Anda di halaman 1dari 28

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Tujuan utama pembangunan nasional adalah peningkatan kualitas
sumber daya manusia yang dilakukan secara berkelanjutan. Pembangunan
kesehatan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari pembangunan
nasional yang harus terus diupayakan oleh pemerintah. Pembangunan
kesehatan pada hakekatnya adalah penyelenggaraan upaya kegiatan oleh
bangsa Indonesia untuk mencapai kemampuan hidup sehat bagi setiap
penduduk agar dapat mewujudkan derajat kehidupan yang optimal sebagai
salah satu unsur kesejahteraan umum dari tujuan pembangunan nasional
(Badan Perencanaan dan Pengembangan kesehatan, 2008).
Upaya kesehatan adalah sebuah tatanan terpadu antara upaya kesehatan
masyarakat dan perorangan dalam rangka mencapai derajat kesehatan yang
setinggi-tingginya. Tercapainya derajat kesehatan yang tinggi merupakan
perwujudan kesejahteraan umum bangsa Indonesia yang merupakan tujuan
nasional. Untuk mewujudkan derajat kesehatan yang setinggi-tingginya
dilakukan upaya kesehatan yang ditunjang oleh dua komponen, yaitu Upaya
Kesehatan Masyarakat (UKM) dan Upaya Kesehatan Perorangan (UKP).
UKM adalah upaya yang diselenggarakan pemerintah, swasta, dan
masyarakat untuk mengupayakan pelayanan kesehatan masyarakat secara
menyeluruh. UKM meliputi Puskesmas, Dinas Kesehatan Kebupaten/Kota
(DKK) dan Dinas Kesehatan Propinsi. Sedangkan UKP adalah upaya yang
diselenggarakan pemerintah, swasta, dan masyarakat untuk mengupayakan
pelayanan kesehatan perorangan yang meliputi Puskesmas, praktek dokter
swasta, poliklinik, rumah sakit pemerintah maupun swasta. Dalam rangka
mewujudkan derajat kesehatan yang optimal bagi masyarakat, UKM dan
UKP menyeleggarakan upaya kesehatan dengan pendekatan pemeliharaan,
peningkatan kesehatan (promotif), pencegahan penyakit (preventif),
penyembuhan (kuratif), pemulihan kesehatan (rehabilitatif) yang

1
diselenggarakan dengan menyeluruh, terpadu dan berkesinambungan
(Kemenkes, 2014).
Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota (DKK) merupakan Strata II UKM
yang melaksanakan kewenangan Pemerintah Daerah di bidang pelayanan
kesehatan, pencegahan dan pemberantasan penyakit, promosi kesehatan,
penyehatan lingkungan, serta pembinaan keluarga dan masyarakat serta
pengelolaan tata usaha dinas. Dinas Kesehatan Kota Karanganyar merupakan
unsur pelaksana Pemerintah Daerah di bidang kesehatan yang dipimpin oleh
seorang Kepala Dinas yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada
Bupati. Dinas Kesehatan mempunyai tugas pokok melaksanakan kewenangan
otonomi daerah dalam rangka pelaksanaan tugas desentralisasi di bidang
kesehatan (Bapeda, 2009).
Dalam rangka pelaksanaan kegiatan Kepaniteraan Klinik Ilmu
Kesehatan Masyarakat di Dinas Kesehatan Kabupaten (DKK) Karanganyar,
maka Bagian Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Masyarakat, Fakultas
Kedokteraan Universitas Sebelas Maret bekerja sama dengan Dinas
Kesehatan Kabupaten (DKK) Karanganyar memberikan kesempatan pada
dokter muda untuk mengetahui tugas DKK dimana para calon dokter
diharapkan dapat mengenal dan mempelajari tugas-tugas DKK secara
struktural dan fungsional. Hal ini sangat bermanfaat bagi para dokter muda
dalam mengetahui dan memahami peran dokter secara struktural dan
fungsional. Dokter diharapkan tidak hanya dapat berperan fungsional
(mendiagnosis dan mengobati pasien), tetapi juga memiliki kemampuan
kepemimpinan dan manajerial untuk melaksanakan peran struktural demi
suatu tujuan bersama, yaitu tercapainya derajat kesehatan yang setinggi-
tingginya bagi masyarakat.

2
B. Tujuan
Tujuan pembelajaran Pendidikan Dokter Tahap Profesi di bagian Ilmu
Kesehatan Masyarakat/Kedokteran Komunitas adalah:
1. Tujuan Umum
Dokter muda dapat memahami peran struktural dan fungsional yang ada
di Instansi Dinas Kesehatan Kabupaten Karanganyar.
A. Tujuan Khusus
a. Mengetahui tugas pokok dan fungsi tiap bagian di DKK Karanganyar.
b. Mengetahui struktur organisasi DKK Karanganyar
c. Mengetahui pelaksanaan tugas dan kendala di DKK Karanganyar.
C. Manfaat
1. Memberi pengetahuan peran struktural dan fungsional DKK Karanganyar.
2. Membedakan antara peran struktural dengan fungsional.
3. Memahami sistem manajerial kesehatan DKK Karanganyar.

3
BAB II
KEGIATAN YANG DILAKUKAN

Kegiatan Kepaniteraan Klinik Dokter Muda kelompok 488 Bagian Ilmu


Kesehatan Masyarakat di Dinas Kesehatan Kabupaten Karanganyar dilaksanakan
selama 3 hari mulai hari Senin tanggal 17 November 2014 sampai dengan hari
Rabu tanggal 19 November 2014. Kegiatan yang dilaksanakan adalah sebagai
berikut:
Pada hari pertama, Senin tanggal 17 November 2014 kelompok 488 tiba di
DKK Karanganyar pada pukul 07.00 WIB disambut oleh Bapak Bambang Tri H.
selaku sekertaris DKK. Kegiatan hari pertama dimulai dengan mengikuti apel pagi
yang diikuti oleh semua staf bidang pada pukul 07.15 WIB. Kegiatan dilanjutkan
dengan bimbingan materi. Materi bimbingan yang pertama disampaikan oleh
Bapak Drs. Bambang Tri Hastaryo. Beliau menjelaskan mengenai peraturan-
peraturan yang terkait dengan program kesehatan nasional, struktur organisasi
DKK Karanganyar, garis komando dan tugas masing-masing bidang. Selain itu
beliau menjelaskan mengenai visi, misi, tujuan serta sasaran, dan program
kegiatan yang dilakukan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten. Beliau juga
menjelaskan mengenai peraturan yang berkaitan dengan pelaksanaan upaya
kesehatan yang dilakukan oleh dinas kesehatan, yaitu: UU No. 17 tahun 2003
tentang Keuangan Negara, UU No. 25 tahun 2004 tentang sistem perencanaan
pembangunan nasional, Permendagri No 13 tahun 2006 dan Permendagri No. 59
tahun 2007, serta Perda No. 2 tahun 2009 tentang organisasi dan tata kerja.
Bimbingan dilanjutkan oleh materi dari Bapak Sutopo, ST dari bidang pelayanan
kesehatan mengenai tahap-tahap dalam menyelesaikan program studi pendidikan
dokter dan program internship dokter, yaitu program yang wajib dijalani oleh
mahasiswa kedokteran sistem KBK setelah selesai menjalani kepaniteraan klinik.
Materi bimbingan yang ketiga disampaikan oleh dr. Cucuk, M.Kes selaku
Kepala DKK Karanganyar, mengenai program-program yang dilaksanakan oleh
dinas kesehatan serta sistem informasi manajemen. Kegiatan kepaniteraan klinik
IKM pada hari pertama ditutup dengan materi mengenai pembangunan gizi yang

4
disampaikan oleh Bapak Sunarto, SKM dari bidang Bina Kesehatan Keluarga
(Binkesga). Upaya pembangunan derajat kesehatan dapat dilihat dari morbiditas
dan mortalitas, utamanya dilihat dari besarnya Angka Kematian Ibu, Angka
Kematian Bayi, dan Angka Kematian Balita.
Materi bimbingan pada hari Selasa 18 November 2014 diberikan oleh
Bapak Fathkul Munir, SKM, M.Kes. mengenai Pengendalian Penyakit dan
Penyehatan Lingkungan (P2PL). Beliau menjelaskan mengenai metode dalam
mengubah perilaku masyarakat menjadi perilaku sehat, diantaranya dengan
mengurangi kebiasaan buang air besar sembarangan, mencuci tangan dengan
sabun, penyediaan air minum rumah tangga, dan pengelolaan sampah rumah
tangga. Bimbingan selanjutnya diberikan oleh Ibu Dra. Sariati dari bagian
Promosi Kesehatan Institusi (Promkesi). Beliau menjelaskan tentang sie-sie serta
program-program yang ada di Promkesi. Sie meliputi: sie Promosi kesehatan; sie
Pengembangan dan Pembiayaan Jaminan Kesehatan (PPJK); serta sie Upaya
Kesehatan Bersumber Masyarakat (UKBM) dan Kesehatan Institusi. Semua sie
tersebut bertugas dalam membantu kepala dinas kesehatan dalam merencanakan,
melaksanakan, mengoordinir, dan menyampaikan info kesehatan melalui berbagai
media.

5
BAB III
PEMBAHASAN

A. Profil Dan Pengorganisasian DKK Karanganyar


1. Gambaran Umum Kabupaten Karanganyar
a. Keadaan Geografi
Kabupaten Karanganyar merupakan salah satu dari 35
kabupaten/kota di Provinsi Jawa Tengah Dengan batas-batas wilayah
sebagai berikut :
- Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Sragen;
- Sebelah Timur berbatasan dengan Provinsi Jawa Timur;
- Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Sukoharjo dan
Wonogiri;
- Sebelah Barat berbatasa dengan Kota Surakarta dan Kabupaten
Boyolali.
b. Keadaan Penduduk
1) Pertumbuhan dan Kepadatan Penduduk
Penyebaran penduduk masih belum merata. Kepadatan penduduk
di daerah perkotaan secara umum lebih tinggi dibandingkan dengan
pedesaan.
2) Sex Ratio Penduduk
Perkembangan penduduk menurut jenis kelamin dapat dari
perkembangan ratio jenis kelamin, yaitu perbandingan penduduk laki-
laki dengan penduduk perempuan. Berdasarkan Data Karanganyar
Dalam Angka Tahun 2013 yang dikeluarkan oleh Badan Pusat Statistik
Kabupaten Karanganyar rasio jenis kelamin penduduk Karanganyar
Tahun 2013 sebesar 97,78 (tahun 2012 : 98,80 tahun 2011 : 99,39).
Hal ini menggambarkan bahwa jumlah penduduk perempuan lebih
besar dibandingkan jumlah penduduk laki-laki.

6
c. Keadaan Sosial Ekonomi
1) Alokasi Anggaran Bidang Kesehatan
Sesuai kesepakatan para Kepala Daerah diharapkan anggaran
kesehatan memperoleh 15% dari APBD dan UU Nomor 36/2009
tentang kesehatan bahwa anggaran kesehatan pemerintah dialokasikan
minimal 5% APBN dan 10% APBD di luar gaji. Namun secara umum
belum banyak daerah yang dapat memenuhi angka tersebut.
2) Angka Beban Tanggungan
Angka beban tanggungan diperoleh dari perbandingan banyaknya
orang yang tidak produktif (umur di bawah 15 tahun dan 65 tahun ke
atas) dengan banyaknya usia produktif (usia 15-64 tahun). Berdasarkan
Jumlah Penduduk menurut kelompok umur tersebut maka angka beban
tanggungan (dependency ratio) penduduk Kabupaten Karanganyar
tahun 2013 sebesar 47,67 sama dengan tahun 2012 sebesar 47,68.
Artinya setiap 100 penduduk usia produktif menanggung sekitar 47
orang penduduk tidak produktif.
d. Tingkat Pendidikan

Laki-Laki Perempuan
35,8
33
es
tan 22,922,4
es 24,3
r 20,5
e
P 14,5
12,8
0,6 0,4 3,9 4 2,6 2,4

Grafik 1. Distribusi Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan di Kabupaten


Karanganyar Tahun 2013

7
Dari diagram di atas menunjukkan bahwa laki-laki lebih
diprioritaskan dalam mendapatkan pendidikan daripada perempuan,
meskipun jumlah penduduk perempuan lebih banyak dibandingkan laki-
laki.
2. Tugas Pokok Fungsi
Peraturan Daerah Kabupaten Karanganyar Nomor 2 Tahun 2009
tentang Struktur Organisasi dan Tata Kerja Dinas Daerah Kabupaten
Karanganyar menjelaskan bahwa Dinas Kesehatan merupakan unsur
pelaksana otonomi daerah di bidang kesehatan yang dipimpin oleh seorang
Kepala Dinas yang berada dibawah dan bertanggung jawab kepada Bupati
melalui Sekertaris daerah. DKK Karanganyar mempunyai tugas pokok
melaksanakan kewenangan otonomi daerah dalam rangka pelaksanaan
tugas desentralisasi di bidang kesehatan. Fungsi dari Dinas Kesehatan
antara lain :
a. Perumusan kebijakan teknis penyelenggaraan pemerintahan daerah di
bidang kesehatan yang meliputi promosi dan kesehatan institusi,
pelayanan kesehatan, bina kesehatan keluarga, pengandalian penyakit
dan penyehatan lingkungan serta kesekretariatan.
b. Penyelenggaraan urusan pemerintahan dan pelaksanaan pelayanan
umum di bidang kesehatan yang meliputi promosi dan kesehatan
institusi, pelayanan kesehatan, bina kesehatan keluarga, pengandalian
penyakit dan penyehatan lingkungan serta kesekretariatan.
c. Pembinaan dan pelaksanaan tugas di bidang kesehatan yang meliputi
promosi dan kesehatan institusi, pelayanan kesehatan, bina kesehatan
keluarga, pengandalian penyakit dan penyehatan lingkungan serta
kesekretariatan.
d. Pembinaan terhadap Unit Pelaksana Teknis dalam lingkup Dinas
Kesehatan.
e. Pelaksanaan tugas lain yang di berikan oleh Bupati sesuai dengan
tugas dan fungsinya.

8
DKK Karanganyar sebagai dinas pelaksana kesehatan tingkat
kabupaten membawahi 21 puskesmas yang tersebar di dalam 17
kecamatan, yaitu: Puskesmas Jatipuro, Puskesmas Jatiyoso, Puskesmas
Jumapolo, Puskesmas Jumantono, Puskesmas Matesih, Puskesmas
Tawangmangu, Puskesmas Ngargoyoso, Puskesmas Karangpandan,
Puskesmas Karanganyar, Puskesmas Tasikmadu, Puskesmas Jaten I,
Puskesmas Jaten II, Puskesmas Colomadu I, Puskesmas Colomadu II,
Puskesmas Gondangrejo, Puskesmas Kebakkramat I, Puskesmas
Kebakkramat II, Puskesmas Mojogedang I, Puskesmas Mojogedang II,
Puskesmas Kerjo, dan Puskesmas Jenawi.
Struktur Organisasi dan Tata Kerja Dinas Daerah Kabupaten
Karanganyar diatur dalam Peraturan Daerah Kabupaten Karanganyar
Nomor 2 Tahun 2009, yaitu meliputi:
a. Kepala Dinas Karanganyar, bertugas sebagai pemimpin DKK
Karanganyar
b. Sekretariat, membawahi tiga sub bagian:
1) Sub Bagian Perencanaan
2) Sub Bagian Keuangan
3) Sub Bagian Umum dan Kepegawaian.
c. Bidang Bina Kesehatan Keluarga (BINKESGA), membawahi :
1) Seksi Kesehatan Anak dan Lansia
2) Seksi Perbaikan Gizi Masyarakat
3) Seksi Reproduksi Remaja dan Lansia
d. Bidang Pelayanan Kesehatan (YANKES), membawahi :
a. Seksi Upaya Kesehatan Dasar dan Rujukan
b. Seksi Kefarmasian dan NAPZA
c. Seksi Akreditasi, Sertifikasi dan Lisensi
e. Bidang Promosi dan Kesehatan Institusi (PROMKESI)
a. Seksi Promosi Kesehatan
b. Seksi UKBM dan Kesehatan Institusi

9
c. Seksi Pengembangan Perlindungan Jaminan Kesehatan
f. Bidang Pencegahan Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (P2PL)
a. Seksi Pengamatan dan Pencegahan Penyakit
b. Seksi Pemberantasan dan Pengendalian Penyakit
c. Seksi Penyehatan Lingkungan
g. Unit Pelaksana Teknis
a. Unit Pelaksana Teknis Dinas Instalasi Farmasi Kabupaten
b. Unit Pelaksana Teknis Dinas Laboratorium Kesehatan
Masyarakat
c. Unit Pelaksana Teknis Dinas Pusat Kesehatan Masyarakat
(Puskesmas)
h. Kelompok Jabatan Fungsional
B. Promosi Kesehatan dan KI
Promosi kesehatan adalah upaya untuk meningkatkan kemampuan
masyarakat melalui pembelajaran dari, oleh dan untuk masyarakat, agar
mereka dapat menolong dirinya sendiri serta mengembangkan kegiatan yang
bersumber daya masyarakat sesuai sosial budaya setempat dan didukung oleh
kebijakan publik yang berwawasan kesehatan. Tujuan dari promosi kesehatan
adalah meningkatkan kemampuan individu, keluarga, kelompok, dan
masyarakat untuk hidup sehat dan mengembangkan UKBM (Upaya
Kesehatan Masyarakat), serta menciptakan lingkungan yang kondusif.
Promosi Kesehatan memiliki tiga strategi dasar yang berupa:
1. Gerakan Pemberdayaan: memberikan informasi secara
berkesinambungan mengikuti perkembangan sasaran, sehingga sasaran
berubah dari tidak tahu menjadi tahu, dari tahu menjadi mau, dari mau
menjadi mampu untuk melaksanakan perilaku mencegah dan atau
mengatasi masalah kesehatan.
2. Bina suasana: menciptakan lingkungan sosial yang kondusif untuk lebuh
menguatkan dukungan terhadap perubahan perilaku
individu/keluarga/kelompok, khususnya dari fase tahu menjadi mau.

10
3. Advokasi: upaya strategis dan terencana untuk mendapatkan komitmen
dan dukungan stakeholders/penentu kebijakan/pemilik dana.

Strategi tersebut bertujuan untuk mendorong masyarakat dapat


menolong dirinya sendiri dengan perilaku mencegah dan mengatasi masalah
kesehatan. Selain itu strategi tersebut juga untuk menanamkan ”paradigma
sehat” di masyarakat, dimana pencegahan dan peningkatan kesehatan
diutamakan, tanpa mengabaikan penyembuhan dan pemulihan kesehatan.
Promosi Kesehatan memiliki Tupoksi (Tugas Pokok dan Fungsi)
yang meliputi penyebarluasan informasi kesehatan, pengembangan UKBM
dan kesehatan institusi, serta pengembangan perlindungan jaminan kesehatan.
Berdasarkan tupoksi tersebut, Promosi Kesehatan memiliki fungsi untuk
merencanakan, mengkoordinasikan, penyediaan sarana, dan
pengawasan/monitoring terhadap pelaksanaan Promosi Kesehatan, UKBM
dan KI, dan PPJK (Program Pemeliharaan Jaminan Kesehatan). Dalam
pelaksanaannya, promkes tidak berjalan sendiri, melainkan terintegrasi dalam
program-program kesehatan.
1. Seksi Promosi Kesehatan
Kegiatan promosi kesehatan merupakan kewenangan daerah yang
harus dilaksanakan oleh daerah, untuk menjamin pelayanan dasar, menjadi
prioritas Pemerintah Daerah dan memenuhi komitmen, nasional dan
internasional.
Kegiatan promosi kesehatan ini merupakan pelayanan bidang
kesehatan yang mendapat prioritas tinggi, berorientasi pada output yang
langsung dirasakan oleh masyarakat, terukur terus menerus dan laik
(feasible) untuk dikerjakan. Oleh karena itu terdapat SPM (Standar
Pelayanan Minimum) untuk mengukur kinerja daerah dalam melakukan
promosi kesehatan.
Adapun indikator SPM Promosi Kesehatan berupa presentase
tercapainya kondisi sehat di suatu daerah. Kondisi sehat tersebut
ditentukan dari beberapa aspek.

11
Tabel 1. Indikator SPM Promosi Kesehatan
No. Indikator Standar Pencapaian
1. Rumah Tangga Sehat 65%
2. Bayi yang mendapat ASI Eksklusif 80%
3. Desa dengan garam beryodium yang baik 90%
4. Posyandu Purnama 40%
Sumber: Profil Dinas Kesehatan Karanganyar
Contoh kegiatan Promosi Kesehatan:
a. Peningkatan Citra Posyandu
b. Gerakan Senin Sehat
c. Pergerakan Masyarakat untuk Tilik Tonggo dalam PSN
(Pemberantasan Sarang Nyamuk)
d. Kampanye GAKY
e. Gerakan Desa Siaga Sehat Sejahtera
f. Peningkatan PHBS (Perilaku Hidup Bersih dan Sehat) Tatanan
Rumah Tangga, Tempat Kerja, dan Institusi Pendidikan
g. Promosi Buku KIA (Kesehatan Ibu dan Anak)
h. Pengembangan Kawasan Tanpa Rokok
i. Kampanye Gaya Hidup Sehat
2. Seksi UKBM dan KI
Macam-macam UKBM antara lain:
a. Posyandu (Pos Pelayanan Terpadu)
Posyandu merupakan jenis UKBM yang paling memasyarakat
dewasa ini. Posyandu memiliki beberapa program prioritas, yaitu
pelayanan KB, KIA, Gizi, Imunisasi, Lansia, dan Penanggulangan
Diare.
b. Pos Upaya Kesehatan Kerja (UKK)
Wadah dari serangkaian upaya pemeliharaan kesehatan pekerja
yang terencana, teratur, dan berkesinambungan yang
diselenggarakan oleh masyarakat pekerja atau kelompok pekerja

12
yang memiliki jenis kegiatan yang sama dan bertujuan untuk
meningkatkan produktivitas.
c. Poliklinik Kesehatan Desa (PKD)
PKD adalah UKBM yang dibentuk oleh, untuk, dan bersama
masyarakat dan didukung oleh tenaga kesehatan profesional untuk
melakukan upaya promotif dan kuratif, sesuai dengan
kewenangannya dibawah pembinaan teknis Puskesmas.
d. Saka Bakti Husada (SBH)
Adalah wadah Pramuka untuk mengembangkan pegetahuan,
ketrampilan, pengalaman dan kesempatan dalam membaktikan
dirinya kepada masyarakat dalam pembangunan kesehatan.
e. Tanaman Obat Keluarga (TOGA)
Adalah sebidang tanah di halaman atau ladang yang dimanfaatkan
untuk menanam tanaman yang berkhasiat sebagai obat.
f. Usaha Kesehatan Sekolah (UKS)
Adalah segala usaha yang dilaksanakan untuk meningkatkan
kesehatan anak usia sekolah mulai TK sampai dengan SLTA.
g. Pos Kesehatan Pesantren (Poskestren)
Merupakan wujud partisipasi masyarakat produk pesantren dalam
bidang kesehatan. Kegiatan dalam Poskestren antara lain
3. Seksi PPJK
Seksi ini berfungsi untuk sosialisasi Program Jamkesmas (Jaminan
Kesehatan Masyarakat) yang diselenggarakan oleh Pemerintah Pusat bagi
masyarakat miskin. Program ini bertujuan untuk meningkatkan jangkauan,
pemerataan dan mutu pelayanan kesehatan khususnya bagi masyarakat
miskin. Adapun sasaran program ini adalah masyarakat dengan kriteria
sangat miskin, miskin, dan hampir miskin.
Sumber pendanaan program ini berasal dari APBN. Adapun
pelayanan kesehatan bagi peserta Jamkesmas meliputi:
a. Pelayanan Kesehatan Dasar di Puskesmas
b. Pelayanan Kesehatan Rujukan di Rumah Sakit

13
C. Pembiayaan (PPJK)
1. Program Jamkesmas
Penetapan Sasaran/ Kepesertaan:
a. Desa mengusulkan masyarakat miskin dengan kriteria sangat miskin,
miskin, dan hampir miskin ke Bupati Karanganyar melalui
Puskesmas dan DKK dengan berdasarkan jumlah kuota yang
ditetapkan
b. Usulan tersebut disampaikan untuk di tetapkannya Surat Keputusan
oleh Bupati Karanganyar
c. Surat Keputusan Bupati Karanganyar perihal Daftar Peserta
Jamkesmas tersebut selanjutnya diserahkan kepada PT. Askes
Cabang Surakarta untuk dicetak kartunya (warna kuning)
d. Kartu yang telah dicetak oleh PT. Askes selanjutnya diserahkan
kepada desa untuk disampaikan kepada peserta
Karena jumlah kuota untuk Kabupaten Karanganyar pada
tahun 2009 dan 2010 masih sama dengan tahun 2008 maka
penetapan peserta baru hanya menggantikan yang meninggal, pindah
alamat, dan double entry.
Pendanaan Program Jamkesmas sendiri bersumber dari
APBN. Pelayanan kesehatan bagi peserta Jamkesmas meliputi:
a. Pelayanan kesehatan dasar di Puskesmas
b. Pelayanan kesehatan rujukan di RS
Adapun pelayanan kesehatan yang dibatasi adalah:
a. Kacamata minimal +1/-1
b. Intra Ocular Lens
c. Alat bantu dengar
d. Alat bantu gerak
e. Penunjang diagnostik canggih
Adapun pelayanan yang tidak dijamin adalah:
a. Pelayanan yang tidak sesuai prosedur dan ketentuan
b. Bahan, tindakan, dan alat untuk tujuan kosmetik

14
c. Prothesis gigi tiruan
d. General check up
e. Rangkaian pemeriksaan dan pengobatan untuk mendapatkan
keturunan
f. Pengobatan alternative
g. Pelayanan kesehatan untuk tanggap darurat bencana
h. Pelayanan kesehatan pada bakti sosial.
Prosedur Program Jamkesmas di Kabupaten Karanganyar
meliputi:
a. Peserta Jamkesmas Kabupaten Karanganyar yang memerlukan
pelayanan kesehatan dasar berkunjung ke Puskesmas dan
jaringannya
b. Untuk mendapatkan pelayanan kesehatan, peserta Jamkesmas
Kabupaten Karanganyar harus menunjukkan kartu peserta yang
merujuk kepada daftar masyarakat miskin yang ditetapkan dengan
Surat Keputusan Bupati Karanganyar tahun 2009
c. Apabila peserta Jamkesmas memerlukan pelayanan kesehatan
rujukan, maka peserta yang bersangkutan dapat dirujuk ke fasilitas
pelayanan kesehatan rujukan disertai surat rujukan dan kartu peserta
Jamkesmas yang ditunjukkan sejak awal sebelum mendapatkan
pelayanan kesehatan kecuali pada kasus emergency.
d. Bila peserta tidak dapat menunjukkan kartu peserta sejak awal
sebelum mendapatkan pelayanan kesehatan, maka yang
bersangkutan diberi waktu maksimal 2 x 24 jam pada hari kerja
untuk menunjukkan kartu tersebut
e. Pada kondisi tertentu dimana yang bersangkutan belum mampu
menunjukkan identitas sebagaimana yang dimaksud diatas maka
direktur rumah sakit dapat menetapkan status miskin atau tidak
kepada yang bersangkutan.

15
D. Kesehatan Ibu dan Anak
Ibu dan anak merupakan salah satu kelompok umur yang rentan
dengan permasalahan kesehatan sehingga kelompok ini sensitif dengan
perubahan derajat kesehatan masyarakat. Maka dari itu Angka Kematian Ibu
(AKI), Angka Kematian Bayi (AKB) dan Angka Kematian Balita merupakan
indikator derajat kesehatan. Ibu dan anak memerlukan pelayanan kesehatan
khusus sehingga dinas kesehatan merumuskan program Kesehatan Ibu Dan
Anak (KIA).
Angka kematian bayi di Karanganyar pada tahun 2012 8,78 per 1000
kelahiran dibandingkan dengan angka kematian bayi di Jawa Tengah pada
tahun 2012 11,85 per 1000 kelahiran sudah memenuhi target. Di mana angka
kematian bayi di Karanganyar lebih rendah dibandingkan dengan angka
kematian di Jawa Tengah.
Angka kematian ibu di Karanganyar pada tahun 2012 sebesar 17 per
100.000 kelahiran hidup dibandingkan dengan angka kematian ibu di Jawa
Tengah 116,34 per 100.000 kelahiran hidup (Dinas Kesehatan Provinsi Jawa
Tengah, 2012) tentunya sudah memenuhi target yaitu di bawah angka
kematian ibu di Jawa Tengah.
Dinas Kesehatan Kabupaten Karanganyar membuat program KIA
meliputi antenatal care (penanggulangan anemia pada ibu hamil dan
penangggulangan Gangguan Akibat Kekurangan Iodium (GAKI)),
pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan, kunjungan neonatus,
kunjungan bayi dan ASI eksklusif serta pemantauan pertumbuhan balita.
Program antenatal care ini difokuskan pada penanggulangan anemia
dan GAKI. Berdasarkan masa emas dan kritis pertumbuhan dan
perkembangan anak mulai dari konsepsi hingga umur dua tahun. Pada masa
konsepsi hingga kelahiran otak janin mengalami pertumbuhan. Pada umur
kehamilan 0-20 pekan janin mengembangkan tinggi badan potensial, maka
dari itu janin membutuhkan kecukupan mikronutrien dan protein. Pada umur
kehamilan 20 pekan sampai masa kelahiran janin membangun berat badan
potensial, maka dari itu janin membutuhkan kecukupan jumlah kalori. Pada

16
masa kelahiran hingga umur dua tahun bayi mengalami pertumbuhan
mencapai tinggi dan berat badan optimal. Maka dari itu bayi membutuhkan
kecukupan jumlah makronutrien dan mikronutrien melalui program ASI
eksklusif (hingga umur enam bulan) dan MP-ASI. Jika asupan gizi pada
tumbuh kembang janin dan bayi terganggu maka dapat muncul kerugian
jangka pendek dan jangka panjang seperti perkembangan otak yang dapat
mengakibatkan rendahnya kemampuan kognitif dan prestasi belajar,
pertumbuhan masa tubuh dan komposisi badan yang dapat menyebabkan
buruknya kekebalan dan kapasitas kerja, gangguan metabolisme yang dapat
menimbulkan masalah metabolik seperti diabetes, obesitas, penyakit jantung
koroner dan dapat berujung pada kematian.
Pencegahan anemia pada ibu hamil melalui pemberian tablet tambah
darah berupa 200 mg Ferous Sulfat (60 mg besi elemental dan 0,25 mg asam
folat) per hari selama minimal 90 hari. Namun program ini belum mampu
menurunkan kejadian anemia pada ibu hamil walaupun angka distribusi tablet
tambah darah sudah cukup baik. Diasumsikan terdapat beberapa kendala
seperti suplementasi tidak dibarengi dengan makanan pola menu seimbang,
khususnya sumber protein hewani & vitamin C yang cukup, adanya penyakit
yang mengganggu seperti cacing tambang dan malaria, tidak ada jaminan
bahwa tablet tambah darah diminum sasaran dan adanya penghambat
penyerapan tablet tambah darah (teh, susu, kopi).
Kekurangan iodium dapat menimbulkan penurunan produksi hormon
tiroid, sehingga dapat mengganggu metabolisme tubuh. Jika hal ini terjadi
pada ibu hamil pada periode kritis, maka perkembangan otak dapat terganggu
sehingga berisiko untuk mengalami keguguran, kelahiran prematur, hipotiroid
kongenital, retardasi mental, kretinisme dan gangguan saraf lain. Pencegahan
GAKI meliputi surveilans pengumpulan, pengolahan dan analisa data GAKI
(pemeriksaan NHI (Neonatal Hipothyroid Indeks) pada semua bayi,
pemeriksaan TGR (Total Goitre Rate) pada ibu hamil dan pemantauan
penggunaan garam beryodium pada semua keluarga) yang dilakukan terus
menerus setiap tahun dan diinformasikan kepada pemegang program terkait.

17
Pemberian makanan pada bayi dan pemantauan pertumbuhan balita
turut menjadi perhatian pada program KIA. Bayi memiliki standar emas
makanan meliputi inisiasi menyusui dini (IMD), menyusui ASI eksklusif
selama enam bulan, memberikan MP-ASI dan makanan keluarga setelah
umur enam bulan dan meneruskan pemberian ASI sampai umur dua tahun.
Setelah itu pemantauan pertumbuhan balita digunakan untuk pengawasan dan
deteksi dini adanya gangguan pertumbuhan pada balita. Jika gangguan segera
diketahui maka harapannya gangguan dapat segera ditangani untuk mencegah
dampak yang lebih besar. Pemantauan pertumbuhan ini dilakukan di
Posyandu menggunakan Kartu Menuju Sehat (KMS) Balita. Jika ditemukan
gangguan perkembangan maka Posyandu dapat melaporkan hal tersebut ke
bidan desa, kemudian bidan desa akan melaporkan ke Puskesmas untuk
memutuskan tata laksana lebih lanjut.
E. Program Perbaikan Gizi
Konsep hidup sehat H.L.Blum sampai saat ini masih relevan untuk
diterapkan. Kondisi sehat secara holistik bukan saja kondisi sehat secara fisik
melainkan juga spiritual dan sosial dalam bermasyarakat. Untuk menciptakan
kondisi sehat seperti ini diperlukan suatu keharmonisan dalam menjaga
kesehatan tubuh. H.L Blum menjelaskan ada empat faktor utama yang
mempengaruhi derajat kesehatan masyarakat. Keempat faktor tersebut
merupakan faktor determinan timbulnya masalah kesehatan.
Faktor tersebut terdiri dari faktor perilaku/gaya hidup (life style),
faktor lingkungan (sosial, ekonomi, politik, budaya), faktor pelayanan
kesehatan (jenis cakupan dan kualitasnya) dan faktor genetik (keturunan).
Keempat faktor tersebut saling berinteraksi yang mempengaruhi kesehatan
perorangan dan derajat kesehatan masyarakat. Diantara faktor tersebut faktor
perilaku manusia merupakan faktor determinan yang paling besar dan paling
sukar ditanggulangi, disusul dengan faktor lingkungan. Hal ini disebabkan
karena faktor perilaku yang lebih dominan dibandingkan dengan faktor
lingkungan karena lingkungan hidup manusia juga sangat dipengaruhi oleh
perilaku masyarakat.

18
Tujuan pembangunan kesehatan nasional salah satunya adalah
menurunkan mortalitas dan morbiditas. Dalam hal ini mortalitas lebih
diutamakan dikarenakan hal tersebut adalah keadaan terburuk dalam dunia
kesehatan. Tiga indikator utama yang terdapat diantaranya Angka Kematian
Ibu (AKI), Angka Kematian Bayi (AKB), dan Angka Kematian Anak Balita
(AKABA). Hal tersebut didasarkan karena sangat rentannya ketiga indikator
tersebut mengalami dampak serius ketika faktor lain yang mendukungnya
bermasalah.
Angka kematian ibu (AKI) merupakan salah satu indikator dalam
menentukan derajat kesehatan masyarakat. Di Indonesia Angka Kematian Ibu
tertinggi dibandingkan negara-negara ASEAN lainnya. Berdasarkan SDKI
2007 Indonesia telah berhasil menurunkan Angka Kematian Ibu dari
390/100.000 kelahiran hidup (1992) menjadi 334/100.000 kelahiran hidup
(1997). Selanjutnya turun menjadi 228/100.000 kelahiran hidup.Penyebab
kematian ibu yang paling umum di Indonesia adalah penyebab obstetri
langsung yaitu perdarahan 28%, preeklampsi/eklampsi 24%, infeksi 11%,
sedangkan penyebab tidak langsung adalah trauma obstetri 5% dan lain – lain
11%.
Selain itu, salah satu indikator utama derajat kesehatan masyarakat
lainnya adalah Angka Kematian Bayi (AKB) atau Infant Mortality Rate
(IMR). AKB tidak berdiri sendiri, melainkan terkait dengan faktor faktor lain,
salah satunya adalah faktor gizi. Status gizi ibu pada waktu melahirkan dan
gizi bayi merupakan faktor tidak langsung maupun langsung sebagai penyebab
kematian bayi. Oleh karena itu, pemenuhan kebutuhan gizi bayi sangat perlu
mendapat perhatian yang serius.
Gizi untuk bayi yang paling sempurna adalah Air Susu Ibu (ASI).
Pemberian ASI pada bayi merupakan cara terbaik bagi peningkatan kualitas
Sumber Daya Manusia (SDM) sejak dini. ASI sangat bermanfaat bagi bayi
karena mengandung komposisi zat gizi yang dibutuhkan oleh bayi yaitu zat
pembangun (protein, mineral), zat pengatur (vitamin, mineral, protein) dan zat
tenaga (karbohidrat, lemak), mewujudkan ikatan emosional antara ibu dan

19
bayinya serta mengandung zat-zat kekebalan tubuh yang dapat melindungi
bayi dari infeksi.
Namun cakupan pemberian ASI yang tinggi saja tidaklah cukup untuk
mencapai ASI secara eksklusif, tetapi harus diikuti dengan pola pemberian
ASI yang sesuai dengan standar pemberian ASI. Pemberian ASI Eksklusif
adalah pemberian air susu ibu saja selama 6 bulan dan dapat terus dilanjutkan
sampai dengan 2 (dua) tahun dengan memberikan makanan pendamping air
susu ibu (MP-ASI) sebagai tambahan makanan sesuai dengan kebutuhan bayi.
Kenyataan rendahnya pemberian ASI Eksklusif oleh ibu menyusui di
Indonesia disebabkan oleh 2 (dua) faktor, yakni faktor internal yang meliputi
rendahnya pengetahuan serta sikap ibu tentang kesehatan secara umum dan
ASI Eksklusif secara khususnya dan faktor eksternal yang meliputi kurangnya
dukungan keluarga, masyarakat, petugas kesehatan maupun pemerintah
sebagai pembuat kebijakan terhadap pemberian ASI Eksklusif, gencarnya
promosi susu formula, adanya faktor sosial budaya serta kurangnya
ketersediaan fasilitas pelayanan kesehatan ibu dan anak.
F. Pencegahan Pemberantasan Penyakit dan Penyehatan Lingkungan
(P2PL)

1. Visi dan Misi


a. Visi
Terwujudnya masyarakat yang bebas dari penularan penyakit
dengan memiliki perilaku sehat dan didukung oleh lingkungan
sehat.
b. Misi
1) Meningkatkan upaya penemuan kasus dan pengobatan penderita
penyakit menular
2) Meningkatkan dan mengembangkan upaya penyehatan
lingkungan
3) Meningkatkan dan mengembangkan upaya perilaku hidup sehat
4) Meningkatkan dan mengembangkan ketahanan terhadap
penyakit menular

20
5) Meningkatkan meningkatkan dan mengembangkan perencanaan
berdasarkan fakta
6) Meningkatkan dan mengembangkan penggalangan kemitraan
dalam upaya pencegahan dan pemberantasan penyakit
2. Pencegahan Penyakit
Berdasarkan waktu pelaksanaannya terkait dengan patogenesis
masing-masing penyakit, terdapat 3 jenis pencegahan, yaitu:
a. Pencegahan I (primer): pencegahan yang dilakukan sebelum
terjadinya penyakit
1) Promosi Kesehatan
2) Perlindungan Khusus
b. Pencegahan II (sekunder): pencegahan yang dilakukan selama
masa perjalanan penyakit
1) Penemuan dini
2) Pengobatan segera
3) Pembatasan ketidakmampuan
c. Pencegahan III (tersier): pencegahan yang dilakukan pada akhir
masa perjalanan penyakit
1) Rehabilitasi
3. Pemberantasan Penyakit
Dalam hal ini, ada beberapa strategi yang dapat dilakukan
dalam upaya memberantas penyakit, diantaranya adalah intensifikasi
pencarian dan pengobatan kasus, imunisasi, pemberantasan penyakit
berbasis lingkungan dan perilaku sehat, penggalangan upaya
kemitraan dengan pihak terkait, serta pelasanaan survailans
epidemiologi.
4. Kesehatan Lingkungan
Program Kesehatan Lingkungan:
a. STBM (Sanitasi Total Berbasis Masyarakat)
b. SBS (STOP BAB Sembarangan)
c. CTPS (Cuci Tangan Pakai Sabun)

21
d. PAM RT ( Penyediaan Air Minum Rumah Tangga)
e. PSRT (Pengolahan Sampah Rumah Tangga)

Tabel 2. Standar Pelayanan Minimal (SPM) PPM


No Jenis Pelayanan Indikator Target Realisasi
tahun 2013
1 PE & Penanggualangan Desa 100% 100%
KLB ditangani <24
jam
2 TBC Cure Rate >85% 98%
CDR >70% 55.3%
3 ISPA Pneumoni Balita 100% 6.61%
ditangani
4 IMS & HIV-AIDS Klien 100% 100%
ditangani
IMS diobati 100% 100%
Scrining 100% 100%
Donor Darah
5 P2 Demam Berdarah Penderita DB 100% 100%
Dengue (DBD) dtiangani
IR (Incident <50/100.000 52.8
Rate)
CFR <1% 1.65
6 P2 Diare Balita diare 100% 100
ditangani
CFR <2,5 0
7 P2 Kusta RFT >90% 100%
penderita
kusta diobati
8 P2 Malaria Penderita 100% 100%
malaria

22
diobati
9 P2 Filaria Kasus ≥90% 100%
filiariasis
ditangani
Sumber: Profil Dinas Kesehatan Karanganyar

Tabel 3. Sepuluh Indikator Kesehatan Lingkungan


No Indikator Capaian Tahun Target Tahun
2013 (%) 2013(%)
1 Jumlah penduduk yang memiliki 88,18 63,5
akses terhadap air minum
berkualitas
2 Jumlah air minum berkualitas 52,18 100
dan memenuhi syarat kesehatan
3 Jumlah penduduk yang 71,76 72
menggunakan jamban sehat
4 Jumlah penduduk yang stop 88,7 93
BABS
5 Jumlah desa yang stop BABS 15 80
6 Jumlah dusun yang stop BABS 231 537
7 Jumlah tempat umum yang 63 82
memenuhi syarat kesehatan
8 Jumlah rumah yang memenuhi 63 82
syarat kesehatan
9 Jumlah Desa yang 70,92 82
melaksanakan STBM
10 Jumlah target Pengelolaan 65 70
makanan yang memenuhi syarat
kesehatan
Sumber: Profil Dinas Kesehatan Karanganyar

23
G. Imunisasi
Di Indonesia, program imunisasi diatur oleh Kementerian Kesehatan
Republik Indonesia. Pemerintah, bertanggungjawab menetapkan sasaran jumlah
penerima imunisasi, kelompok umur serta tatacara memberikan vaksin pada
sasaran. Pelaksaan program imunisasi dilakukan oleh unit pelayanan kesehatan
pemerintah dan swasta. Di Indonesia pelayanan imunisasi dasar/ imunisasi rutin
dapat diperoleh pada :
1. Pusat pelayanan yang dimiliki oleh pemerintah, seperti Puskesmas,
Posyandu, Puskesmas pembantu, Rumah Sakit atau Rumah Bersalin
2. Pelayanan di luar gedung, namun diselenggarakan oleh pemerintah
misalnya pada saat diselenggarakan program Bulan Imunisasi Anak
Sekolah, pekan Imunisasi Nasional, atau melalui kunjungan dari rumah
ke rumah.
3. Imunisasi rutin juga dapat diperoleh pada bidan praktik swasta, dokter
praktik swasta atau rumah sakit swasta.
Salah satu dasar hukum terbaru tentang imunisasi adalah Keputusan Menkes
No. 1626/ Menkes/SK/XII/2005 tentang Pedoman Pemantauan dan
Penanggulangan Kejadian Ikutan Paska Imunisasi (KIPI).
Tujuan Umum imunisasi adalah turunnya angka kesakitan, kecacatan dan
kematian bayi akibat PD3I.
Sedangkan, tujuan khususnya adalah
1. Tercapainya target Universal Child Immunization yaitu cakupan
imunisasi lengkap minimal 80% secara merata pada bayi di 100% desa/
kelurahan pada tahun 2010
2. Tercapainya Eliminasi Tetanus Maternal dan Neonatal (insiden di bawah
1 per 1.000 kelahiran hidup dalam satu tahun) pada tahun 2005.
3. Eradikasi polio pada tahun 2008.

24
4. Tercapainya reduksi campak (RECAM) pada tahun 2005.
a. Kebijakan Program Imunisasi
1) Penyelenggaraan imunisasi dilaksanakan oleh pemerintah swasta
dan masyarakat, dengan mempertahankan prinsip keterpaduan
antara pihak terkait
2) Mengupayakan pemerataan jangkauan pelayanan imunisasi baik
terhadap sasaran masyarakat maupun sasaran wilayah
3) Mengupayakan kualitas pelayanan yang bermutu
4) Mengupayakan kesinambungan penyelenggaraan melalui
perencanaan program dan anggaran terpadu
5) Perhatian khusus diberikan pada wilayah rawan sosial, rawan
penyakit (KLB) dan daerah-daerah sulit secara geografis
b. Strategi
1) Memberikan akses (pelayanan) kepada masyarakat
2) Membangun kemitraan dan jejaring kerja
3) Menjamin ketersediaan dan kecukupan vaksin, peralatan rantai
vaksin da alat suntik
4) Menerapkan sistem Pemantauan Wilayah Setempat (PWS) untuk
menentukan prioritas kegiatan serta tindakan perbaikan
5) Pelayanan imunisasi dilaksanakan oleh tenaga profesional/terlatih
6) Pelaksanaa sesuai standar
7) Memanfaatkan perkembangan metoda dan teknologi yang lebih
efektif, berkualitas dan efisien.
8) Meningkatkan advokasi, fasilitasi dan pembinaan
Di Indonesia, untuk pelayanan kesehatan pemerintah, vaksin yang termasuk
dalam program imunisasi dasar diberikan secara gratis, kadang-kadang di
beberapa unit pelayanan kesehatan hanya membayar kartu masuk puskesmas atau
rumah sakit tergantung pada kebijakan daerah. Vaksin yang termasuk program
imunisasi dasar adalah: Hepatitis B, Diptheri, Pertusis, Tetanus, polio, BCG dan
vaksin campak. Untuk vaksin yang tidak termasuk program imunisasi dasar,
seperti HiB, Pneumoni, MMR maka harus membayar vaksin yang diberikan.

25
Untuk pelayanan swasta, bila vaksin bukan berasal dari vaksin pemerintah maka
yang bersangkutan harus membayar biaya vaksin dan konsultasi pada pihak
swasta. Berikut adalah jadwal imunisasi berdasarkan IDAI 2012.
Gambar 1. Jadwal Imunisasi 2011-2012 Rekomendasi Ikatan Dokter Anak
Indonesia

Sumber: Ikatan Dokter Anak Indonesia

26
BAB IV
SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
1. Dalam keorganisasian Dinas Kesehatan Kabupaten Karanganyar terdapat
peran struktural dan fungsional masing-masing.
2. Setiap bagian di Dinas Kesehatan Kabupaten Karanganyar memiliki tugas
pokok dari menyusun kebijakan hingga menjalankan tugas lain yang
diberikan oleh Bupati.
3. Dinas Kesehatan Kabupaten Karanganyar dipimpin oleh kepala dinas dan
kepala dinas dibantu oleh sekretaris dan kepala bagian yang menjalani
bagian masing-masing.
B. Saran
1. Menggalakan kegiatan promosi kesehatan sebagai modal awal untuk
memperbaiki derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya.
2. Cakupan wilayah Karanganyar yang luas sehingga sulit untuk diakses
dengan mudah bila tenaga kesehatan yang kurang memadai, sehingga
perlu penambahan petugas kesehatan agar dapat memaksimalkan kinerja
Dinas Kesehatan Kabupaten Karanganyar.
3. Dinas Kesehatan Karanganyarperlu meningkatkan sumber daya manusia
selain dari jumlah juga dari kualitas, dengan mengikuti dan
menyelenggarakan pelatihan agar ilmu yang digunakan adalah ilmu yang
terbaru dan terefisien sesuai dengan Evidence based medicine. Serta
menempatkan karyawan sesuai dengan bidang keahliannya.

27
DAFTAR PUSTAKA

Dinas Kesehatan Kabupaten Karanganyar. 2013. Profil Kesehatan Kabupaten


Karanganyar Tahun 2013. DKK: Karanganyar.
Dinas Kesehehatan Provinsi Jawa Tengah. 2012. Profil Kesehatan Provinsi Jawa
Tengah Tahun 2012. DKP: Semarang.
Keputusan Menkes No. 1626/ Menkes/SK/XII/2005. tentang Pedoman
Pemantauan dan Penanggulangan Kejadian Ikutan Paska Imunisasi (KIPI).
2005.
Peraturan Daerah Kabupaten Karanganyar Nomor 2 Tahun 2009. Tentang
Struktur Organisasi dan Tata Kerja Dinas Daerah Kabupaten Karanganyar.
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 tahun 2006. Tentang Pedoman
Pengelolaan Keuangan Daerah. 2006.
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 59 tahun 2007. Tentang Pedoman
Pengelolaan Keuangan Daerah. 2007.
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 75 Tahun 2014 Tentang
Pusat Kesehatan Masyarakat
Undang - Undang Nomor 17 tahun 2003. tentang Keuangan Negara.
Undang - Undang Nomor 25 tahun 2004. tentang Sistem Perencanaan
Pembangunan Nasional.

28

Anda mungkin juga menyukai