Anda di halaman 1dari 10

PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN PPKN MELALUI

MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING PADA


SISWA KELAS XI SMA NEGERI 1 JEREWEH

Oleh : Dra. Asmi


Guru PPKn SMAN 1 Jereweh

PENDAHULUAN

Negara Indonesia yang berdasarkan pancasila dalam dunia pendidikan formal


untuk membina sikap dan moral peserta didik dapat ditempuh antara lain melalui
mata pelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn). Melalui mata
pelajaran PPKn sebagai wahana pembinaan perilaku pada siswa juga dimaksudkan
untuk membekali siswa dengan budi pekerti, pengetahuan, dan kemampuan dasar.
Kemampuan dasar, materi pokok dan indikator pencapaian prestasi belajar yang
dicantumkan dalam standar nasional merupakan bahan minimal yang harus
dikuasai siswa.
Kegiatan belajar dan pembelajaran di Sekolah Menengah Atas hendaknya
dapat menciptakan terjadinya interaksi edukatif antara guru dengan siswa dan juga
siswa dengan siswa. Untuk menciptakan hal tersebut diperlukan metode pengajaran
yang sesuai dan dapat menciptakan situasi belajar yang hidup dan terorganisir.
Setiap guru hendaknya menyusun rencana pembelajaran. Dalam menyusun rencana
pembelajaran guru perlu mengetahui asumsi-asumsi yang dijadikan sumber
landasan berpikir dalam menentukan model pembelajaran yang tepat sehingga
tujuan kurikulum seperti yang tercantum dalam silabus dapat tercapai dan prestasi
belajar anak tinggi.
Pendidikan Kewarganegaraan (PPKn) merupakan salah satu mata pelajaran
yang sangat penting untuk diajarkan sejak dini sebagai satu wahana untuk proses
pembentukan karakter bangsa dan negara. Watak/karakter kewarganegaraan
sesungguhnya merupakan dimensi yang paling substantif dan esensial dalam mata
pelajaran kewarganegaraan. Watak yang mencerminkan warga negara yang baik itu
misalnya sikap religius, toleran, jujur, adil, demokratis, taat hukum, menghormati
orang lain, memiliki kesetiakawanan social, dan lain-lain. Pendidikan
Kewarganegaraan merupakan mata pelajaran yang memfokuskan pada
pembentukan warga negara yang memahami dan mampu mengamalkan hak dan
kewajiban untuk menjadi warga negara Indonesia. Pendidikan Kewarganegaraan
merupakan mata pelajaran wajib pada semua satuan pendidikan dasar dan
pendidikan menengah. Aspek-aspek yang menjadi lingkup mata pelajaran ini,
mencakup persatuan dan kesatuan bangsa, norma hukum dan peraturan, hak asasi
manusia, kebutuhan warga negara, kekuasaan dan politik, pancasila, dan globalisasi
(Depdiknas, 2007).
Selain itu, pembelajaran PPKn juga cenderung kurang bermakna karena
hanya berpatokan pada penilaian aspek kognitif saja, tidak pada aspek afektif dan
psikomotor. Guru masih mengajar lebih banyak mengejar target yang berorientasi
pada nilai ujian akhir. Hal ini berkaitan pada pembentukan karakter, moral, sikap
serta perilaku murid yang hanya menginginkan nilai yang baik tanpa diimbangi
dengan perbaikan karakter, moral, sikap serta perilaku dari anak tersebut.
Permasalahan tersebut juga terjadi pada pembelajaran PPKn di SMA.
Pada proses pembelajaran PPKn yang dilaksanakan selama ini, siswa masih
diam mendengarkan apa yang dijelaskan guru dan siswa kebanyakan bercanda,
tidak terfokus dengan pelajaran, sehingga siswa menjadi tidak aktif dalam proses
pembelajaran. Hal ini membuat siswa kurang tertarik dan termotivasi untuk
mengikuti pelajaran PPKn, sehingga tidak ada interaksi yang komunikatif antara
guru dan siswa dalam pembelajaran PKn. Kondisi ini berdampak pada hasil belajar
PPKn siswa yang tidak mencapai ketuntasan belajar maksimal. Pembelajaran PPKn
sering dikatakan belum mampu merangsang siswa untuk terlibat aktif dalam proses
belajar mengajar dan belum mampu menumbuhkan budaya belajar siswa. Hal ini
memberikan dampak siswa merasa kesulitan dalam mengikuti pelajaran, proses
pembelajaran berlangsung secara kaku, sehingga kurang mendukung
pengembangan pengetahuan, sikap, moral, dan keterampilan siswa. Penggunaan
metode dan model pembelajaran sangat berpengaruh terhadap aktivitas siswa.
Kosasih (1994) mempunyai pandangan bahwa “pemilihan model dan metode
pembelajaran yang sesuai dengan tujuan kurikulum dan potensi siswa merupakan
kemampuan dan keterampilan dasar yang harus dimiliki oleh guru”.
Hasil belajar yang diperoleh siswa bisa dilihat dari hasil tes, pengerjaan tugas-
tugas atau PR, dan ulangan harian. Rata-rata nilai tes yang diperoleh siswa yaitu 80
dengan variasi nilai terendah 75 dan yang tertinggi 90 dari jumlah keseluruhan
siswa, yaitu 27 orang. Hasill yang rendah ini disebabkan karena dalam pengerjaan
tugas-tugas atau PR siswa cenderung saling menyontek, sehingga jawaban siswa
yang satu dengan siswa yang lainnya hampir sama. Begitu pula pada saat
mengerjakan ulangan harian siswa masih banyak yang bekerja sama ataupun
menyontek, sehingga mengganggu konsentrasi belajar siswa lainnya dalam
menjawab.
Berdasarkan permasalahan maka penulis melakukan penelitian tindakan kelas
sebagai sarana untuk memperbaiki pembelajaran. Untuk meningkatkan kualitas
proses dan hasil belajar melalui pendekatan pembelajaran yang lebih menarik dan
memberikan porsi lebih besar terhadap keterlibatan siswa untuk berperan aktif
dalam memecahkan masalah yang menyangkut kehidupan sehari-hari. Dengan
menggunakan model pembelajaran yaitu Problem Based Learning. Model
pembelajaran Problem Based Learning ini diharapkan dapat meningkatkan hasil
belajar siswa mata pelajaran PPKn tentang kasus-kasus pelanggaran hak dan
pengikaran kewajiban sebagai warga negara Indonesia. Rusman (2011)
berpendapat bahwa pembelajaran berbasis masalah (Problem Based Learning)
merupakan informasi dalam pembelajaran karena dalam PBL kemampuan berpikir
siswa betul-betul dioptimalisasikan melalui proses kerja kelompok atau tim yang
sistematis.
Pembelajaran berdasarkan masalah (Problem Based Learning) sering juga
disebut dengan istilah pengajaran berda-sarkan masalah (Problem Based
Instruction). Menurut Dewey, belajar berdasar-kan masalah adalah interaksi antara
stimulus dengan respon, merupakan hubungan antara dua arah belajar dan
lingkungan. Lingkungan memberi masukan kepada siswa berupa bantuan dan
masalah, sedangkan sistem saraf otak berfungsi menafsirkan bantuan itu secara
efektif sehingga masalah yang dihadapi dapat diselidiki, dinilai, dianalisis serta
dicari pemecahannya dengan baik. Pengalaman siswa yang diperoleh dari
lingkungan akan menjadikan kepadanya bahan dan materi guna memperoleh
pengertian serta bisa dijadikan pedoman dan tujuan belajarnya (Trianto, 2007).

PBL memiliki karakteristik-karakteristik sebagai berikut: (1) belajar


dimulai dengan suatu permasalahan, (2) memastikan bahwa permasalahan yang
diberikan berhubungan dengan dunia nyata pebelajar, (3) mengorganisasikan
pelajaran di seputar permasalahan, bukan di seputar disiplin ilmu, (4) memberikan
tanggung jawab sepenuhnya kepada pebelajar dalam mengalami secara secara
langsung proses belajar mereka sendiri, (5) menggunakan kelompok kecil, dan (6)
menuntut pebelajar untuk mendemonstrasikan apa yang telah mereka pelajari dalam
bentuk produk atau kinerja (performance). Dengan demikian, siswa diharapkan
memiliki pemahaman yang utuh dari sebuah materi yang diformulasikan dalam
masalah, penguasaan sikap positif, dan keterampilan secara bertahap dan
berkesinambungan (Rusman, 2012).

Berdasarkan permasalahan di atas, maka dapat dirumuskan masalah apakah


dengan menggunakan model Problem Based Learning dapat meningkatkan hasil
belajar dan aktivitas belajar PPKn tentang kasus-kasus pelanggaran hak dan
pengikaran kewajiban sebagai warga negara Indonesia pada siswa kelas XI IPS 3
SMAN 1 Jereweh, Tahun Ajaran 2016/2017? Penelitian tindakan kelas ini
dilaksanakan dengan tujuan untuk meningkatkan hasil belajar PPKn tentang kasus-
kasus pelanggaran hak dan pengikaran kewajiban sebagai warga negara Indonesia
pada siswa kelas XI IPS 3 SMAN 1 Jereweh, Tahun Ajaran 2016/2017.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini dilaksanakan di SMAN 1 Jereweh Tahun ajaran 2016/2017.


Dalam penelitian ini yang menjadi subyek penelitian adalah siswa kelas X IPS 1
SMA Negeri 1 Jereweh sebanyak 27 orang siswa. Sedangkan yang menjadi objek
dari penilitian ini adalah peningkatan aktivitas dan hasil belajar PPKN siswa
melalui model Problem Based Learning pada materi pokok kasus-kasus
pelanggaran hak dan pengikaran kewajiban sebagai warga negara Indonesia pada
siswa kelas XI IPS 3 SMAN 1 Jereweh, Tahun Ajaran 2016/2017. Jenis penelitian
yang dilaksanakan ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action
Research). Penelitian Tindakan Kelas (PTK) atau Classroom Action Research
(CAR) adalah action research yang dialkasanakan oleh guru di dalam kelas. Action
research pada hakikatnya merupakan rangkaian ”riset-tindakan-riset-tindakan yang
dilakukan secara siklus, dalam rangka memecahkan masalah, sampai masalah itu
terpecahkan. Ada beberapa ahli yang mengemukakan model penelitian tindakan
kelas dengan bagan yang berbeda, namun secara garis besar terdapat empat tahapan
yang lazim dilalui, yaitu (1) perencanaan, (2) pelaksanaan, (3) pengamatan, dan
(refleksi):

Perencanaan Pelaksanaan
Siklus I

Refleksi Observasi/
Evaluasi

Siklus II

Perencanaan Pelaksanaan

Observasi/
Refleksi
Evaluasi

Gambar 1. Siklus Kegiatan Penelitian Tindakan Kelas


HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil penelitian pada siklus I dan siklus II, hasil belajar dan
aktivitas belajar siswa dapat dilihat seperti pada Tabel 1 berikut ini:

Tabel 1. Hasil Belajar Kognitif, Afektif, Psikomotor dan Ketuntasan


Klasikal Siswa Pada Siklus I dan Siklus II.

Nilai Rata-Rata Hasil Belajar Siswa


Siklus Pertemuan Kriteria Ktriteria Ketuntasan
Kognitif Afektif Psikomotor
Afektif Psikomotor Klasikal
Pertemuan 1 Cukup
71.0 Baik 6.5
I 72.13 baik 58.89%
Pertemuan 2 74.5 Baik 7.2 Baik
Pertemuan 1 80 Baik 8.0 Baik
II 80.20 Sangat 88.70 %
Pertemuan 2 83.40 9.1 Baik
Baik

Tabel 2. Hasil Belajar Kognitif, Afektif, Psikomotor dan Ketuntasan Klasikal


Siswa Pada Siklus I dan Siklus II
Aktivitas Belajar Siswa
Siklus Pertemuan
Skor Total Skor Rata-Rata Kriteria Aktivitas Belajar
Pertemuan 1 300 10.00 Cukup Aktif
I
Pertemuan 2 360 13.30 Cukup Aktif
Pertemuan 1 486 15.13 Aktif
II
Pertemuan 2 550 18.10 Aktif

Untuk lebih jelasnya hasil belajar, ketuntasan klasikal, dan aktivitas siswa
pada siklus I dan siklus II dapat dilihat pada diagram berikut:
Hasi Belajar dan Ketuntasan Klasikal
Skor
88, 70%
90 83,45
74,5 80,2080,0
80
72,13 71,0
70 Kognitif
58,89%
60 Afektif
50
Psikomotor
40
Ketuntasan
30 Klasikal

20
6,5 7.2 8.1 9, 10
10

0
Pertemuan 1 dan Pertemuan Pertemuan 1 dan Pertemuan
2 2
Siklus I

Gambar 2. Diagram Hasil Belajar dan Ketuntasan Klasikal Siklus I dan Siklus II

Aktivitas Siswa
Skor
18,10
20 15.13
13.3 Aktivitas
15 10
Pertemuan 1

10 Aktivitas
Pertemuan 2

0
Siklus I Silkus II

Gambar 3. Diagram Aktivitas Belajar Siswa Siklus

Berdasarkan hasil penelitian yang dilaksanakan pada siklus I dan siklus II


dapat dinyatakan bahwa pembelajaran PPKn dengan menggunakan model
pembelajaran Problem Based Learning dapat meningkatkan hasil belajar dan
aktivitas belajar siswa kelas XI IPS 3 kasus-kasus pelanggaran hak dan pengikaran
kewajiban sebagai warga negara Indonesia pada siswa kelas XI IPS 3 SMAN 1
Jereweh. Perkembangan afektif adalah perkembangan keaktifan siswa seperti
menerima, menjawab atau reaksi. Model pembelajaran Problem Based Learning
yang diterapkan dalam kelas XI IPS 3 SMAN 1 Jereweh mampu menjadikan siswa
lebih mudah memahami materi yang disajikan oleh guru. Dalam model Problem
Based Learning ini, siswa diharuskan untuk bertukar pikiran dengan kelompoknya,
saling bekerjasama dan saling membantu dengan kelompok masing-masing dalam
memecahkan suatu masalah yang berkaitan dengan materi tersebut. Dengan model
ini siswa menjadi lebih aktif dalam kegiatan belajar mengajar yang dilakukan oleh
guru. Berdasarkan data yang diperoleh terlihat bahwa jumlah siswa yang mencapai
nilai KKM sebelum penerapan model pembelajaran Problem Based Learning hanya
35% dari 20 siswa, jumlah itu masih jauh dari target siswa yang tuntas KKM yaitu
70%. Masih rendahnya ketuntasan siswa disebabkan siswa kurang memahami
sepenuhnya materi yang diberikan oleh guru dan siswa kurang antusias dalam
kegiatan belajar mengajar. Model pembelajaran Problem Based Learning yang
disajikan dalam kegiatan belajar mengajar dapat meningkatkan hasil belajar siswa
kelas XI IPS 3 SMAN 1 Jereweh. Hal ini terbukti pada siklus I jumlah siswa yang
mencapai nilai KKM adalah 58,89 % dari 27 siswa, terjadi peningkatan jumlah
siswa yang mencapai KKM dari sebelum adanya penerapan model pembelajaran
Problem Based Learning. Ini menunjukkan bahwa siswa lebih memahami materi
pelajaran saat guru menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning.
Pada siklus II jumlah siswa yang mencapai ketuntasan nilai KKM sebanyak 88,70%
dari 27 siswa. Pada saat siklus II siswa mulai terbiasa, paham dan mengerti dengan
model pembelajaran Problem Based Learning yang diterapkan oleh guru, sehingga
jumlah siswa yang mencapai nilai KKM dalam siklus II lebih banyak dari pada
siklus I. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh peneliti bahwa model
pembelajaran Problem Based Learning dapat diterapkan dalam kegiatan belajar
mengajar PPKn, sebab siswa dapat saling bertukar pikiran dan saling bekerja sama
dengan kelompoknya dan dapat memecahkan masalah secara individu maupun
kelompok yang menyangkut kehidupan sehari-hari mereka. Model pembelajaran
Problem based learning memiliki dampak positif terhadap kegiatan belajar
mengajar PPKn. Hal ini terbukti bahwa adanya peningkatan jumlah siswa yang
mencapai nilai KKM serta terjadinya peningkatan aktivitas belajar dari siswa.

SIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian dengan menerapkan Model Problem Based


Learning (PBL) untuk meningkatkan kualitas pembelajaran PPKn pada siswa kelas
XI IPS 1 peneliti dapat menarik kesimpulan :

1. Aktivitas siswa pada pelajaran PPKn dengan menerapkan Model Problem


Based Learning (PBL) mengalami peningkatan setiap siklusnya dengan
mendapat skor pada siklus I pada pertemuan 1 memperoleh skor rata-rata 10
dan pertemuan dua 30,3 dan masuk dalam kreteria cukup baik dan baik. Dan
hasil pada siklus II pada pertemuan 1 mendapat rata-rata 15,13 dan masuk
dalam kreteria baik, sedangkan pada pertemuan mendapat skor rata-rata 18,
10 dan masuk dalam kreteria baik. Sehingga dapat dikategorikan bahwa
aktivitas siswa pada penelitian ini meningkat setiap siklusnya. Selain itu dapat
disimpulkan bahwa Model Problem Based Learning (PBL) dapat
meningkatkan aktivitas siswa.
2. Hasil belajar siswa pada pelajaran PKn dengan menerapkan Model Problem
Based Learning (PBL) mengalami peningkatan yaitu rata-rata hasil belajar
kelas XI IPS 3 pada siklus I yaitu 58,89, dan pada siklus II yaitu 88,70.
Persentase siswa yang tuntas belajar pada siklus I hanya 10 siswa. Dengan
demikian, dapat disimpulkan hasil belajar siswa meningkat setiap siklusnya.
Selain itu dapat disimpulkan bahwa Model Problem Based Learning (PBL)
dapat meningkatkan hasil belajar siswa.
DAFTAR PUSTAKA

Depdiknas. (2007). Peningkatan Kualitas Pembelajaran. Jakarta: Direktorat


Ketenagaan Dikti.
Kosasih, H. (1994). Buku Pedoman Pengajaran IPS. Jakarta: Depdikbud
Rusman. (2011). Model-model Mengembangkan Profesionalisme Guru. Jakarta: PT
Rajagrafindo Persada.
Trianto. (2009). Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif: Konsep,
Landasan, dan Implementasinya pada KTSP. Jakarta: Kencana.

Anda mungkin juga menyukai