PENDAHUULUAN
Kolesistitis adalah inflamasi yang terjadi pada kandung empedu dan terbagi
menjadi akut dan kronis. Kolesistitis akut biasanya terjadi akibat reaksi inflamasi
akut dinding kandung empedu yang disertai dengan keluhan nyeri perut kanan
atas, nyeri tekan dan demam. Umumnya kolesistitis akut disebabkan oleh adanya
batu kandung empedu. Kolelitiasis atau batu saluran empedu merupakan penyakit
yang umumnya lebih sering ditemukan di negara maju dan jarang ditemukan di
ekonomi, perubahan menu makanan ala barat serta perbaikan sarana diagnosis
sekitar 10% populasi usia dewasa di Amerika Serikat, dimana batu empedu
kolesterol ditemukan pada 70% dari semua kasus dan 30% sisanya terdiri atas
batu pigmen dan jenis batu dari sejumlah komposisi lain. 3,4
kolelitiasis. Batu empedu merupakan endapan dari salah satu atau beberapa
komponen empedu, dimana batu empedu tersebut dapat digolongkan menjadi batu
kolesterol, pigmen coklat, dan pigmen hitam. Penelitian menggunakan
Peningkatan insidensi pada laki-laki usia lanjut dikaitkan dengan perubahan rasio
untuk kolesistitis namun penyakit ini masih memiliki tingkat morbiditas dan
tingkat mortalitas yang cukup tinggi terutama pada orang lanjut usia. Referat ini
TINJAUAN PUSTAKA
1. Definisi
nyeri perut kanan atas, nyeri tekan dan demam. Kolelitiasis atau batu empedu
2. Epidemiologi
kolesistitis dan kolelitiasis di negara kita relatif lebih rendah dibandingkan dengan
Lesman LA, dkk, hal ini sering tidak sesuai untuk pasien – pasien di negara kita.6
Insidensi dari mereka yang dirawat di rumah sakit karena penyakit traktus
perlahan meningkat, terutama pada lansia. Distribusi jenis kelamin untuk batu
empedu adalah 2-3 kali lebih sering pada wanita dibandingkan pada pria, sehingga
insiden kolesistitis kalkulus juga lebih tinggi pada wanita. Kadar progesteron yang
penyakit kandung empedu pada wanita hamil juga tinggi. Kolesistitis kalkulus
fisiologi untuk meningkatnya kasus penyakit batu empedu dalam populasi orang
yang lebih tua kurang difahami. Meningkatnya kadar insidensi untuk laki-laki
yang lebih berusia telah dikaitkan dengan rasio perubahan androgen kepada
estrogen.7
3. Etiologi
Etiologi batu empedu masih belum diketahui secara pasti, adapun faktor
kolesistitis kronik. Pembagian ini juga berhubungan dengan gejala yang timbul
pada kolesistitis akut dan kronik. Pada kolesistitis akut, terjadi inflamasi akut pada
kandung empedu dengan gejala yang lebih nyata seperti nyeri perut kanan atas,
nyeri tekan dan demam. Sedangkan, kolesistitis kronik merupakan inflamasi pada
kandung empedu yang timbul secara perlahan-lahan dan sangat erat hubugannya
dengan litiasis dan gejala yang ditimbulkan sangat minimal dan tidak menonjol.3,8
4. Patogenesis
timbulnya serangan kolesistitis akut adalah stasis cairan empedu, infeksi kuman
dan iskemia dinding kandung empedu. Kolesistitis kalkulus akut disebabkan oleh
mempunyai 2 tipe yaitu batu kolesterol dan batu pigmen. Pada batu kolesterol,
lamellar kolesterol dan senyawa lain membentuk matriks batu. Pada batu pigmen,
ada dua bentuk yakni batu pigmen murni dan batu kalsium bilirubinat. Batu
pigmen murni lebih kecil, sangat keras dan penampilannya hijau sampai hitam.
Proses terjadinya batu ini berhubungan dengan sekresi pigmen dalam jumlah yang
pigmen.8
empedu menjadi stasis dan kental, kolesterol dan lesitin menjadi pekat dan
seterusnya akan merusak mukosa kandung empedu diikuti reaksi inflamasi atau
dinding kandung empedu iskemia, nekrosis mukosa dan jika lebih berat terjadinya
ruptur.8
Batu empedu terjadi karena adanya zat tertentu dalam empedu yang hadir
menghasilkan suatu endapan. Oklusi dari saluran oleh endapan dan batu
mengandung garam empedu terkonjugasi dan lesitin dalam jumlah cukup agar
berbanding garam empedu dan lesitin meningkat, maka larutan misel menjadi
sangat jenuh. Kondisi yang sangat jenuh ini mungkin karena hati memproduksi
kolesterol dalam bentuk konsentrasi tinggi. Zat ini kemudian mengendap pada
disekresi ke dalam empedu oleh hati. Sebagian besar bilirubin di dalam empedu
berada dalam bentuk konjugat glukoronida yang larut dalam air dan stabil, tetapi
sebagian kecil terdiri dari bilirubin tak terkonjugasi. Bilirubin tak terkonjugasi,
seperti lemak, fosfat, karbonat, dan anion lainnya cenderung untuk membentuk
presipitat tak larut dengan kalsium. Kalsium memasuki empedu secara pasif
bersama dengan elektrolit lain. Dalam situasi pergantian heme tinggi, seperti
hemolisis kronis atau sirosis, bilirubin tak terkonjugasi mungkin berada dalam
empedu pada konsentrasi yang lebih tinggi dari biasanya. Kalsium bilirubinat
Empedu yang biasanya steril, tetapi dalam beberapa kondisi yang tidak
biasa (misalnya ada striktur bilier), mungkin terkolonisasi dengan bakteri. Bakteri
komplek dengan kalsium dan endapan dari larutan lain. Konkresi yang dihasilkan
pada pasien dan menimbulkan berbagai masalah keperawatan. Jika terdapat batu
empedu yang menyumbat duktus sistikus dan biliaris komunis untuk sementara
peningkatan suhu tubuh. Respon kolik bilier secara kronis akan meningkatkan
5. Manifestasi Klinis
a. Kolik Billier
b. Ikterus
c. Defisiensi vitamin
d. Kolesistitis Akut
berikut.(Saquib, 2013)
1. Nyeri akut region hypochondria kanan dan / atau nyeri epigastric durasi
3. Peningkatan suhu (> 37.50C) dan / atau leukositosis (> 10x109 / L).
f. Kolesistolitiasis
6. Diagnosis
Pasien kolesistitis akut memiliki riwayat nyeri hebat pada abdomen bagian
atas yang bertahan dalam beberapa jam hingga akhirnya mereka mencari
pertolongan ke unit gawat darurat lokal. Secara umum, pasien kolesistitis akut
juga sering merasa mual dan muntah serta pasien melaporkan adanya demam.
Tanda-tanda iritasi peritoneal juga dapat muncul, dan pada beberapa pasien
menjalar hingga ke bahu kanan atau skapula. Kadang-kadang nyeri bermula dari
atas abdomen, dan seringkali teraba massa atau teraba penuh. Palpasi kuadran
kanan atas saat inspirasi seringkali menyebabkan rasa tidak nyaman yang berat
yang menyebabkan pasien berhenti menghirup napas, hal ini disebut sebagai tanda
ditemukan leukositosis berkisar antara 10.000 sampai dengan 15.000 sel per
mikroliter dengan pergeseran ke kiri pada hitung jenis dan peningkatan kadar C-
reactive protein (CRP). Pada 15% pasien, ditemukan peningkatan ringan dari
fosfatase (AP) dan bilirubin jika batu tidak berada di duktus biliaris. 1,10,11
1. Ultrasonografi (USG)
dilihat dinding kandung empedu yang menebal karena fibrosis atau udem
yang diakibatkan oleh peradangan maupun sebab lain. Batu yang terdapat
pada duktus koledukus distal kadang sulit dideteksi karena terhalang oleh
udara di dalam usus. Dengan USG punktum maksimum rasa nyeri pada
batu kandung empedu yang ganggren lebih jelas daripada dengan palpasi
biasa. 1,9,10,11
2. CT-Scan
koledokolitiasis. 1,9,10,11
(USG) merupakan modalitas penunjang yang murah, tidak invasif, aman dan
tersedia dengan potensi sangat akurat untuk pencitraan pada pasien suspect
7. Penatalaksanaan
Untuk kasus kolesistitis akut, tindakan umum yang dapat dilakukan adalah
tirah baring, pemberian cairan intravena dan nutrisi parentral untuk mencukupi
kebutuhan cairan dan kalori, diet ringan tanpa lemak dan menghilangkan nyeri
dengan petidin (demerol) dan buscopan dan terapi simtomatik lainnya. Antibiotik
empiema. Antibiotik pada fase awal adalah sangat penting untuk mencegah
dilakukan kolesistektomi secepatnya yaitu dalam waktu 2-3 hari (dalam 7 hari
sejak onset gejala) atau ditunggu 6-10 minggu selepas diterapi dengan pengobatan
lebih menyukai menunggu dan mengobati pasien dengan harapan menjadi lebih
baik selama perawatan, dan mencadangkan tindakan bedah bila kondisi pasien
akan lebih mudah bila proses inflamasi telah mulai menyembuh. Terapi operatif
lanjut ini merupakan pilihan yang terbaik karena operasi dini akan menyebabkan
penyebaran infeksi ke rongga peritoneum dan teknik operasi akan menjadi lebih
sulit karena proses inflamasi akut di sekitar duktus akan mengaburkan gambaran
anatomi. Namun, jika berlakunya kasus emergensi atau ada komplikasi seperti
kolesistektomi. 5,10,12
laparoskopik, pasien dapat keluar rumah sakit dalam 1-2 hari pascaoperasi dengan
jarigan parut minimal dan dapat berkativitas lebih cepat. Sekitar 10%
perbaikan. 5,10,12
keadaan sakit keras atau sangat berisiko tinggi untuk kolesistektomi, pasien harus
diterapi secara medis dengan pemberian cairan, antibiotika dan analgesik, bila
terapi ini gagal, perlu dipertimbangkan suatu kolesistotomi perkutan. Di sini, isi
ditinggalkan. Pada pasien yang mengalami kolesistosomi dan telah sembuh dari
keadaan akut, harus dilakukan kolesitektomi 6-8 minggu kemudian bila kondisi
1,9% kasus, terbanyak oleh karena sukar dalam mengenali duktus sistikus yang
Komplikasi yang sering dijumpai pada tindakan ini yaitu trauma saluran empedu
seperti mengurangi rasa nyeri pasca operasi, menurunkan angka kematian, secara
8. Komplikasi
a. Empiema dan hidrops
Gambaran klinis mirip kolangitis dengan demam tinggi, nyeri kuadran kanan atas
yang hebat, leukositosis berat dan sering keadaan umum lemah. 1,2
sebuah kalkulus besar. Dalam keadaan ini, lumen kandung empedu yang
cairan transudat jernih (hidrops) yang dihasilkan oleh sel – sel epitel mukosa.
jaringan bebercak atau total. Kelainan yang mendasari antara lain adalah distensi
d. Perforasi lokal
sekitar 30%, Pasien ini mungkin memperlihatkan hilangnya secara transien nyeri
kuadran kanan atas karena kandung empedu yang teregang mengalami
Fistulisasi dalam organ yang berdekatan melekat pada dinding kandung empedu
9. Prognosis
terlihat dalam 1 – 4 hari bila dalam penanganan yang tepat. Penyembuhan spontan
didapatkan pada 85% kasus, sekalipun kadang kandung empedu menjadi tebal,
fibrotik, penuh dengan batu dan tidak berfungsi lagi. Tidak jarang pula, menjadi
menjadi gangren, empiema dan perforasi kandung empedu, fistel, abses hati atau
peritonitis umum pada 10 – 15% kasus. Bila hal ini terjadi, angka kematian dapat
mencapai 50 – 60%. Hal ini dapat dicegah dengan pemberian antibiotik yang
adekuat pada awal serangan. Pasien dengan kolesistitis akut akalkulus memiliki
angka mortalitas sebesar 10 – 50%. Tindakan bedah pada pasien tua (>75 tahun)
KESIMPULAN
terbagi menjadi akut dan kronis. Berdasarkan onsetnya, kolesistitis dibagi menjadi
kolesistitis akut dan kolesistitis kronik. Pembagian ini juga berhubungan dengan
gejala yang timbul pada kolesistitis akut dan kronik. Pada kolesistitis akut, terjadi
inflamasi akut pada kandung empedu dengan gejala yang lebih nyata seperti nyeri
perut kanan atas, nyeri tekan dan demam. Sedangkan, kolesistitis kronik
dan sangat erat hubugannya dengan litiasis dan gejala yang ditimbulkan sangat
Untuk kasus kolesistitis akut, tindakan umum yang dapat dilakukan adalah
tirah baring, pemberian cairan intravena dan nutrisi parentral untuk mencukupi
kebutuhan cairan dan kalori, diet ringan tanpa lemak dan menghilangkan nyeri
dengan petidin (demerol) dan buscopan dan terapi simtomatik lainnya, pemberian