Translate Jurnal Reading
Translate Jurnal Reading
Abses Mastoid
Abstrak
Mastoiditis tetap menjadi masalah di Mesir. Meskipun penggunaan antibiotik
secara luas untuk otitis media, masih banyak pasien yang mengalami komplikasi.
Pilihan pengobatan untuk mastoiditis bervariasi dari insisi sederhana dan drainase
membran timpani hingga mastoidektomi radikal. Tampaknya tidak ada kesepakatan
yang bulat mengenai strategi manajemen terbaik untuk masalah ini. Dalam
penelitian ini, kami akan meninjau berbagai protokol manajemen untuk mastoiditis
dan abses mastoid. Seiring dengan pengalaman kami dengan 12 kasus mastoiditis
dan abses mastoid, kami akan mengusulkan panduan pengelolaan kami sendiri yang
diringkas dalam diagram yang mudah diakses.
Kata kunci
Mastoiditis ; Abses mastoid ; Otitis media ; Pengelolaan ; Pedoman
I. Pendahuluan
1
Dengan munculnya antibiotik spektrum luas, gejala klinis penyakit telinga
tengah telah berubah. Salah satu akibatnya adalah kadang tanda dan gejala
mastoiditis bersifat asimtomatis. Hal ini berbahaya karena gejala mastoiditis baru
disadari setelah terjadi komplikaasi seperti intrakranial seperti meningitis,
trombosis sinus lateral, atau abses otak.3
Menurut Dudkiewicz dkk., Kejadian mastoiditis akut pada pasien dengan
otitis media akut (AOM) telah menurun dari 50% pada pergantian abad ke-20
sampai 6% pada tahun 1955 dan menjadi 0,4% pada tahun 1959, pada tahun 1993,
hanya 0,24 % pasien dengan otitis media akut (AOM) berkembang menjadi
mastoiditis akut.1
Petersen dkk melaporkan terjadi penurunan mastoiditis akut dari 20% pada
tahun 1938 menjadi 2,5% pada tahun 1945. Mastoiditis akut sudah jarang terjadi,
mendekati 0%. Namun, tidak pasti apakah ini berhubungan langsung dengan
antibiotik atau perubahan sifat penyakit / mikroorganisme dan / atau keadaan
kesehatan.4
Ada bukti bahwa kejadian mastoiditis akut akhir-akhir ini meningkat lagi;
fenomena ini bisa jadi karena meningkatnya resistensi antibiotik dari
mikroorganisme seperti Streptococcus sampai penisilin.5
Streptococcus pneumoniae, Streptococcus pyogenes, Staphylococcus aureus
dan Haemophilus influenzae adalah organisme yang paling umum ditemukan pada
mastoiditis akut. Pseudomonas aeruginosa, Enterobacteriaceae dan S. aureus adalah
isolasi utama yang ditemukan dari inflamasi mastoid kronis. Peran P. aeruginosa
dalam banyak kasus ini patut dipertanyakan karena mengkolonisasi saluran telinga
luar dan dapat mengkontaminasi spesimen yang dihasilkan melalui saluran telinga
yang tidak steril. Beberapa laporan menggambarkan perbaikan anaerob, termasuk
spesies Bacteroides, dari kasus mastoiditis kronis pada anak-anak.6
2
Penelitian ini melibatkan 12 pasien, 8 laki-laki dan 4 perempuan. Usia berkisar
antara 2 dan 23 tahun dengan usia rata-rata 11,5 tahun.
Semua pasien dilakukan protokol pemeriksaan berikut:
1.Pemeriksaan otologis lengkap.
2.Kultur dan uji sensitivitas untuk pasien yang tidak mendapat terapi antibiotik
sebelumnya.
3.CT scan, untuk kasus yang dicurigai terjadi komplikasi, MRI juga dilakukan.
4.Konsultasi bedah saraf bila diperlukan untuk menyingkirkan komplikasi
intrakranial.
Pasien diobati dengan terapi medica mentosa atau bedah atau keduanya sesuai
dengan gejalanya.
3. Hasil
3
b. Cholesteatoma: Terdapat lima kasus, dua di antaranya mengalami komplikasi
(satu dengan trombosis sinus sigmoid dan yang lainnya dengan abses
ekstradural). Semua kasus ditatalaksana dengan mastoidektomi terbuka dan
mendapat terapi tambahan untuk 2 kasus yang mengalami komplikasi.
c. Otitis media suppuratif kronis tenang: Kami melihat satu kasus yang
ditangani dengan perawatan medis selain sayatan dan drainase abses.
Kemudian setelah peradangan akut telah mereda, dilakukan tympanoplasti
dengan mastoidektomi kortikal.
b. Otitis media supuratif kronik tenang : terdapat satu kasus yang telah
ditatalaksana dengan terapi medis dan setelah tidak terjadi peradangan,
dilakukan tympanoplasti dan mastoidektomi kortikal.
CT scan dilakukan pada semua kasus, MRI hanya dilakukan pada kasus
dengan komplikasi. Semua pasien memperlihatkan tanda perbaikan setelah
mendapat regimen terapi yang telah dijelaskan sebelumnya. Tidak ada kekambuhan
4
mastoiditis atau abses mastoid yang terdeteksi berulang atau komplikasi apapun
yang tercatat selama masa follow up.
Mastoiditis dan abses mastoid telah menjadi kejadian klinis yang jarang terjadi.
Sebagian kecil kasus yang termasuk dalam penelitian kami mengganggu analisis
statistik (Grafik 1-3).
4. Diskusi
Mesir adalah negara berkembang dan banyak warganya masih belum
memiliki akses terhadap perawatan kesehatan yang memadai. Meskipun angka
kejadian mastoiditis dan abses mastoid telah menurun di sebagian besar negara
maju, kami masih terus melihat banyak kasus.
Dalam penelitian ini, semua kasus dengan abses mastoid memerlukan
semacam intervensi bedah, baik dengan insisi dan drainase atau dengan operasi
definitif (kortikal atau mastoidektomi radikal).
Insisi dan drainase dianggap cukup di bawah umur 2 tahun karena mastoid
tidak sepenuhnya pneumatik di bawah usia 5 tahun (antitis saja). Operasi definitif
dapat ditunda sampai infeksi mereda pada kasus dengan otitis media supuratif
kronis untuk penyembuhan yang lebih baik. Ini serupa dengan kesimpulan yang
sebelumnya dilaporkan oleh Tarantino et al.,5 yang menekankan perlunya drainase
bedah abses subperiosteal untuk mencegah penyebaran desakan ke daerah vital.
Tingkat mastoidektomi dilaporkan dalam studi klinis telah menunjukkan variasi
yang besar, berkisar antara 12% sampai 98%. Variabilitas yang besar menunjukkan
bahwa keputusan untuk mastoidektomi tidak hanya merupakan pertanyaan tentang
pengobatan konservatif yang lebih disukai atau intervensi bedah segera, namun
sebagian besar didasarkan pada kriteria bedah subjektif.7
Mastoidektomi adalah pengobatan yang efektif untuk mastoiditis akut yang
terkait dengan salah satu dari berikut ini: abses subperiosteal atau eksteriorisasi,
kolesteatoma, komplikasi intrakranial dan otorrhea yang bertahan selama lebih dari
2 minggu meskipun ada pengobatan antibiotik yang adekuat atau pada anak-anak
<15 kg berat badan.8
5
Diagram 1. Abses mastoid vs Mastoiditis
Dalam penelitian ini, salah satu dari tiga pasien dengan mastoiditis diobati secara
medikamentosa, dua kasus lainnya memerlukan perawatan bedah karena salah satu
di antaranya mengalami komplikasi dan yang lain disertai dengan otitis media
supuratif kronis. Hal ini serupa dengan penelitian yang dilakukan oleh Tarantino et
al,5 yang menyatakan bahwa kriteria konservasi yaitu tidak adanya tampilan toksik
atau tanda komplikasi ; Tidak adanya fluktuasi postauricular dan tidak adanya tanda
kerusakan sel tulang mastoid pada CT.
6
Kesimpulan :
Setelah meninjau literatur dan pengalaman kami dalam beberapa tahun terakhir,
kami menyimpulkan bahwa penatalaksanaan mastoiditis dan abses mastoid
memerlukan pedoman yang jelas. Kami mengusulkan panduan berikut untuk
menstandarisasi strategi penatalaksanaan diagnostik maupun tahap pengobatan.
7
5.2. Pedoman perawatan
1. Pengobatan:
a. Indikasi:
- Tidak ada muncul tanda toksik atau tanda keterlibatan intrakranial yang
mengarah ke komplikasi mastoiditis.
- Tidak ditemukan fluktuasi postauricular.
- Pada CT tidak ditemukan tanda kerusakan sel pada tulang mastoid.
- Aman pada jenis otitis media supuratif dan tidak adanya cholesteatoma.
b. Metode:
Pemberian terapi antibiotik parenteral: kultur dan kepekaan harus
diberikan sebelum terapi dan antibiotik harus dimodifikasi sesuai dengan organisme
yang dipulihkan dan kerentanannya. Penyiapan pewarnaan Gram-spesimen dapat
memberikan panduan awal untuk pilihan empiris terapi antimikroba.
Antibiotik empiris yang diberikan adalah cephalo-sporin generasi ke 3 (misalnya
sefotaksim) dan metronidazol. Antibiotik diberikan secara intravena 1 gm / 12 jam
untuk orang dewasa dan setengah dosis diberikan untuk anak-anak.
2. Perawatan bedah:
a. Indikasi:
Komplikasi intrakranial.
Bukti fluktuasi postauricular dan abses subperios-teal.
8
Diagnosis mastoiditis koalesen akut.
Kegagalan program terapi medis walaupun mendapat sudah mendapat
pengobatan antibiotik selama 48-72 jam.
Otorrhoea bertahan selama lebih dari 2 minggu meskipun mendapat
perawatan antibiotik yang memadai.
Cholesteatoma.
B. Metode:
1. Prosedur invasif minimal:
A. Insisi dan drainase abses mastoid: Insisi dan drainase (I & D) harus dilakukan
segera setelah fluktuasi muncul. Insisi harus sesuai dengan insisi bedah di masa
depan. Metode Hilton digunakan untuk membuka semua lokus abses dan untuk
mendrainase nanah/pus. Satu pak kasa yang direndam dengan Betadine dapat
ditempatkan di rongga abses dan diganti setiap hari dengan perawatan.
B. Myringotomy: dengan atau tanpa tabung tympanostomi. Ini harus dianggap
sebagai pengobatan pada setiap kasus mastoiditis dengan membran timpani utuh
atau drainase yang tidak adekuat.
a. Operasi definitif
Jika kolesteatoma ada, diperlukan mastoidektomi terbuka.
Jika kolesteatoma tidak ditemukan, kortikal mastoidectomi adalah pilihan terbaik.
Fistula postaurikular (Gambar 3) seharusnya diikuti oleh mastoid dan dieksisi total,
tepi kulit harus dibersihkan, disayat dan dijahit dengan hati-hati dalam 2 lapisan.
Waktu operasi tergantung pada kondisi pasien dan respon terhadap perawatan
medis. Jika pasien memburuk, operasi harus segera dilakukan untuk
menyelamatkan nyawa pasien.
Namun, jika respon pasien terhadap perawatan medis itu baik, terbukti
dengan perbaikan klinis dan tindak lanjut CT scan, operasi dapat ditunda selama
satu minggu untuk menghindari perichondritis.
9
5.3. Pedoman pengelolaan abses mastoid menurut aetiopatologi
1. Mastoiditis coalescent akut tanpa pembentukan abses.
Pengobatan medis yang utama adalah antibiotik intravena sesuai dengan kultur dan
sensitifitas.
10
4. komplikasi Mastoiditis akut berupa jenis otitis media supuratif kronik tipe
tenang.
Penatalaksanaan medika mentosa mirip dengan otitis media supuratif akut.
Pengobatan abses ditatalaksana dengan Tympanoplasti dengan
mastoidektomi kortikal.
5. Mastoiditis akut jenis otitis media suportif kronis merupakan tipe yang tidak
aman (cholesteatoma).
Pengobatannya dengan bedah dalam bentuk mastoidektomi terbuka dibawah
antibiotik spektrum luas intravena.
11
Diagram Strategi Tatalaksana Mastoiditis
Tidak ada
perbaikan Terapi
Terapi Bedah medikamentosa
(antibiotik menurut
C&S)
Follow up
12
DAFTAR PUSTAKA
2. Mawson SR. In: Mawson SR, ed. Complications of suppurative otitis media in
diseases of the ear. Edward Arnold (Publishers) LTD;1967:329–349 [Chapter XIII].
8. De S, Makura ZG, Clarke RW. Paediatric acute mastoiditis: the Alder Hey
experience. J Laryngol Otol. 2002;116:440–442.
13