Allah Huma Ya Allah
Allah Huma Ya Allah
Pada hari ini, umat islam diseluruh penjuru dunia, melantunkan takbir, tahlil dan
tahmid bergema memenuhi cakrawala, seiring dengan berakhirnya bulan suci
ramadhan dan datangnya 1 Syawal 1439 H. lantunan takbir, tahlil dan tahmid ini,
sesungguhnya merupakan ungkapan kemenangan yang telah diraih kaum muslimin
dalam menjalankan ibadah sahum ramadhan, dengan segala tantangan, halangan
dan rintangan. Kemenangan dalam meraih ketaatan dan ketakwaan kepada Allah
SWT sesuai dengan tujuan ibadah puasa yaitu menjadi orang – orang yang
bertakwa.
Wahai orang – orang yang beriman, diwajibkan atas kami berpuasa sebagaimana
telah diwajibkan atas orang – orang sebelum kamu agar kamu bertaqwa (Qs. Al
Baqarah : 183).
Kemenangan yang telah berhasil, diraih oleh kita, dalam menjalankan ibadah
sahum ramadhan kali ini, sudah seharusnya di buktikan secara nyata dengan
bertambahnya ketaatan kita kepada Allah SWT. Ketaatan yang utuh dan
menyeluruh. Yaitu ketaatan dengan menjalankan perintah-Nya dan menjauhi
segala larangan-Nya dalam seluruh aspek kehidupan. Ini berarti, kaum muslimin
wajib menjalankan urusan pemerintahan sesuai dengan aturan Allah SWT,
menjalankan urusan ekonomi sesuai dengan perintah Allah SWT, menjalankan
urusan politik sesuai dengan perintah Allah SWT, menjalankan urusan social dan
budaya sesuai dengan perintah Allah, dan demikian seterusnya dan seterusnya.
Seperti itulah, wujud ketaatan dan ketaqwaan yang sebenar – benarnya, yang harus
kita buktikan di hadapan Allah SWT, sebagai hasil dari ibdah sahum kita di bulan
1
suci ramadhan. Dan seperti itu pulalah, wujud kemenangan nyata yang seharusnya
kita raih, sebagaimana kemenangan yang pernah diraih oleh baginda Rasulullah
SAW, dan para sahabatnya dalam menempuh perjuangan.
Jika kita melihat sejarah, lantunan takbir sebagaimana yang kita kumandangkan
saat ini, juga selalu di kumandangkan pula ketika kaum muslimin meraih
kemenangan. Inilah takbir yang dikumandangkan pertama kali saat perang badar.
Persis saat kaum muslimin tengah menunaikan puasa ramadhan yang pertama,
ketika kaum muslimin meraih kemenangan dalam peperangan melawan kaum kafir
quraisy. Lantunan takbir ini pulalah yang dikumandangkan ketika kaum muslimin
meraih kemenangan, saat menaklukan pembebasan kota mekkah.
Takbir kala itu, dilantunkan sebagai ungkapan kemenangan yang nyata, yang
berhasil diraih kaum muslimin dalam perjuangan mereka li l’lai kalimati – Llah
(untuk menengakkan agama Allah). Kemenangan mereka dalam menegakkan
kedaulatan hukum – hukum Allah di muka bumi, dan kemenangan mereka dalam
menundukan kekufuran dalam segala bentuknya. Sebagaimana janji Allah SWT
kepada orang – orang yang beriman.
Hai orang – orang yang beriman, jikalau kamu menolong agama Allah niscaya
Allah akan menolongmu dan Allah akan mengokohkan kedudukanmu. (QS.
Muhammad : 7)
Kini kita merayakan Idul Fitri, makna dari Idul Fitri adalah kembali kepada
fitrah. Fitrah adalah potensi yang ada dalam diri manusia untuk menerima agama
yang lurus yaitu agama islam. Bahkan para ahli sering mengatakan bahwa islam
2
adalah agama fitrah, yaitu agama yang sesuai dengan fitrah manusia atau sesuai
dengan potensi yang ada dalam diri manusia.
Hal ini sesuai dengan firman Allah SWT, dalam Surat Ar Rum ayat 30 yang
berbunyi.
“maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama Allah (tetaplah atas)
fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada
perubahan pada fitrah Allah (itulah) agama yang lurus, tetapi kebanyakan manusia
tidak mengetahui” (QS. Ar Rum : 30)
Menurut ayat tersebut essensi fitrah itu paling tidak ada tugas hal yaitu :
1. Bahasa manusia
2. Menerima agama tauhid
3. Agama Allah
Sebagaimana kita ketahui bahwa Allah SWT di saat manusia masih berada di alam
roh (kandungan), Allah SWT membuat perjanjian dengan firmannya.
“Apakah aku ini adalah Tuhan kamu sekalian? Para roh itu menjawab, betul kami
bersaksi engkau adalah Tuhan kami.” Subhanallah, jadi fitrah manusia itu adalah :
menerima dan meyakini serta mengetahui bahwa kita hanya bertuhan kepada Allah
SWT.
3
Bahwa manusia cenderung untuk selalu berbuat baik dan manusia selalu berkata
benar, dan seandainya manusia yang berbuat buruk atau merusak juga berkata
bohong, maka manusia itu sudah menciderai dari fitrahnya. Karena fitrahnya
manusia itu adalah selalu berbuat baik dan berkata benarm sejalan dengan firman
Allah SWT.
Dan ingatlah tatkala Tuhanmu berfirman kepada para malaikat, sesungguhnya aku
akan menjadikan seorang khalifah dimuka bumi, bagaimana pendapatmu, para
malaikat menjawab : apakah engkau ya Allah hendak menjadikah khalifah dimuka
bumi? Orang yang akan membuat kerusakan dan orang – orang akan bertumpahan
darah? Sedangkan kami senantiasa selalu bertasbih kepadamu, selalu memujimu
dan selalu mensucikanmu, lalu Allah SWT berfirman : Aku lebih mengetahui apa –
apa yang belum kamu ketahui (QS. Al Baqarah : 30)
Adapun esensi fitrah manusia yang ketiga adalah sebagai hamba Allah yang
cenderung selalu taat dan patuh kepada perintah – Nya dan cenderung selalu
menjaga diri dari perbuatan yang di larang Allah SWT. Yang dalam istilah lain
biasa disebut takwa. Sejalan dengan firman Allah.
4
“Dan tidaklah aku ciptakan jin dan manusia kecuali untuk beribadah kepadaku”
Untuk itu sebagai Hamba Allah SWT yang telah kembali fitrah, hendaknya kita
dapat menjaga kefitrahannya dengan selalu istiqomah dalam beribadah kepada
Allah SWT maupun beramal Sholeh, agar kita tetap menjadi orang – orang yang
istiqomah dan selalu mendapatkan pertolongan Allah SWT, sebagaimana firman
Allah SWT.
Sungguh orang – orang yang telah berkata : “ Tuhan kami adalah Allah”,
kemudian mereka istiqomah, maka Allah memberitahukan para malaikat dengan
mengatakan “Janganlah kamu takut dan janganlah kamu bersedih, dan
bergembiralah kamu semua dengan syurga yang telah di janjikan Allah SWT.
Kamilah pelindung – pelindung kamu dalam kehidupan dunia dan akhirat, dan
5
bagimu memperoleh apa yang kamu iginkan. Dan memperoleh pula didalamnya
apa yang kamu minta, sebagai hidangan bagimu dari Allah yang maha pengampun
lagi maha penyayang (QS. Hamim Asajdah : 30-32)
Sebagai hamba Allah yang telah kembali kepada fitrah, hendaknya kita harus
mampu menjaga kefitrahannya dengan kitab suci Al-Qur’an, sebagai pedoman
hidupnya agar selalu mendapat rahmat dan karunia Allah AWT, sebagai mana
Firman Allah SWT (Q.S Annisa 175).
Adapun orang-orang yang beriman kepada Allah dan berpegang teguh kepada
(Agama)Nya
Niscaya Allah akan memasukan mereka kedalam rahmat yang besar darinya
(Syurga) dan limpahan karunia-nya. Dan menunjukan mereka kepada jalan yang
lurus. (untuk sampai kepada-Nya)
Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar, Walillahilham
6
mengapa engkau mengusir kami dalam keadaan buta, dan sungguh kami pada
waktu hidup didunia bias melihat. Allah berfirman : bukankah dahulu telah dating
kepdamu ayat-ayat kami (Al-Qur’an) maka kamu melalaikan (melupakanny )dan
demikian pula pada hari ini pun kami dilupakan Allah AWT.
Apabila telah dating hari kiamat, maka datanglah suatu kaum yang mempunyai
sayap, seperti sayapnya burung lalu berterbangan diatas dinding-dinding syurga.
Lalu malaikat ridwan penjaga syurga bertanya, siapa kamu sekalian ? mereka
menjawab : kami umat nabi Muhammad saw lalu malaikat ridwan bertanya lagi,
apakah kamu sekalian mengetahui Hisab ? mereka menjawab tidak.
7
Lalu malaikat Ridwan bertanya lagi, apakah kamu sekalian menjembatani
jembatan sirotol mustaqim? Mereka menjawab tidak, kami tidak menjembatani
jembatan sirotol mustaqim. Malaikat Ridwan bertanya lagi, amalan apa kamu
sekalian mendapatkan derajat setinggi ini?
Mereka menjawab : kami waktu hidup di dunia telah beribadah secara diam-diam,
sehingga Allah SWT memasukan kami ke dalam syurga pun secara diam-diam
pula. (zubdatul waidzin)
Subahanallah, ternyata ibadah secara diam-diam itu adalah ibadah puasa di bulan
ramadhan, karena ibadah puasa itu sangat rahasia dan samar-samar tidak ada yang
tau kecuali dirinya dan Allah SWT.
Seorang muslim yang telah kembali kepada fitrahnya, selain sebagai Hamba Allah
yang takwa, juga harus memiliki kepekaan social yang tinggi, peduli kepada
sesamanya dan peduli kepada yang memerlukan bantuan, yang diawali dengan
menunaikan zakat fitrah sebagai penyempurna dari ibadah puasa ramadhan.
8
Zakat fitrah itu adalah pembersih bagi orang – orang yang berpuasa, dari tingkah
laku yang sia – sia, dan perbuatan – perbuatan yang kurang baik, juga sebagai
hidangan bagi orang – orang miskin, maka barang siapa yang memenuhinya
sebelum sholat ied, itulah zakat yang diterima, (sebagai zakat fitrah) dan barang
siapa yang menunaikannya setelah sholat ied maka itu disebut sodaqoh biasa,
sebagaimana shodaqah – shodaqah yang lain . ( H. R. Ahmada dan Ibnu Majah)
Ketiga : Jagalah ketakwaan kita kepada Allah SWT yang telah raih melalui puasa
ramadhan, karena manusia yang paling mulia disisi Allah SWT adalah orang –
orang yang bertakwa sebagai pengabdian kita kepada Allah SWT.
Sungguh orang yang paling mulia diantara kami adalah orang yang paling takwa
Demikianlah uraian khutbah yang dapat saya sampaikan semoga Allah SWT
memberikan kekuatan kepada kita dan semoga seluruh rangkaian ibadah yang kita
kerjakan selama di bulan ramadhan dapat diterima Allah SWT. Amin Ya Rabal
Alamin.