Anda di halaman 1dari 6

TUGAS FISIKA

Laporan pratikum Pembiasan Cahaya pada Kaca Plan Pararel

Nama Kelompok :

1. Kadek Marantina Dewi (21)


2.
3. Ni Made Nada Dwimayanti (23)
4. Ni Luh Kd Novita Wahyuningrum (24)

TAHUN AJARAN 2016-2017


Pembiasan Cahaya pada Kaca Plan Pararel

A. Tujuan : untuk menentukan pergeseran sinar melalui kaca plan pararel


B. Masalah : -Bagaimana cara menghidupi sifat pembiasan pada kaca plan pararel?
-Apa saja sifat pembiasan pada kaca plan prarel?

C. Alat dan bahan :-balok kaca

-penggaris atau mistar

-busur

-jarum pentul minimal 3x2=6

-pensil

-keratas hvs atau kertas buram

D. Landasan teori :Pembiasan Cahaya Pada Kaca Plan Pararel-


Pembiasan cahaya adalah peristiwa pembelokan jalannya sinar cahaya saat melewati dua
medium yang berbeda. Jika sobat ingin lebih kenal jauh tentang pembiasan cahaya dapat
baca di artikel pembiasan cahaya. Peristiwa pembelokan cahaya secara alami ada di
lingkungan sekitar kita seperti permukaan danau yang terlihat lebih dangkal, batang kayu
yang terlihat patah ketika sebagian tercelup dalam air, fatamorgana, paralaks bintang, dan
lain sebagainya. Kali ini kita akan membahas pembiasan serupa tapi pada media optik kaca
plan pararel. Buat sobat hitung yang sudah pernah praktek pembiasan cahaya pada kaca
plan pararel pasti sudah tidak asing lagi dengan alat optik satu ini.
Pembiasan cahaya adalah peristiwa penyimpangan atau pembelokan cahaya
karena melalui dua medium yang berbeda kerapatan optiknya. Arah pembiasan cahaya
dibedakan menjadi dua macam yaitu :
a. Mendekati garis normal
Cahaya dibiaskan mendekati garis normal jika cahaya merambat dari medium optik
kurang rapat ke medium optik lebih rapat, contohnya cahaya merambat dari udara ke
dalam air.
b. Menjauhi garis normal
Cahaya dibiaskan menjauhi garis normal jika cahaya merambat dari medium optik lebih
rapat ke medium optik kurang rapat, contohnya cahaya merambat dari dalam air ke
udara.

Syarat-syarat terjadinya pembiasan :


1) Cahaya melalui dua medium yang berbeda kerapatan optiknya;
2) Cahaya datang tidak tegaklurus terhadap bidang batas (sudut datang lebih kecil dari
90o)
Beberapa contoh gejala pembiasan yang sering dijumpai dalam kehidupan
sehari-hari diantaranya :
1. Dasar kolam terlihat lebih dangkal bila dilihat dari atas.
2. Kacamata minus (negatif) atau kacamata plus (positif) dapat membuat jelas
pandangan bagi penderita rabun jauh atau rabun dekat karena adanya pembiasan.
3. Terjadinya pelangi setelah turun hujan.
Hukum Snell

Pada sekitar tahun 1621, ilmuwan Belanda bernama Willebrord Snell (1591 –1626)
melakukan eksperimen untuk mencari hubungan antara sudut datang dengan sudut
bias. Hasil eksperimen ini dikenal dengan nama hukum Snell yang berbunyi :
1. sinar datang, garis normal, dan sinar bias terletak pada satu bidang datar.
2. hasil bagi sinus sudut datang dengan sinus sudut bias merupakan bilangan tetap dan
disebut indeks bias.
Ketika cahaya melintas dari suatu medium ke medium lainnya, sebagian cahaya
datang dipantulkan pada perbatasan. Sisanya lewat ke medium yang baru. Jika
seberkas cahaya datang membentuk sudut terhadap permukaan (bukan hanya tegak
lurus), berkas tersebut dibelokkan pada waktu memasuki medium yang baru.
Pembelokan ini disebut Pembiasan.
Sudut bias bergantung pada laju cahaya kedua media dan pada sudut datang.
Hubungan analitis antara q1 dan q2 ditemukan secara eksperimental pada sekitar tahun
1621 oleh Willebrord Snell .
Hubungan ini dikenal sebagai Hukum Snell dan dituliskan:
n1 sin q1 = n2 sin q2
q1 adalah sudut datang, dan q2 adalah sudut bias (keduanya diukur terhadap garis yang
tegak lurus permukaan antara kedua media). n1 dan n2 adalah indeks-indeks bias
materi tersebut. Berkas-berkas datang dan bias berada pada bidang yang sama, yang
juga termasuk garis tegak lurus terhadap permukaan. Hukum Snell merupakan
dasar Hukum pembiasan.
Jelas dari hukum Snell bahwa jika n2 > n1, maka q2 > q1, artinya jika cahaya
memasuki medium dimana n lebih besar (dan lajunya lebih kecil), maka berkas cahaya
dibelokkan menuju normal. Dan jika n2 > n1, maka q2 > q1, sehingga berkas dibelokkan
menjauhi normal
Sinar yang masuk bidang pembias I akan sejajar dengan sinar yang keluar dari bidang
pembias II dan mengalami pergeseran. Pergeseran sinar tersebut dirumuskan :
t = d sin (i-r)/cos r
Kaca plan pararel adalah benda yang terbuat dari kaca berbentuk kubus dengan 6 sisi
yang rata dengan sisi yang berhadapan sejajar. Bentuknya lempeng tipis mirip batu-bata
atau korek api. Ia memiliki ketebalan tertentu yang sering dilambangkan dengan d.
Peristiwa yang terjadi ketika seberkas sinar melewati sebuah kaca plan pararel adalah sinar
tersebut akan megalami pergeseran. Cahaya atau berkas sinar akan mengalmi 2 kali
pembiasan oleh dua medium yang berbeda kerapatannya. Pembiasan pertama terjadi
ketika berkas cahaya dari udara menuju kaca dan pembiasan kedua terjadi saat berkas
cahaya meninggalkan kaca menuju udara. Amati ilustrasi pembiasan cahaya pada kaca
plan pararel di bawah ini
Terlihat bahwa berkas cahaya yang masuk dengan berkas cahaya yang keluar dari kaca
plan pararel adalah sejajar. Berkas cahaya hanya mengalami pergerseran sebesar t
(besaran panjang). Jika berkas cahaya datang dengan sudut i maka rumus pergeseran
adalah

RUMUS :

E. Langkah kerja : 1.membuat garis lurus horizontal pada kertas hvs


2.menempatkan sisi balok kaca tepat pada garis lurus dikertas hvs
3.membuat garis normal terhadap bidang
4.membuat garis sudut datang kemudian jaram ditancapkan tepat
pada garis sudut datang
5.melihat posisi jarum dari sisi balok kaca yang lain kemudian
menancapkan jarum pada titik sehingga kedudukan jarum berhimpit
dengan jarum yang berada pada garis sudut datang.
6.buatlah garis pada titik jarum berhimpit,garis tersebut adalah yang
meninggalkan balok kaca
7.buatlah garis dari titik sudut datang pada batas sisi balok kaca
dengan titik pada batas titik balok kaca,sinar yang meninggalkan balok
kaca.garis yang berada dalam balok kaca disebut garis sinar.
8.perpanjang garis sinar datang.
9.catat sudut datang dan sudut pantul
10.lakukan dengan besar sudut yang berbeda beda,kemudian
masukan dalam tabel bandingkan hasil percobaan dengan hasil
perhitungan kemudian analisis.
Tabel:
No i r i’ r’
1 500C 300C
2 450C 300C
3 300C 200C

Anda mungkin juga menyukai