Anda di halaman 1dari 27

Makalah Farmakologi

HORMON PARATIROID

Dosen Pembimbing :

Dr. Refdanita, M.Si., Apt

Disusun oleh :

Cut Alya Monica (17330745)

INSTITUT SAINS DAN TEKNOLOGI NASIONAL

FAKULTAS FARMASI

JAKARTA

2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas segala limpahan
rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan karya tulis ini.
Sungguh suatu kesyukuran yang memiliki makna tersendiri, karena walaupun
dalam keadaan terdesak, saya dapat menyelesaikan makalah ini.

Dalam penulisan makalah ini, saya mencoba membahas tentang


“Hormon Paratiroid”. Dalam makalah ini, saya juga menyediakan pembahasan
tentang hormon yang dihasilkan kelenjar paratiroid, fungsi dari hormon tersebut,
penyakit yang terjadi jika kelenjar paratiroid tidak berfungsi secara normal, serta
bagaimana farmakoterapi yang diberikan terhadap gangguan penyakit tersebut.

Apa yang saya lakukan dalam makalah ini, masih jauh yang diharapkan
dan isinya masih terdapat kesalahan – kesalahan baik dalam penulisan kata
maupun dalam menggunakan ejaan yang benar. Oleh karena itu, kritikan dan
saran yang sifatnya membangun, saya harapkan sehingga makalah ini menjadi
sempurna.

Jakarta, Juli 2018

Penulis,

Cut Alya Monica

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ........................................................................................... i

Daftar Isi ...................................................................................................... ii

Daftar Gambar ............................................................................................ iii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ....................................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah ................................................................................... 2

1.3 Tujuan ..................................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Hormon Paratiroid ................................................................ 3

2.2 Sekresi dan Sintesis Hormon paratiroid .................................................. 4

2.3 Fisiologi Hormon Paratiroid.................................................................... 4

2.4. Fungsi Hormon Paratiroid pada Organ .................................................. 6

2.5 Gangguan Fungsi Paratiroid.................................................................... 15

2. 6 Obat yang Mempengaruhi Metabolisme Kalsium ................................. 17

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan ............................................................................................. 22

3.2 Saran ....................................................................................................... 22

Daftar Pustaka............................................................................................. iv

ii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Kelenjar hormon paratiroid ........................................................ 3

Gambar 2. keseimbangan kalsium tubuh, peran HPT dan kalsitonin .......... 5

Gambar 3. Fungsi Hormon Paratiroid pada Organ ...................................... 6

Gambar 4. Rumus kimia dihidroksikolekalsiferol .................................... 9

Gambar 5. Proses Metabolisme Kalsium ..................................................... 15

Gambar 6. Sediaan vitamin D dan Kalsitriol ............................................... 18

Gambar 7 Sediaan Obat Kalsitonin.............................................................. 20

Gambar 8 sediaan Bisfosfonat ..................................................................... 21

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Di belakang kelenjar tiroid, ada empat kelenjar bernama paratiroid yang
membantu pengaturan kadar kalsium di seluruh tubuh manusia (Ghafari.,et al.
2015)
Kelenjar paratiroid (glandulae parathyreideae, korpuskel epitel)
merupakan kelenjar sebesar kira-kira biji kedelai, dengan bobot total kurang lebih
150 mg, umumnya terdapat empat korpuskel epitel, dua di atas dan dua di bawah
( Mutschler, 2006).
Tahun 1948 ditemukan hubungan beberapa kelainan klinik dengan
hiperfungsi paratiroid, misalnya perubahan sklelet pada pasien osteitis fibrosa
2+
dengan tumor paratiroid. Kecuali pada Ca plasma, HPT juga mempengaruhi
fosfat dan metabolisme vitamin D ( Anonim. 2012).
Hiperparatiroidisme primer adalah penyakit endokrin yang penting pada
populasi umum . Bahkan, sebagian besar pasien dengan hiperparatiroidisme
primer mungkin menunjukkan tumor jinak atau ganas (6-8). Insiden keseluruhan
hiperparatiroidisme primer dilaporkan menjadi satu dari setiap 1000 orang dan PC
dapat mencapai 1% dari semua kasus hiperparatiroidisme primer.
Karsinoma paratiroid (PC) merupakan penyebab paling langka
hiperparatiroidisme primer yang merupakan salah satu penyakit endokrin yang
paling umum. Ini biasanya mempengaruhi wanita dan pria lansia dan penampilan
klinisnya ditandai oleh hiperkalsemia ringan, tulang klasik tradisional, manifestasi
ginjal dan peningkatan hormon paratiroid dan sering mengakibatkan
hiperkalsemia berat (Ghifari, et al. 2015)
Oleh karena itu, sebagai seorang farmasis, sangatlah penting dalam
mempelajari bagaimana fisiologis hormon paratiroid dan mengenal berbagai
macam gangguan pada hormon paratiroid sehingga peran seorang farmasis dapat
tersalurkan, yakni dengan mempelajari senyawa obat yang dapat memberikan efek
penyembuhan bagi penderita penyakit hormon paratiroid tersebut.

1
1.2 Rumusan Masalah
Secara garis besar, rumusan masalah pada makalah ini adalah sebagai berikut :
a. Apakah kelenjar paratiroid itu?
b. Bagaimana fungsi hormon yang dihasilkan kelenjar paratiroid?
c. Apa efek hormon paratiroid terhadap tubuh ?
d. Apa yang terjadi jika kelenjar paratiroid tidak berfungsi normal?
e. Bagaimana farmakoterapi terhadap gangguan hormon paratiroid ?

1.3 Tujuan
Makalah ini dimasukkan sebagai pedoman, agar mahasiswa mengetahui
tentang kelenjar paratiroid, fungsi hormon yang dihasilkan dan penyakit yang
ditimbulkan jika kelenjar tersebut tak berfungsi normal serta mengetahui
pengobatan yang dapat diberikan pada gangguan metabolsme hormon paratiroid.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Hormon Paratiroid

Hormon paratiroid (HPT) berasal dari kelenjar paratiroid, merupakan hormon


polipeptida rantai tunggal yang terdiri dari 84 asam amin. Tiga puluh empat asam
amino pertama merupakan bagian yang penting yang dapat menentukan aktivitas
bilogiknya. Aktivitas biologic HPT manusia, sapid an babi hampir sama tetapi
secara imunologik ketiganya dapat dibedakan : meskipun demikian ketiganya
dapat mengadakan reaksi silang dengan satu macam antibodi (Anonim, 2012).

Kelenjar paratiroid dikelilingi oleh jonjot kapsul jaringan ikat. Kelenjar ini terdiri
atas sel-sel epitel, yang tersusun membentuk tali epitel melalui jaringan lemak dan
jaringan ikat. Jaringan itu berhubungan dengan jala kapiler yang tebal. Dalam
epitel dibedakan :

a. Sel utama yang gelap


b. Sel utama yang bening dan besar, dan
c. Sel eosinophil

Produksi hormon terjadi dalam sel utama ( Mutschler, 2006).

Gambar 1. Kelenjar hormon paratiroid

3
2.2 Sintesis dan Sekresi Hormon Paratiroid

HPT disintesis di kelenjar paratiroid sebagai prohormon dalam endoplasma


reticulum dan akan bergerak ke aparat golgi hingga terjadi perubahan menjadi
HPT. Kemudian hormon ini, terkumpul dalam granula sebelum mengalami
proteolysis, kemudia akan disekresikan ke sirkulasi. Sekresi HPT sangat
dipengaruhi oleh kadar Ca2+ plasma.

Proses proteolisis HPT akan menghasilkan HPT (7-84) dan fragmen HPT
lainnya, yang ekresinya terutama melalui urin. Pada gagal ginjal senyawa-
senyawa ini dapat terakumulasi, sedangkan HPT yang utuh eksresinya melalui
ginjal dan ekstrarenal. HPT (7-84) ternyata dapat menghambat reseptor HPT.
Pada hipokalsemia, HPT akan lebih banyak disekresi sedangkan yangdihidrolisis
akan sedikit, Pada keadaan ini HPT bertambah. Bila hipokalsemia berlangsung
lama, sisntesi HPT juga akan meningkat dan kelenjar paratiroid akan mengalami
hipertofi.

2.3 Fisiologi Hormon Paratiroid

Fungsi utama HPT , mempertahankan kadar Ca2+ cairan ekstrasel agar tetap stabil,
melalui pengaruh utamanya pada pengaturan absorbsi Ca2+ di ginjal dan
mobilisasi Ca2+ tulang. HPT mengatur fluksus Ca dan fosfat melalui membran di
tulang dan ginjal, karenanya dapat meningkatkan kadar Ca dan menurunkan fosfat
serum, kecuali itu HPT juga dapat memepengaruhi beberapa organ lain seperti
tulang rawan, otot polos pembuluh darah, pasenta, hepar, pulau angerhans
pancreas, otak, fibrolasdermis dan limfosit. Efeknya pada organ tersebut melalui 2
jenis reseptor HPT-1 dan HPT-2 di pembuluh darah, otak, pancreas dan plasenta.

2.3.1 Pengaturan Sekresi

selain telah diterangkan diatas, sekresi hormon ini terutama dipengaruhi oleh
kadar Ca2+ plasma. Bila kadar Ca2+ plasma rendah maka sekresi HPT meningkat,
dan bila keadaan hipokalsemia ini berlangsung lama dapat terjadi hipertofi dan
hiperplasi kelenjar paratiroid. Bila kadar Ca2+ plasma sangat tinggi
(hiperkalsemia) akan terjadi hal yang sebaliknya, HPT sangat rendah tetapi tetap

4
terdeteksi. Perubahan kadar Ca2+ sedikit saja dapat menyebabkan perubahan
sekresi HPT yang cukup besar. Penelitian dengan kultur sel para tiroid
membuktikan bahwa keadaan hipokalsemia dapat merangsang transport asam
amino, sintesis asam nukleat dan protein, pertumbuhan sitoplasma dan sekresi
HPT; sebaliknya hiperkalsemia dapat menekan proses tersebut. Nampaknya Ca2+
dapat mengontrol pertumbuhan kelenjar paratiroid, sintesis dan sekresi HPT

2.3.2 Efeknya pada Kalsium

Keseimbangan Ca2+ dalam tubuh dipengaruhi oleh berbagai faktor yaitu vitamin
D, HPT, kalsitonin, hormone pertumbuhan, hormone kelamin, tiroksin,
glukokortiroid, hormone pancreas, dan diet, missal fosfat anorganik. (Anonim,
2012).

Ca2+ bebas diperlukan dalam proses pembekuan darah, kontraksi otot


ragka dan fungsi saraf. Penurunan kadar ion ini dalam cairan ekstrasel dapat
menghambat fungsi otot saraf karena berkurangnya jumlah asetil kolin yang
dilepaskan. Tetapi efek penghambatan ini dapat dimbangi oleh efek eksitasi
terhadap saraf dan otot karena menurunnya kadar Ca2+(Anonim, 2012).

Dalam tulang, Ca terdapat dalam dua bentuk sebagian dalam bentuk


cadangan yang labil yang mudah diganti, dan sebagian besar meruapakn cadangan
yang stabil. Keseimbangan terjadi anatara Ca darah dan kalsium tulang yang labil.
Dapat diamati pada gambar 3

Gambar 2 keseimbangan kalsium tubuh, peran


HPT dan kalsitonin

5
Absorbsi Ca dalam saluran cerna terjadi di bagian proksimal intestine dan
merupakan proses aktiv, proses ini terhambat bila terdapat garam Ca fosfat atau
Ca oksalat yang tidak larut, atau oleh adanya alkali. Sebaiknya diet tinggi protein
dapat menambah absorbs tersebut. Bila diet mengandung Ca berlebih maka Ca
akan diekresi melalui feses. Sebagian besar Ca yang dibebaskan dari resorbsi
tulang akan diekresi melalui urin.

Hormon paratiroid dengan bantuan vitamin D secara tidak langsung dapat


menambah absorbs Ca2+ dan fosfat melalui intestin. Diduga efek ini secara
keseluruhan, melalui percepatan proses perubahan kalsifediol menjadi kalsitriol di
ginjal, yang menyeybabkan akumulasi vitamin D. Ekresi Ca melalui feses pada
pasien hiperparatiroidisme akan berkurang, karena bertambahnya absorbsi
intestine. Pengaruh HPT pada Ca2+ di intestine sebenarnya tidak begitu berarti
bila dibandingkan dengan efeknya pada metabolisme Ca di ginjal dan tulang.
Ambilan fosfat yang aktif di intestine dan kecepatan fluksusnya dari mukosa ke
serosa juga dapat bertambah oleh pengaruh HPT. (Anonim, 2012).

2.4. Fungsi Hormon Paratiroid pada Organ

Gambar 3 Fungsi Hormon Paratiroid pada Organ

6
A. Efek Pengaruh Hormon Paratiroid terhadap Tulang

HPT dapat mempercepat resobsi tulang dengan menambah kecepatan


diferensiasi sel-sel mesenkim menjadi osteoklas, dan memperpanjang masa paruh
sel-sel tersebut. Dengan bertambah lamanya kerja HPT, jumlah osteoblas
pembentuk tulang juga bertambah; karena turn over rata dan remodeling tulang
juga bertambah. Meskipun demikian, aktivitas setiap osteoblas. (Anonim, 2012).

Hormon paratiroid menimbulkan beberapa perubahan besar pada tulang :


Merangsang mobilisasi kalsium dan fosfat, setelah hormon ini mengubah
osteoklas non-aktif menjadi osteoklas aktif, meningkatkan produksi asam-asam
organik dan enzim yang diperlukan untuk penguraian tulang seperti asam sitrat,
enzim lisosom, kolagenase dan asam hialuronat, merangsang arus kalsium dari
lakuna (lacunae) menuju cairan tulang (bone fluid) dan akhirnya tiba di cairan
ekstraselular, memperbesar arus kalsium ke dalam osteoblas dengan cara
menambah permeabilitas membran sel osteoblas. Hormon paratiroid mempunyai
dua efek pada tulang dalam menimbulkan absorpsi kalsium dan fosfat. Efek
tersebut antara lain:

a. Absorpsi Kalsium Fase Cepat Hormon paratiroid dapat menyebabkan


pemindahan garam-garam tulang dari dua tempat dalam tulang, yaitu : dari
matriks tulang disekitar osteosit yang terletak dalam tulangnya sendiri dan
disekitar osteoblas yang terletak disepanjang permukaan tulang. Osteoblas
dan osteosit membentuk suatu sistem sel yang saling berhubungan satu
sama lain, yang menyebar diseluruh permukaan tulang kecuali sebagian
permukaan yang berdekatan dengan osteoklas. Diantara membran
osteositik dan tulang ada sedikit cairan tulang. Membran osteositik
nantinya akan memompa ion kalsium dari cairan tulang ke cairan
ekstrasel. Bila pompa osteositik sangat aktif, maka konsentrasi kalsium
dalam cairan tulang menjadi sangat aktif, sehingga konsentrasi kalsium di
dalam cairan tulang menjadi rendah dan kalsium fosfat yang nantinya akan
diabsorbsi dari tulang ke cairan ekstra sel. Efek ini disebut osteolisis. Bila
pompa menjadi tidak aktif, konsentrasi ion kalsium dalam cairan tulang
naik lebih tinggi dan garam-garam kalsium fosfat ditimbun lagi di dalam

7
matriks tulang. Peran hormon paratiroid dalam proses ini adalah bahwa
membran sel osteoblas dan osteosit memiliki protein reseptor untuk
mengikat hormon paratiroid. Hormon paratiroid nantinya akan
mengaktifkan pompa kalsium dengan kuat sehinga menyebabkan
perpindahan garam-garam kalsium fosfat dengan cepat dari kristal tulang
amorf yang terletak dekat dengan sel. Hormon paratiroid merangsang
pompa ini dengan meningkatkan permeabilitas kalsium pada sisi cairan
tulang dari membran osteositik, sehingga mempermudah difusi ion
kalsium ke dalam membran sel cairan tulang. Selanjutnya pompa kalsium
di sisi lain dari membran sel memindahkan ion kalsium yang tersisa ke
dalam cairan ekstra sel.
b. Absorpsi Kalsium Fase Lambat Pada fase ini, yang berperan adalah
osteoklas. Walaupun pada dasarnya osteoklas tidak memiliki membran
reseptor untuk hormon paratiroid. Aktifasi sistem osteoklastik terjadi
dalam dua tahap, yaitu: Aktifasi yang berlangsung dengan segera dari
osteoklas yang sudah terbentuk dan pembentukan osteoklas baru
Kelebihan hormon paratiroid selama beberapa hari biasanya menyebabkan
sistem osteoklas berkembang dengan baik, dan karena pengaruh
rangsangan hormon paratiroid yang kuat, maka pertumbuhan akan
berlanjut terusmenerus selama beberapa bulan. Hormon paratiroid bekerja
langsung pada tulang untuk meningkatkan resorbsi kalsium dari tulang
sehingga sejumlah besar kalsium dilepaskan dari tulang ke cairan ekstra
seluler untuk mempertahankan keseimbangan kalsium. Bila konsentrasi
ion klasium pada cairan ekstra seluler menurun, maka sekresi hormon
paratiroid akan diturunkan pula dan hampir tidak akan terjadi resorbsi.
Kalsium yang berlebihan tadi nantinya akan dideposit ke tulang dalam
rangka pembentukan tulang yang baru. (saraswaty, 2017 ).

Hormon dihidroksikolekalsiferol (Vitamin D aktif) Vitamin D merupakan


salah satu jenis vitamin yang dapat larut dalam lemak. Ada 5 jenis vitamin D yaitu
Vitamin D1, D2 (ergokalsiferol),D3(kolekalsiferol), D4 (22-dihidroergokalsiferol)
dan D5 (sitokalsiferol). Namun penggunaan vitamin D3 pada unggas perlu
diperhatikan dibandingkan dengan vitamin D yang lain. Vitamin D3

8
(kolekalsiferol) berasal dari 7- dehidrokolesterol yang apabila terkena sinar
matahari akan membentuk menjadi vitamin D3. Vitamin D tidak larut di dalam air
namun larut dalam lemak dan pelarut lemak. Vitamin D berfungsi untuk
meregulasi level kalsium dan fosfor dalam darah dengan cara mengatur absorpsi
kalsium dan fosfor dari pakan di dalam usus halus, merearbsorpsi kalsium di
dalam ginjal dan mineralisasi tulang serta kerabang telur. Vitamin D juga
berperan dalam menghambat sekresi hormon paratiroid pada kelenjar paratiroid
dan mencegah penyakit hipokalsemia. Vitamin D2 dan D3 yang ada di dalam
pakan akan diserap oleh usus halus, kemudian dikirim oleh darah menuju hati
yang akan dikonversi menjadi 25-hidroksikolekalsiferol dan akan dikirim ke
ginjal untuk diubah menjadi 1,25-dihidroksikolekalsiferol, bentuk aktif dari
vitamin D. Senyawa tersebut kemudian diedarkan oleh darah ke seluruh jaringan,
saluran pencernaan, tulang dan organ reproduksi. Senyawa 1,25-
dihidroksikolekalsiferol bekerja dengan steroid untuk meregulasi transkripsi DNA
di dalam vili usus untuk menginduksi sintesis mRNA yang bertanggung jawab
terhadap produksi senyawa protein yang berikatan dengan kalsium. Protein akan
terlibat dalam absorpsi kalsium di dalam lumen usus. Jumlah 1,25-
dihidroksikolekalsiferol yang diproduksi di ginjal diatur oleh hormon paratiroid.
Apabila kadar kalsium di dalam darah rendah (hipokalsemia), kelenjar paratiroid
akan memproduksi hormon paratiroid lebih banyak. Produksi 1,25-
dihidroksikolekalsiferol di dalam ginjal menjadi lebih banyak dengan adanya
hormon paratiroid yang banyak sehingga akan meningkatkan absorpsi kalsium di
dalam usus halus.

Gambar 4. Rumus kimia dihidroksikolekalsiferol

9
Pengaruh hormon dihidroksikolekalsiferol (Vitamin D3) terhadap Saluran
Pencernaan Vitamin D dapat meningkatkan absorpsi kalsium dalam usus (Fleet
and Schoch 2010). Dalam hal ini vitamin D yang digunakan adalah dalam bentuk
aktif yaitu 1,25 dihidroksikolekalsiferol.1,25.Dihidroksikolekalsife rol berfungsi
untuk meningkatkan absorpsi kalsium oleh usus dengan cara meningkatkan
pembentukan protein pengikat kalsium di sel epitel usus. Protein pengikat kalsium
ini berfungsi di brush border untuk mengangkut kalsium ke dalam sitoplasma sel
dan selanjutnya kalsium bergerak melalui membran basolateral sel dengan cara
difusi terfasilitasi. Protein ini akan tetap berada di dalam sel selama beberapa
minggu setelah 1,25 hidroksikalsiferol dibuang dari tubuh, sehingga memiliki
efek yang berkepanjangan terhadap absorbsi kalsium. Efek lain yang ditimbulkan
adalah pembentukakn ATPase terstimulasi kalsium di brush border sel epitel dan
pembentukan suatu alkalin forfatase di sel epitel (Saraswaty, 2017).

Pengaruh hormon dihidroksikolekalsiferol terhadap tulang Kekurangan vitamin D


menimbulkan kelainan tulang yang disebut " rickets" pada puyuh muda dan
osteomalasia pada puyuh dewasa. Ciriciri fisiologis dari penyakit ini adalah
berkurangnya aliran kalsium dari tulang ke medium (in vitro), menurunnya kadar
kalsium darah serta tulang yang rapuh. Pemberian dihidroksikolekalsiferol
meningkatkan kalsifikasi pada tulang, meningkatkan mobilisasi kalsium dari
tulang sehingga kadar kalsium dan tulang kembali normal (Guyton 2006).

Hormon kalsitonin

Kalsitonin adalah hormon polipeptida terdiri dari residu 32 asam amino yg


membentuk rantai tunggal lurus. Sekresi dan biosintesis kalsitonin dipengaruhi
oleh kadar ion kalsium plasma. Bila kadar ion kalsium tinggi maka kadar hormon
pun meningkat, dan sebaliknya. Hormon kalsitonin kerjanya berlawanan dengan
hormon paratiroid, berperan menurunkan kadar kalsium darah pada puyuh.
Hormon kalsitonin dikeluarkan oleh kelenjar ultimobranchial apabila kadar
kalsium darah terlalu tinggi. Hormon kalsitonin menurunkan kadar kalsium dan
fosfat dalam darah dengan jalan mengurangi perombakan tulang. Pengambilan
kelenjar ultimobranchial (ultimobranchialectomy) tidak mengakibatkan dampak
yang nyata baik terhadap kalsium dalam tulang maupun dalam darah. Namun

10
demikian, bahwa daerah "ruffled borders" pada osteoklas tulang medular menurun
setelah pemberian hormon kalsitonin, yang berarti menurunnya perombakan
kalsium pada tulang tersebut. Dengan berkurangnya perombakan kalsium, maka
menurun pula kadar kalsium dalam darah. (Saraswaty, 2017).

Adapun kerja kalsitonin di dalam tubuh adalah mamberikan efek pengurangan


kerja absorpsi osteoklas dan mungkin efek osteolitik dari membran osteositik di
seluruh tulang, sehingga dapat menggeser keseimbangan penimbunan kalsium
sesuai dengan cepatnya pertukaran garam-garam kalsium. Kalsitonin memberikan
efek penurunan pembentukan osteoklas yang baru. Adapun fungsi kalsitonin
terhadap tulang adalah :

a. Menurunkan kadar kalsium dengan menghambat resorpsi tulang.


b. Menghambat pelepasan kalsium dari tulang
c. Mempertahankan kepadatan tulang
d. Menjaga keseimbangan kalsium dalam darah. Bila kadar ion kalsium dalam
darah meningkat, kadar kalsitonin akan naik dan mengendapkannya dalam tulang
e. Kalsitonin memastikan bahwa kalsium di dalam tulang dipertahankan dan
tulang mempercepat penyerapan kalsium.
Melalui mekanisme aktif, juga memiliki seluruh komponen bagi transpor
kalsium melalui jalur transeleler dan paraseluler.. Apabila kadar kalsium dari
pakan dalam usus cukup tinggi, penyerapan kalsium oleh usus terjadi secara pasif,
namun apabila kadar kalsium tersebut rendah, maka diperlukan penyerapan
kalsium secara aktif dengan bantuan 1.25- dihidroksikolekalsiferol, suatu
metabolit dari vitamin D. 1.25- dihydroxycholecalciferol sendiri terbentuk di
dalam ginjal di bawah pengaruh hormon Paratiroid. Mekanisme ini penting sekali
untuk mempertahankan kadar kalsium darah pada tingkat yang diperlukan oleh
tubuh. Beberapa peneliti juga melaporkan bahwa 1,25- dihydroxycholecalciferol
berfungsi pula sebagai penghambat balik (feedback inhibitor) terhadap sekresi
hormon paratiroid oleh kelenjar ultimobranchia (Mutschler, 2006).

Mekanisme Transpor Kalsium dalam Duodenum Bronner (2003); Perez et


al (2008) menyatakan transport kalsium dalam duodenum meliputi: 1.
Transcellular Calcium Transport Transcellular transport merupakan transpor aktif

11
yang hanya terjadi di duodenum. Transpor ini memicu pergerakan kalsium
melalui 3 tahap, yaitu : apical calcium entry, cytoplasmic calcium translocation
dalam bentuk terikat dengan calbindin-D9k dan basolateral calcium extrusion.
Kalsium luminal melewati membran melalui transient receptor potential vanilloid
family calcium channel (TRPV)5 dan 6. Ca2+- ATPase (PMCA1b) yang terdapat
membran plasma pada membrane basolateral akan mengeluarkan kalsium
sitoplasma ke dalam plasma. Kalsium sitoplasma dapat juga dikeluarkan oleh
transporter lain, yaitu NA+/Ca2+ exchanger 1 (NCX1) namun kemampuannya
hanya 20% dibandingkan dengan PMCA1b (80%). Transpor kalsium melalui jalur
transcellular digunakan dalam kondisi fisiologis dan jalur ini semakin penting
ketika terjadi peningkatan kebutuhan kalsium, misalnya ketika pembentukan
kerabang telur. Jalur ini distimulasi langsung oleh 1,25- (OH)2D3. 2. Paracellular
Calcium Transport Paracellular transport merupakan mekanisme aktif (cellular
energy dependent) dan pasif (calcium gradient dependent). Komponen pada
paracellular calcium transport, yaitu: passive paracellular, solvent-drag induced,
dan voltage-dependent transport. Transport ini penting terutama ketika terdapat
konsentrasi kalsium luminal yang tinggi akibat asupan kalsium yang tinggi.
Solvent-drag induced dan voltage-dependent transport merupakan proses aktif
yang tergantung dari aktivitas Na+/K -ATPase yang terjadi akibat lingkungan
paracellular yang hiperosmotik dan perbedaan potensial di transepithelial.
Lingkungan hiperosmotik akan menginduksi aliran air yang membawa ion
kalsium melewati ruang paracellular. Solvent drag-induced paracellular calcium
transport merupakan 80% dari total transport kalsium aktif.

Kalsium bergerak melewati epitel melalui mekanisme transcellular atau


paracellular . Paracellular transport tergantung pada transport aktif sodium yang
menciptakan gradien osmotik dalam ruang paracellular dan perbedaan potensial
transepithelial melewati lapisan epitel. Sodium terutama memasuki sel-sel
absorptif bersamasama glukosa melalui sodium-dependent glucose transporter 1
(SGLT1). Perbedaan potential sebesar 5 mV dengan sisi mukosa lebih negatif
daripada sisi serosal. Transcellular calcium transport aktif, dimulai dengan
masuknya kalsium secara pasif dibagian apikal melalui transient receptor potential
vanilloid family calcium channel (TRPV). Kalsium kemudian ditranslokasi

12
melewati sitoplasma, sebagian besar dalam bentuk terikat dengan calbindin-D9K,
menuju basolateral membran dan akhirnya dikeluarkan dari sel oleh Na+/K+-
ATPase dan Na+/Ca2+ exchanger (NCX1).

Metabolisme Kalsium

Kurang lebih 99% kalsium terdapat pada tulang rangka dalam bentuk kristal.
Sisanya (1%) dalam bentuk ion pada cairan intraseluler dan ekstraseluler, terikat
dengan protein dan membentuk kompleks dengan ion organik, seperti sitrat, fosfat
dan bikarbonat. Sistem gastrointestinal menjaga homeostasis kalsium dengan
mengatur absorpsi kalsium melalui sel-sel gastrointestinal. Jumlah absorpsi
tergantung dari asupan, umur, hormon, vitamin D, kebutuhan tubuh akan kalsium,
diet tinggi protein dan karbohidrat serta derajat keasaman yang tinggi (pH
rendah). Absorpsi kalsium bervariasi, antara 10- 60%. Jumlah ini menurun seiring
dengan peningkatan umur dan meningkat ketika kebutuhan akan kalsium
meningkat sementara asupan sedikit. Absorpsi terjadi dalam usus halus melalui
mekanisme yang terutama dikontrol oleh calcitropic hormon (1.25-
dihydroxycolecalciferol vitamin D3 (1.25(OH)2D3 dan Parathyroid hormon
(PTH). Untuk mempertahankan keseimbangan kalsium, ginjal harus
mengeksresikan kalsium dalam jumlah yang sama dengan kalsium yang
diabsorpsi dalam usus halus. Dapat diamati pada gambar 3.

Gambar 5. Proses Metabolisme Kalsium

13
B. Pengaruh Hormon Paratiroid terhadap Ginjal.

Hormon paratiroid berperan dalam penyerapan kembali kalsium dan merangsang


pengeluaran fosfat oleh ginjal. Di bawah pengaruh hormon paratiroid, ginjal
mampu mereabsorpsi lebih banyak kalsium yang difiltrasi, sehingga kalsium
yang keluar melalui urin berkurang. Efek ini meningkatkan kadar kalsium plasma
dan menurunkan pengeluaran kalsium melalui urin. Hormon Paratiroid juga
meningkatkan ekskresi fosfat urin melalui penurunan reabsorpsi fosfat.
Akibatnya, hormon paratiroid menurunkan kadar fosfat plasma bersamaan
dengan saat hormon tersebut meningkatkan konsentrasi kalsium. Penelitian lain
tentang kasus pasien gagal ginjal kronik telah dilakukan oleh Livia, dkk pada
tahun 2016 tentang Gambaran hasil produk kalsium dan fosfor pada pasien
penyakit ginjal kronik stadium V di Ruang Hemodialisis RSUP Prof. Dr. R. D.
Kandou Manado, menemukan bahwa bahwa mayoritas pasien pasien ginjal
kronik PGK stadium V yang menjalani hemodialisis di unit hemodialisis Bagian
Ilmu Penyakit Dalam RSUP Prof. R. D. Kandou mempunyai kadar fosfor
meningkat (hiperfosfatemia) dan kadar kalsium normal.

C. Pengaruh Hormon Paratiroid terhadap Usus

Cara kerja lain hormon paratiroid untuk meningkatkan kadar kalsium


melalui usus. Di bawah kehadiran hormon paratiroid pada lapisan usus menjadi
lebih efisien dalam menyerap kalsium pakan. Hormon paratiroid meningkatkan
absorbsi kalsium pada usus halus. Sebagian besar efek hormon paratiroid pada
organ sasarannya diperantarai oleh siklik adenosin monofosfat (cAMP) yang
bekerja sebagai mekanisme second messenger. Dalam waktu beberapa menit
setelah pemberian hormon paratiroid, konsentrasi cAMP di dalam osteosit,
osteoklas, dan sel-sel sasaran lainnya meningkat. Selanjutnya, cAMP mungkin
bertanggung jawab terhadap beberapa fungsi osteoklas seperti sekresi enzim dan
asam-asam sehingga terjadi reabsorpsi tulang, pembentukan 1,25-
dihidroksikolekalsiferol di dalam ginjal dan sebagainya ( Saraswaty, 2017).

Penelitian oleh Widodo., dkk. Pada tahun 2005, Tentang Pengaruh


Pemberian Diet Tinggi Kalsium terhadap Penurunan Berat Badan pada Rattus
novergicus galur wistar. Hasilnya adalah pemberian diet kalsium sebesar 0,8%
sudah menunjukkan terjadinya perubahan penurunan kenaikan berat badan tikus.
Dengan demikian semakin tinggi asupan kalsium semakin rendah terjadinya
kenaikan berat badan tikus.

14
2.5 Gangguan Fungsi Paratiroid

A. Hipoparatiroidisme

Gejala penyakit yang disebabkan oleh kekurangan HPT. Penyebabnya


bisa karena idiopatik (primer ) atau penyebab lain (sekunder) seperti akibat
operasi kelenjar meluas, dan sebagian atau seluruh kelajar paratiroid ikut terbawa
pasokan darah. Akibatnya terjadi keterangsangan sistem saraf keseluruhan
(tetani). kejang otot lurik, parestesia, kontraksi tonik otot tangan dan kaki, wajah
terlihat tegang,. Pada anak-anak terjadi laringospasmus yang membahayakan jiwa
secara akut. Terjadi gangguan pasokan makanan dari ektoderm (kulit kering,
bersisik, rambut rontok, kuku rapuh) dan perubahan psikis (Mutschler, 2006).

Pengangkatan atau hipofungsi kelenjar paratiroid dapat menyebabkan


suatu sindroma akibat langsung hipokalsemia atau akibat penurunan ambang
rangsang membran yang terpolarisasi. Gejala klinik hipoparatiroidisme akibat
hipokalsemia adalah tetani, parestesia, spasme laring, spasme otot dan konvulsi.
Keadaan ini disebabkan karena defisiensi Ca dan vitamin D, misalnya akibat
gangguan absorbs atau jumlahnya yang tidak cukup dalam diet. Keadaan ini
jarang disebabkan oleh penyakit kelenjarnya sendiri (hipoparatiroidime idiopatik),
atau karena kelainan genetik dimana target organnya tidak memberikan reaksi
terhadap HPT.

B. Hiperparatiroidisme

Penyebab primer oleh peningkatan sekresi kelenjar paratiroid (hiperplasia,


adenoma, atau karsinoma) atau karena sekresi poilipeptida yang menyerupai HPT
yang berasal dari suatu tumor. Kadang-kadang polipeptida ini dapat dibedakan
dari HPT dengan teknik immunologik.

Hiperparatiroid sekunder disebabkan oleh penurunan Ca plasma, dapat


merangsang sekresi HPT. Keadaan ini dapat terjadi pada gangguan absrorbsi Ca2+
atau gangguan fungsi ginjal. Hipersekresi HPT apapun penyebabnya dapat
menyebabkan gangguan tulang, seperti osteitis fibrosa generalisata atau penyakit
von Reckling Hausen. Umumnya hanya 1/3 pasien hiperparatiroidisme mengalami

15
perubahan tulang hebat, 1/3 lainnya hanya mengalami dekalsifikasi ringan, dan
pada pasien lainnya tidak ditemukan resorbsi tulang yang aktif. Pada keadaan
yang terakhir ini mungkin asupan Ca2+ .Gejala dini dekalsifikasi adalah rasa
nyeri, sakit pada tulang dan persendian. Efeknya yaitu poliuria, polidipsia,
nikturia, pembentukan batu ginjal, dan penyakit tulang. Terjadi ulkus duoenum,
pankreatitis dan hiperurikemia, anoreksia, flatulensia, hipotoni otot, mual muntah,
dan gangguan jantung.

Terapi yang dilakukan biasanya adalah pembedahan, asupan vitamin D,


bila tidak dapat dibedah, pasien diberikan fosfat oral, dianjurkan diet Ca.

C. Osteoporosis

Osteoporosis merupakan penyakit tulang progresif yang ditandai dengan


menurunnya densitas tulang dan kerusakan mikroarsitektur jaringan tulang,
mengakibatkan fragilitas tulang seingga mudah fraktur. Penyebabnya : usia,
genetik, kebiasaan berolahraga, konsumsi alkohol, rokok, kualitas diet,
penggunaan kronis obat obatan (glukokortikoid, tiroid).

Fraktur osteoporotik umumnya terjadi pada tulang vertebrata (fraktur


kompresi), radius bagian distal dan femur proksimal (hip fracture), dan mungkin
juga terjadi ditempat lain. Dari data yang ada, 20% pasien yang pernah mengalami
farktur diduga akan mengalami fraktur ulangan pada tahun pertama berikutnya.
Resiko fraktur akan bertambah dengan bertambahnya usia.

Terapi osteoporosis selain farmakoterapi,pasien dangat dianjurkan


olahraga, dan diet sehari-hari harus cukup mengandung kalsium dan vitamin D.
konsumsi vit D dan asupan kalsium yang cukup.

16
2. 6 Obat yang Mempengaruhi Metabolisme Kalsium

1. Vitamin D Dan Kalsitriol

Vitamin D merupakan suatu sekosteroid yang dibentuk di kulit dari 7-


dehidrokolesterol di bawah pengaruh sinar UV matahari. Vitamin ini juga terdapat
di beberapa jenis makanan dan ditambahkan dalam produk susu. Fungsi tulang
dan otot sangat dipengaruhi oleh vitamin D. Vitamin D merangsang turnover dan
bersifat protektif terhadap apoptosis osteoblas, sedangkan diotot dapat
mempertahankan fungsi serat otot tipe II yang berperan mempertahankan
kekuatan otot dan mencegah jatuh (anonim, 2012).

Vitamin D adalah vitamin penting yang larut dalam lemak, yang


diperoleh melalui makanan dan produksi kulit. Ia hadir dalam berbagai bentuk.
Vitamin D2 (ergocalciferol) diperoleh dari produk non-hewani, dan vitamin D3
(cholecalciferol) dibuat di kulit manusia dan didistribusikan dalam jaringan
hewan. Diet dapat menyediakan vitamin D2 (ergocalciferol) atau vitamin D3.
Vitamin D memainkan peran penting dalam homeostasis kalsifikasi dan fosfat,
mineralisasi tulang dan pertumbuhan tubuh (Kafeshani,
Kalsitriol merupakan derivat 1,25-dihidroksi-vitamin D, dan sediaan ini
sebenarnya lebih tepat disebut sebagai hormone (D hormone). Perannya penting
pada metabolism Ca dan tulang. Kalsitriol 1,25-dihidroksi-vitamin D3 bekerja
melalui reseptor vitamin D (RVD) dan efektif dalam mengurangi risiko farktur
vertebrata ulangan.

a. Farmakokinetik
Pada pemberian per oral, absorbsinya baik dan cepat, dalam waktu 3-6
jam akan mencapai kadar puncak. Kecepatan absorbsinya konsisten diikuti
peningkatan eksresi Ca di urin yang dapat dideteksi sekitar 7 jam sesudah
pemberian oral. Respons biologisnya sesuai dengan besarnya dosis yang
diberikan, ini terlihat dari meningkatnya ekresi Ca di urin yang meningkat pada
pemberian dosis 0,5 atau 1,0 mikrogram 2 kali sehari.

17
b. Indikasi
Osteoporosis pascamenopause atau andropause; renal osteodistrofi pada
pasien gagal ginjal kronik yang akan dihemodialisis; hipoparatiroid idiopatik;
penyakit rickets yang vitamin D-dependen.
c. Dosis dan Cara Pemberian
Terapi harus dimulai dari dosis paling kecil, 2 kali 0,25 μg. Bila perlu
dosis dapat ditingkatkan, tetapi kadar Ca darah harus dimonitor setiap 4 minggu
seklai. Bila kadarnya telah melebihi 1 mg/100 ml atau 0,25 mmol/ L diatas harga
normal (9-11 mg/100 mL atau 2,25-2,75 mmol/L), dosis harus segera dikurangi
atau terapi dihentikan, untuk mencegah hiperkalisemia dan hiperkalsiuria. Apabila
kadar Ca darah telah normal kembali, obat dapat diberikan kembali.
d. Efek samping
Hiperkalsemia; pada fase awal ada keluhan rasa lemah, sakit kepala.
e. Kontraindikasi
Pasien dengan hiperkalsemia; yang hipersensitif terhadap kalsitriol; wanita
menyusui. Belum ada data mengenai keamanan kalsitriol untuk wanita hamil.

Gambar 6. sediaan vitamin D dan Kalsitriol

2. Kalsitonin

Kalsitonin dihasilkan oleh sel parafolikuler kelenjar tiroid. Sel ini secara
embriologis berasal dari ultimobranchial body yang berada dikelenjar tiroid. Sel
ini secara embriologis berada di kelenjar tiroid, paratiroid dan timus. Senyawa ini
merupakan inhibitor kuat osteoklas yang dapat menyebabkan resorbsi tulang, dan
pada pasien osteoporosis dapat meningkatkan BMD tulanhg. Peningkatan BMD
ini lebih jelas terlihat bila kecepatan turn over tinngi. Kalsitonin manusia,
merupakan monomer dengan masa paruh sekitar 10 menit.

18
a. Mekanisme kerja

Efek hipokalsemik dan hipofosfatemik kalsitonin terutama terjadi akibat efek


penghambatan kalsitonin terhadap resorbsi tulang oleh osteoklas dan osteosit.
Tetapi hormon ini juga dapat merangsang merangsang pembentukan tulang oleh
osteoblast. Pengaruh langsung kalitonin pada manusia yaitu meningkatkan eksresi
Ca, fosfat dan Na kerena diduga hormon ini tidak mempengaruhi absrobsi Ca di
saluran cerna.

b. Farmakokinetik
Kalsitonin dapat diberikan secara parenteral atau intranasal. Pada
pemberian subkutan kadar puncak plasma tercapai dalam waktu 15-45 menit.
Masa paruh plasma kalsitonin sekitar 4 menit. Metabolisme manusia terjadi di
ginjal. Nampaknya obat ini tidak dapat melalui barier plasenta tetapi dapat masuk
ke dalam ASI.

c. Indikasi
Efek hipokalsemik dan hipofosfatatemik hormone ini digunakan untuk pasien
hiperkalsemik misalnya pada pasien hiperparatiroid, hiperkalsemik idiopatik dan
keracunan vitamin D. efektif untuk dekalsifikasi yang dapat terjadi pada berbagai
kelainan; (1) osteoporosis pada usia lanjut, (2) peningkatan resorpsi tulang (3)
paget’s disease.

d. Dosis dan Cara Pemberian


Hiperkalsemia diberikan 4 IU/kg bb setiap 12 jam. Bila setelah 1-2 hari
respon tidak memuaskan, dosis dapat ditingkatkan sampai 8 IU/kg setiap 12 jam,
dan bila 2 hari tidak memuaskan, dosis maksimal 8 IU/kg bb dapat diberikan tiap
6 jam.
Untuk pasien paget dewasa dosis 50-100 IU/hari atau 3x/minggu sampai
terjadi respon klinis atau biokimia yang diinginkan. Dosis pemeliharaan dapat
diberikan 50 IU/3 per minggu.

Untuk osteoporosis post menopause diberikan 50 IU 3x/minggu.

19
e. Efek Samping
Ruam kulit, mual muntah, diare, flushing didaerah muka dan malaise.
Umumnya keluhan saluran cerna dan kulit ini berkurang walaupun terapi
diteruskan. Peningkatan sekresi Na dan air yang bersifat sementara diawal terapi.

f. Kontraindikasi
ibu menyusui, (ibu hamil belum diteliti).

Gambar 7 Sediaan Obat Kalsitonin

(Anonim, 2012).

3. Golongan Bisfosfonat

Biofosfonat merupakan analog sintetik pirofosfat yang ikatan P-O-P nya berubah
menjadi P-C-P. Dari banyak uji klinik acak terkontrol, terbukti golongan obat
menduduki posisi penting dalam pencegahan dan terapi osteoporosis. Golongan
obat ini dikenal sebagai obat anti resorbsi karena secara aktif menghambat
resorpsi tulang, menghambat kerja dan juga menyebabkan apoptosis osteoklas.

a. Farmakokinetik
Pada pemberian peroral, absorbsi golongan ini minim, dan adanya
makanan dalam labung dapat menghambat absorbsi. Karenanya, harus diberikan
pada pagi dan ditelan dengan minimal air putih. Setengah jam setelah itu pasien
tidak boleh berbaring karena dapat terjadi refluk esofagitis. Dalam darah tidak
terikat protein. Dalam darah tidak terikat protein plasma dan tidak mengalami
metabolime, eksresinya melalui ginjal. Masa paruh eliminasi panjang. Seitar 40-
60% akan diretensi tulang, kemudian dikeluarkan sedikit demi sedikit.

20
b. Indikasi
Penyakit paget, terapi diberikan 6 bulan, 10 mg/kg sehari. Hiperkalsemia,
sakit pada fraktur akibat metastatis kanker tulang; untuk ini digunakan pamidronat
60 mg infus IV, atau zaledronat 4 mg, infus diberikan selama min 15 menit setiap
4 minggu sekal. Mencegah atau terapi osteoporosis, dan mengurangi resiko
fraktur. Diberikan alendronat 70 mg 1 x seminggu, risedronat 35 mg 1 x
seminggu, ibandronat 150 mg 1x sebulan.

c. Efek Samping
Biofosfonat dapat menyebabkan gangguan GI, sakit sendi, flu-like
syndrome, sakit kepala, reaksi kulit.

d. Interaksi Obat
Kalsium dan antasida yang mengandung ion divalen akan menghambat
absorbsi biofosfonat.

e. Kontraindikasi
Hipersensitivitas; pasien yang tidak dapat menegakkan tubuh lebih dari ½
jam, ulkus peptikum, gangguan ginjal dengan klirens kreatinin < 30 ml/menit.

Gambar 8 sediaan Bisfosfonat

(Anonim, 2012).

21
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kelenjar paratiroid berfungsi dalam mensintesis hormon paratiroid/parathormon
(PTH) yang berfungsi untuk mengatur konsentrasi ion kalsium dalam cairan
ekstraseluler dengan cara mengatur : absorpsi kalsium dari usus, ekskresi kalsium
oleh ginjal, dan pelepasan kalsium dari tulang.
Gangguan keseimbangan hormon paratiroid dapat menyebabkan berbagai
macam penyakit, seperti kelebihan kadar paratiroid (hiperparatiroidisme), seperti
kekurangan kadar paratiroid hipoparatiroidisme, dan osteoporosis.

Selain pola hidup sehat, farmakoterapi yang dapat berfungsi dalam


menangani beberapa penyakit yang berhubungan dengan gangguan hormon
paratiroid adalah vitamin D dan kalstriol, kalsitonin, dan bisfosfonat.

3.2 Saran

Sebagai seorang farmasis, kita sebaiknya tahu banyak tentang segala sesuatu yang
berkenaan dengan kelenjar paratiroid dan hormon endokrin lainnya, karena
pengetahuan tersebut dapat menjadi acuan dan bekal dalam menangani
berbagai .kasus yang berkaitan dengan gangguan hormon yang akan terjadi pada
pasien serta persiapan praktik di lembaga-lembaga terkait maupun kehidupan
sehari-hari.

22
DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2012. Farmakologi Terapan. Jakarta : Balai Penerbit FK UI

Ghafari1, Mahin. Zahra Taheri1, Abdollah Hajivandi2, and Masoud Amiri1. 2015.
Parathyroid Carcinoma; Facts And Views. Journal of Parathyroid
Disease 2015,3(2),37–40

Kafeshanil, maezieh. Maftab zarafbani, sara shokri moghaddam, and Ali ahmadi,
hamid. 2016. Serum 25-hydroxy vitamin D level in diabetic patients
versus normal individuals; a pilot study. Journal of Parathyroid Disease
2016,4(2),40–4.

Mutschler, Ernst. 2006. Dinamika Obat. Bandung : Penerbit ITB

Saraswaty, Tyas rini.2017. Absorbsi Dan Metabolime Pada Puyuh. Buletin


Anatomi Dan Fisiologi Volume 2 No 2 Agustus 20172 ISSN 2541
-0083.

Widodo, I. Nengah Tanu K , Edy Waliyo. 2005. Pengaruh Pemberian Diet


Tinggi Kalsium terhadap Penurunan Berat Badan Pada Rattus
Novergicus Galur Wistar. Jurnal Kedokteran Brawijaya, Vol. XXII, No.
2, Agustus.

Yauri, F. Livia, Emma S. Moeis, Karel Pandelaki. 2016. Gambaran hasil produk
kalsium dan fosfor pada pasien penyakit ginjal kronik stadium V di
Ruang Hemodialisis RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado. Jurnal e-
Clinic (eCl), Volume 4, Nomor 2, Juli-Desember 2016

23

Anda mungkin juga menyukai