Anda di halaman 1dari 17

MANAJEMEN KELAS

Kelas merupakan tempat yang dihuni oleh sekelompok manusia dengan berbagai latar belakang, karakter,
kepribadian, tingkah laku, dan emosi yang berbeda beda. Karena itu dalam upaya mengelola diperlukan
banyak hal guna mempermudah tugas manajemen itu sendiri.

Demi mewujudkan manajemen kelas di sekolah, lingkungan fisik yang menguntungkan dan memenuhi
syarat akan mendukung meningkatnya intensitas pembelajaran siswa yang mempunyai pengaruh positif
terhadap pencapaian tujuan pengajaran. Manajemen kelas di sekolah tidak hanya menyiapkan kondisi kelas
dan lingkungan sekolah agar tercipta kenyamanan dan suasana belajar yang efektif. Oleh karena itu, sekolah
dan kelas perlu dikelola secara baik, dan menciptakan iklim belajar yang menunjang. Setiap proses belajar
mengajar harus direncanakan dan diusahakan oleh guru secara sengaja agar dapat dihindarkan kondisi yang
dirugikan, dan mengmbangkan kepada kondisi yang kondusif. Kondisi fisik di sekolah senantiasa nyaman,
antara lain ruangan harus diusahakan memenuhi syarat. Ukuran ruangannya harus cukup; memberi
keleluasaan bergerak; cahaya dan sirkulasi udara baik dan pengaturan perabot harus tertata rapih agar siswa
dapat bergerak bebas.

Manajemen dari kata “ Management “. Diterjemahkan pula menjadi pengelolaan, berarti proses penggunaan
sumber daya secara efektif untuk mencapai sasaran. Sedangkan pengelolaan adalah proses yang
memberikan pengawasan pada semua hal yang terlibat dalam pelaksanaan dan pencapaian tujuan. Maksud
manajemen kelas adalah mengacu kepada penciptaan suasana atau kondisi kelas yang memungkinkan siswa
dalam kelas tersebut dapat belajar dengan efektif. Suharsimi Arikunto (1988) suatu usaha yang dilakukan
guru untuk membantu menciptakan kondisi belajar yang optimal. Pengertian lain dikemukaan sebagai
proses seleksi tindakan yang dilaljukan guru dalam funsinya sebagai penanggung jawab kelas dan seleksi
penggunaan alat-alat belajar yang tepat sesuai masalah yang ada dan karakteristik kelas yang dihadapi.

Dapat disimpulkan juga bahwa manajemen kelas adalah segala upaya yang diarahkan untuk menjadikan
suasana belajar mengajar yang efektif dan menyenangkan serta dapat memotivasi siswa untuk belajar
dengan baik sesuai dengan kemampuan. Atau dapat dikatakan bahwa manajemen kelas merupakan usaha
sadar untuk mengatur kegiatan proses belajar mengajar secara sistematis.

Konsep dasar yang perlu dicermati dalam manajemen kelas adalah penempatan individu, kelompok,
sekolah, dan faktor lingkungan yang mempengaruhinya. Tugas guru seperti mengontrol, mengatur, atau
mendisiplinkan peserta didik adalah tindakan yang kurang tepat lagi pada saat ini. Sekarang aktivitas guru
yang terpenting adalah memenej, mengorganisir dan mengkoordinasikan segala aktivitas peserta didik
menurut tujuan pembelajaran. Mengelola kelas merupakan keterampilan yang harus dimiliki guru dalam
memutuskan, memahami, mendiagnosis, dan kemampuan bertindak menuju perbaikan susana kelas
terhadap aspek-aspek manajemen kelas. Adapun aspek-aspek yang perlu diperhatikan dalam manajemen
kelas adalah sifat kelas, pendorong kekuatan kelas, situasi kelas, tindakan selektif dan kreatif.

 Terdapat dua macam masalah pengelolaan kelas, yaitu :


1. Masalah Individual :
– Attention getting behaviors (pola perilaku mencari perhatian).

– Power seeking behaviors (pola perilaku menunjukkan kekuatan)

– Revenge seeking behaviors (pola perilaku menunjukkan balas dendam).

– Helplessness (peragaan ketidakmampuan).

Keempat masalah individual tersebut akan tampak dalam berbagai bentuk tindakan atau perilaku
menyimpang, yang tidak hanya akan merugikan dirinya sendiri tetapi juga dapat merugikan orang lain atau
kelompok.

2. Masalah Kelompok :

– Kelas kurang kohesif, karena alasan jenis kelamin, suku, tingkatan sosial ekonomi, dan sebagainya.
– Penyimpangan dari norma-norma perilaku yang telah disepakati sebelumnya.

– Kelas mereaksi secara negatif terhadap salah seorang anggotanya.

– “Membombong” anggota kelas yang melanggar norma kelompok.

– Kelompok cenderung mudah dialihkan perhatiannya dari tugas yang tengah digarap.

– Semangat kerja rendah atau semacam aksi protes kepada guru, karena menganggap tugas yang
diberikan kurang fair. Kelas kurang mampu menyesuakan diri dengan keadaan baru.

 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Manajemen Kelas :


1. Kondisi fisik

a) Ruangan tempat berlangsungnya proses belajar mengajar

b) Pengaturan tempat duduk

c) Ventilasi dan pengaturan cahaya

d) Pengaturan penyimpanan barang-barang

2. Kondisi sosio-emosional

a) Tipe kepemimpinan

b) Sikap guru

c) Suara guru

d) Pembinaan hubungan baik (raport)

3. Kondisi organisasional

Kegiatan rutin yang secara organisasional dilakukan baik tingkat kelas maupun tingkat sekolah akan dapat
mencegah masalah pengelolaan kelas.

 Aspek-aspek Manajemen Kelas


Menurut Oemar Mark ada 7 aspek yang melalui fungsi berbeda dalam proses belajar mengajar, tetapi
merupakan satu kesatuan bulat, yaitu:

1. Aspek tujuan instruksional

2. Aspek materi pelajaran

3. Aspek metode dan strategi pembelajaran

4. Aspek ketenagaan

5. Aspek media instruksional

6. Aspek penilaian

7. Aspek penunjang fasilitas.


Menurut Lois V. Johnson dan May any mengemukakan aspek-aspek yang perlu diperhatikan dalam
pengelolaan kelas:

1. Sifat-sifat kelas

2. Kekuatan pendorong kekuatan kelas

3. Memahami situasi kelas

4. Mendiagnosis situasi kelas

5. Bertindak selektif

6. Bertindak kreatif

7. Untuk memperbaiki kondisi kelas

 Prinsip – Prinsip Dalam Pengelolaan Kelas


Dalam rangka memperkecil masalah gangguan dalam kelas, prinsip-prinsip pengelolaan kelas dapat
dipergunakan. Maka adalah penting bagi guru untuk mengetahui dan menguasai prinsi-prinsip pengelolaan
kelas, yang di uraikan berikut ini :

1. Hangat dan antusias

Hangat dan antusias diperlukan dalam proses belajar mengajar.guru yang hangat dan akrab engan anak
didik selalu menunjukkan antusias pada tugasnya atau pada aktivitasnya akan berhasil dalam
mengimplementasikan pengelolaan kelas
2. Tantangan

Penggunaan kata-kata, tindakan, cara kerja atau bahan-bahan yang menantang akan meningkatkan gairah
anak didik untuk belajar sehingga mengurangi kemungkinan munculnya tingkah laku yang menyimpang

3. Bervariasi

Penggunaan alat atau media atau alat bantu,gaya mengajar guru, pola interaksi antara guru dan anak didik
mengurangi munculnya gangguan, kevariasian dalam penggunaan apa yang dsi sebut diatas merupakan
kunci untuk tercapainya pengelolaan kelas yang efektif.

4. Keluesan

Keluesan tingkah laku guru untuk mengubah strategi mengajarnya dapat mencegah kemungkinan
munculnya gangguan anak didik serta menciptakan iklim belajar mengajar yang efektif.

5. Penekanan pada hal-hal yang positif

Pada dasarnya, dalam mengajar dan mendidik, guru harus menekankan pada hal-hal yang positif, dan
menghindari pemusatan perhatian anak didik pada hal-hal yang negatif. Penekanan tersebut dapat dilakukan
dengan pemberian penguatan yang positif, dan kesadaran guru untuk menghindari kesalahan Yang dapat
mengganggu jalannya proses belajar mengajar

6. Penanaman disiplin diri

Tujuan akhir dari pengelolaan kelas adalah anak didik dapat mengembangkan disiplin diri sendiri. Karena
itu,guru sebaiknya selalu mendorong anak didik untuk melaksanakan disiplin diri sendiri dan guru sendiri
hendaknya menjadi teladan mengenai pengendalian diri dan pelaksanaan tanggung jawab. Jadi, guru harus
disiplin dalam segala hal bila ingin anak didiknya iku disiplin berdisiplin dalam segala hal
 Pendekatan yang dapat dilakukan guru dalam pengelolaan kelas antara lain :
1. Pendekatan Kekuasaan : Sikap konsisten dari seorang guru untuk menjadikan norma atau aturan-
aturan dalam kelas sebagai acuan untuk menegakkan kedisplinan.
2. Pendekatan Ancaman : Dalam mengontrol tingkah laku anak didik dilakukan dengan cara memberi
ancaman yang sifatnya mendidik
3. Pendekatan Kebebasan : Suatu proses untuk membantu anak didik agar merasa bebas untuk
mengerjakan sesuatu kapan saja dan dimana saja.
4. Pendekatan Resep : Dilakukan dengan memberi satu daftar yang dapat menggambarkan apa yang
harus dan apa yang tidak boleh dikerjakan oleh guru dalam mereaksi semua masalah atau situasi
yang terjadi di kelas.
5. Pendekatan Pengajaran : Pendekatan ini didasarkan atas suatu anggapan bahwa dalam perencanaan
dan pelaksanaannya akan mencegah munculnya masalah tingkah laku murid dan memecahkan
masalah itu bila tidak bisa dicegah.
6. Pendekatan Perubahan : Tingkah Laku Diartikan sebagai suatu proses untuk mengubah tingkah laku
anak didik.
7. Pendekatan Sosio-Emosional : Pendekatan sosio-emosional akan tercapai secarta maksimal apabila
hubungan antar pribadi yang baik berkembang di dalam kelas.
8. Pendekatan Kerja Kelompok : Pendekatan kerja kelompok, dalam pendekatan ini guru menciptakan
kondisi – kondisi yang memungkinkan kelompok yang produktif, selain itu guru juga harus dapat
menjaga kondisi itu agar tetap baik.
9. Pendekatan elektis atau pluralistic : Pendekatan elektis yaitu guru kelas memilih berbagai
pendekatan tersebut berdasarkan situasi yang dihadapi dalam suatu situasi mungkin dipergunakan
salah satu dan dalam situasi yang lain mungkin mengkombinasikan ketiga pendekatan tersebut.
Pendekatan elektis (electic approach) ini menekankan pada potensialitas, kreatifitas, dan inisiatif
wali atau guru kelas dalam memilih berbagai pendekatan tersebut berdasarkan situasi yang
dihadapinya.
Tipe kepemimpinan yang otoriter harus diubah menjadi lebih demokratis karena tipe kepemimpinan otoriter
menumbuhkan sikap agresif tetapi murid hanya aktif kalau ada guru dan kalau guru yang demokratis maka
semua aktivitasnya akan menurun. Tipe kepemimpinan guru yang demokratis lebih mungkin terbinanya
sikap persahabatan guru dan murid dengan dasar saling mempercayai. Untuk menciptakan dan memelihara
kondisi belajar yang optimal guru harus menempatkan diri sebagai model, pengembang, perencana,
pembimbing dan fasilitator.

 Fungsi Manajemen Kelas


Manajemen kelas selain memberi makna penting bagi tercipta dan terpeliharanya kondisi kelas yang
optimal, manajenen kelas berfungsi :

1. Memberi dan melengkapi fasilitas untuk segala macam tugas seperti : membantu kelompok dalam
pembagian tugas, membantu pembentukan kelompok, membantu kerjasama dalam menemukan
tujuan-tujuan organisasi, membantu individu agar dapat bekerjasama dengan kelompok atau kelas,
membantu prosedur kerja, merubah kondisi kelas.
2. Merencanakan: memikirkan dan menetapkan secara matang arah, tujuan, dan tindakan sekaligus
mengkaji berbagai sumber daya dan metode/teknik yang tepat.
3. Mengorganisasikan:
 menentukan sumber daya dan kegiatan yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan organisasi.
 merancang dan mengembangkan kelompok kerja yang berisi orang yang mampu membawa
organisasi pada tujuan.
 menugaskan sesorang atau kelompok orang dalam suatu tanggung jawab tugas dan fungsi tertentu.
 mendelegasikan wewenang kepada individu yang berubungan dengan keleluasaan melaksanakan
tugas.
4. Memimpin: pemimpin harus memiliki sifat kepemimpinan dan kepribadian yang dapat menjadi suri
tauladan

5. Mengendalikan: memastikan bahwa aktivitas sebenarnya sesuai dengan aktivitas yang direncanakan.

Untuk memperkecil masalah gangguan dalam pengelolaan kelas hendaknya guru bersikap seperti yang
dikemukakan oleh Djamarah (2006 : 185) yaitu:

(1) Hangat dan antusias, guru yang hangat dan akrab pada murid akan menunjukkan antusias pada
tugasnya,
(2) Menggunakan kata – kata, tindakan, cara kerja dan bahan – bahan yang menantang akan meningkatkan
kegairahan murid untuk belajar,

(3) Bervariasi dalam penggunaan alat atau media pola interaksi antara guru dan murid,

(4) Guru luwes untuk mengubah strategi mengajarnya,

(5) Guru harus menekankan pada hal – hal yang positif dan menghindari pemusatan perhatian pada hal –
hal yang negatif dan

(6) Guru harus disiplin dalam segala hal.

MENGENALI GAYA
BELAJAR SISWA DAN
IMPLEMENTASINYA
DALAM PEMBELAJARAN
18 Oktober 2014Tak Berkategori
MENGENALI GAYA BELAJAR SISWA DAN IMPLEMENTASINYA DALAM
PEMBELAJARAN (Oleh : SUDARNO, M.Pd, Mahasiswa Program Doktoral
(S3) Manajemen Pendidikan Universitas Pakuan Bogor

1. Latar Belakang Pernahkah kita bertanya pada diri


sendiri mengapa kita dapat memahami lebih baik suatu informasi dibawah
bimbingan salah satu instruktur/guru dibandingkan dengan instruktur/guru lain
dalam suatu pertemuan/mata pelaja-ran/mata kuliah? Kelebihan apakah yang
dimiliki instruktur/guru tersebut sehingga kita lebih mudah memahami informasi
yang disampaikannya? Jawabannya adalah hal itu terletak pada cara atau metode
instruktur/ guru menyajikan informasi dan jenis gaya belajar yang melekat pada diri
pembelajar. Setiap orang memiliki keunikan gaya belajar atau modalitas belajar
tertentu dan memiliki potensi belajar dengan lebih baik melalui cara-cara tertentu
yang berbeda-beda pula. Memahami gaya belajar siswa
merupakan cara dan teknik terbaik untuk memaksimalkan potensi diri peserta didik
dalam proses pembelajaran. Setelah menemukan gaya belajar siswa, maka kita
dapat mengetahui dan menentukan metode terbaik untuk membelajarkan peserta
didik tersebut. Kita akan terkejut bila mengetahui seorang siswa dapat berkembang
dan berprestasi dengan pesat di dalam kelasnya pada mata pelajaran yang
sebelumnya dianggap sulit dan tidak menyenangkan. Berarti ada sesuatu hal
dalam diri siswa yang sebelumnya tidak disentuh atau dilupakan pendidik. Sesuatu
yang unik tersebut yang dinamakan dengan gaya belajar atau modalitas belajar.
Gaya belajar merupakan variasi cara yang dimiliki seseorang untuk
mengakumulasi dan mengasimilasi suatu informasi. Pada dasarnya gaya belajar
adalah metode terbaik yang memungkinkan seseorang dalam mengumpulkan dan
menggunakan pengetahuan secara spesifik (khas). Gaya belajar atau modalitas
belajar menggambarkan modus dominan seorang anak menerima, memproses
dan mempertahankan informasi didalam otaknya. Pada umumnya, para ahli
(psikolog anak) setuju bahwa ada tiga macam dasar gaya belajar anak yaitu tipe
visual, tipe auditori, dan tipe kinestetik. Setiap individu memungkinkan untuk
memiliki satu macam gaya belajar atau dapat memiliki kombinasi dari gaya belajar
yang berbeda. Penting untuk diingat bahwa setiap siswa adalah pembelajar yang
unik. Tidak ada dua anak yang persis sama dan juga tidak ada dua orang yang
bisa belajar dengan cara yang persis sama. Untuk diingat bahwa tidak ada cara
yang benar atau cara yang salah dalam belajar, tetapi setiap individu adalah unik,
dan setiap gaya belajar menawarkan keuntungan dan kekurangan masing-masing.
Dengan mengenali dan memahami gaya belajar pada peserta didik maka kita
dapat membantu dan memfasilitasi mereka untuk belajar efektif, produktif dan
efisien seirama dengan cara kerja otak yang dimilikinya.
2. Pentingnya Memahami Gaya Belajar Siswa Mari kita mengingat kembali nama-
nama ilmuwan terkenal seperti Albert Einstein, Winston Churchill, dan Thomas
A.Edison. Dimasa anak-anak, Albert Einstein dikenal suka melamun. Guru-gurunya
di Jerman mengata-kan bahwa ia tidak akan berhasil di bidang apapun, sikap dan
pernyataannya selalu merusak suasana kelas, dan lebih baik ia tidak bersekolah.
Selanjutnya, Winston Churchill sangat lemah dalam pekerjaan sekolah, dalam
berbicara ia gugup dan terbata-bata. Sementara itu, Thomas A. Edison pernah
dipukuli guru dengan ikat pinggang karena dianggap mempermainkan guru dengan
mengajukan banyak perta-nyaan, karena seringnya ia dihukum maka dikeluarkan
dari sekolah tersebut oleh ibunya (setelah mengenyam pendi-dikan formal hanya
selama 3 bulan). Einstein, Churchill, dan Edison ;
ketiga tokoh tersebut memiliki gaya belajar yang khas yang tidak sesuai dengan
gaya belajar disekolah mereka saat itu. Untunglah mereka memiliki pelatih yang
memahami gaya belajar tersebut hingga akhirnya kesuksesan luar biasa mampu
mereka capai. Einstein berhasil menjadi ilmuwan terbesar sepanjang sejarah,
Churchill akhirnya menjadi salah satu pemimpin dan orator terbesar abad ke-20,
dan Edison menjadi penemu sains paling produktif sepanjang zaman.
Sayangnya, jutaan anak lain di bumi pertiwi ini
dengan kekhasan gaya belajar berbeda tersebut jarang sekali yang menyentuh
dan memahaminya, sehingga potensi yang dimiliki anak-anak tersebut tidak
maksimal untuk tumbuh dan berkembang. Bagi mereka yang berasal dari keluarga
berekonomi mampu memungkinkan ada solusi yaitu dengan menghadirkan tenaga
khusus (misalnya psikolog anak) seperti pada
program home schooling atau private, tetapi bagaimana dengan nasib mereka
yang berasal dari keluarga berekonomi menengah kebawah yang merupakan
mayoritas peserta didik kita? Bagi mereka sekolah merupakan tumpuan dan
harapan masa depan anak-anak mereka. Inilah salah satu penyebab kegagalan
dunia pembelajaran dan pendidikan kita. Tentunya permasalahan tersebut harus
kita selesaikan dengan serius dan profesional terutama para pendidik yang
mayoritas dinegeri ini sudah menyandang gelar Guru Profesional (Guru
Bersertifikat Pendidik). Tunjukkan jiwa profesionalisme keguruan kita seoptimal
mungkin untuk melayani dan menghantarkan peserta didik dalam menggapai cita-
cita masa depan mereka. Setiap orang tentunya memiliki modalitas belajar
yang berbeda-beda dan seharusnya memperoleh perlakuan seirama dengan
modalitas yang dimilikinya. Namun kebanyakan sekolah diselenggarakan (dalam
proses pembelajaran) umumnya berasumsi bahwa setiap peserta didik adalah
identik sehingga diperlakukan sama dalam segala hal. Bila diperhatikan didalam
kelas, kecenderungan pendidik yang hanya menggunakan satu cara saja dalam
membelajarkan siswanya. Sebagai contoh, Guru mengajar dengan menggunakan
media papan tulis (visual), mengajar dengan menggunakan buku (visual).
Sementara itu siswa belajar dengan buku (visual), mencatat (visual), mengerjakan
tugas secara tertulis (visual), dan mengerjakan test juga secara tertulis (visual).
Karena hanya menggunakan satu gaya belajar, akhirnya timbullah beragam
masalah pembelajaran sejak dari proses hingga ke evaluasi hasil belajar yang
menyebab-kan kurangnya motivasi dan aktivitas belajar siswa. Bagi guru
yang profesional, sangat penting untuk mengetahui apa yang berlangsung dalam
kepala murid mereka. Perlu juga mengetahui perlakuan apa yang tepat dan
diinginkan peserta didiknya. Pengetahuan guru tentang gaya belajar membantu
para guru untuk menciptakan lingkungan belajar yang multi-indrawi, yang melayani
sebaik mungkin kebutuhan individual setiap siswa. Dengan memanfaatkan konsep
keragaman peserta didik dan menerima gaya belajar mereka yang berbeda-beda.
Para guru menjadi lebih efektif dalam menentukan strategi-strategi pembelajaran,
dan murid akan belajar dengan lebih percaya diri dan lebih puas dengan kemajuan
belajar mereka. Banyak keuntungan yang bisa
kita peroleh dari mengenali dan memahami gaya belajar siswa, antara lain : 1)
memaksimalkan potensi belajar siswa, 2) memahami cara belajar terbaik, 3)
mengurangi frustrasi dan tingkat stres siswa, 4) mengembangkan strategi
pembelajaran untuk efisien dan efektif, 5) meningkatkan rasa percaya diri dan
harga diri, 6) mempelajari cara terbaik menggunakan keunggulan otak, 7)
mendapatkan wawasan kekuatan dan kelemahan diri, 8) mempelajari bagaimana
menikmati belajar dengan lebih mendalam, 9) mengembangkan motivasi untuk
terus belajar, 10) memaksimalkan kemampuan dan keterampilan diri, dan 11)
meningkatkan produktifitas kerja otak. Kita telah memahami bahwa
setiap peserta didik memiliki modalitas belajar atau gaya belajar yang berbeda-
beda. Dalam praktik pembelajaran, kita tidak diperkenan-kan untuk menggunakan
gaya belajar sebagaimana yang kita suka. Bila ini kita paksakan, maka siswa yang
berbeda kecenderungannya dengan kita akan merasa dirugikan. Inilah yang
disebut dengan “mall praktik mengajar” yang akan merusak jiwa (mental) anak dan
berdampak pada menurunnya kualitas sumber daya generasi dimasa mendatang.
Untuk itulah tenaga pendidik (terutama guru) harus berupaya mengenali gaya
belajar peserta didiknya, dan akhirnya kita implementasikan dalam proses
pembelajaran.
3. Macam-Macam Gaya Belajar Siswa Bagaimana proses belajar pada peserta
didik? Ada tiga tahap proses belajar yaitu menerima informasi, memahami dan
mengerti informasi, serta tahap mengingat atau memproduksi informasi. Pada
tahap menerima informasi ; informasi diterima melalui sumber belajar dan anak
belajar menggunakan panca indera. Dalam menerima informasi, ada tiga kategori
tipe anak yaitu anak visual, anak auditori, dan anak kinestetik, yang selanjutnya
disebut dengan gaya belajar atau modalitas belajar. Mari kita kenali satu persatu
ketiga tipe anak tersebut.
Pertama, Visual Learners(Belajar Melalui Penglihatan) ; Pada tipe ini,
pembelajar perlu melihat bahasa tubuh guru dan ekspresi wajah untuk bisa
memahami isi pelajaran. Siswa cenderung lebih suka duduk di depan kelas untuk
menghindari penghalang visual (misalnya kepala orang). Sebaiknya materi
pembelajaran disampaikan melalui gambar-gambar dan media belajar melalui
tampilan visual meliputi: diagram, ilustrasi buku teks, video, flipchart dan hand-out.
Selama pembelajaran berlangsung, siswa visual biasanya lebih memilih untuk
membuat catatan rinci untuk menyerap informasi. Peserta didik visual menerima,
memproses dan mempertahankan informasi melalui penglihatan atau dengan
membuat citra mental. Anak-anak ini berpikir melalui membaca dan menulis, atau
gambar, grafik dan peta. Pelajar visual sangat menyukai kerapian dan teratur.
Mereka cenderung menyukai seperti permainan membaca, matematika, seni,
televisi dan komputer. Mereka mudah melihat persamaan dan perbedaan, dan
pandai menghafal kata-kata tertulis.
Didalam kelas pembelajaran, peserta didik visual memiliki ciri-ciri, sebagai berikut :
1) ketika belajar, pelajar visual memerlukan membuat catatan, menstabilo tulisan,
atau membuat garis besar dan diagram, 2) mereka cenderung lebih mudah
memahami tulisan dari pada instruksi lisan, 3) ketika mencoba untuk mencari tahu
apakah jawaban benar, pelajar visual mungkin bertanya sendiri, “Apakah ini
kelihatan benar?”, 4) hidupnya teratur, 5) memperhatikan segala sesuatu, menjaga
penampilan, 6) mengingat dengan gambar, lebih suka membaca dari pada
dibacakan, 7) membutuhkan gambaran, tujuan menyeluruh dan menangkap secara
detail, 8) mengingat apa yang dilihat dan suka membuat coret-coretan, 9) dalam
komunikasi sering menggunakan kata yang berhubungan dengan penglihatan, 10)
berbicara dengan tempo cukup cepat.
Kedua, Auditory Learners (Belajar MelaluiPendengaran)
; Model pembelajar auditori adalah model di mana seseorang lebih cepat
menyerap informasi melalui apa yang ia dengarkan. Pada tipe ini, metode belajar
mereka yang terbaik adalah melalui lisan dengan ceramah, diskusi, bicara hal-hal
melalui dan mendengarkan apa yang orang lain katakan. Siswa auditori
menafsirkan makna yang mendasari pidato dengan mendengarkan nada suara,
pitch, kecepatan dan nuansa lainnya. Informasi tertulis mungkin hanya memiliki
sedikit arti bagi mereka. Pembelajar ini lebih mendapatkan keuntungan dengan
membaca teks dengan suara keras atau menggunakan tape
recorder. Peserta didik auditori memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
1) lebih cepat menyerap dengan mendengarkan, 2) menggerakkan bibir mereka
dan mengucapkan tulisan di buku ketika membaca, 3) senang membaca dengan
keras dan mendengarkan, 4) dapat mengulangi kembali dan menirukan nada,
irama, dan warna suara, 5) bagus dalam berbicara dan bercerita, 6) berbicara
dengan irama yang terpola, 7) belajar dengan mendengarkan dan mengingat apa
yang didiskusikan dari pada yang dilihat, 8) suka berbicara, suka berdiskusi, dan
menjelaskan sesuatu panjang lebar, 9) lebih pandai mengeja dengan keras dari
pada menuliskannya, 10) suka musik dan bernyanyi, 11) tidak bisa diam dalam
waktu lama, dan 12) suka mengerjakan tugas kelompok, 13) mengekspresikan
emosi dengan mengubah nada suaranya, 14) menikmati hobi yang melibatkan
pembicaraan atau suara, nada dan musik, 15) mengajukan pertanyaan-pertanyaan
ketika menemukan sesuatu yang baru 16) berbicara bebas dalam kelompok,
memecahkan masalah dan berkomunikasi melalui percakapan, 17) Perhatiannya
mudah terpecah, 18) berbicara dengan pola berirama, 19) belajar dengan cara
mendengarkan, dan 20) ketika membaca suka menggerakkan
bibir/bersuara. Kenali mereka saat belajar, siswa
auditori akan berbicara keras saat membaca, atau menulis jawaban sambil
mengatakannya. Anak-anak ini mungkin juga perlu bersenandung atau bersiul
untuk diri mereka sendiri dalam rangka untuk berkonsentrasi. Ketika mencoba
untuk mencari tahu apakah jawaban benar, peserta didik auditori mungkin bertanya
sendiri, “Apakah itu terdengar benar?”. Kelemahan peserta didik bertipe belajar
model auditori yaitu siswa cenderung banyak bicara, tidak bisa belajar dalam
suasana berisik atau ribut, lebih memperhatikan informasi yang didengarnya
sehingga kurang tertarik untuk memperhatikan hal baru di
sekitarnya. Ketiga,
kinesthetic Learners (belajar dengan bergerak, melakukan dan menyentuh)
; Kinestetik adalah pembelajar melalui pendekatan fisik dan aktif menjelajahi dunia
fisik di sekitar mereka. Mereka mungkin merasa sulit untuk duduk diam dalam
jangka waktu yang lama dan mungkin menjadi terganggu dengan kebutuhan
mereka akan aktivitas dan eksplorasi. Pembelajar kinestetik menerima,
memproses dan mempertahankan informasi melalui gerakan atau sentuhan.
Mereka berkembang dengan melakukan aktivitas fisik atau keterampilan tangan.
Mereka lebih mudah mengingat informasi yang berhubungan dengan suatu
kegiatan atau aktivitas fisik. Model pembelajar kinestetik
adalah pembelajar yang menyerap informasi melalui berbagai gerakan fisik. Ciri-ciri
siswa kinestetik, di antaranya adalah : 1) selalu berorientasi fisik dan banyak
bergerak, 2) berbicara dengan perlahan, 3) menanggapi perhatian fisik, 4) suka
menggunakan berbagai peralatan dan media, 4) menyentuh orang untuk
mendapatkan perhatian mereka, 5) berdiri dekat ketika berbicara dengan orang, 6)
mempunyai perkembangan awal otot-otot yang besar, 7) belajar melalui praktek, 8)
menghafal dengan cara berjalan dan melihat, 9) menggunakan jari sebagai
penunjuk ketika membaca, 10) banyak menggunakan isyarat tubuh, 11) tidak dapat
duduk diam untuk waktu lama, 12) menyukai buku-buku yang berorientasi pada
cerita, 13) kemungkinan tulisannya jelek, 14) ingin melakukan segala sesuatu, 15)
menyukai permainan dan olah raga, 16) mengekspresikan emosi melalui bahasa
tubuh, 17) menikmati hobi yang melibatkan sentuhan atau gerakan, 18)
menggunakan indera peraba ketika menemukan sesuatu yang baru, dan 19)
menggunakan gerak tubuh untuk berkomunikasi. Kelemahan peserta didik
bertipe belajar kinestetik yaitu siswa sulit mempelajari hal yang abstrak seperti
simbol matematika atau peta, tidak bisa belajar di sekolah yang konvensional di
mana guru menjelaskan dan murid diam (model ceramah), dan kapasitas
energinya cukup tinggi sehingga bila tidak disalurkan akan berpengaruh terhadap
konsentrasi belajarnya.
4. Mengetahui Cara Belajar Siswa Dalam praktiknya juga tidak
mudah mengetahui gaya belajar siswa. Ada beberapa cara yang bisa kita lakukan
untuk mengetahui gaya belajar siswa, cara pertama : menggunakan observasi
secara mendetail terhadap setiap siswa melalui penggunaan berbagai metode
belajar mengajar di kelas. Gunakan metode ceramah secara umum, catatlah
siswa-siswa yang mendengarkan dengan tekun hingga akhir. Perhatikan siswa-
siswa yang “kuat” bertahan berapa lama dalam mendengar. Klasifikasikan mereka
sementara dalam golongan orang-orang yang bukan tipe pembelajar yang
cenderung mendengarkan. Dari sini kita bisa mengklasifikasikan secara sederhana
tipe-tipe siswa dengan model-model pembelajar auditori yang lebih
menonjol. Cara kedua
: Dengan memutar film, menunjukkan gambar atau poster, dan juga menunjukkan
peta ataupun diagram. Dengan proses belajar mengajar seperti ini, kita bisa
melihat para siswa yang mempunyai kecenderungan belajar secara visual dan juga
mempunyai kecerdasan visual-spasialakan lebih tertarik dan
antusias. Cara ketiga : Dengan metode pembelajaran
menggunakan praktik atau simulasi. Para pembelajar kinestetik tentu saja akan
sangat antusias dengan model belajar mengajar semacam ini. Begitu seterusnya
kita melihat bagaimana reaksi siswa terhadap setiap model pembelajaran sehingga
lambat laun kita akan lebih mudah memahami dan mengetahui kecenderungan
gaya belajar yang mereka miliki. Cara
keempat : Dengan memberikan tugas kepada siswa untuk melakukan pekerjaan
yang membutuhkan proses penyatuan bagian-bagian yang terpisah, misalnya
menyatukan model rumah yang bagian-bagiannya terpisahkan. Ada tiga pilihan
cara yang bisa dilakukan dalam menyatukan model rumah ini, pertama adalah
melakukan praktik langsung dengan mencoba menyatukan bagian-bagian rumah
ini setelah melihat potongan-potongan yang ada; kedua adalah dengan melihat
gambar desain rumah secara keseluruhan, baru mulai menyatukan; dan ketiga
adalah petunjuk tertulis langkah-langkah yang diperlukan untuk membangun rumah
tersebut dari awal hingga akhir. Pembelajar visual akan cenderung memulai
dengan melihat gambar rumah secara utuh. Ia lebih cepat menyerap melalui
gambar-gambar tersebut sebelum menyatukan bagian-bagian rumah secara
keseluruhan. Pembelajar auditori cenderung membaca petunjuk tertulis mengenai
langkah-langkah yang diperlukan untuk membangun rumah, dan tidak terlalu
mempedulikan gambar yang ada. Sedangkan pembelajar kinestetik akan langsung
mempraktikkan dengan mencoba-coba menyatukan satu bagian dengan bagian
yang lain tanpa terlebih dahulu melihat gambar ataupun membaca petunjuk tulisan.
Dari pengamatan terhadap cara kerja siswa dalam menyelesaikan tugas ini, kita
akan lebih memahami gaya mengajar siswa secara lebih
mendetail. Cara Kelima : Dengan
melakukan survey atau test gaya belajar. Namun demikian, alat survey ataupun
test ini biasanya mengikat pada satu konsultan atau psikolog tertentu sehingga jika
kita ingin melakukan test tersebut harus membayar dengan sejumlah biaya
tertentu, yang terkadang dirasa cukup mahal. Namun demikian, karena
menggunakan metodologi yang sudah cukup teruji, biasanya survey atau test
psikologi semacam ini mempunyai akurasi yang tinggi sehingga memudahkan bagi
guru untuk segera mengetahui gaya belajar siswa. Berikut ini diberikan contoh
instrument test untuk mengetahui gaya belajar peserta didik.

Test Gaya Belajar Peserta Didik

Contoh Tes 1

Tandailah kotak yang sesuai untuk setiap pertanyaan dan jumlahkan nilainya

1. ( … ) Saya perlu satu ilustrasi dari apa yang diajarkan supaya bisa memahaminya.
2. ( … ) Saya tertarik pada obyek yang mencolok, berwarna, dan yang merangsang
mata.
3. ( …. ) Saya lebih menyukai buku-buku yang menyer-takan gambar atau ilustrasi.
4. ( … ) Saya terkesan sedang “melamun”, saat memba- yangkan apa yang
sedang saya dengar.
5. ( … ) Saya mudah mengingat apabila saya bisa melihat orang yang sedang
berbicara.
6. ( … ) Apa yang harus saya ingat harus saya ucapkan dulu.
7. ( … ) Saya harus membicarakan suatu masalah dengan suara keras untuk
memecahkannya.
8. ( … ) Saya akan mudah menghafal dengan mengucapkannya berkali-kali.
9. ( … ) Saya mudah mengingat sesuatu apabila itu didendangkan.
10. ( … ) Saya lebih suka mendengarkan rekaman dari pada duduk dan
membaca bukunya.
11. ( … ) Saya tidak bisa duduk diam berlama-lama.
12. (… ) Saya lebih mudah belajar apablla ada keterlibatan sejumlah anggota
tubuh.
13. ( … ) Saya hampir selalu melakukan gerakan tubuh.
14. ( … ) Saya lebih suka membaca buku atau mendengarkan cerita-cerita
action.

Bila lebih banyak memilih pernyataan : a. Nomor 1


s.d 5 : tipe Auditori b. Nomor 6 s.d 10 :
tipe Visual c. Nomor 11 s.d 14 : tipe
Kinetik

Contoh Tes 2

Berilah tanda V pada jawaban yang sesuai dan jumlahkan nilainya.

No Pertanyaan Jawaban
sering kadang-kadang jarang

A.1 Apakah anda rapi dan teratur ?

2 Apakah anda berbicara dengan cepat ?

Apakah anda perencana dan pengatur jangka


3
panjang yang baik ?

Apakah anda pengeja yang baik dan dapatkah


4
anda melihat kata-kata dalam pikiran anda?

Apakah anda lebih ingat apa yang dilihat


5
daripada yang didengar?

Apakah anda menghafal hanya dengan


6
melihat saja?

Apakah anda sulit mengi-ngat perintah lisan

kecuali jika dituliskan, dan apakah anda


7
sering menyuruh orang mengulang ucapannya

Apakah anda lebih suka membaca daripada


8
dibacakan?

Apakah anda suka mencoret-coret saat


9
menelpon/rapat ?

Apakah anda lebih suka melakukan


10
demonstrasi daripada berpidato ?
Apakah anda lebih suka seni rupa daripada
11
musik

Apakah anda tahu apa yang harus dikatakan


12
tetapi tidak terpikir kata yang tepat ?

Sub Total

x2 x1 x0

Total

Apakah anda berbicara pada diri sendiri saat


B.1
bekerja ?

2 Apakah anda mudah terganggu keributan ?

Apakah anda menggerakkan bibir saat


3
membaca ?

Apakah anda suka membaca keras-keras dan


4
mendengarkan ?

Dapatkah anda mengulang dan menirukan


5
nada, perubahan, dan warna suara ?

Apakah anda merasa menulis itu sulit, tetapi


6
pandai bercerita ?

Apakah anda berbicara dengan pola berirama


7
?
Apakah menurut anda, anda adalah pembicara
8
yang fasih ?

Apakah anda lebih menyuka musik daripada


9
seni rupa ?

Apakah anda belajar melalui mendengar dan

10 mengingat apa yang didiskusikan daripada

yang dilihat ?

Apakah anda banyak bicara, suka berdiskusi


11
dan menjelaskan panjang lebar ?

Apakah anda lebih baik mengeja keras-keras


12
daripada menuliskannya ?

Sub Total

x2 x1 x0

Total

C.1 Apakah anda berbicara dengan lambat ?

Apakah anda menyentuh orang untuk


2
mendapatkan perhatiannya ?

Apakah anda berdiri dekat-dekat saat


3
berbicara dengan orang ?

4
Apakah sering melakukan kegiatan fisik /
banyak bergerak ?

Apakah anda lebih bisa belajar dengan


5
praktek ?

Apakah anda belajar dengan berjalan dan


6
melihat ?

Apakah anda menggunakan jari untuk


7
menunjuk saat membaca ?

Apakah anda banyak menggunakan isyarat


8
tubuh ?

Apakah anda tak bisa duduk tenang untuk


9
waktu yang lama ?

Apakah anda membuat keputusan berdasarkan


10
perasaan ?

Apakah anda mengetuk-ngetuk pena,

11 menggerakkkan jari atau kaki saat

mendengarkan ?

Apakah anda meluangkan waktu untuk


12
berolah raga dan kegiatan fisik lain nya ?

Sub Total

x2 x1 x0
Total

Bila total nilai lebih banyak pada :

1. Sering : Tipe Visual


2. Kadang-kadang : Tipe Auditori
3. Jarang : Tipe Kinestetik

1. Mengajar dengan Gaya Belajar Siswa yang Berbeda Setelah mengetahui gaya
belajar siswa dan kecenderungan kecerdasan yang paling menonjol dimilikinya,
saatnya sebagai guru kita menyesuaikan dengan gaya belajar mereka. Bagaimana
kita menyesuaikan diri dengan gaya belajar mereka masing-masing?
Untuk pembelajar visual, di mana lebih banyak
menyerap informasi melalui mata, hal-hal yang bisa kita lakukan untuk
memaksimalkan kemampuan belajar mereka adalah: 1) biarkan mereka duduk di
bangku paling depan sehingga mereka bisa langsung melihat apa yang dituliskan
atau digambarkan guru di papan tulis, 2) selain tulisan, buatlah lebih banyak
bagan-bagan, diagram, flow-chart menjelaskan sesuatu, 3) putarkan film, 4) minta
mereka untuk menuliskan poin-poin penting yang harus dihafalkan, 5) gunakan
berbagai ilustrasi dan gambar, 6) tulis ulang apa yang ada di papan tulis, 7)
gunakan warna-warni yang berbeda pada tulisan, 8) mendorong siswa untuk
menggambarkan informasi, dengan menggunakan diagram dan warna, 9) beri
kode warna untuk bahan pelajaran, dan sebaiknya dorong siswa untuk mencatat
dengan aneka warna. Kelemahan peserta didik bertipe belajar visual yaitu
tidak suka berbicara di depan kelompok dan tidak suka mendengarkan orang lain,
tahu apa yang harus dikatakan tetapi tidak bisa mengungkapkannya dengan kata-
kata, ditandai dengan sering terlambat menyalin pelajaran di papan tulis dan
tulisan tangan berantakan, sering lupa jika harus menyampaikan pesan secara
verbal kepada orang lain dan biasanya kurang mampu mengingat informasi yang
diberikan secara lisan. Untuk itu pendidik tidak boleh memaksa mereka untuk
berbicara keras atau disuruh mendengar dengan super serius.
Untuk pembelajar auditori, di mana mereka lebih
banyak menyerap informasi melalui pendengaran, hal-hal yang bisa dilakukan
untuk memaksimalkan kemampuan belajar siswa adalah : 1) gunakan audio dalam
pembelajaran (musik, radio, dll), 2) saat belajar, biarkan mereka membaca dengan
nyaring dan suara keras, 3) seringlah memberi pertanyaan kepada mereka, 3)
membuat diskusi kelas, 4) menggunakan rekaman, 5) biarkan mereka menjelaskan
dengan kata-kata, 6) biarkan mereka menuliskan apa yang mereka pahami tentang
satu mata pelajaran, 7) belajar berkelompok.
Untuk menghadapi siswa dengan kecenderungan auditori, guru hendaknya
melakukan hal-hal berikut: 1) gunakan variasi vokal (perubahan nada, kecepatan,
dan volume) dalam presentasi kelas, 2) gunakan pengulangan, mintalah siswa
menyebutkan kembali konsep pelajaran, 3) gunakan musik sebagai aba-aba untuk
kegiatan rutin, 4) setiap segmen siswa diminta memberitahukan pada teman
sebelahnya. Sedangkan
untuk pembelajar kinestetik, di mana mereka lebih banyak menyerap informasi
melalui gerakan fisik, hal-hal yang bisa dilakukan untuk memaksimalkan
kemampuan belajar siswa adalah : 1) perbanyak praktik lapangan (field trip), 2)
melakukan demonstrasi atau pertunjukan langsung terhadap suatu proses, 3)
membuat model atau contoh-contoh, 4) belajar tidak harus duduk secara formal,
bisa dilakukan dengan duduk dalam posisi yang nyaman walaupun tidak biasa
dilakukan oleh murid-murid yang lain, 5) perbanyak praktik dilaboratorium, 6) boleh
menghafal sesuatu sambil bergerak, berjalan atau mondar-mandir, 7) perbanyak
simulasi dan role playing, dan 8) biarkan murid berdiri saat menjelaskan
sesuatu. Ketika belajar, pembelajar kinestetik perlu membangun
model untuk meningkatkan pemahaman. Anak-anak ini mungkin akan lebih
berkonsentrasi jika sambil berjingkrak-jingkrak atau memainkan bola sambil
mendengarkan kuliah atau menyelesaikan tugas. Mereka dapat mengingat
informasi lebih mudah sementara mondar-mandir menggiring bola, berayun atau
melompat-lompat. Anak kinestetik cenderung memiliki masalah jika mengikuti kelas
konvensional (metode ceramah). Metode pembelajaran terbaik untuk anak-anak ini
jika melibatkan aktivitas eksperimen dan kegiatan membangun
model. Dalam praktiknya, satu kelas biasanya terdiri dari tiga
kelompok pembelajar semacam ini, oleh karena itu tidak bisa seorang guru hanya
mempraktikkan satu metode belajar mengajar untuk diterapkan di seluruh kelas.
Bayangkan jika guru mengajar hanya dengan metode ceramah mulai dari awal
hingga akhir, sedangkan dalam satu kelas kecenderungannya lebih banyak
pembelajar visual atau kinestetik, maka yang terjadi adalah suasana yang tidak
menyenangkan. Siswa-siswa visual dan kinestetis akan mulai merasa bosan
dengan apa yang diceramahkan, hingga yang terjadi mereka akan mulai mencari
perhatian dengan berbagai hal yang mengganggu. Ada yang tidak mendengarkan,
tidur di kelas, ataupun berlarian ke sana kemari karena tidak tahan untuk terus
menerus mendengarkan apa yang dijelaskan oleh guru di dalam kelas. Dalam
situasi semacam ini, guru-guru kreatif dan mempunyai inovasi yang tinggi akan
segera mengganti proses belajar mengajar dengan mempertimbang-kan
keragaman gaya belajar siswa. Tidak lagi kemudian menggunakan metode
ceramah, tetapi menggunakan metode yang lain yang memungkinkan, misalnya
diskusi kelompok ataupun mengajak mereka dalam suatu permainan agar tidak
membosankan. Namun demikian, yang
masih sering terjadi adalah sebaliknya karena guru merasa tidak diperhatikan,
kemudian menggunakan kekuasaannya dengan melakukan bentakan yang keras,
biasanya disertai ancaman kalau tidak mendengarkan dan memberikan hukuman
ke siswa. Pola belajar mengajar semacam ini tidak saja membuat proses belajar
mengajar menjadi sesuatu yang mengerikan dan membuat trauma bagi anak didik,
tetapi juga mengaduk-aduk dan menyita emosi guru secara terus menerus.
Akibatnya, tekanan kerja yang semakin berat membuat proses belajar mengajar
bagi guru menjadi beban yang tidak lagi menyenangkan. Situasi semacam ini
melahirkan “kalah-kalah”, di mana guru kalah karena walaupun sudah bekerja
keras tetapi tidak bisa menikmati pekerjaannya, sementara bagi siswa juga kalah
karena proses belajar mengajar tidak lagi menjadi proses yang menyenangkan,
tetapi membuat trauma dan kesedihan untuk belajar. Karena itulah, kreativitas dan
kemampuan guru untuk memahami gaya belajar siswa sangat penting agar
suasana di dalam kelas bisa dibangun dengan lebih kondusif dan menyenangkan
untuk belajar. Dengan demikian, sekolah akan menjadi tempat yang
menyenangkan, bagi guru, siswa, dan semua pihak yang terlibat di
dalamnya. Idealnya, dalam kelas pembelajaran peserta didik
sudah terseleksi dari awal dan diketahui jenis gaya belajar dominan yang mereka
miliki pada kelas tersebut. Maka terbentuklah kelas-kelas bertipe visual, kelas
bertipe auditori, dan kelas bertipe kinestetik. Sehingga memudahkan pendidik
dalam menerapkan strategi, metode pembelajaran dan perlakuan kepada mereka.
Namun sayangnya sangat jarang sekolah yang mengelompokkan siswanya
kedalam kelas-kelas berdasarkan karakteristik peserta didiknya. Jika demikian
maka yang bisa dilakukan yaitu mengoptimalkan kompetensi dan peran pendidik
dalam proses pembelajaran. Seorang pendidik harus mampu memerankan
berbagai strategi dan metode pembelajaran dalam kelas yang beragam tersebut.

1. Menjadi Pengajar yang Baik Pada akhir tulisan ini, penulis merumuskan poin-poin
penting menjadi pengajar yang baik yaitu :
2. Cintai mata pelajaran/bidang studi yang diampu, dan

tunjukkan pada siswa

2. Niat yang ikhlas menjadi pendidik


3. Kenali gaya belajar siswa dan implementasikan dalam

Pembelajaran

4. Layani peserta didik sebaik mungkin


5. Buat desain pembelajaran dan sajikan materi secara

menarik

6. Ciptakan isu dan tema yang menarik siswa


7. Ajukan pertanyaan dengan jawaban imajinatif,

analisis, dan evaluatif

8. Jadilah pendengar yang baik


9. Memiliki sense of humor
10. Memberikan perhatian as ahuman being kepada siswa
11. Mendorong berpikir rasional, kritis, dan kreatif
12. Selalu siap membantu siswa
13. Selalu memberikan penghargaan ke siswa
14. Memberikan penilaian yang adil ke setiap siswa

Demikian paparan gagasan dari penulis, semoga tulisan ini bermanfaat bagi
semua pihak dan menjadi sumbangsih bagi dunia pendidikan.

Anda mungkin juga menyukai