakan hubungan antar agama atau sesama pemeluk
Pertanyaan saat ini, bagaimana bisa kasus intoleransi bisa terjadi di Indonesia?
Mengapa sudah begitu lama kasus ini sering terjadi tetapi belum ada perubahan
yang berarti? Ada beberapa penyebab yang menjadi sumber konflik menurut ilmu
agama. Kedua, jika adanya usaha penyebaran agama yang progresif. Ketiga, jika
pemeluk agama beribadah di tempat yang bukan tempat ibadah. Keempat, bila ada
Jika melihat sumber-sumber konflik diatas dapat dikatakan bahwa semua potensi
konflik diatas pernah atau bahkan sedang terjadi di Indonesia. Isu hubungan antar
agama menjadi isu yang sangat sensitif untuk dibahas. Bahkan saat ini, bukan
hanya hubungan antar agama yang dapat memicu konflik, ternyata hubungan antar
Jika dilihat dari sudut pandang sosiologi, tugas Negara sebenarnya sangat penting
diskriminasi dan eksklusi dari kelompok tertentu terhadap individu dan kelompok.
Oleh karena itu, untuk menghadapi masalah intoleransi beragama, kita tidak bisa
tujuan yang baik untuk menciptakan toleransi dalam masyarakat. Jadi jika dilihat
Namun yang menjadi masalah selain daripada terjadinya kasus intoleransi itu
masyarakat. Kenapa hal ini begitu penting? Karena perbedaan pendapat mengenai
dipercaya oleh sebagian besar masyarakat adalah toleransi yang berarti menerima
segala macam perbedaan dalam masyarakat tanpa terkecuali serta menghargai dan
memberikan hak-haknya.
Jika dilihat dari sudut pandang agama, dalam hal ini agama Islam, kita akan
menemukan sudut pandang yang sedikit berbeda. Dalam agama Islam, toleransi
sendiri sudah jelas tercantum dalam surat Al-Kafirun ayat 6 yang artinya
toleransi adalah hal yang harus dilakukan selama tidak menganggu akidah masing-
banyak terjadi kasus yang dianggap sebagai intoleransi beragama, tetapi justru
sebenarnya telah melecehkan agama sendiri. Sebagai contoh kita mengambil kasus
Ahmadiyah, kasus yang masih terdengar saat ini. Beberapa kelompok membela
telah menyimpang dari agama Islam. Bagi umat Islam, toleransi dapat diterima
selama tidak merusak akidah Islam itu sendiri. Oleh karena itu, ketika ada
kelompok Ahmadiyah, hal ini tidak dapat diterima karena kelompok tersebut
dianggap telah merusak akidah dan keluar dari Islam sehingga tidak bisa diakui
yang satu membela perbedaan kepercayaan dan yang satu menentang perbedaan
kepercayaan ini karena tidak bisa diterima menurut akidah. Dalam hal ini, terdapat
perbedaan pendapat mengenai toleransi bagi dua kelompok, nasionalis dan Islam.
argumen sendiri.
Sebenarnya yang membuat kasus intoleransi ini tidak pernah padam karena adanya
bertindak tegas terhadap suatu kasus intoleransi, pasti akan tetap ada pertentangan
dalam masyarakat karena ada kelompok yang menganggap kasus tersebut sebagai
intoleransi, tetapi ada juga yang menganggap kasus tersebut sebagai penegakan
hukum agama (bukan masalah toleransi lagi). Menurut penulis (yang memegang
menganggu atau merusak suatu kepercayaan yang telah ada sebelumnya. Kita tetap
keniscayaan. Tetapi juga tidak menghilangkan nilai-nilai yang lebih hakiki yaitu
nilai-nilai agama dan akidah. Terutama jika toleransi menyangkut agama pasti
Indonesia tidak memecahkan bangsa Indonesia dan kita tetap berupaya menjaga
http://www.syadzaalifa.com/2017/01/16/intoleransi-beragama-indonesia-dan-
ketegasan-pemerintah-perbandingan-makna-toleransi-dilihat-dari-sudut-pandang-
islam-dan-sosiologi/
Pada masyarakat Bali yang mayoritas beragama Hindu, kebebasan beragama
tergolong tinggi karena, menurut IDG Ngurah Utama, Hindu memiliki ajaran yang
beragama di Bali tergolong tinggi dan patut ditiru oleh provinsi lain di Indonesia.
Di Bali tidak pernah terjadi bentrok antar umat beragama, tempat ibadah antar
agama banyak yang berdampingan, dan terdapat tradisi Ngejot atau mengirim
makanan kepada tetangga saat hari raya kepada umat berbeda agama sebagai tanda
dalam bidang keagamaan, seperti umat Katolik di Dusun Tuka, Dalung yang
2016, FKUB Bali memutuskan memberi toleransi umat Islam untuk salat sunah
gerhana pada saat Nyepi.[note 17][217] Meskipun demikian, Perda Nyepi di Bali
Kegiatan keagamaan Hindu yang kerap menggunakan badan jalan juga dianggap
kantor Bank Indonesia (BI) Denpasar untuk menolak perbankan syariah. Aliansi
Hindu Muda Bali menyatakan bahwa tujuh kabupaten di Bali menolak pendirian
karena ada karyawan beragama Hindu yang tidak boleh memasang sarana
bahwa umat Islam kurang dapat menyesuaikan dengan unsur budaya lokal. Ali
Jasamarga Bali Tol (JBT), Hypermart, Smartfren, Hoka Hoka Bento, dan Taman
Nusa untuk menyambut Lembaran (2014) juga menuai protes dari Aliansi Hindu
Bali yang terdiri atas Cakrawahyu, Yayasan Satu Hati Ngrestiti Bali, Yayasan
Hindu Nusantara, dan Pusat Koordinasi Hindu Nusantara karena dianggap atribut
khas agama tertentu.[219] Sikap tersebut dinilai Ketua PHDI Jakarta Pusat, IDG
Ngurah Utama, sebagai tindakan intoleran yang dilakukan oknum fanatik yang ada
di tiap agama. Ketua PHDI Provinsi Bali, I Gusti Ngurah Sudiana, menganjurkan
keyakinan dengan menuntut pelarangan jilbab, peci, atau pendirian bank syariah.
Dalam pasal 2 ayat (1) UU Penodaan Agama dinyatakan, dalam hal ada yang
bersama Menteri Agama, Jaksa Agung dan Menteri Dalam Negeri. Contohnya
adalah SKB “Perintah terhadap Penganut dan Pengurus Jemaat Ahmadiyah
Indonesia” yang diterbitkan tanggal 9 Juni 2008, seperti kami cantumkan di atas.
Hukum Online.
Ahwan Fanani. 2016, "konflik islam kristen ". Walisongo Mediation Center.
Ryan Dagur , 2012,. "MUI larang umat Islam mengucapkan selamat Natal". UCANEWS.
Suriyanto (2014). "FPI: Larangan Ucapan Natal Bukan Cermin Kebencian". CNN Indonesia.
Ketiga agama tersebut disebut dengan three abrahamic faith karena mereferensikan
bentuk keimanannya kepada iman Ibrahim. Berbagai narasi yang menjadi teladan
ketiga agama diambil dari tokoh-tokoh sejarah yang sama, seperti Kisah Adam dan
Hawa, kisah Nuh, Kisah Luth dan kaumnya, dan sebagainya. Dalam Islam, akar
kesejarahan agama Islam tersebut dibakukan dalam salah satu rukun iman, yaitu
paling berdarah terjadi di antara ketiga umat tersebut. Perang salib dan gerakan
tersebut.
Indonesia yang sejak lama membanggakan bhinneka tunggal ika dan toleransi
penglihatan dunia internasional. Semenjak awal Era Orde Baru, ketegangan antara
Runtuhnya Partai Komunis Indonesia (PKI) tahun 1966 menandai awal dari seri
pertikaian panjang antara umat Islam dan umat Kristen di Indonesia. Konversi para
mantan anggota PKI ke salah satu agama menjadi amunisi panjang perdebatan dan
berbasis massa muslim dan isu islamisasi di daerah-daerah berbasis massa Kristen
menandai sebuah Awal dari fase terburuk hubungan kedua belah pihak semenjak
Era Kolonial.
beragama, dan antara pemeluk umat beragama dengan pemerintah tidak mampu
Forum Wadah Musyawarah antar Agama yang digagas 30 November 1968 yang
beragama, dan antara pemeluk umat beragama dengan pemerintah tidak mampu
Forum Wadah Musyawarah antar Agama yang digagas 30 November 1968 yang
pertengahan tahun 1980 tidak berhasil meredam laju ketegangan yang akhirnya
Pada awal tahun 1990-an terjadi beberapa ketegangan terbuka antara pemeluk
Islam dan pemeluk Nasrani. Kasus Tabloid Monitor, perayaan Natal bersama,
Jikalau masa Orde Baru dipandang sebagai titik kulminasi ketegangan umat Islam
dengan umat Kristen, era Reformasi merupakan era di mana ketegangan tersebut
pendekatan keamanan yang dominan di masa Orde Baru. Era reformasi dimulai
dengan jatuhnya Presiden Suharto setelah didemo secara besar-besaran oleh para
MPR.
Era Reformasi membuka kran politik yang tersumbat sehingga aspirasi masyarakat
mengalir deras sebagai perwujudan eforia kebebasan. Aturan pers yang semakin
terbuka membuat wacana publik menjadi ajang pertukaran gagasan sampai alat
Hubungan Islam-Kristen pada Era Reformasi pun mulai kepada sebuah babak baru.
Ketegangan yang terjadi pada masa Orde Baru biasanya dilokalisir oleh
pemerintah dan dicarikan solusi bersama, meskipun sering tidak cukup efektif
Kasus perusakan rumah ibadah masih tetap terjadi, bahkan dengan pendekatan
baru. Pada era reformasi terjadi peledakan Masjid Istiqlal dan disusul dengan
peledakan berbagai gereja di Tanah Air. Perilaku dan isu terorisme berbagai
ketegangan sosial yang terjadi di Indonesia. Isu-isu klasik masih tetap mewarnai
ketegangan dua kelompok agama tersebut, ditambah dengan beberapa isu baru.
Pertikaian antara umat Islam dan Kristen di Ambon dan Poso, Sulawesi Tengah,
Timur, beberapa bangunan milik umat Islam mengalami perusakan. Hal itu
menunjukkan sebuah respon aktif dari pihak Kristen dalam menanggapi tekanan
umat Islam.
menjadi persoalan tersendiri dalam hubungan Islam dan Kristen. Sebagai sekolah
Apabila para siswa muslim bersekolah di sekolah Kristen, mereka wajib mengikuti
Kondisi tersebut tentu tidak menyenangkan umat Islam. Kenyataannya, bagi orang-
orang Islam yang belum memiliki pemahaman Islam yang baik, pelajaran agama
Kristen tersebut dapat berpengaruh besar terhadap mereka. Hal itulah yang
mengajukan aturan baru agar persoalan tersebut dapat diselesaikan bersama dengan
undang menyatakan bahwa sekolah harus menyediakan guru agama yang seagama
Kasus perusakan tempat ibadah merupakan kasus klasik yang terjadi antara umat
meskipun ada Surat Keputusan B ersama (SKB) Menteri Agama dan Menteri
Pengembangan dan Ibadat. Kelompok Kristen yang tidak merasa senang dengan
SKB tersebut secara de facto tidak secara serius mengakui keberadaan SKB
tersebut. Sementara itu, umat Islam selalau menggunakan SKB tersebut sebagai
alasan untuk menyikapi pendirian tempat ibadah Nasrani yang dipandang tidak
Di Era Refornasi, persoalan tempat ibadah masih menjadi titik genting hubungan
transisi dari Orde Baru ke Era Reformasi. Perubahan Era Orde Baru ke Era
Reformasi diikuti dengan berbagai kerusuhan sosial. Kees van Dijk1 mencatat
bahwa pergeseran tahun 1996-1997 (akhir kekuasaan Orde Baru) terjadi berbagai
kerusahan di Indonesia pada era akhir Orde Baru dan Awal Reformasi menjadi
dan masyarakat.3
terjadinya “pembelahan― sosial maupun politik atas dasar suku, agama, ras,
maupun golongan.
biasanya bukan persoalan agama atau ras. Kedua pelampiasan emosi massa di
Dua kata tersebut seolah menunjukkan siapa yang menjadi sasaran dan siapa
yang menjadi pelaku. Akan tetapi, akar persoalan itu sendiri dapat dilacak kepada
minoritas dan secara politik kurang terepresentasi, memiliki jaringan bisnis yang
kuat (menguasai 70% ekonomi Indonesia). Etnis China menguasai sektor bisnis di
tidak jarang bersentuhan dengan kelompok etnis China atau Kristen. Hal itu
Pribumi, dengan mayoritas penganut Islam dan golongan etnis China, yang
dipersepsi sebagai penganut Kristen, karena Konfusianisme saat itu (sebelum era
Tidak mengherankan apabila sasaran amuk massa di era transisi tersebut sering
diarahkan kepada dua kelompok tersebut, yaitu Kristen dan China. Kasus-kasus
Amuk Massa di Kupang terjadi pada tanggal 30 November 1998. Amuk massa
tersebut bermula dari aksi perkabungan dan aksi solidaritas warga Kristen NTT
atas peristiwa Ketapang, yaiti bentrok antara warga Muslim dan Kristen dengan
disertai perusakan berbagai tempat ibadah. Aksi perkabungan dan solidaritas itu
Kupang.
Karena isu pembakaran gereja, massa tersebut kemudian bergerak menuju masjid
Amuk massa tersebut tidak hanya berhetnti pada tanggal 30 November itu saja.
Dua hari setelahnya, yaitu tanggal 1 dan 2 Desember 1998 kerusuhan masih terjadi
rumah milik ketua Partai Persatuan Pembangunan (PPP), masjid dan toko-toko
antara penganut Kristen yang umumnya warga asli dan warga muslim, yang
ekonomi umat Islam yang baik, karena mereka sulit menjadi Pegawai Negeri Sipil
Amuk massa di Ketapang patut dicatat di sini karena memiliki rangkaian dengan
1998. amuk massa tersebut bermula dari pemukulan penjaga bulu tangkis, yang
berasal dari Ambon, terhadap seorang warga Ketapang. Peristiwa tersebut menjadi
amuk massa ketika ada isu tentang masjid yang dibakar oleh warga Ambon.
Isu pembaaran masjid tersebut membuat peristiwa kecil tersebut membesar dan
antara warga dan berbagai tindak perusakan. Tercatat ada 16 orang meninggal, 81
luka-luka, 427 orang rawta jalan, 16 gereja dibakar, 1 masjid rusak, 3 sekolah
Tabligh Akber tersebut didahului dengan surat terbuka kepada umat Nasrani di
NTB agar turut mengutuk serangan terhadap umat Islam di Ambon. Hal itu
Akan tetapi, selesai acara tersebut, secara tidak terduga terjadi pembakaran
terhadap gereja-gereja dan sekolah Kristen. Kerusuhan terjadi selama tiga hari
(sampai tanggal 19) dengan sasaran yang semakin beragam, yaitu rumah-rumah
antara lain pembangunan gereja-gereja mewah yang tidak mendapatkan izin dari
pemerintah setempat, tetapi tetap dibangun. Ada pula gereja yang para jemaatnya
5. Kasus Poso
Kasus Poso merupakan potret buram hubungan Islam dan Kristen di Indonesia.
Persaingan antara pemeluk Islam dan Kristen sebenarnya telah ada semenjak era
kolonial, tetapi baru pada Era Reformasi persaingan tersebut berubah menjadi
konflik berdarah. Kebijakan untuk menghindari isu SARA di Era Orde Baru
Konflik Poso umumnya dibagi menjadi tiga fase. Fase pertama berlangsung pada
tanggal 25-30 Desember 1998 dipicu oleh penyerangan terhadap Ridwan (21
tahun) yang sedang tidur-tiduran di masjid oleh tiga pemuda Kristen yang sedang
diakhiri dengan ditangkapnya Herman Primo yang diadili pada awal Januari 1999.
Konflik Poso fase kedua terjadi pada 15-21 April 2002. Konflik jilid kedua
dipicu oleh perkelahian antara pemuda Kristen dan pemuda Islam. Peristiwa
tersebut disusul dengan perusakan dan pembakaran rumah, kios, serta bangunan
pertengahan Mei mulai terjadi pembunuhan yang dilakukan oleh kelompok Tibo.
Konflik Poso mengakibatkan 504 orang meninggal, 313 orang terluka, dan
sebanyak 7022 rumah terbakar, 1378 rumah rusak berat dan 690 rumah rusak
ringan, 31 tempat ibadah rusak, sebuah Pesantren rusak, dan berbagai fasilitas
lainnya.7 Konflik fase ketiga adalah yang paling berdarah dalam rangkaian kasus
Poso. Konflik Poso diakhiri dengan penangkapan dan penahanan para tersangka, di
Dalam konflik Poso, institusi agama, seperti gereja dan ormas Islam turut
campur. Kasus Poso fase kedua dan ketiga menyebabkan mobilisasi massa dengan
mobilisasi massa Kristen, sementara itu Ormas-ormas Islam menjadi sarana untuk
Secara acak, konflik Poso masih belum sepenuhnya reda sampai beberapa waktu
kemudian dengan adanya mutilasi tiga orang siswi Kristen dan pembunuhan
kasus Poso dan menekan kelompok-kelompok Islam yang dituduh sebagai Jemaat
Islamiyah (JI).8
6. Kasus Ambon-Maluku
Selain kasus Poso, kasus Ambon merupakan kasus terburuk dalam sejarah
yang memakan waktu panjang, yaitu tahun 1999 sampai tahun 2002, dan memakan
konflik berbagai ketegangan terjadi antara dua kelompok pemeluk agama yang
berbeda tersebut telah terjadi berbagai ketegangan antara kedua belah kelompok,
Lainnya (5 kasus)
Dengan demikian, konflik Maluku sebenarnya telah berakar lama, dan dia
besar dibandingkan penduduk muslim. Sementara itu, ketika Era Orde Baru
Ambon, terutama dari Bugis, Buton, dan Makassar (BBM), berpengaruh terhadap
pemerintahan.11
Konflik sosial di Maluku dimulai dengan kerusuhan di Ambon yang terjadi pada
tanggal 19 Januari 1999 yang dipicu oleh pertikaian antara sopir angkot Yopie dan
Kedatangan preman Ambon dari Jakarta pasca kasus Ketapang, ditengarai menjadi
salah satu sebab mengapa konflik tersebut berkembang menjadi konflik terbuka.
Konflik tersebut menjadi keprihatinan luas karena terjadi ketika umat Islam
merayakan Hari Raya Idul Fitri. Konflik tersebut segera menarik perhatian umat
Konflik Maluku sampai tahun 2000 mencatatkan korban yang besar. Menurut
data Republika, di Ambon dan sekitarnya sampai tahun 200, tercatat 8000-9000
korban jiwa, dan 700.000 orang mengungsi. Sementara itu, menurut Harian
198 kendaraan roda empat, 128 kendaraan roda dua, dan 7046 rumah rusak.13
Pada tanggal 11-12 Februari 2002, diselenggarakan pertemuan kedua belah pihak
yang diprakarsai oleh Menko Kesra Yusuf Kalla. Pertemuan tersebut diadakan di
Kristen RMS, laskar Jihad, Laskar Kristus, dan pengalihan agama secara paksa.14
Era Reformasi mengubah pola hubungan pusat dan daerah di Indonesia. Apabila
pada Era Orde Baru, pemerintahan dijalankan secara sentralistik, maka pada Era
Otda.
masing.
Persoalan kesiapan daerah, kerjasama antara daerah dalam mengelola sumber daya
alam, dan pengalaman daerah dalam mengelola diri sendiri mewarnai pelaksanaan
Otda.
Salah satu persoalan yang menjadi wacana publik di era Reformasi adalah
yang khas di sebuah daerah. Di tingkat nasional, persoalan tersebut dikenal dengan
nonmuslim.
sebagai Perda Syariat. Obyek yang diatur dalam Perda Syariat tersebut beragam,
mulai dari pengguanaan jilbab bagi perempuan, baju koko bagi kaum pria,
pernikahan atau dalam rangka naik jabatan, sampai pengaturan mengenai minuman
Syariat merupakan bagian dari penerapan Piagam Jakarta melalui peraturan dan
kebijakan Otda. Beberapa peraturan dianggap oleh pihak Kristen membuat posisi
umat Kristen Protestan dan Katholik serta umat Hindu dan Budha termarjinalkan,
Fungsi, Susunan, Organisasi, dan tata Kerja Instansi Vertikal Departemen Agama
2002.16
keagamaan turut serta menandatangi surat tersebut, antara lain PHDI, PGPI,17
PII18, Gereja Bala Keselamatan, Gereja Masehi Advent Hari Ketujuh, Gereja
Sebagai tandingan atas munculnya daerah-daerah yang memiliki ciri khas Islam,
seperti Serambi Mekkah di Aceh atau Gerbang Mekah di Gorontalo, ada daerah
yang ingin menunjukkan ciri khas Kristen. Manokwari adalah salah satu daerah
Kristen memiliki missi untuk memurtadkan umat Islam. Pendidikan Kristen, yang
sebagian sudah ada semenjak masa penjajahan Belanda, banyak yang memiliki
kualitas yang baik sehingga banyak siswa muslim di sekolah-sekolah Kristen. Para
siswa muslim tidak jarang turut serta atau diperintahkan untuk mengikuti mata
Salah satu item dalam UU tersebut adalah keharusan seorang siswa mendapatkan
pelajaran agama sesuai dengan agama yang ia anut dan oleh guru yang seagama.
Pasal 12 ayat (1) RUU Sisdiknas menyebutkan bahwa “setiap peserta didik pada
Item dalam UU Sisdiknas tersebut tentu saja mendapatkan resistensi dari umat
Kristen. Mereka keberatan dengan item tersebut yang dipandang merusak ciri khas
menolak Sisdiknas. Alasan yang dikemukakan oleh kalangan Kristen, seperti B.S.
agama dan pendidikan suara hati model tertenetu. Ia juga menilai bahwa Sisdiknas
formal (sekolah).25
Sementara itu, kalangan Islam pun juga mengerahkan massa untuk mendukung
agama sesuai agama yang dianut siswa adalah bagian dari Hak Asasi Manusia
2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional disahkan oleh DPR pada tanggal 12 Juni
pengajaran agama bagi peserta didik dengan agama dan guru yang seagama tidak
undang tersebut tetap digunakan, tetapi item tentang pendidikan agama masih
9. Tsunami Aceh
ada 300 anak Aceh yang dibawa oleh missionaris untuk didik membuat kalangan
Islam marah, di antaranya Din Syamsuddin dari Majelis Ulama Indonesia. Berita
Ketua Partai damai Sejahtera (PDS) yang juga mantan pimpinan yayasan Doulos,
Pdt. Ruyandi Hutasoit, misalnya, menyatakan bahwa isu mengenai adopsi anak
umat Islam, apalagi berbagai media internasional juga membenarkan beberapa aksi
Gerilya Salib di Serambi Mekkah dari Zaman Portugis hingga Paska Tsunami
Berbagai konflik di atas dikemukakan dalam tulisan ini untuk menjadi sebuah renungan
betapa rapuhnya ikatan kebangsaan dan persaudaraan antara penganut kedua agama Ibrahim
tersebut. Konflik-konflik tersebut juga menyiratkan sebuah panggilan moral kepada elit Islam
Mediasi adalah sebuah janji untuk merekatkan kembali ikatan tersebut. Semua agama
memiliki missi untuk menjadi mediasi bagi berbagai elemen mayarakat yang terpisah
berdasarkan kotak-kotak etnisitas, kelas, status, dan gender. Missi itulah yang tampaknya
memanggil, khususnya, akademisi dan agamwan untuk bahu membahu menciptakan perdamaian
dunia.
Menjelang perayaan Natal tahun ini, Majelis Ulama Indonesia (MUI) meminta agar umat
Islam tidak mengikuti ritual Natal dan mengucapakn selamat Natal.
“Ya kalau soal Natal, MUI mengimbau agar umat Islam tidak mengikuti ritual Natal.
Tetapi harus menjaga kerukunan dan toleransi,” kata Ketua MUI Pusat Bidang Fatwa
Ma’ruf Amin, Rabu lalu.
Larangan ini, menurutnya, telah tercantum dalam fatwa MUI yang dikeluarkan pada
1981.
“Haram untuk mengikuti ritualnya. Ucapan selamat Natal tetap salah, ya pas Tahun
Baru sajalah,” ujar Ma’ruf.
Karena itu, katanya pada Natal, umat Islam cukup menunjukkan sikap toleran, yakni
dengan membiarkan umat Kristen merayakannya dan tidak mengganggunya.
Namun, pernyataan ini mendapat kritikan dari tokoh muda Nahdlatul Ulama (NU)
Zuhairi Misrawi.
Menurutnya, apa yang disampaikan oleh MUI tidak akan serta merta diterima oleh
semua umat Islam.
Ia mengatakan, MUI merupakan satu dari sekian banyak arus yang ada dalam Islam.
“MUI bukan satu-satunya arus. Islam itu layaknya samudera yang luas dan dalam.
Fatwa MUI hanya salah satu arus dalam Islam. Masih banyak arus yang lain,” jelasnya.
Senada dengan itu, Sekjen Indonesian Committee of Religions for Peace (ICRP)
Theophilus Bela mengatakan, memang bukan kali ini saja MUI mengeluarkan
pernyataan semacam itu.
“Dari dulu, MUI mengeluarkan fatwa-fatwa antipluralisme serta anti-toleransi” tegasnya.
Kendati mengecam sikap MUI, Bela menyatakan tetap menghargai sikap MUI tersebut.
“Pendapat mereka mewakili kelompok kecil dikalangan Muslim di Indonesia”
Ia yakin, mayoritas Muslim dan tokoh-tokoh Islam dari kedua organisasi Islam terbesar,
Nahdlatul Ulama dan Muhammadiyah sangat mendukung paham pluralisme dan
toleransi antara umat beragama.
“Jadi, kita berharap mayoritas Muslim tidak terpengaruh dengan pernyataan MUI
tersebut”, tegasnya.
Mantan Wakil Presiden Jusuf Kalla bahkan sengaja mengabaikan imbauan MUI
tersebut dengan mengucapkan selamat Natal kepada umat Kristiani di Kupang, NTT.
“Saya ucapkan selamat Natal bagi masyarakat Nusa Tenggara Timur,” kata Jusuf Kalla
kemarin.
Jusuf Kalla juga mengimbau agar masyarakat Sulawesi Selatan yang tergabung dalam
Kerukunan Keluarga Sulawesi Selatan (KKSS) di Kupang tetap menjaga kerukunan.
Cendekiawan Muslim Shalahuddin Wahid pun mengatakan, umat Islam sah-sah saja
mengucapkan Natal kepada umat Kristiani.
Pasalnya, kata dia, tidak ada dasar yang melarang Muslim mengucapkan selamat
Natal.
Jakarta, CNN Indonesia -- Ketua Umum Front Pembela Islam (FPI) Muchsin Alatas menegaskan
pendapatnya bahwa haram hukumnya bagi umat Islam untuk mengucapkan selamat Natal. Menurut
Muchsin, mengucapan selamat Natal bagi umat Islam bisa menggangu keyakinan ketuhanan
(akidah).
"Dalam kamus disebutkan, pengertian Natal itu adalah memperingati hari kelahiran Yesus sebagai
Oleh karena itu dalam perspektif Islam, menurut Muchsin, mengucapkan selamat Natal sama saja
dengan mengakui keberadaan anak Tuhan atau mengakui ada Tuhan lain.
Sebagaimana umat Nasrani merayakan Natal sebagai bagian dari ajaran agamanya, umat Islam,
ujar Muchsin, juga dilarang mengucapkan selamat Natal sebagai bagian dari ajaran agama yang
dianut.
Masing-masing agama punya ajaran masing-masing, dan dipersilakan untuk menjalankan tanpa
mencampuradukkannya. "Sudah jadi kewajiban untuk saling menghormati ajaran agama masing-
Larangan mengucapkan selamat Natal, tegas Muchsin, bukan cerminan kebencian umat Islam
kepada umat Nasrani. Ini hanya masalah keyakinan masing-masing yang dilindungi oleh undang-
Muchsin mencontohkan keyakinan umat Katolik yang melarang pastor untuk menikah. "Padahal
dalam Islam menikah itu setengah wajib, tapi kami menghormati keyakinan agama lain," kata
Muchsin mempersilakan. "Risikonya ditanggung sendiri," kata dia. Sebagai tokoh agama, Muchsin
menyampaikan apa yang seharusnya disampaikan bahwa mengucapkan selamat Natal adalah
haram hukumnya.
Secara terpisah, Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI) Din Syamsuddin menyatakan umat
Islam boleh mengucapkan selamat Natal. "Selama itu tidak mempengaruhi akidah, maka (ucapan
Din mengatakan ucapan selamat Natal dari seorang muslim di Indonesia biasanya dilakukan karena
faktor persahabatan. Oleh sebab itu ia menilai hal itu tak jadi masalah.
SOLUSI
sikap saling menghormati dan bekerja sama antarumat beragama perlu diimplementasikan dalam
kehidupan beragama, sebagai upaya menjalankan sila pertama dengan tujuan menghindari
praktik kekerasan atas nama agama dan menciptakan kerukunan beragama, sehingga setiap
pemeluk agama mengalami kebebasan dalam menjalankan ibadah dan keyakinannya.
Alangkah baikannya jika kedamaian dan kemakmuran di paraktikan dan di lakukan di dalam kehidupan
sehari-hari,dengan kesadarn kita sebagai manusia bahwa semua umatNya semua sama dimataNya dan
berhak untuk memelih dan menetukan agamanya sendiri sesui dengan keyakinan mereka masing-
masing,salain itu agama juga merupaka warisan yg diperoleh turun temurun dari dulu hingga sekarang.
Beberapa orang sempat berkata bahwa Indonesia merupakan Negara yang penuh
toleransi. Buktinya, agama resmi yang diakui agama ada 5 dan setiap hari besar
keagamaan menjadi hari libur nasional. Tetapi apakah hanya itu tolok ukur
toleransi di Indonesia? Adanya toleransi atau intoleransi tidak bisa diukur hanya
dengan hal-hal itu saja, Toleransi beragama di Indonesia memang hal yang sangat
pada disintegrasi bangsa. Terjadinya intoleransi tentunya merupakan hal yang tidak
kita inginkan bersama. Bisa dikatakan hubungan antar agama atau sesama pemeluk