A. Konsep Penyakit
1. Definisi
Gagal jantung kongestif adalah kketidakampuan jantung untuk
memompa darah yang adekuat untuk memenuhi kebutuhan jaringan akan
oksigen dan nutrisi (Brunner dan Suddarth, 2005).
Gagal jantung kongestif adalah keadaan dimana jantung tidak mampu
lagi memompakan darah secukupnya dalam memenuhi kebutuhan sirkulasi
badan untuk keperluan metabolisme jaringan tubuh pada keadaan tertentu,
sedangkan tekanan pengisian ke dalam jantung masih cukup tinggi (Smeltzer &
Bare, 2010).
Gagal jantung adalah syndrome klinis (kumpulan gejala), ditandai
dengan sesak nafas dan kelelahan (saat istirahat maupun beraktivitas) yang
disebabkan oleh kelainan struktur atau fungsi jantung. Gagal jantung dapat
disebabkan oleh gangguan yang mengakibatkan terjadinya pengurangan
pengisian ventrikel (disfungsi diastolik), dan atau kontraktilitas miokardial
(disfungsi sistolik) (Sudoyo Aru, dkk 2009).
Klasifikasi
New York Heart Association (NYHA) membuat klasifikasi fungsional
dalam 4 kelas: (Mansjoer, 2007)
1. kelas 1
Bila pasien dapat melakukan aktifitas berat tampa keluhan
2. kelas 2
Bila pasien tidak dapat melakukan aktifitas lebih berat dari aktivitas sehari-
hari tanpa keluhan.
3. kelas 3
Bila pasien tidak dapat melakukan aktifitas sehari-hari tanpa keluhan.
4. kelas 4
Bila pasien sama sekali tidak dapat melakukan aktifitas apapun dan harus
tirah baring.
2. Etiologi
Menurut Udjianti (2010), etiologi gagal jantung kongestif (CHF)
dikelompokan berdasarkan faktor etiologi eksterna maupun interna, yaitu :
1. Faktor eksterna
a. Hipertensi renal
b. Hipertiroid
c. Anemia kronis/berat
2. Faktor interna
a. Disfungsi katup: Ventricular septum defect (VSD), Atria Septum Defect
(ASD), stenosis mitral, dan insufisiensi mitral
b. Disritmia : atrial fibrilasi, ventrikel fibrilasi, dan heart block
c. Kerusakan miokard: kardiomiopati, miokarditis, dan infark miokard
d. Infeksi : Endokarditis bacterial-subakut
3. Manifestasi Klinis
Menurut Mansjoer (2007), tanda dominan yaitu meningkatnya volume
intravaskuler. Manifestasi kongesti dapat berbeda tergantung pada kegagalan
ventrikel mana yang terjadi.
a. Gagal jantung kiri : Kongesti paru menonjol pada gagal ventrikel kiri
karena ventrikel kiri tak mampu memompa darah yang datang dari paru.
Manifestasi klinis yang terjadi yaitu :
i. Dispnea
Terjadi akibat penimbunan cairan dalam alveoli dan mengganggu
pertukaran gas. Bebrapa pasien dapat mengalami ortopnu pada malam
hari yang dinamakan Paroksimal Nokturnal Dispnea ( PND).
ii. Batuk
iii. Mudah lelah
Terjadi karena curah jantung yang kurang yang menghambat jaringan
dari sirkulasi normal dan oksigen serta menurunnya pembuangan sisa
hasil metabolisme. Juga terjadi karena meningkatnya energi yang
digunakan untuk bernafas dan insomnia yang terjadi karena distress
pernafasan dan batuk.
iv. Kegelisahan dan kecemasan
Terjadi akibat gangguan oksigenasi jaringan, stress akibat kesakitan
bernafas dan pengetahuan bahwa jantung tidak berfungsi dengan baik.
b. Gagal jantung kanan:
i. Kongestif jaringan perifer dan viseral.
ii. Edema ekstrimitas bawah (edema dependen), biasanya edema pitting,
penambahan berat badan.
iii. Hepatomegali. Dan nyeri tekan pada kuadran kanan atas abdomen
terjadi akibat pembesaran vena di hepar.
iv. Anorexia dan mual. Terjadi akibat pembesaran vena dan statis vena
dalam rongga abdomen.
v. Nokturia (kencing dimalam hari)
vi. Kelemahan
4. Komplikasi
Menurut Safery (2013), mengemukakan ada 4 komplikasi pada gagal
jantung yaitu :
a. Edema paru akut terjadi akibat gagal jantung kiri
b. Syok kardiogenik : stadium dari gagal jantung kiri, kongestif akibat
penurunan curah jantung dan perfusi jaringan yang tidak adekuat ke organ
vital (jantung dan otak)
c. Episode trombolik
Trombus terbentuk karena imobilitas pasien dan gangguan sirkulasi
dengan aktivitas trombus dapat menyumbat pembuluh darah
d. Efusi perikardial dan tamponade jantung
Masuknya cairan kekantung perikardium, cairan dapat meregangkan
perikardium sampai ukuran maksimal. COP menurun dan aliran balik vena
kejantung (temponade jantung)
5. Patofisiologi
Gagal jantung merupakan kelainan multisitem dimana terjadi gangguan
pada jantung, otot skelet dan fungsi ginjal, stimulasi sistem saraf simpatis serta
perubahan neurohormonal yang kompleks. Pada disfungsi sistolik terjadi
gangguan pada ventrikel kiri yang menyebabkan terjadinya penurunan cardiac
output. Hal ini menyebabkan aktivasi mekanisme kompensasi neurohormonal,
sistem Renin – Angiotensin – Aldosteron (system RAA) serta kadar vasopresin
dan natriuretic peptide yang bertujuan untuk memperbaiki lingkungan jantung
sehingga aktivitas jantung dapat terjaga.
Aktivasi sistem simpatis melalui tekanan pada baroreseptor menjaga
cardiac output dengan meningkatkan denyut jantung, meningkatkan
kontraktilitas serta vasokons-triksi perifer (peningkatan katekolamin). Apabila
hal ini timbul berkelanjutan dapat menyebabkan gangguan pada fungsi jantung.
Aktivasi simpatis yang berlebihan dapat menyebabkan terjadinya apoptosis
miosit, hipertofi dan nekrosis miokard fokal.
Stimulasi sistem RAA menyebabkan penigkatan konsentrasi renin,
angiotensin II plasma dan aldosteron. Angiotensin II merupakan
vasokonstriktor renal yang poten (arteriol eferen) dan sirkulasi sistemik yang
merangsang pelepasan noradrenalin dari pusat saraf simpatis, menghambat
tonus vagal dan merangsang pelepasan aldosteron. Aldosteron akan
menyebabkan retensi natrium dan air serta meningkatkan sekresi kalium.
Angiotensin II juga memiliki efek pada miosit serta berperan pada disfungsi
endotel pada gagal jantung.
Terdapat tiga bentuk natriuretic peptide yang berstruktur hampir sama
yang memiliki efek yang luas terhadap jantung, ginjal dan susunan saraf pusat.
Atrial Natriuretic Peptide (ANP) dihasilkan di atrium sebagai respon terhadap
peregangan menyebabkan natriuresis dan vasodilatsi. Pada manusia Brain
Natriuretic Peptide (BNO) juga dihasilkan di jantung, khususnya pada
ventrikel, kerjanya mirip dengan ANP. C-type natriuretic peptide terbatas pada
endotel pembuluh darah dan susunan saraf pusat, efek terhadap natriuresis dan
vasodilatasi minimal. Atrial dan brain natriuretic peptide meningkat sebagai
respon terhadap ekspansi volume dan kelebihan tekanan dan bekerja antagonis
terhadap angiotensin II pada tonus vaskuler, sekresi aldosteron dan reabsorbsi
natrium di tubulus renal. Karena peningkatan natriuretic peptide pada gagal
jantung, maka banyak penelitian yang menunjukkan perannya sebagai marker
diagnostik dan prognosis, bahkan telah digunakan sebagai terapi pada penderita
gagal jantung. Vasopressin merupakan hormon antidiuretik yang meningkat
kadarnya pada gagal jantung kronik yang berat. Kadar yang tinggi juga
didpatkan pada pemberian diuretik yang akan menyebabkan hiponatremia
(Santoso A, 2007).
Endotelin disekresikan oleh sel endotel pembuluh darah dan merupakan
peptide vasokonstriktor yang poten menyebabkan efek vasokonstriksi pada
pembuluh darah ginjal, yang bertanggung jawab atas retensi natrium.
Konsentrasi endotelin-1 plasma akan semakin meningkat sesuai dengan derajat
gagal jantung.
Disfungsi diastolik merupakan akibat gangguan relaksasi miokard,
dengan kekakuan dinding ventrikel dan berkurangnya compliance ventrikel kiri
menyebabkan gangguan pada pengisian ventrikel saat diastolik. Penyebab
tersering adalah penyakit jantung koroner, hipertensi dengan hipertrofi
ventrikel kiri dan kardiomiopati hipertrofik, selain penyebab lain seperti
infiltrasi pada penyakit jantung amiloid. Walaupun masih kontroversial,
dikatakan 30 – 40 % penderita gagal jantung memiliki kontraksi ventrikel yang
masih normal. Pada penderita gagal jantung sering ditemukan disfungsi sistolik
dan diastolic yang timbul bersamaan meski dapat timbul sendiri.
Pathway
Kelebihan volume
Cairan
Kurang Kecemasan
Pengetahuan
Pemeriksaan Penunjang
Menurut Mutaqqin (2014), pemeriksaan diagnostik untuk gagal jantung
kongestif adalah sebagai berikut :
1. Ekokardiografi
Memperkirakan ukuran dan fungsi ventrikel kiri.
2. Rontgen dada
Menunjukkan adanya hipertensi vena, edema paru atau kardiomegali.
3. ECG
Melihat adanya LBBB, hipertrofi ventrikel kiri, RBBB, dan hipertrofi
ventrikel kanan.
6. Penatalaksanaan
Menurut Safery (2013), tujuan penatalaksanaan gagal jantung terdiri dari :
1. Mengurangi beban kerja jantung
Melalui pembatasan aktivitas fisik yang ketat tanpa menimbulkan
kelemahan otot, otot rangka.
2. Mengurangi beban awal
a. Pembatasan garam
b. Pemberian diuretik oral
3. Meningkatkan kontraktilitas
Dengan pemberian obat inotropik
4. Mengurangi beban akhir
5. Pemberian vasodilatasi seperti hidralazine dan nitrat yang menimbulkan
dilatasi anyaman vaskuler melalui 2 cara :
a. Dilatasi langsung otot polos pembuluh darah
b. Menghambat enzim konveksi angiotensi.
B. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a. Riwayat Kesehatan / keperawatan
1) Keluhan utama : Lemah beraktifitas ,Sesak nafas ,Nyeri bagian
dada
2) Riwayat penyait sekarang
a) Penyebab kelemahan fisik setelah melakukan aktifitas ringan
sampai berat.
b) Seperti apa kelemahan melakukan aktifitas yang dirasakan,
biasanya disertai sesak nafas.
c) Apakah kelemahan fisik bersifat local atau keseluruhan system
otot rangka dan apakah disertai ketidakmampuan dalam
melakukan pergerakan.
d) Bagaimana nilai rentang kemampuan dalam melakukan aktifitas
sehari-hari.
e) Kapan timbulnya keluhan kelemahan beraktifitas, seberapa
lamanya kelemahan beraktifitas, apakah setiap waktu, saat
istirahat ataupun saat beraktifitas
3) Riwayat penyait dahulu
a) Apakah sebelumnya pernah menderita nyeri dada, darah tinggi,
DM, hiperlipidemia.
b) Obat apa saja yang pernah diminum yang berhubungan dengan
obat diuretic, nitrat, penghambat beta serta antihipertensi.
Apakah ada efek samping dan alergi obat.
4) Riwayat penyakit keluarga
Penyakit apa yang pernah dialami keluarga dan adakah anggota
keluarga yang meninggal, apa penyebab kematiannya
5) Riwayat pekerjaan dan kebiasaan
a) Situasi tempat kerja dan lingkungannya
b) Kebiasaan dalam pola hidup pasien.
c) Kebiasaan merokok
b. Pemeriksaan Fisik
1) Aktivitas/ istirahat
Gejala :
Keletihan, kelelahan terus sepanjang hari
Insomia
Nyeri dada dengan aktivitas
Dispnea pada saat istirahat atau pada pengerahan tenaga
Tanda :
Gelisah, perubahna status mental : letargi, TTV perubahan pada
aktivitas.
2) Sirkulasi
Gejala :
Riwayat hipertensi, MCI, episode gagal jantung kanan sebelunya
Penyakit katub jantung, bedah jantung, endokarditis, SLE,
anemia, syok septik, bengkak pada kaki, telapak kaki, abdomen
sabuk terlalu kuat (pada gagal jantung kanan)
Tanda :
TD mungkin menurun (gagal pemompaan), normal GJK ringan/
kronis atau tinggi (kelebihan volume cairan / peningkatan TD).
Tekanan nadi menunjukan peningkatan colume sekuncup.
Frekuensi jantung takikardia (gagal jantung kiri)
Irama jantung : sistemik, misalnya : fibrilasi atrium, kontraksi
ventrikel prematur/ takikardi blok jantung.
Nadi apikal disritmia, misalnya : PMI mungkin menyebar dan
berubah posisi secara inferior kiri.
Bunyi jantung S3 (gallop) adalah diagnostik, S4 dapat terjadi S1
dan S2 mungkin lemah.
Murmur sistolik dan diastolik dapat menandakan adanya katup
atau insufisien.
Nadi : nadi perifer berkurang, perubahan dalam kekuatan
denyutan dapat terjadi, nadi sentral mungkin kuat, misalnya : nadi
jugularis coatis abdominal terlihat .
Warna kulit : kebiruan, pucat, abu-abu, sianotik
Punggung kuku : pucat atau sianosik dengan pengisian kapiler
lambat.
Hepar : pembesaran/ dapat teraba, reflek hepato jugularis.
Bunyi nafas : krekels ronchi
Edema : mungkin dependen, umum atau pitting, khususnya pada
ekstremitas.
3) Integritas ego
Gejala:
stres, tergantung pada orang lain, masalah finansial yang
berhubungan dengan kondisi klien.
Tanda: ansietas dan peka rangsang
4) Eliminasi
Gejala:
perubahan pola berkemih (poliuria,nokturia, kesulitan berkemih/
infeksi nyeri tekan abdomen, diare)
Tanda:
urine encer, pucat, kuning, poliuria(dapat berkembang oligouria/
anuria jika terjadi hipovolemia berat), urine berkabut, bau busuk/
infeksi, abdomen keras, adanya asites, bising usus lemah dan
menurun, hiperaktif/ diare)
5) Makanan/cairan
Gejala:
hilang nafsu makan, mual, muntah, tidak mengikuti diet, peningkatan
masukan glukosa atau karbohidrat, penurunan berat badan lebih dari
periode beberapa hari atau minggu
Tanda:
kulit kering dan bersisik, turgor kulit jelek, kekakuan dan distensi
abdomen, muntah, pembesaran tiroid (peningkatan kebutuhan
metabolik dengan peningkatan glukosa darah) halitosis atau bau
manis, bau buah (nafas aseton)
6) Neurosensori
Gejala:
pusing, sakit kepala, kesemutan,kebas atau kelemahan pada otot,
parestesia, gangguan penglihatan.
Tanda: disorientasi, mengantuk, letargi, stupor/ koma (tahap lanjut),
gangguan memori (baru, masa lalu), kacau mental, reflek tendon
dalam menurun, aktivitas kejang (tahap lanjut dari ketoasidosis)
7) Nyeri/kenyamanan
Gejala :
Nyeri dada, angina akut atau kronis
Nyeri abdomen kanan atas.
Tanda :
Tidak tenang, gelisah
Fokus menyempit (menarik diri)
Perilaku melindungi diri
8) Pernafasan
Gejala :
Dispnea saat aktifitas, tidur sambil duduk atau dengan beberapa
bantal
Batuk dengan/tanpa sputum
Riwayat penyakit paru kronis
Menggunakan bantuan pernafasan, misal : oksigen atau medikasi
Tanda :
Pernafasan takipnea, nafas dangkal, pernafasan laboral,
penggunaan otot aksesori
Pernafasan nasal faring
Batuk kering/ nyaring/ non produktif atau mungkin batuk terus
menerus dengan/ tanpa sputum
2. Diagnosa
a. Penurunan curah jantung b/d respon fisiologis otot jantung, peningkatan
frekuensi, dilatasi, hipertrofi atau peningkatan isi sekuncup
b. Ketidakefektifan pola nafas b/d penurunan volume paru
c. Ketidakefektifan perfusi jaringan b/d menurunnya curah jantung,
hipoksemia jaringan, asidosis dan kemungkinan thrombus atau emboli
d. Gangguan pertukaran gas b/d kongesti paru, hipertensi pulmonal,
penurunan perifer yang mengakibatkan asidosis laktat dan penurunan
curah jantung.
e. Kelebihan volume cairan b/d berkurangnya curah jantung, retensi cairan
dan natrium oleh ginjal, hipoperfusi ke jaringan perifer dan hipertensi
pulmonal
f. Intoleransi aktifitas b/d ketidakseimbangan suplai dan kebutuhan O2
g. Cemas b/d penyakit kritis, takut kematian atau kecacatan, perubahan
peran dalam lingkungan social atau ketidakmampuan yang permanen.
h. Kurang pengetahuan b/d keterbatasan pengetahuan penyakitnya, tindakan
yang dilakukan, obat obatan yang diberikan, komplikasi yang mungkin
muncul dan perubahan gaya hidup
3. Intevensi
a. Penurunan curah jantung b/d respon fisiologis otot jantung, peningkatan
frekuensi, dilatasi, hipertrofi atau peningkatan isi sekuncup
Tujuan :
- Klien dapat memiliki pompa jantung efektif
- Status sirkulasi, perfusi jaringan & status tanda vital yang normal.
Kriteria Hasil:
- Tanda Vital dalam rentang normal (Tekanan darah, Nadi, respirasi)
- Dapat mentoleransi aktivitas, tidak ada kelelahan
- Tidak ada edema paru, perifer, dan tidak ada asites
- Tidak ada penurunan kesadaran
Intervensi :
1) Cardiac care: akut
a) Evaluasi adanya nyeri dada
b) Auskultasi suara jantung
c) Evaluasi adanya krackels
d) Monitor status neurology
e) Monitor intake/output, urine output
f) Ciptakan lingkungan yang kondusif untuk istirahat
2) circulatory care
a) evaluasi nadi dan edema perifer
b) monitor kulit dan ekstrimitas
c) monitor tanda-tanda vital
d) pindah posisi klien setiap 2 jam jika diperlukan
e) ajarkan ROM selama bedrest
f) monitor pemenuhan cairan