Anda di halaman 1dari 30

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KENAIKAN

BERAT BADAN PADA IBU-IBU AKSEPTOR


KB SUNTIK DMPA

Disusun oleh :
Desca Tirta Ratna W. N
006674

AKADEMI KEBIDANAN NGUDI WALUYO


UNGARAN
2009
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Tujuan Program Keluarga Berencana Nasional adalah untuk meningkatkan

kesejahteraan ibu dan anak, serta mewujudkan keluarga kecil yang bahagia dan

sejahtera melalui pengendalian kelahiran dan pertambahan penduduk melalui

usaha-usaha untuk penurunan tingkat kelahiran penduduk. Menurunnya tingkat

kematian bayi dan balita, serta menurunnya kematian ibu karena kehamilan dan

persalinan (Hartanto, 2003).

Memasuki awal tahun pertama pembangunan jangka panjang tahap II,

Pembangunan Gerakan Keluarga Berencana Nasional ditujukan terutama untuk

meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Keluarga sebagai kelompok sumber

daya manusia terkecil yang mempunyai ikatan lahiriah dan batiniah. Dimana

merupakan pembangunan sasaran dalam mengupayakan terwujudnya visi

Keluarga Berencana Nasional yang kini telah diubah visinya menjadi “Keluarga

Berkualitas Tahun 2005”. Keluarga yang berkualitas adalah keluarga yang

sejahtera, sehat, maju, mandiri, memiliki jumlah anak yang ideal, berwawasan ke

depan, bertanggung jawab, harmonis, dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha

Esa. Misinya sangat menekankan pentingnya upaya menghormati hak-hak

reproduksi sebagai upaya integral dalam meningkatkan kualitas keluarga

(Sarwono, 2003).
Keluarga Berencana sebagai unit terkecil kehidupan bangsa diharapkan

menerima Norma Keluarga Kecil Bahagia dan Sejahtera (NKKBS) berorientasi

pada “Catur Warga” atau Zero Population Growth (Pertumbuhan seimbang).

Gerakan Keluarga Nasional Indonesia telah berumur panjang (sejak 1970) dan

masyarakat dunia menganggap bahwa Indonesia berhasil dalam menurunkan

angka kelahiran yang bermakna (Manuaba, 1999).

Usaha untuk mengontrol jumlah dan jarak antara kelahiran anak pada

pasangan suami-isteri dikenal dengan keluarga berencana (KB) dimana terdapat

beberapa metode kontrasepsi ternyata memiliki efek samping yang dapat

menimbulkan rasa kurang nyaman, disamping itu beberapa wanita yang tingkat

toleransi tubuhnya sangat rendah terhadap efek samping alat kontrasepsi yang

dipakainya (Novaria, 2007).

Kontrasepsi memiliki kelebihan dan kekurangan. Kelemahan dari

kontrasepsi suntik adalah tergantungnya pola haid diantaranya adalah

Omenorhea, menoragia dan muncul bercak (spotting). Terlambatnya kembali

kesuburan setelah penghentian pemakaian, pertambahan berat badan 2 kg dari

berat badan pada kunjungan pertama (Saifuddin, 2003).

Salah satu kontrasepsi yang populer di Indonesia adalah kontrasepsi suntik.

Kontrasepsi suntik yang digunakan adalah Norethindrone Enanthote EN), Depot

Medroxy Progesteron Acetat (DMPA) dan Cyclofem (Sarwono, 1998).

Dilihat dari uraian diatas masalah yang ada adalah tingginya penggunaan

alat kontrasepsi suntik dan tingginya efek samping dibanding penggunaan alat
kontrasepsi yang lainnya. Efek samping kontrasepsi suntik yang paling tinggi

frekuensinya yaitu peningkatan berat badan.

Kaitannya dengan faktor hormonal, wanita adalah populasi yang paling

banyak mempunyai masalah berat badan. Banyak wanita yang mengidam-

idamkan berat badan yang ideal tetapi pada kenyataannya sangat sulit dicapai ada

wanita usia subur yang telah berkeluarga dan mempunyai keturunan. Penimbunan

lemak dalam tubuh yang berlebihan dapat menimbulkan rasa kurang percaya diri

secara fisik. Beberapa faktor yang menjadi penyebab adanya kenaikan berat

badan yaitu usia, aktivitas, pola makan salah, keturunan obesitas, terapi hormon

insulin, pengaruh obat-obatan. Peningkatan berat badan banyak dikeluhkan

masyarakat para akseptor KB Depot Medroxy Progesterone Asetat (DMPA) yang

merupakan salah satu penyebab dari efek samping alat kontrasepsi suntik tersebut

(Huang, 2000).

Berdasarkan studi pendahuluan di BPS Hj. Ny. Indriani Pedurungan

Semarang pada tanggal 11 November – 4 Desember 2008 data yang didapat dari

jumlah kunjungan KB suntik DMPA adalah 146 orang, sedangkan yang

mengalami kenaikan berat badan akibat pemakaian KB suntik DMPA adalah 32

orang dengan rata-rata terjadi kenaikan 2 sampai 5 kilogram dari sebelum

menggunakan KB suntik. Sedangkan 114 orang tidak mengalami kenaikan berat

badan.

Melihat permasalahan tersebut peneliti tertarik untuk melakukan penelitian

mengenai faktor-faktor penyebab kenaikan berat badan pada ibu-ibu akseptor KB

suntik DMPA di BPS Hj. Ny. Indriani Pedurungan Semarang.


B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, dapat dirumuskan suatu masalah yaitu

“Apakah Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kenaikan Berat Badan pada Ibu-ibu

Akseptor KB Suntik DMPA di BPS Hj. Ny. Indriani Pedurungan Semarang.

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui hubungan antara akseptor KB suntik DMPA dengan

kenaikan berat badan di BPS Hj. Ny. Indriani Pedurungan Semarang.

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengidentifikasi KB suntik DMPA di BPS Hj. Ny. Indriani

Pedurungan Semarang.

b. Untuk mengidentifikasi jumlah pasien yang menggunakan KB suntik

DMPA di BPS Hj. Ny. Indriani Pedurungan Semarang.

c. Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kenaikan berat badan

adalah keturunan obesitas, pola makan salah, usia, aktivitas, pengaruh

obat-obatan, tingkat sosial dan lingkungan, hormonal.

d. Mengetahui hubungan antara akseptor KB suntik DMPA dengan kenaikan

berat badan.

e. Untuk mengetahui lama penggunaan KB suntik DMPA pada ibu-ibu

akseptor KB di BPS Ny. Hj. Indriani Pedurungan Semarang.

f. Untuk mengetahui jumlah kenaikan berat badan pada akseptor KB suntik

DMPA di BPS Ny. Hj. Indriani Pedurungan Semarang.


D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Peneliti

a. Peneliti dapat memberikan informasi atau pengetahuan yang diperoleh

dalam bangku kuliah tentang kenaikan berat badan dikarenakan

penggunaan KB suntik DMPA.

b. Peneliti dapat meningkatkan keterampilan dalam menangani kasus KB

suntik DMPA dengan kenaikan berat badan.

2. Bagi Institusi

Diharapkan kasus KB suntik DMPA dengan kenaikan berat badan ini

dapat menambah ilmu pengetahuan dibidang pendidikan dan dapat digunakan

untuk mengetahui seberapa jauh kemampuan mahasiswanya dalam

menetapkan asuhan kebidanan pada akseptor KB suntik DMPA dengan

kenaikan berat badan.

3. Bagi Bidan

Sebagai informasi tambahan bagi Bidan agar lebih meningkatkan KIE

pada ibu akseptor KB khususnya tentang penggunaan KB suntik dalam

kaitannya dengan berat badan yang ditimbulkannya.

4. Bagi Masyarakat

Diharapkan masyarakat khususnya akseptor KB suntik, mengetahui

penyebab dan cara mengatasi KB suntik dengan kenaikan berat badan.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tentang Akseptor KB

1. Pengertian

Akseptor Keluarga Berencana yaitu orang atau pasangan yang telah

memilih dan menggunakan suatu metode atau alat kontrasepsi tertentu.

Akseptor KB merupakan usia subur karena mempunyai kesempatan lebih

lanjut untuk reproduksi, sehingga dapat meningkatkan angka kelahiran.

Akseptor KB menurut sasarannya terbagi menjadi tiga fase yaitu fase

menunda atau mencegah kehamilan, fase penjarangan, kehamilan, dan fase

menghentikan atau mengakhiri kehamilan atau kesuburan.

Akseptor KB lebih disarankan untuk pasangan usia subur (PUS) yang

dianjurkan untuk menggunakan alat kontrasepsi. Karena pada pasangan usia

subur inilah yang lebih berpeluang besar untuk menghasilkan keturunan dan

dapat meningkatkan angka kelahiran.

2. Macam-macam Akseptor KB

Akseptor Keluarga Berencana yang diikuti oleh pasangan usia subur

dapat dibagi menjadi tiga macam :

a. Akseptor atau peserta KB baru yaitu PUS yang pertama kali

menggunakan kontrasepsi setelah mengalami kehamilan yang berakhir

dengan keguguran atau persalinan.


b. Akseptor atau peserta KB lama yaitu peserta KB yang masih

menggunakan kontrasepsi tanpa diselingi kehamilan.

c. Akseptor atau peserta KB ganti cara yaitu peserta KB yang berganti

pemakaian dari suatu metode kontrasepsi ke metode kontrasepsi lainnya.

B. Tentang Kontrasepsi

1. Pengertian

Kontrasepsi berasal dari kata kontra yang berarti mencegah atau

melawan, sedangkan kontrasepsi adalah pertemuan antara sel telur (sel

wanita) yang matang dan sel sperma (sel pria) yang mengakibatkan

kehamilan (Manuaba, 1998).

Kontrasepsi adalah usaha-usaha atau tindakan yang bersifat permanen

dan sementara untuk menghindari atau mencegah terjadinya kehamilan atau

konsepsi baik dengan menggunakan alat atau obat-obatan (Albar, 1994).

Kontrasepsi adalah usaha-usaha untuk mencegah terjadinya kehamilan

yang bisa bersifat sementara atau permanen (Sarwono, 1999).

Kontrasepsi adalah suatu cara untuk mencegah terjadinya kehamilan

yang bertujuan untuk menjarangkan kehamilan, merencanakan jumlah anak

dan meningkatkan kesejahteraan keluarga agar keluarga dapat memberikan

perhatian dan pendidikan yang maksimal pada anak.

Kontrasepsi suntikan adalah cara untuk mencegah terjadinya kehamilan

dengan melalui suntikan hormonal. Kontrasepsi hormonal jenis KB suntikan

ini di Indonesia semakin banyak dipakai karena kerjanya yang efektif,


pemakaiannya yang praktis, harganya relatif murah dan aman (Harnawatiaj,

2008).

2. Metode Kontrasepsi

Metode kontrasepsi diklasifikasikan menjadi 3 macam, yaitu :

a. Metode sederhana

1) Tanpa alat : senggama terputus dan pantang berkala

2) Dengan alat : kondom, diafragma (cap, cream, jelly)

b. Metode efektif

1) Kontrasepsi hormonal : KB pil, KB suntik, AKBK

2) AKDR (IUD)

c. Metode mantap

Tubektomi dan vasektomi (Depkes, 1997)

C. Kelangsungan Pemakaian

Program KB dalam bentuk suntikan mengandung hormon yang biasanya

dibuat oleh tubuh untuk reproduksi. Oleh sebab itu, untuk suntikan KB

dianjurkan setelah 8 kali suntikan istirahat untuk memberikan kesempatan kepada

tubuh untuk membuat hormon tersebut. Setiap hormon mempunyai efek samping

bila digunakan dalam jangka panjang, pada suntikan lebih sering menimbulkan

jerawat dan kegemukan, pada yang sensitif dapat menimbulkan varises dan

tekanan darah tinggi (http:www.pacific.net.id,August.cit.vita, 2005).


D. Tentang Kontrasepsi Suntikan Depot Medroxy Progesteron Acetat (DMPA)

1. Pengertian

Pengertian suntikan DMPA adalah kontrasepsi hormonal yang berisi

komponen progesteron yang diberikan secara intramuskuler dalam pada

muskulus gluteus yang diberikan setiap 3 bulan (Mochtar, 1998).

2. Mekanisme Kerja

a. Primer

Mencegah ovulasi dengan cara kerja kadar folikel stimulating

hormon dan luteinizing hormon respon kelenjar hipofisis terhadap

gonadotropin releasing hormon tidak berubah, sehingga memberi kesan

proses terjadi di hipotalamus daripada kelenjar hipofisis.

b. Sekunder

Mengentalkan lendir serviks sehingga merupakan barter terhadap

spermatozoa, membuat endometrium menjadi kurang baik untuk

implantasi dari ovum yang telah dibuahi, mempengaruhi transport ovum

didalam tuba fallopi (Hanafi, 1996).

3. Keuntungan

Sangat efektif karena mempunyai resiko kesehatan yang kecil, tidak

berpengaruh terhadap hubungan suami istri dan dapat digunakan dalam

jangka waktu lama yaitu 3 bulan.

Penggunaan KB suntik tanpa DMPA tidak mengandung estrogen

sehingga tidak mempengaruhi secara serius pada penderita jantung serta tidak
terjadi reaksi penggumpalan darah dibanding dengan kontrasepsi yang

mengandung estrogen.

KB suntik DMPA dapat digunakan oleh wanita yang tidak atau belum

menginginkan kehamilan. Selain itu dapat juga digunakan oleh ibu yang

sedang menyusui karena tidak mempengaruhi produksi Air Susu Ibu (ASI).

Dapat juga dipakai atau diberikan oleh ibu pasca persalinan, pasca keguguran

atau pasca menstruasi (Manuaba, 1998).

Kontrasepsi suntik adalah kontrasepsi sementara yang paling baik,

dengan angka keguguran kurang dari 0,1% per tahun (Saiffudin, 1996).

Suntikan KB tidak mengganggu kelancaran Air Susu Ibu (ASI), kecuali

cyclofem. Suntikan KB mungkin dapat melindungi ibu dari anemia (kurang

darah), memberi perlindungan terhadap radang panggul dan untuk

pengobatan kanker bagian dalam rahim (Harnawatiaj, 2008).

Kontrasepsi suntik memiliki resiko kesehatan yang sangat kecil, tidak

berpengaruh pada hubungan suami istri. Pemeriksaan dalam tidak diperlukan

pada pemakaian awal dan dapat dilaksanakan oleh tenaga paramedis baik

perawat maupun bidan. Kontrasepsi suntik yang tidak mengandung estrogen

tidak mempengaruhi secara serius pada penyakit jantung dan reaksi

penggumpalan darah. Oleh karena tindakan dilakukan oleh tenaga medis atau

paramedis, peserta tidak perlu menyimpan obat suntik, tidak perlu mengingat

setiap hari, kecuali hanya untuk kembali melakukan suntikan berikutnya.

Kontrasepsi ini tidak menimbulkan ketergantungan, hanya saja peserta harus

rutin kontrol setiap 1, 2 dan 3 bulan. Reaksi suntikan berlangsung sangat


cepat (kurang dari 24 jam) dan dapat digunakan oleh wanita tua diatas 35

tahun kecuali cyclofem (Harnawatiaj, 2008).

Penggunaan KB suntik DMPA dapat memungkinkan terjadinya

keterlambatan pemulihan kesuburan, sedangkan masalah yang sering

dikeluarkan oleh akseptor KB suntik DMPA adalah perubahan berat badan.

Adapun beberapa kerugian dan efek samping penggunaan KB suntik

DMPA :

a. Gangguan haid

Siklus haid memanjang atau memendek, perdarahan yang banyak atau

sedikit, spotting, tidak haid sama sekali.

b. Tidak dapat dihentikan sewaktu-waktu

c. Permasalahan berat badan merupakan efek samping tersering

d. Terlambatnya kembali kesuburan setelah penghentian pemakaian

e. Terjadinya perubahan pada lipid serum pada penggunaan jangka panjang

f. Pada penggunaan jangka panjang dapat menurunkan densitas tulang

g. Pada penggunaan jangka panjang dapat menimbulkan kekeringan pada

vagina, sakit kepala, nervositas dan jerawat.

Efek yang terakhir dan efek peningkatan berat badan terjadi karena

pengaruh hormonal yaitu progesteron. Progesterone dalam alat kontrasepsi

tersebut berfungsi untuk mengentalkan lendir serviks dan mengurangi

kemampuan rahim untuk menerima sel yang telah dibuahi. Namun ini juga

mempermudah perubahan karbohidrat menjadi lemak, sehingga sering kali


efek sampingnya adalah penumpukan lemak yang menyebabkan berat badan

bertambah dan menurunnya gairah sexual.

Salah satu sifat lemak adalah sulit bereaksi atau berkaitan dengan air

sehingga organ yang mengandung banyak lemak cenderung mempunyai

kandungan air yang sedikit/kering. Kondisi ini juga terjadi pada vagina

sebagai akibat sampingan dari hormon progesteron. Vagina menjadi kering

sehingga merasa sakit (dispareuni) saat melakukan hubungan sexual, dan jika

kondisi ini berlangsung lama akan menimbulkan penurunan gairah atau

disfungsi sexual pada wanita. (Harnawatiaj, 2008).

4. Efektivitas

Dosis DMPA dengan daya kerja kontraseptif yang paling sering dipakai

150 mg setiap 3 bulan adalah dosis yang tinggi. Setelah suntikan 150 mg

DMPA, ovulasi tidak akan terjadi untuk minimal 14 minggu. Sehingga

terdapat periode “tenggang waktu/waktu kelanggaran” (grace period) selama

2 minggu untuk akseptor DMPA yang disuntik ulang setiap 3 bulan. (Hanafi,

2004).

5. Indikasi

Indikasi pemakaian kontrasepsi suntik antara lain jika klien

menghendaki pemakaian kontrasepsi jangka panjang, atau klien telah

mempunyai cukup anak sesuai harapan, tetapi saat ini belum siap.

Kontrasepsi ini juga cocok untuk klien yang menghendaki tidak ingin

menggunakan kontrasepsi setiap hari atau saat melakukan senggama, atau

klien dengan kontra indikasi pemakaian estrogen dan klien yang sedang
menyusui. Klien yang mendekati rasa menopause atau sedang menunggu

proses sterilisasi juga cocok menggunakan kontrasepsi suntik.

6. Kontra Indikasi

Beberapa keadaan kelainan atau penyakit merupakan kontra indikasi

pemakaian suntikan KB. Ibu dikatakan tidak cocok menggunakan KB suntik

jika ibu sedang hamil, ibu yang menderita sakit kuning (liver), kelainan

jantung, varises, tekanan darah tinggi, kanker payudara atau organ reproduksi

atau menderita kencing manis. Selain itu, ibu yang merupakan perokok berat,

sedang dalam persiapan operasi, pengeluaran darah yang tidak jelas dari

vagina, sakit kepala sebelah (migrain) merupakan kelainan-kelainan yang

menjadi pantangan penggunaan KB suntik ini.

7. Efek Samping

a. Gangguan haid

Gejala dan keluhan :

Terdapat beberapa istilah bagi gangguan haid :

1) Amenorhea : tidak datangnya haid pada setiap bulan selama akseptor

mengikuti suntikan KB selama 3 bulan berturut-turut.

Penyebabnya karena kontrasepsi DMPA menimbulkan perubahan

histologi pada endometrium sampai pada atropi endometrium.

2) Spotting : bercak-bercak pendarahan diluar haid yang terjadi selama

akseptor mengikuti KB suntik.

3) Metroragia : perdarahan yang berlebihan diluar haid.

4) Menoragia : datangnya darah haid yang berlebihan jumlahnya.


Kesemuanya keluhan ini dapat terjadi selama akseptor mengikuti suntik

KB.

b. Berat badan yang berlebihan

Pemakaian KB suntik DMPA paling sering menyebabkan efek

kenaikan berat badan. Umumnya pertambahan berat badan tidak terlalu

besar, bervariasi antara kurang dari 1 kilogram sampai 5 kilogram dalam

tahun pertama. Penyebab pertambahan berat badan tidak jelas,

dimungkinkan karena hormon progesteron mempermudah perubahan

karbohidrat dan gula menjadi lemak. Sehingga lemak dibawah kulit

bertambah, selain itu juga hormon progesteron menyebabkan nafsu makan

meningkat dan menurunkan aktivitas.

Hipotesa dari para ahli menyatakan bahwa progesteron yang

terdapat dalam KB suntik DMPA dapat merangsang pusat pengendali

nafsu makan di hipotalamus, sehingga menyebabkan akseptor KB makan

lebih banyak dari biasanya. (Hanafi, 2002).

c. Depresi

Gejala dan keluhan : rasa lesu tidak bersemangat dalam kerja/kehidupan.

d. Keputihan

Gejala dan keluhan :

Adanya cairan putih yang berlebihan yang keluar dari liang senggama dan

terasa mengganggu.
e. Jerawat

Gejala dan keluhan :

Timbulnya jerawat di wajah atau badan. Dapat disertai infeksi atau tidak.

Disebabkan oleh progestin 19, norprogestin sehingga menyebabkan

peningkatan kadar lemak.

f. Perubahan libido

Gejala dan keluhan :

Menurunnya dan meningkatnya libido akseptor. Hal ini bersifat subyektif

dan sulit dinilai.

g. Pusing dan sakit kepala

Gejala dan keluhan :

Rasa berputar/sakit pada kepala, yang dapat terjadi pada satu sisi, kedua

sisi atau seluruh bagian kepala. Biasanya bersifat sementara, disebabkan

karena reaksi tubuh terhadap progesteron.

E. Tentang Kenaikan Berat Badan

1. Pengertian

Berat badan adalah peningkatan semua jaringan yang ada pada tubuh

antara lain tulang, otot, dan cairan tubuh (Ton A, 1996).

Kenaikan berat badan pada setiap bulan rata-rata bervariasi yaitu antara

2,3 kg sampai dengan 2,9 kg. Sementara bila peningkatan berat badan

tersebut berlebihan dan progresif akan berdampak negatif baik dari sudut

pandang kesehatan, sosial maupun ekonomi (Gory, 1996).


Kenaikan berat badan sebagai salah satu dari perubahan berat badan

harus dibedakan dengan kegemukan (Obesitas) dan kelebihan berat badan

(Over weight). Kegemukan adalah keadaan dimana lemak tubuh seseorang

melebihi 29% dari berat badan wanita dewasa (Haryadi dan Soejono, 1996).

2. Penyebab Perubahan Berat Badan

Ada beberapa faktor yang menjadi penyebab adanya perubahan berat

badan. Berikut ini adalah sebagian dari faktor tersebut yang dianggap penting

yaitu :

a. Usia

Faktor usia hanya berpengaruh besar terutama pada masa-masa awal

kehidupn seseorang dan mulai turun hingga usia 20 tahun. Pada usia yang

semakin tua komposisi lemah tubuh akan semakin besar sehingga makin

bertambahnya usia, maka metabolisme basah akan menurun dan aktifitas

fisik juga semakin berkurang sehingga akan lebih mudah bertambahnya

berat badan.

b. Hormonal

Hormon insulin berperan dalam menyalurkan energi ke dalam sel-

sel. Seseorang yang tidak peka terhadap hormon insulin atau mengalami

peningkatan hormon insulinlah yang mengakibatkan penimbunan lemak

meningkat. Selain itu, perubahan berat badan dapat juga dipengaruhi oleh

faktor hormonal, antara lain seperti hormon pertumbuhan, hormon tiroid,

hormon testosterone dan komponen hormon estrogen dan progesteron.


Esterogen sedikit menyebabkan peningkatan laju kecepatan

metabolisme, esterogen juga menyebabkan peningkatan jumlah deposit

lemak dalam jaringan subkutan serta mempunyai pengaruh terjadinya

retensi cairan. Akibatnya seluruh berat jenis tubuh wanita dilihat dari daya

apung di air dianggap lebih kecil dibanding tubuh pria yang mengandung

lebih banyak protein dan sedikit lemak. Selain deposit lemak pada

payudara dan jaringan subkutan, esterogen juga menyebabkan deposit

lemak pada bokong dan paha yang merupakan karakteristik dari sosok

seorang wanita. Progesteron juga dapat mempermudah perubahan

karbohidrat dan gula menjadi lemak, dan merangsang nafsu makan serta

menurunkan aktifitas fisik, akibatnya pemakaian KB suntik yang

mengandung progesterone dapat menyebabkan berat badan bertambah

(Guiton dan Hall, 1997).

Umumnya kenaikan berat badan tidak terlalu besar, bervariasi antara

kurang dari 1 kg sampai 5 kg dalam tubuh tahun pertama. Penyebab

kenaikan berat badan tidak jelas. Tampaknya terjadi karena bertambahnya

lemak dalam tubuh karena potensi cairan tubuh hipotesa para ahli,

hormon progesteron dapat merangsang pusat pengendali nafsu makan di

hipotalamus, yang dapat menyebabkan akseptor makan lebih banyak dari

biasanya (Hanafi, 1996).

c. Tingkat Sosial dan Lingkungan

Di Negara Barat (maju) menunjukkan bahwa kenaikan berat badan

yang cukup tinggi hingga mencapai kegemukan dijumpai 30% pada kelas
sosial ekonomi rendah, 17% ekonomi menengah, dan 5% ekonomi kelas

tinggi.

d. Pola Makan Salah

Bila jarak antara 2 waktu makan terlalu panjang, maka akan ada

kecenderungan untuk makan melebihi batas. Bila keadaan ini berulang-

ulang terjadi, maka dapat merupakan salah satu penyebab terjadinya

obesitas. Oleh karena itu disarankan agar makan teratur dan hanya

dilakukan pada jam-jam tertentu, yaitu tiga kali. Bila masih terasa lapar,

dapat diselingi dengan makanan ringan berupa buah-buahan dan

sejenisnya.

e. Aktivitas

Peningkatan berat badan dapat terjadi karena adanya

ketidakseimbangan kalori dalam tubuh. Kalori yang masuk melebihi

kalori yang keluar. Oleh karena itu bagi orang yang jarang untuk

melakukan aktifitas, maka kalori yang masuk ke dalam tubuhnya tidak

dapat dibakar sehingga menumpuk di dalam tubuh dan menyebabka

bertambahnya berat badan.

f. Pengaruh obat-obatan

Jika seseorang dalam kondisi sakit, maka bermacam-macam obat

yang diberikan dengan maksud untuk penyembuhan. Pemberian obat anti

diabetes mellitus dapat meningkatkan kadar insulin yang mempunyai efek

anabolic berupa penambahan berat badan (Wirakusumah, 1997).


g. Keturunan obesitas

Faktor keturunan dapat mempengaruhi terjadinya kegemukan. Dari

hasil penelitian gizi, dilaporkan bahwa anak-anak dari orang tua normal

mempunyai 20% peluang untuk menjadi gemuk. Peluang itu akan

meningkat menjadi 40-50% bila salah satu orang tuanya menderita

obesitas. Faktor genetik ini akan membuat seseorang mudah menjadi

gemuk terutama bila dipengaruhi oleh lingkungan yang favourable.


BAB III

KERANGKA KERJA PENELITIAN

A. Kerangka Teori

Efek samping penggunaan Faktor-faktor penyebab


KB Suntik DMPA kenaikan bertat badan KB
Suntik DMPA
Gangguan haid
Berat badan yang Kenaikan Keturunan obesitas
bertambah berat Pola makan salah
Depresi badan Terapi hormon insulin
Keputihan Usia
Jerawat Pengaruh obat-obatan
Perubahan libido Aktivitas
Pusing dan sakit kepala

Keterangan :

: Variabel yang diteliti

: Variabel yang tidak diteliti

Gambar 3.1 : Kerangka teori faktor penyebab kenaikan berat badan pada
akseptor KB suntik DMPA (Notoatmodjo, 2003).

B. Kerangka Konsep

1. Definsi
Faktor-faktor penyebab 2. Tujuan
kenaikan berat badan 3. Sasaran
4. Kegiatan

Gambar 3.1 : Kerangka konsep faktor-faktor penyebab kenaikan berat badan


pada akseptor KB suntik DMPA.
C. Definisi Operasional

Definisi operasional merupakan penjelasan semua variabel dan istilah yang

digunakan dalam penelitian secara operasional, sehingga akhirnya mempermudah

pembaca dalam mengartikan makna penelitian (Setiadi, 2007).

Definisi
No Variabel Cara Ukur Hasil Ukur Skala
Operasional
1 Faktor-faktor Pemahaman ibu Kuesioner Yang terdiri dari Ordinal
penyebab tentang 10 pertanyaan
kenaikan pengertian, cara yaitu tentang
berat badan kerja, KB suntik
pada keuntungan, DMPA hanya
akseptor KB kerugian, 30% yang benar
suntik DMPA efektivitas, menjawab
indikasi, kontra pertanyaan
indikasi, efek
samping KB
suntik DMPA

2 Keberhasilan Untuk Kuesionar Di BPS Ny. Ordinal


pemakaian mengetahui Indriani
KB suntik tingkat Pedurungan
DMPA keberhasilan Semarang
KB suntik tingkat
DMPA di BPS keberhasilan KB
Ny. Indriani suntik DMPA
Pedurungan adalah 95%
Semarang dengan tingkat
kegagalan 5%
karena tidak
mengetahui
tentang adanya
kerja KB suntik
DMPA
BAB IV

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode survei yaitu metode untuk

mengumpulkan informasi yang bersifat deskriptif, asosiasi, dan logika sebab

akibat mengenai kelompok besar dan kelompok kecil melalui orang per orang,

pos atau media elektronik (Sudarwan Donim, 2003).

Metode pengambilan data berdasarkan pendekatan waktu secara cross

sectional dimana data yang mencakup variabel bebas dan variabel terikat akan

dikumpulkan dalam waktu yang bersamaan (Arikunto, 2002).

Rancangan penelitian ini adalah korelasi yang bertujuan untuk

mengungkapkan hubungan korelatif antara 2 variabel atau lebih (Nur Salam,

2003). Penelitian ini akan mengkorelasikan faktor-faktor penyebab kenaikan

berat badan pada ibu-ibu akseptor KB Suntik DMPA.

B. Variabel Penelitian

1. Variabel bebas : penggunaan KB Suntik DMPA

2. Variabel terikat : kenaikan berat badan

3. Variabel pengganggu : keturunan obesitas, pola makan salah, terapi hormon

insulin, usia, pengaruh obat-obatan.

Variabel pengganggu dapat dikendalikan dengan :


a. Keturunan obesitas : tidak dikendalikan karena tidak bisa menilai secara

langsung faktor genetik tentang ada tidaknya keturunan obesitas

b. Pola makan : dikendalikan dengan memilih responden yang mempunyai

pola makan teratur, karena efek dari hormon progesteron disini dapat

meninggalkan nafsu makan.

c. Terapi hormon insulin : dikendalikan dengan memilih responden yang

tidak terdiagnosa dokter menderita penyakit Diabetes Mellitus

d. Usia : dikendalikan dengan memilih responden usia dibawah 40 tahun,

karena pada umur diatas 40 tahun rentan terjadi kenaikan berat badan.

e. Pengaruh obat-obatan : dikendalikan dengan orang yang sehat (tidak

sehat), tidak mengkonsumsi obat rutin untuk terapi penyembuhan yang

mempunyai efek penambahan berat badan.

f. Aktifitas : dikendalikan dengan kegiatan responden yaitu pada ibu rumah

tangga serta yang mempunyai aktivitas diluar rumah.

C. Hubungan Antar Variabel

Variabel bebas Variabel terikat


Lama penggunaan KB Kenaikan berat badan
Suntik DMPA

Keturunan obesitas
Pola makan salah
Terapi hormon insulin
Usia
Pengaruh obat-obatan
Aktivitas
Variabel pengganggu
Keterangan :

: Variabel yang diteliti

: Variabel yang tidak diteliti

: Arah hubungan

D. Definisi Operasional

1. Lama Penggunaan KB Suntik

Adalah waktu yang digunakan oleh akseptor selama mendapatkan KB

Suntik DMPA, dihitung sejak pemberian KB Suntik yang pertama sampai

sekarang saat kunjungan KB dinyatakan dalam bulan tanpa diselingi jenis

kontrasepsi lain, lama penggunaan lebih dari 1 tahun dengan skala ordinal.

a. Lama, jika mendapatkan KB suntik lebih dari 3 tahun

b. Sedang, jika mendapatkan KB suntik 1 sampai 2 tahun

c. Kurang, jika mendapatkan KB suntik 0 sampai 1 tahun

2. Peningkatan Berat Badan

Adalah besar ukuran berat badan manusia (secara keseluruhan),

sekarang yang mengalami kenaikan setelah dilakukan penimbangan dalam

satuan kilogram dibandingkan dengan berat badan rata-rata sebelum

menggunakan KB suntik dengan skala ordinal :

a. Tinggi : bila kenaikan berat badan dari pertama penggunaan lebih dari 5

kilogram

b. Sedang : bila kenaikan berat badan dari pertama penggunaan 2 sampai 5

kilogram
c. Rendah : bila kenaikan berat badan dari pertama penggunaan antara 0,5

sampai 2 kilogram

E. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah ibu-ibu akseptor KB suntik DMPA

sebanyak 146 orang yang datang melakukan penyuntikan ulang di BPS Hj.

Ny. Indriani Pedurungan Semarang

2. Sampel

Teknik pengambilan sampel dengan menggunakan teknik simple

random sampling yaitu bahwa setiap anggota populasi mempunyai

kesempatan yang sama untuk diseleksi sebagai sampel. Dari 146 responden

diambil sebanyak 32 orang dengan berdasarkan taraf kesalahan 5% (Sugiono,

2005.

F. Alat dan Metode Pengumpulan Data

Alat yang digunakan untuk mengumpulkan data adalah lembar wawancara,

buku register KB, kartu peserta KB, dan timbangan berat badan untuk

menentukan sampel penelitian.

Metode penelitian data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

wawancara langsung kepada ibu akseptor KB suntik DMPA, yaitu dengan

menanyakan beberapa keterangan yang diperlukan diantaranya mulai kapan


menggunakan KB suntik DMPA dan berapa berat badan awal sebelum

menggunakan KB ini.

G. Metode Pengolahan dan Analisis Data

1. Metode Pengolahan Data

Setelah data terkumpul dari hasil pengumpulan data, langkah

selanjutnya adalah melakukan pengolahan data yang meliputi empat langkah,

yaitu :

a. Pengumpulan dan penyusunan data

Untuk memudahkan penilaian dan pengecekan, apakah semua data

yang diperlukan dalam mencapai tujuan penelitian itu sudah lengkap,

maka perlu dilakukan seleksi dan penyusunan data.

b. Pengkodean (coding)

Coding yaitu memberi tanda kode untuk memudahkan pengolahan

data. Data yang terkumpul dikelompokkan menurut variabel yang telah

ditentukan.

c. Transfering

Data yang telah dikode dimasukkan kedalam komputer, kemudian

data tersebut diolah dengan program komputer.

d. Tabulasi (Tabulating)

Menyusun dan menghitung data hasil coding untuk kemudian

disajikan dalam bentuk tabel.


Tabel 1
Distribusi Frekuensi Faktor-Faktor Penyebab Kenaikan Berat Badan
KB Suntik DMPA pada Ibu Akseptor KB di BPS Ny. Indriani
Pedurungan Semarang

Faktor-faktor Penyebab
No Frekuensi Presentasi
Kenaikan Berat Badan
1 Keturunan obesitas
2 Pola makan salah terapi hormon
insulin
3 Usia
4 Pengaruh obat-obatan
Jumlah

Tabel 2
Distribusi Frekuensi Kenaikan Berat Badan Akseptor KB Suntik DMPA
Di BPS Hj. Ny. Indriani Pedurungan Semarang

No Kenaikan Berat Badan Frekuensi Presentasi


1 Tinggi
2 Sedang
3 Rendah
Jumlah

Tabel 3
Distribusi Frekuensi Faktor-Faktor Penyebab Kenaikan Berat Badan
Pada Ibu-ibu Akseptor KB Suntik DMPA di BPS Hj. Ny. Indriani
Pedurungan Semarang Tahun 2008

Lama Penggunaan KB Suntik Kurang


No Lama Sedang %
Kenaikan BB lama
1 Tinggi
2 Sedang
3 Rendah
Jumlah
2. Analisa Data
Untuk membuktikan kenaikan berat badan yang terjadi bermakna atau

tidak bermakna maka dalam perhitungan statistik dengan menggunakan uji

statistik non parametik koefisien korelasi menggunakan Spearman Rank.

Teknik korelasi ini digunakan untuk menghitung hubungan antar variabel

dengan bentuk datanya ordinal. Cara perhitungan dengan menggunakan

rumus dasar sebagai berikut :

6 bi 2
P 1
n( n 2  1)

Keterangan :

P : Koefisien korelasi Spearman Rank

bi2 : difference, beda antara jenjang setiap subjek

n : jumlah sampel

Dengan menggunakan taraf kesalahan 5% dan taraf kepercayaan 95%

akan diketahui koefisien korelasi Spearman Rank berdasarkan jumlah sampel.

Untuk melihat adanya korelasi dilakukan dengan membandingkan harga P

hitung dengan P tabel. Jika P hitung lebih besar dari P tabel, maka

hubungannya signifikan. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa Ho

ditolak dan Ha diterima (Sugiono, 2005). Bila demikian hasilnya maka dapat

juga disimpulkan bahwa ada hubungan yang positif antara penggunaan KB

suntik DMPA denga kenaikan berat badan.

Selanjutnya untuk membuktikan apakah koefisien itu dapat

diberlakukan dimana sampel tersebut diambil, maka perlu dilakukan uji

signifikan dengan menggunakan rumus t, rumusnya adalah sebagai berikut :


n2
tP
1 p2

Harga t hitung tersebut selanjutnya dibandingkan dengan harga t tabel

dengan taraf kesalahan 5%. Apabila t hitung lebih besar dari t tabel maka

hubungan antara kedua variabel penelitian menurut besarnya koefisien

korelasi adalah sebagai berikut :

Tabel 4

Tingkat Hubungan Variabel Penelitian Menurut Besarnya Koefisien Korelasi

Interval Koefisien Tingkat Hubungan Variabel


0,000 – 0,199 Sangat rendah
0,200 – 0,399 Rendah
0,400 – 0,599 Sedang
0,600 – 0,799 Kuat
0,800 – 1,000 Sangat kuat
Sumber : Sugiono, 2005

Anda mungkin juga menyukai