Kelas merupakan tempat yang dihuni oleh sekelompok manusia dengan berbagai latar belakang, karakter,
kepribadian, tingkah laku, dan emosi yang berbeda beda. Karena itu dalam upaya mengelola diperlukan
banyak hal guna mempermudah tugas manajemen itu sendiri.
Demi mewujudkan manajemen kelas di sekolah, lingkungan fisik yang menguntungkan dan memenuhi
syarat akan mendukung meningkatnya intensitas pembelajaran siswa yang mempunyai pengaruh positif
terhadap pencapaian tujuan pengajaran. Manajemen kelas di sekolah tidak hanya menyiapkan kondisi kelas
dan lingkungan sekolah agar tercipta kenyamanan dan suasana belajar yang efektif. Oleh karena itu, sekolah
dan kelas perlu dikelola secara baik, dan menciptakan iklim belajar yang menunjang. Setiap proses belajar
mengajar harus direncanakan dan diusahakan oleh guru secara sengaja agar dapat dihindarkan kondisi yang
dirugikan, dan mengmbangkan kepada kondisi yang kondusif. Kondisi fisik di sekolah senantiasa nyaman,
antara lain ruangan harus diusahakan memenuhi syarat. Ukuran ruangannya harus cukup; memberi
keleluasaan bergerak; cahaya dan sirkulasi udara baik dan pengaturan perabot harus tertata rapih agar siswa
dapat bergerak bebas.
Manajemen dari kata “ Management “. Diterjemahkan pula menjadi pengelolaan, berarti proses penggunaan
sumber daya secara efektif untuk mencapai sasaran. Sedangkan pengelolaan adalah proses yang
memberikan pengawasan pada semua hal yang terlibat dalam pelaksanaan dan pencapaian tujuan. Maksud
manajemen kelas adalah mengacu kepada penciptaan suasana atau kondisi kelas yang memungkinkan siswa
dalam kelas tersebut dapat belajar dengan efektif. Suharsimi Arikunto (1988) suatu usaha yang dilakukan
guru untuk membantu menciptakan kondisi belajar yang optimal. Pengertian lain dikemukaan sebagai
proses seleksi tindakan yang dilaljukan guru dalam funsinya sebagai penanggung jawab kelas dan seleksi
penggunaan alat-alat belajar yang tepat sesuai masalah yang ada dan karakteristik kelas yang dihadapi.
Dapat disimpulkan juga bahwa manajemen kelas adalah segala upaya yang diarahkan untuk menjadikan
suasana belajar mengajar yang efektif dan menyenangkan serta dapat memotivasi siswa untuk belajar
dengan baik sesuai dengan kemampuan. Atau dapat dikatakan bahwa manajemen kelas merupakan usaha
sadar untuk mengatur kegiatan proses belajar mengajar secara sistematis.
Konsep dasar yang perlu dicermati dalam manajemen kelas adalah penempatan individu, kelompok,
sekolah, dan faktor lingkungan yang mempengaruhinya. Tugas guru seperti mengontrol, mengatur, atau
mendisiplinkan peserta didik adalah tindakan yang kurang tepat lagi pada saat ini. Sekarang aktivitas guru
yang terpenting adalah memenej, mengorganisir dan mengkoordinasikan segala aktivitas peserta didik
menurut tujuan pembelajaran. Mengelola kelas merupakan keterampilan yang harus dimiliki guru dalam
memutuskan, memahami, mendiagnosis, dan kemampuan bertindak menuju perbaikan susana kelas
terhadap aspek-aspek manajemen kelas. Adapun aspek-aspek yang perlu diperhatikan dalam manajemen
kelas adalah sifat kelas, pendorong kekuatan kelas, situasi kelas, tindakan selektif dan kreatif.
Keempat masalah individual tersebut akan tampak dalam berbagai bentuk tindakan atau perilaku
menyimpang, yang tidak hanya akan merugikan dirinya sendiri tetapi juga dapat merugikan orang lain atau
kelompok.
2. Masalah Kelompok :
– Kelas kurang kohesif, karena alasan jenis kelamin, suku, tingkatan sosial ekonomi, dan sebagainya.
– Penyimpangan dari norma-norma perilaku yang telah disepakati sebelumnya.
– Kelompok cenderung mudah dialihkan perhatiannya dari tugas yang tengah digarap.
– Semangat kerja rendah atau semacam aksi protes kepada guru, karena menganggap tugas yang
diberikan kurang fair. Kelas kurang mampu menyesuakan diri dengan keadaan baru.
2. Kondisi sosio-emosional
a) Tipe kepemimpinan
b) Sikap guru
c) Suara guru
3. Kondisi organisasional
Kegiatan rutin yang secara organisasional dilakukan baik tingkat kelas maupun tingkat sekolah akan dapat
mencegah masalah pengelolaan kelas.
4. Aspek ketenagaan
6. Aspek penilaian
1. Sifat-sifat kelas
5. Bertindak selektif
6. Bertindak kreatif
Hangat dan antusias diperlukan dalam proses belajar mengajar.guru yang hangat dan akrab engan anak
didik selalu menunjukkan antusias pada tugasnya atau pada aktivitasnya akan berhasil dalam
mengimplementasikan pengelolaan kelas
2. Tantangan
Penggunaan kata-kata, tindakan, cara kerja atau bahan-bahan yang menantang akan meningkatkan gairah
anak didik untuk belajar sehingga mengurangi kemungkinan munculnya tingkah laku yang menyimpang
3. Bervariasi
Penggunaan alat atau media atau alat bantu,gaya mengajar guru, pola interaksi antara guru dan anak didik
mengurangi munculnya gangguan, kevariasian dalam penggunaan apa yang dsi sebut diatas merupakan
kunci untuk tercapainya pengelolaan kelas yang efektif.
4. Keluesan
Keluesan tingkah laku guru untuk mengubah strategi mengajarnya dapat mencegah kemungkinan
munculnya gangguan anak didik serta menciptakan iklim belajar mengajar yang efektif.
Pada dasarnya, dalam mengajar dan mendidik, guru harus menekankan pada hal-hal yang positif, dan
menghindari pemusatan perhatian anak didik pada hal-hal yang negatif. Penekanan tersebut dapat dilakukan
dengan pemberian penguatan yang positif, dan kesadaran guru untuk menghindari kesalahan Yang dapat
mengganggu jalannya proses belajar mengajar
Tujuan akhir dari pengelolaan kelas adalah anak didik dapat mengembangkan disiplin diri sendiri. Karena
itu,guru sebaiknya selalu mendorong anak didik untuk melaksanakan disiplin diri sendiri dan guru sendiri
hendaknya menjadi teladan mengenai pengendalian diri dan pelaksanaan tanggung jawab. Jadi, guru harus
disiplin dalam segala hal bila ingin anak didiknya iku disiplin berdisiplin dalam segala hal
Pendekatan yang dapat dilakukan guru dalam pengelolaan kelas antara lain :
1. Pendekatan Kekuasaan : Sikap konsisten dari seorang guru untuk menjadikan norma atau aturan-
aturan dalam kelas sebagai acuan untuk menegakkan kedisplinan.
2. Pendekatan Ancaman : Dalam mengontrol tingkah laku anak didik dilakukan dengan cara memberi
ancaman yang sifatnya mendidik
3. Pendekatan Kebebasan : Suatu proses untuk membantu anak didik agar merasa bebas untuk
mengerjakan sesuatu kapan saja dan dimana saja.
4. Pendekatan Resep : Dilakukan dengan memberi satu daftar yang dapat menggambarkan apa yang
harus dan apa yang tidak boleh dikerjakan oleh guru dalam mereaksi semua masalah atau situasi
yang terjadi di kelas.
5. Pendekatan Pengajaran : Pendekatan ini didasarkan atas suatu anggapan bahwa dalam perencanaan
dan pelaksanaannya akan mencegah munculnya masalah tingkah laku murid dan memecahkan
masalah itu bila tidak bisa dicegah.
6. Pendekatan Perubahan : Tingkah Laku Diartikan sebagai suatu proses untuk mengubah tingkah laku
anak didik.
7. Pendekatan Sosio-Emosional : Pendekatan sosio-emosional akan tercapai secarta maksimal apabila
hubungan antar pribadi yang baik berkembang di dalam kelas.
8. Pendekatan Kerja Kelompok : Pendekatan kerja kelompok, dalam pendekatan ini guru menciptakan
kondisi – kondisi yang memungkinkan kelompok yang produktif, selain itu guru juga harus dapat
menjaga kondisi itu agar tetap baik.
9. Pendekatan elektis atau pluralistic : Pendekatan elektis yaitu guru kelas memilih berbagai
pendekatan tersebut berdasarkan situasi yang dihadapi dalam suatu situasi mungkin dipergunakan
salah satu dan dalam situasi yang lain mungkin mengkombinasikan ketiga pendekatan tersebut.
Pendekatan elektis (electic approach) ini menekankan pada potensialitas, kreatifitas, dan inisiatif
wali atau guru kelas dalam memilih berbagai pendekatan tersebut berdasarkan situasi yang
dihadapinya.
Tipe kepemimpinan yang otoriter harus diubah menjadi lebih demokratis karena tipe kepemimpinan otoriter
menumbuhkan sikap agresif tetapi murid hanya aktif kalau ada guru dan kalau guru yang demokratis maka
semua aktivitasnya akan menurun. Tipe kepemimpinan guru yang demokratis lebih mungkin terbinanya
sikap persahabatan guru dan murid dengan dasar saling mempercayai. Untuk menciptakan dan memelihara
kondisi belajar yang optimal guru harus menempatkan diri sebagai model, pengembang, perencana,
pembimbing dan fasilitator.
1. Memberi dan melengkapi fasilitas untuk segala macam tugas seperti : membantu kelompok dalam
pembagian tugas, membantu pembentukan kelompok, membantu kerjasama dalam menemukan
tujuan-tujuan organisasi, membantu individu agar dapat bekerjasama dengan kelompok atau kelas,
membantu prosedur kerja, merubah kondisi kelas.
2. Merencanakan: memikirkan dan menetapkan secara matang arah, tujuan, dan tindakan sekaligus
mengkaji berbagai sumber daya dan metode/teknik yang tepat.
3. Mengorganisasikan:
menentukan sumber daya dan kegiatan yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan organisasi.
merancang dan mengembangkan kelompok kerja yang berisi orang yang mampu membawa
organisasi pada tujuan.
menugaskan sesorang atau kelompok orang dalam suatu tanggung jawab tugas dan fungsi tertentu.
mendelegasikan wewenang kepada individu yang berubungan dengan keleluasaan melaksanakan
tugas.
4. Memimpin: pemimpin harus memiliki sifat kepemimpinan dan kepribadian yang dapat menjadi suri
tauladan
5. Mengendalikan: memastikan bahwa aktivitas sebenarnya sesuai dengan aktivitas yang direncanakan.
Untuk memperkecil masalah gangguan dalam pengelolaan kelas hendaknya guru bersikap seperti yang
dikemukakan oleh Djamarah (2006 : 185) yaitu:
(1) Hangat dan antusias, guru yang hangat dan akrab pada murid akan menunjukkan antusias pada
tugasnya,
(2) Menggunakan kata – kata, tindakan, cara kerja dan bahan – bahan yang menantang akan meningkatkan
kegairahan murid untuk belajar,
(3) Bervariasi dalam penggunaan alat atau media pola interaksi antara guru dan murid,
(5) Guru harus menekankan pada hal – hal yang positif dan menghindari pemusatan perhatian pada hal –
hal yang negatif dan
MENGENALI GAYA
BELAJAR SISWA DAN
IMPLEMENTASINYA
DALAM PEMBELAJARAN
18 Oktober 2014Tak Berkategori
MENGENALI GAYA BELAJAR SISWA DAN IMPLEMENTASINYA DALAM
PEMBELAJARAN (Oleh : SUDARNO, M.Pd, Mahasiswa Program Doktoral
(S3) Manajemen Pendidikan Universitas Pakuan Bogor
Contoh Tes 1
Tandailah kotak yang sesuai untuk setiap pertanyaan dan jumlahkan nilainya
1. ( … ) Saya perlu satu ilustrasi dari apa yang diajarkan supaya bisa memahaminya.
2. ( … ) Saya tertarik pada obyek yang mencolok, berwarna, dan yang merangsang
mata.
3. ( …. ) Saya lebih menyukai buku-buku yang menyer-takan gambar atau ilustrasi.
4. ( … ) Saya terkesan sedang “melamun”, saat memba- yangkan apa yang
sedang saya dengar.
5. ( … ) Saya mudah mengingat apabila saya bisa melihat orang yang sedang
berbicara.
6. ( … ) Apa yang harus saya ingat harus saya ucapkan dulu.
7. ( … ) Saya harus membicarakan suatu masalah dengan suara keras untuk
memecahkannya.
8. ( … ) Saya akan mudah menghafal dengan mengucapkannya berkali-kali.
9. ( … ) Saya mudah mengingat sesuatu apabila itu didendangkan.
10. ( … ) Saya lebih suka mendengarkan rekaman dari pada duduk dan
membaca bukunya.
11. ( … ) Saya tidak bisa duduk diam berlama-lama.
12. (… ) Saya lebih mudah belajar apablla ada keterlibatan sejumlah anggota
tubuh.
13. ( … ) Saya hampir selalu melakukan gerakan tubuh.
14. ( … ) Saya lebih suka membaca buku atau mendengarkan cerita-cerita
action.
Contoh Tes 2
No Pertanyaan Jawaban
sering kadang-kadang jarang
Sub Total
x2 x1 x0
Total
yang dilihat ?
Sub Total
x2 x1 x0
Total
4
Apakah sering melakukan kegiatan fisik /
banyak bergerak ?
mendengarkan ?
Sub Total
x2 x1 x0
Total
1. Mengajar dengan Gaya Belajar Siswa yang Berbeda Setelah mengetahui gaya
belajar siswa dan kecenderungan kecerdasan yang paling menonjol dimilikinya,
saatnya sebagai guru kita menyesuaikan dengan gaya belajar mereka. Bagaimana
kita menyesuaikan diri dengan gaya belajar mereka masing-masing?
Untuk pembelajar visual, di mana lebih banyak
menyerap informasi melalui mata, hal-hal yang bisa kita lakukan untuk
memaksimalkan kemampuan belajar mereka adalah: 1) biarkan mereka duduk di
bangku paling depan sehingga mereka bisa langsung melihat apa yang dituliskan
atau digambarkan guru di papan tulis, 2) selain tulisan, buatlah lebih banyak
bagan-bagan, diagram, flow-chart menjelaskan sesuatu, 3) putarkan film, 4) minta
mereka untuk menuliskan poin-poin penting yang harus dihafalkan, 5) gunakan
berbagai ilustrasi dan gambar, 6) tulis ulang apa yang ada di papan tulis, 7)
gunakan warna-warni yang berbeda pada tulisan, 8) mendorong siswa untuk
menggambarkan informasi, dengan menggunakan diagram dan warna, 9) beri
kode warna untuk bahan pelajaran, dan sebaiknya dorong siswa untuk mencatat
dengan aneka warna. Kelemahan peserta didik bertipe belajar visual yaitu
tidak suka berbicara di depan kelompok dan tidak suka mendengarkan orang lain,
tahu apa yang harus dikatakan tetapi tidak bisa mengungkapkannya dengan kata-
kata, ditandai dengan sering terlambat menyalin pelajaran di papan tulis dan
tulisan tangan berantakan, sering lupa jika harus menyampaikan pesan secara
verbal kepada orang lain dan biasanya kurang mampu mengingat informasi yang
diberikan secara lisan. Untuk itu pendidik tidak boleh memaksa mereka untuk
berbicara keras atau disuruh mendengar dengan super serius.
Untuk pembelajar auditori, di mana mereka lebih
banyak menyerap informasi melalui pendengaran, hal-hal yang bisa dilakukan
untuk memaksimalkan kemampuan belajar siswa adalah : 1) gunakan audio dalam
pembelajaran (musik, radio, dll), 2) saat belajar, biarkan mereka membaca dengan
nyaring dan suara keras, 3) seringlah memberi pertanyaan kepada mereka, 3)
membuat diskusi kelas, 4) menggunakan rekaman, 5) biarkan mereka menjelaskan
dengan kata-kata, 6) biarkan mereka menuliskan apa yang mereka pahami tentang
satu mata pelajaran, 7) belajar berkelompok.
Untuk menghadapi siswa dengan kecenderungan auditori, guru hendaknya
melakukan hal-hal berikut: 1) gunakan variasi vokal (perubahan nada, kecepatan,
dan volume) dalam presentasi kelas, 2) gunakan pengulangan, mintalah siswa
menyebutkan kembali konsep pelajaran, 3) gunakan musik sebagai aba-aba untuk
kegiatan rutin, 4) setiap segmen siswa diminta memberitahukan pada teman
sebelahnya. Sedangkan
untuk pembelajar kinestetik, di mana mereka lebih banyak menyerap informasi
melalui gerakan fisik, hal-hal yang bisa dilakukan untuk memaksimalkan
kemampuan belajar siswa adalah : 1) perbanyak praktik lapangan (field trip), 2)
melakukan demonstrasi atau pertunjukan langsung terhadap suatu proses, 3)
membuat model atau contoh-contoh, 4) belajar tidak harus duduk secara formal,
bisa dilakukan dengan duduk dalam posisi yang nyaman walaupun tidak biasa
dilakukan oleh murid-murid yang lain, 5) perbanyak praktik dilaboratorium, 6) boleh
menghafal sesuatu sambil bergerak, berjalan atau mondar-mandir, 7) perbanyak
simulasi dan role playing, dan 8) biarkan murid berdiri saat menjelaskan
sesuatu. Ketika belajar, pembelajar kinestetik perlu membangun
model untuk meningkatkan pemahaman. Anak-anak ini mungkin akan lebih
berkonsentrasi jika sambil berjingkrak-jingkrak atau memainkan bola sambil
mendengarkan kuliah atau menyelesaikan tugas. Mereka dapat mengingat
informasi lebih mudah sementara mondar-mandir menggiring bola, berayun atau
melompat-lompat. Anak kinestetik cenderung memiliki masalah jika mengikuti kelas
konvensional (metode ceramah). Metode pembelajaran terbaik untuk anak-anak ini
jika melibatkan aktivitas eksperimen dan kegiatan membangun
model. Dalam praktiknya, satu kelas biasanya terdiri dari tiga
kelompok pembelajar semacam ini, oleh karena itu tidak bisa seorang guru hanya
mempraktikkan satu metode belajar mengajar untuk diterapkan di seluruh kelas.
Bayangkan jika guru mengajar hanya dengan metode ceramah mulai dari awal
hingga akhir, sedangkan dalam satu kelas kecenderungannya lebih banyak
pembelajar visual atau kinestetik, maka yang terjadi adalah suasana yang tidak
menyenangkan. Siswa-siswa visual dan kinestetis akan mulai merasa bosan
dengan apa yang diceramahkan, hingga yang terjadi mereka akan mulai mencari
perhatian dengan berbagai hal yang mengganggu. Ada yang tidak mendengarkan,
tidur di kelas, ataupun berlarian ke sana kemari karena tidak tahan untuk terus
menerus mendengarkan apa yang dijelaskan oleh guru di dalam kelas. Dalam
situasi semacam ini, guru-guru kreatif dan mempunyai inovasi yang tinggi akan
segera mengganti proses belajar mengajar dengan mempertimbang-kan
keragaman gaya belajar siswa. Tidak lagi kemudian menggunakan metode
ceramah, tetapi menggunakan metode yang lain yang memungkinkan, misalnya
diskusi kelompok ataupun mengajak mereka dalam suatu permainan agar tidak
membosankan. Namun demikian, yang
masih sering terjadi adalah sebaliknya karena guru merasa tidak diperhatikan,
kemudian menggunakan kekuasaannya dengan melakukan bentakan yang keras,
biasanya disertai ancaman kalau tidak mendengarkan dan memberikan hukuman
ke siswa. Pola belajar mengajar semacam ini tidak saja membuat proses belajar
mengajar menjadi sesuatu yang mengerikan dan membuat trauma bagi anak didik,
tetapi juga mengaduk-aduk dan menyita emosi guru secara terus menerus.
Akibatnya, tekanan kerja yang semakin berat membuat proses belajar mengajar
bagi guru menjadi beban yang tidak lagi menyenangkan. Situasi semacam ini
melahirkan “kalah-kalah”, di mana guru kalah karena walaupun sudah bekerja
keras tetapi tidak bisa menikmati pekerjaannya, sementara bagi siswa juga kalah
karena proses belajar mengajar tidak lagi menjadi proses yang menyenangkan,
tetapi membuat trauma dan kesedihan untuk belajar. Karena itulah, kreativitas dan
kemampuan guru untuk memahami gaya belajar siswa sangat penting agar
suasana di dalam kelas bisa dibangun dengan lebih kondusif dan menyenangkan
untuk belajar. Dengan demikian, sekolah akan menjadi tempat yang
menyenangkan, bagi guru, siswa, dan semua pihak yang terlibat di
dalamnya. Idealnya, dalam kelas pembelajaran peserta didik
sudah terseleksi dari awal dan diketahui jenis gaya belajar dominan yang mereka
miliki pada kelas tersebut. Maka terbentuklah kelas-kelas bertipe visual, kelas
bertipe auditori, dan kelas bertipe kinestetik. Sehingga memudahkan pendidik
dalam menerapkan strategi, metode pembelajaran dan perlakuan kepada mereka.
Namun sayangnya sangat jarang sekolah yang mengelompokkan siswanya
kedalam kelas-kelas berdasarkan karakteristik peserta didiknya. Jika demikian
maka yang bisa dilakukan yaitu mengoptimalkan kompetensi dan peran pendidik
dalam proses pembelajaran. Seorang pendidik harus mampu memerankan
berbagai strategi dan metode pembelajaran dalam kelas yang beragam tersebut.
1. Menjadi Pengajar yang Baik Pada akhir tulisan ini, penulis merumuskan poin-poin
penting menjadi pengajar yang baik yaitu :
2. Cintai mata pelajaran/bidang studi yang diampu, dan
Pembelajaran
menarik
Demikian paparan gagasan dari penulis, semoga tulisan ini bermanfaat bagi
semua pihak dan menjadi sumbangsih bagi dunia pendidikan.