Pembimbing :
Disusun oleh :
Nabilla Sophianingtyas
(1102013194)
Distosia adalah persalinan yang sulit dan ditandai dengan kemajuan persalinan yang lambat,
yang diakibatkan oleh 4 abnormalitas :
Abnormalitas kekuatan mendorong. Kontraksi uterus yang tidak cukup kuat atau
koordinasi yang tidak tepat untuk penipisan dan dilatasi serviks- disfungsi uterus.
Usaha otot volunter ibu ynag tidak kuat selama persalinan kala dua.
Abnormalitas presentasi, posisi, atau perkembangan janin.
Abnormalitas tulang panggul ibu, yaitu kontraksi pélvis
Abnormalitas jaringan lunak saluran reproduksi yang menjadi hambatan untuk
penurunan janin.
Kriteria diagnostik
Pola persalinan Nulipara Multipara Penatalaksanaa Penatalaksanaa
n pilihan n khusus
Kelainan karena perpanjangan
Fase laten yang >20 jam >14 jam Tirah baring Oksitosin atau
memanjang pelahiran caesar
Kelainan karena perlambatan
Dilatasi fase <1,2 cm/jam <1,5 cm/jam
aktif yang
Menunggu dan Pelahiran caesar
melambat
dukungan untuk CPD
Penurunan yang <1 cm/jam <2 cm/jam
melambat
Kelainan karena berhenti
Fase deselerasi > 3 jam > 1jam
Evaluasi untuk
yang memanjang Istirahat jika
Berhentinya >2 jam >2jam CPD, CPD :
kelelahan
dilatasi sekunder caesar, non CPD :
pelahiran caesar
Kegagalan Tidak ada penurunan pada fase
oksitosin
penurunan deselerasi atau kala dua
B. ETIOLOGI
Penyebab persalinan lama digolongkan menjadi 3:
Kelainan tenaga (His)/power : His yang tidak normal dalam kekuatan atau
sifatnya menyebabkan kerintangan pada jalan lahir yang lazim terdapat pada
setiap persalinan.
Kelainan jalan lahir/ passage: kelainan dalam bentuk ukuran dan bentuk jalan
lahir yang dapat menghalangi kemajuan persalinan atau menyebabkan kemacetan.
C. PATOFISIOLOGI
Penyebab kemacetan dapat karena :
- Faktor Panggul : kesempitan panggul
- Faktor anak : kelainan letak
- Faktor tenaga : atonia uteri
- Faktor penolong : pimpinan yang salah
1. Faktor panggul
2. - Kesempitan pada pintu atas panggul
Pintu atas panggul dianggap sempit apabila conjugata vera kurang dari 10 cm atau
diameter transversa kurang dari 12 cm. oleh karena pada panggul sempit kemungkinan
lebih besar bahwa kepala tertahan oleh pintu atas panggul, maka dalam hal ini
Serviks uteri kurang mengalami tekanan kepala. Apabila pada panggul sempit
pintu atas panggul tidak tertutup dengan sempurna oleh kepala janin, ketuban bisa
pecah pada pembukaan kecil dan ada bahaya pula terjadinya prolapsus funiku
2. Faktor
- Letak : Defleksi
Presentasi Puncak Kepala
Kondisi ini kepala dalam keaadaan defleksi. Berdasarkan derajat defleksinya maka dapat
terjadi presentasi puncak kepala, presentasi dahi atau presentasimuka. Presentasi puncak
kepala (presentasi sinsiput) terjadi apabila derajat defleksinya ringan sehingga ubun-ubun
besar berada dibawah. Keadaan ini merupakan kedudukan sementara yang kemudian
berubah menjadi presentasi belakang kepala.
Presentasi Muka
Letak muka adalah letak kepala dengan defleksi maksimal, hingga occiput mengenai
punggung dan muka terarah ke bawah. Punggung terdapat dalam lordose dan biasanya
terdapat di belakang.
Penanganan
Kalau menemukan letak muka sebaiknya diperiksa apakah tidak ada kelainan panggul.
Dalam kehamilan dapat dicoba perasat Schatz untuk memperbaila letak defleksi :
1. Kepala anak dimobilisasi dan diletakkan pada fossa iliaca pada fihak punggung anak.
2. Penolong berdiri pada pihak perut anak, satu tangan menara bokong sedang satunya
dikepalkan dan menolak dada anak.
3. Sesudah lordose berkurang maka tangan yang tadinya menolak dada. memegang
daerah belakang kepala dan mendekatkannya dengan bokong.
Dalam persalinan asal tidak ada kelainan panggul, terapi bersifat konservatif mengingat
bahwa letak muka dapat lahir spontan. Juga jika dagu terdapat sebelah belakang masih ada
kemungkinan bahwa dagu memutar ke depan dan persalinan berlansung spontan.
Jika ada indikasi untuk menyelesaikan persalinan maka forceps hanya dipergunakan kalau:
1 Kepala sudah sampai di H IV.
2. Dagu terdapat sebelah depan.
Jika syarat-syarat ini tidak terpenuhi lebih baik dilakukan SC.
Kalau pada multipara ketuban baru pecah pembukaan lengkap, kepala masih agak tinggi
dan dagu terdapat di belakang, boleh diusahakan koreksi manuil menjadi letak belakang
kepala dengan perasat Thorn
Perasat ini di Rumah-rumah Sakit besar tidak dilakukan lag. biasanya diambil
sikap konserpatip dan kalau dagu tidak berputc ke depan dilakukan SC.
Caranya :
1. Kepala dibebaskan duk.
2. Occiput dipegang dengan tangan dalam dan ditarik ke bawait supaya terjadi fleksi.
3. Tangan luar menolak dada supaya terjadi kyphose.
Jika dagu tetap di belakang (positio mento posterior persistens. maka persalinan
tidak dapat berlangsung spontan. Sebabnya ialah karena untuk menyesuaikan din dengan
lengkung panggul anak harus menambahkan defleksinya.
Hal ini tidak mungkin karena defleksinya sudah maksimal.
Terapi keadaan ini ialah :
1. SC kalau anak masih hidup.
2 Perforasi kalau anak sudah mati.
Presentasi Dahi
Letak dahi adalah letak kepala dengan defleksi yang sedang hing-ga dahi menjadi
bagian yang terendah.
Biasanya letak dahi bersifat sementara, dan dengan majunya persalinan menjadi letak
muka atau letak belakang kepala. Letak dahi yang menetap agak jarang terjadi.
Penanganan
Pada letak dahi ukuran terbesar kepala ialah diameter mebto-occipitalis (131/2 cm)
melalui jalan lahir yang lebih besar dari semua ukuran pintu atas panggul. Maka pada
anak yang cukup besar kepala tidak dapat masuk ke dalam pintu atas panggul. Letak
dahi merupakan presentasi yang paling buruk di antara letak kepala.
Pada anak yang agak kecil kepala dapat masuk dengan moulage yang kuat, kemudian
terjadi putaran paksi, sehingga dahi memutar ke depan ke arah symphyse. Dahi citrling
dulu nampak pada vulva dan tulang rahang atas menjadi hypomochlion.
Dengan fleksi lahirlah ubun-ubun besar clan belakang kepala dan setelah belakang
kepala lahir, dengan gerakan defleksi berturut-turut lahir mulut, dan dagu. Vulva
diregang oleh diameter maxilla occipitalis. Caput succedaneum terjcidi pada dahi.
Terapi:
Kalau ada indikasi dapat dipilih antara ekstraksi vakum atau forceps.
Ekstraksi dengan forceps :
a. Anak dilahirkan dengan occiput tetap di belakang. Ini terutama dilakukan kalau ada
faktor-faktor yang menyu-karkan rotasi ke depan seperti panggul anthropoid atau
android.
b. Anak dilahirkan dengan occiput sebelah depan ialah : dengan rotasi manuil atau
dengan forceps. Ini dilakukan kalau tidak ada faktor-faktor yang menghalangi.rotasi.
Penilaian ada atau tidak adanya faktor yang menghaktngi rotasi sangat sukar maka dalam
praktek baiknya forceps dipasang biparietal .dan dilakukan tarikan, Kalau ternyata bahwa
sewaktu tarikan kepala ada tendens untuk memutar ke depan kita bantu rotasi dengan
forceps misalnya dengan teknik Scanzoni.
Sebaliknya kalau kepala tidak ada tendens untuk memutar ke depan, kita lahirkan kepala
dengan occiput di belakang. Kalau dilahirkan dengan occiput di belakang harus dibuat
episiotomi yang cukup lebar karena kemungkinan ruptura perinei totalis besar.
- Letak Lintang
Letak lintang ialah suatu keadaan dimana janin melintang di dalam uterus dengan kepala
pada sisi yang satu sedangkan bokong berada pada sisi yang lain. Pada umumnya bokong
berada sedikit lebih tinggi daripada kepala janin, sedangkan bahu berada pada pintu atas
panggul. Punggung janin berada di depa, di belakang, di atas, atau di bawah.
Penanganan
Pada letak lintang dengan ukuran panggul normal dan janin cukup bulan, tidak dapat
terjadi persalinan spontan.Bila persalinan dibiarkan tanpa pertolongan, akan
menyebabkan kematian janin dan ruptura uteridan keadaan ini dapat membahayakan ibu
akibat perdarahan dan infeksi dan seringkali berakibat kepada kematian.
Apabila janinnya kecil, sudah mati dan lembek persalinan dapat berlangsung spontan.
Janin lahir dalam keadaan terlipat melalui jalan lahir(konduplikasio korpore)atau lahir
dengan evolusio spontanea menurut cara Denman dan Douglas. Pada cara Denman bahu
tertahan pada simfisis dan dengan fleksi kuat dibagian bawah tulang belakang, badan
bagian bawah, bokong dan kaki turun di rongga panggul dan lahir, kemudian disusul
badan bagian atas dan kepala. Pada cara Douglas bahu masuk kedalam rongga panggul,
kemudian dilewati oleh bokong dan kaki sehingga bahu, bokong dan kaki lahir,
selanjutnya disusul oleh lahirnya kepala. Dua cara tersebut merupakan variasi suatu
mekanisme lahirnya janin dalam letak lintang, akibat fleksi lateral yang maksimal dari
tubuh janin.
Penanganan
Apabila kepala sudah lahir sedangkan bahu sulit dilahirkan, hendaknya dilakukan
episiostomi mediolateral yang cukup luas, hidung, mulut janin dibersihkan, kemudian
kepala ditarik curam kebawah secara hati-hati dengan kekuatan yang terukur. Bila tidak
berhasil, tubuh janin diputar dalam rongga panggul, sehingga bahu belakang menjadi
bahu depan dan lahir di bawah simfifis.
Tindakan yang bisa dilakukan untuk membantu mencegah distocia bahu adalah
membantu memutar kepala janin dan mendorongnya kebawah. (Camune& Brucher,
2007;Lanni & Seeds, 2007;Simpson 2008).
Metode yang digunakan untuk membantu distosia bahu:
a) McRobert`s maneuver adalah ibu mengfleksikan pahanya lebuh tinggi dari perutnya,
dimana dapat mengangkat lengkung pelvic metode ini memiliki efek yang sama dengan
jongkok dan menambah upaya menekan kebawah.
b) Medode suprapubic pressure dilakukan oleh yang membantu persalinan, suprapubic
pressure dilakukan untuk mendorong bagian anterior bahu janin kearah bawah untuk
memindahkan janin dari atas ke simfisis pubis ibu.
Pada keadaan dimana janin telah mati sebelum bahu dilahirkan, dapat dilakukan
kleidotomi pada satu atau kedua klavikula untuk mengurangi kemungkinan perlukaan
jalan lahir.
-Hidrosefalus
Hidrosefalus adalah keadaan dimana terjadi penimbunan cairan serebrospinal dalam
ventrikel otak, sehingga kepala menjadi besar sehingga terjadi pelebaran sutura-sutura
dan ubun-ubun. Hidrosefalus akan menyebabkan disproporsi sefalopelvic.
3.Kelainan tenaga
a. Inersia Uteri.
Di sini his bersifat biasa dalam arti bahwa fundus berkontraksi lebih kuat dan lebih
dahulu daripada bagian-bagian lain, peranan fundus tetap menonjol. Kelainannya terletak
dalam hal bahwa kontraksi uterus lebih aman, singkat, dan jarang daripada biasa. Keadaan
umum penderita biasanya baik, dan rasa nyeri tidak seberapa. Selama ketuban masih utuh
umumnya tidak banyak bahaya, baik bagi ibu maupun bagi janin, kecuali jika persalinan
berlangsung terlalu lama; dalam hal terakhir ini morbiditas ibu dan mortalitas janin naik.
Keadaan ini dinamakan inersia uteri primer atau hypotonic uterine contraction. Kalau timbul
setelah berlangsungnya his kuat untuk waktu yang lama , hal itu dinamakan inersia uteri
sekunder. Karena dewasa ini persalinan tidak dibiarkan berlangsung demikian lama sehingga
dapat menimbulkan kelelahan otot uterus, maka inersia uteri sekunder seperti yang
digambarkan di atas jarang ditemukan, kecuali pada wanita yang tidak diberi pengawasan
baik waktu persalinan. Dalam menghadapi inersia uteri harus diadakan penilaian yang
seksama untuk menentukan sikap yang harus diambil. Jangan dilakukan tindakan tergesa-
gesa untuk mempercepat lahirnya janin. Tidak dapat diberikan waktu yang pasti, yang dapat
dipakai sebagai pegangan untuk membuat diagnosis inersia uteri, atau untuk memulai terapi
aktif.
Diagnosis inersia uteri paling sulit dalam masa laten,untuk hal ini diperlukan
pengalaman. Kontraksi uterus yang disertai rasa nyeri, tidak cukup untuk membuat diagnosis
bahwa persalinan sudah mulai. Untuk sampai pada kesimpulan ini diperlukan kenyataan
bahwa sebagai akibat kontraksi itu terjadi perubahan pada serviks, yakni pendataran dan/atau
pembukaan. Kesalahan yang sering dibuat ialah mengobati seorang penderita untuk inersia
uteri, padahal persalinan belum mulai (false labour).
Di samping itu tonus otot uterus yang menarik menyebabkan rasa nyeri yang lebih keras dan
lama bagi ibu dan dapat pula menyebabkan hipoksia pada janin. His jenis ini juga disebut
sebagai uncoordinated hypertonic uterine contraction. Kadang-kadang pada persalinan
lamadengan ketuban yang sudah lama pecah, kelainan his ini menyebabkan spasmus sirkuler
setempat, sehingga terjadi penyempitan kavumuteri pada tempat itu. Ini dinamakan lingkaran
kontraksi atau lingkaran konstriksi. Secara teoritis lingkaran ini dapat terjadi di mana-mana,
akan tetapi biasanya ditemukan pada batas antara bagian atas dan segmen bawah uterus.
Lingkaran konstriksi tidak dapat diketahui dengan pemeriksaan dalam, kecuali kalau pembukaan
sudah lengkap, sehingga tangan dapat dimasukkan ke dalam kavum uteri.
Oleh sebab itu jika pembukaan belum lengkap, biasanya tidak mungkin mengenal kelainan ini
dengan pasti. Adakalanya persalinan tidak maju karena kelainan pada serviks yang dinamakan
distosia servikalis. Kelainan ini bisa primer atau sekunder. Distosia servikalis dinamakan primer
kalau serviks tidak membuka karena tidak mengadakan relaksasi berhubung dengan incoordinate
uterine action. Penderita biasanya seorang primigravida. Kala I menjadi lama, dan dapat diraba
jelas pinggir serviks yang kaku. Kalau keadaaan ini dibiarkan, maka tekanan kepala terus
menerus dapat menyebabkan nekrosis jaringan serviks dan dapat mengakibatkan lepasnya
bagian tengah serviks secara sirkuler. Distosia servikalis sekunder disebabkan oleh kelainan
organik pada serviks, misalnya karena jaringan parut atau karena karsinoma. Dengan his kuat
serviks bisa robek, dan robekan ini dapat menjalar ke bagian bawah uterus. Oleh karena itu,
setiap wanita yang pernah mengalami operasi pada serviks, selalu harus diawasi persalinannya
di rumah sakit.
Kelainan Letak /
Bentuk Janin Cemas Menghadapi Inersia uteri Incoordinat uteri
Proses Persalinan action Salah Dalam
Fundus berkontraksi Memimpin
Menyebabkan
dan lebih dahulu Tidak ada kordinasi Persalinan
Cefalo Pelvik
Cemas ini terbawa dari pada bagian lain antara kontraksi
Disproporsi
terus sampai proses bagian atas pinggul
persalinan bawah
Proses Persalinan Sering timbul pada Proses Persalinan
Menjadi lama Proses Persalinan wanita yang tidak Jadi Lama
tidak Lancar diberikan Persalinan tidak
pengarahan yang maju
baik tentang (distosiaselviks)
persalinan
Dilakukan pembedahan
Sectio Caesarea
D. GEJALA KLINIS
1. Tanda – tanda kelelahan dan intake yang kurang
- Dehidrasi, nadi cepat dan lemah
- Metorismus
- Febris
- His yang hilang/ melemah
2. tanda – tanda rahim pecah (rupture uteri)
- Perdarahan melaluli orivisium eksternum
- His yang hilang
- Bagian janin yang mudah teraba
- Robekan dapat meluas sampai cervix dan vagina
3. tanda infeksi intra uteri
- keluar air ketuban berwarna keruh kehijauan dan berbau, kadang bercampur dengan
meconium
- suhu rectal > 37,50 c
4. tanda gawat janin
- air ketuban bercampur dengan mekonium
- denyut jantung janin irreguler
- gerak anak berkurang atau hiperaktif ( gerak konfulsif)
E. DIAGNOSIS
1. Keadaan Umum ibu
- Dehidrasi, panas
- Meteorismus, shock
- Anemia, oliguri
2. Palpasi
- His lemah
- Gerak janin tidak ada
- Janin mudah diraba
3. Auskultasi
- Denyut jantung janin, takikardia, irreguler, negatif (jika janin sudah mati)
4. Pemeriksaan dalam
- Keluar air ketuban yang keruh dan berbau bercamput dengan mekonium
- Bagian terendah anak sukar digerakkan, mudah didorong jika sudah terjadi rupture uteri
- Suhu rectal lebih tinggi 37,50 c
DIAGNOSA BANDING
Kehamilan / persalinan dengan infeksi ektra genital, disini suhu aksila lebih tinggi dari
rectal dan ketuban biasanya masih utuh.
F. KOMPLIKASI
Infeksi intrapartum
Salah satu komplikasi pada partus lama disertai dengan pecahnya ketuban. Bakteri di dalam
cairan amnion menembus amnion dan menginvasi desidua serta pembuluh darah korion
sehingga terjadi bakteremia dan sepsis pada ibu dan janin. Pneumonia pada janin akibat
aspirasi cairan amnion yang terinfeksi juga merupakan salah satu komplikasi. Pemeriksaan
serviks dengan jari tangan akan memasukan bakteri vagina ke dalam uterus. Pemeriksaan
ini harus dibatasi selama persalinan.
Ruptur uteri
Penipisan abnormal segmen bawah uterus menimbulkan bahaya selama persalinan lama,
terutama pada ibu dengan paritas tinggi dan dengan riwayat sectio caesar. Pabaila
disporporsi antara kepala janin dan panggul ibu besar sehingga kepala tidak cakap
(enggaged) dan tidak terjadi penurunan, segmen bawah uterus menjadi sangat teregang
dan dapat menyebabkan ruptur. Pada kasus ini dapat terbentuk cincin retraksi patologis
yang dapat diraba sebagai sebuah krista transversal atau oblik yang berjalan melintang di
uterus antara simfisis dan umbilikus. Apabila dijumpai keadaan ini, persalinan
perabdominam segera.
Pembentukan fistula
Apabila bagian terbawah janin menekan kuat ke pintu atas panggul, tetapi tidak maju untuk
jangka waktu lama, bagian jalan lahir yang terletak diantaranya dan dinding panggul dapat
mengalami tekanan berlebihan. Karena gangguan sirkulasi, dapat terjadi nekrosis dalam
beberapa hari setelah melahirkan dengan munculnya fistula, vesikovaginal, rektovaginal.
Umumnya nekrosis akibat penekanan pada persalinan kala dua yang berkepanjangan.
Intervensi yang ditujukan untuk mencegah cedera dasar panggul, yaitu dengan persalinan
dengan forseps profilaktik untuk mengurangi peregangan terhadap otot dan saraf pada saat
persalinan kala dua dan untuk melindungi dasar panggul serta fasia di dekatnya dari
peregangan berlebihan.
G. TINDAKAN
- Tujuan perawatan :
1. Memperbaiki keadaan umum ibu
- Koreksi cairan ( rehidrasi)
- Koreksi keseimbangan asam basa
- Koreksi keseimbangan elektrolit
- Pemberian kalori
- Pemberantasan infeksi
- Penurunan panas
2. Mengakhiri persalinan dengan cara tergantung dari penyebab kemacetan atau anak hidup
atau mati
Sebaiknya tindakan pertama dilakukan lebih dahulu sampai kondisi ibu optimal untuk
dilakukan tindakan kedua, diharapkan dalam 2-3 jam sudah ada perbaikan
- Bila pembukaan lengkap dan syarat-syarat persalinan pervaginam terpenuhi maka
dapat dilakukan ekstraksi vacum, ekstraksi forcep, atau perforasi kranioflasi
- Bila tidak ada disproporsi sefalopelvik dilakukan augmentasi dengan oksitosin.
- Bila pembukaan belum lengkap dilakukan sectio caesarea
Persalinan normal berlangsung lebih kurang 14 jam, dari awal pembukaan sampai
lahirnya anak
Apabila terjadi perpanjangan dari
1. Fase laten (primi : 20 jam, multi : 14 jam)
2. fase aktif (primi: 1,2 cm/ jam, multi 1 ½ cm/ jam)
3. kala III (primi : 2 jam, multi : 1jam)
maka disebut partus lama
Partus lama jika tidak segera diakhiri akan menimbulkan :
1. Kelelahan pada ibu karena mengejan terus-menerus sedangkan intake kalori biasanya
berkurang
2. dehidrasi dan gangguan keseimbangan asam basa/ elektrolit karena intake cairan yang
kurang
3. gawat janin sampai kematian karena asfiksia dalam jalan lahir.
4. infeksi rahim, timbul karena ketuban pecah lama sehingga terjadi infeksi rahim yang
dipermudah karena adanya manipulasi penolong yang kurang steril
5. perlukaan jalan lahir, timbulkan persalinan yang traumatik
DAFTAR PUSTAKA
Prawirohadjo, S., 2002, Pelayanan Kesehatan Maternal Dan Neonatal Edisi I, Yayasan Bina
Pustaka, Jakarta.
Mochtar, R., 1998, Sinopsis Obstetri : Obstetri Fisiologi, Obstetri Patologis Jilid I, EGC,
Jakarta
Cunningham, FG. MC Donald, PG. (2006). Obstetri william Edisi 22. Jakarta. EGC