Anda di halaman 1dari 3

ANESTESI EPIDURAL

No Dokumen No Revisi Halaman


RS Efarina Etaham 00 1/1
Berastagi
Ditetapkan
STANDAR Tanggal Terbit Direktur,
PROSEDUR 01 Juni 2016
OPERASIONAL
(SPO)
dr. Herman Ramli
1. Pelayanan anestesia regional pada Caudal adalah
tindakan pemberian anestetik untuk memblok diruang
epidural melalui hiatus sacralis sehingga tercapai
anestesia di lokasi operasi sesuai dengan dermatom regio
Pengertian operasi yang diharapkan.
2. Anestesi Caudal umumnya dilakukan pada pasien
pediatrik.
3. Analgesia regional dilakukan oleh dokter spesialis
anestesiologi yang kompeten.
1. Tujuan umum
Sebagai pedoman dalam mempersiapkan pasien,
penatalaksanaan anestesi caudal dan monitoring selama
anestesi caaudal serta pasien anestesi pasca bedah.
2. Tujuan khusus
Tujuan a. Memberikan rasa aman dan nyaman pada pasien.
b. Optimalisasi status fisiologis dan mental pasien.
c. Mencegah terjadinya komplikasi paru baik selama
anestesi caudal maupun pasca bedah.
d. Memperbaiki aliran darah regio yang diharapkan.
e. Manajemen Nyeri Pasca Bedah.
Keputusan Direktur Rumah Sakit Efarina Etaham Nomor :
Kebijakan 207/RSEB/SK/DIR/VI/2016 Tentang Kebijakan Pelayanan
Sedasi dan Anestesi Rumah Sakit Efarina Etaham Berastagi.
Prosedur 1. Asessmen meliputi anamnesis, pemeriksaan fisik, dan
persiapan penunjang yang dianggap perlu.
2. Evaluasi problem medis dan prosedur yang akan
dilakukan.
3. Oksigenasi sesuai kebutuhan pasien.
4. Prediksi penyulit selama prosedur Anestesi caudal,
yaitu :
a. Vertebra mengalami kelainan lordosis, kiphosis,
scoliosis.
b. Vertebra mengalami skelerosis akibat proses penuaan
terutama pasien geriatri
5. Kontraindikasi dilakukan anestesi caudal, yaitu :
a. Trombositopenia dibawah 85.000 U/L
b. PT/APTT memanjang lebih dari 1,5 kali
c. Adanya infeksi ditempat yang akan insersi jarum
spinal.
6. Persiapan kamar operasi dan alat-alat anestesi yang siap
pakai harus dilakukan segera, dan bila memungkinkan
dilakukan persiapan sama dengan anestesi umum,
sebagai persiapan apabila anestesi regional gagal.
7. Seluruh perencanaan serta tindakan yang dilakukan harus
dikomunikasikan dan diedukasikan oleh DPJP pada
keluarga pasien.
8. Pada saat pasien akan dilakukan anestesi epidural terlebih
dahulu di monitoring Tekanan darah, Denyut Nadi,
Pernapasan, Suhu, NRS.
9. Pasien dapat diposisikan Left lateral decubitus atau posisi
duduk.
10. Pasien diminta agar dapat menekuk kaki dan memeluk
dengan tangan, agar posisi vertebra dalam posisi teregang
maksimal.
11. Dokter Anestesi mengidentifikasi hiatus scaralis yang
akan di insersikan jarum 23G.
12. Desinfeksi dengan menggunakan alkohol 70% dan
Bethadin 10 %.
13. Dilakukan anestesi lokal infiltrasi di tempat yang akan
dilakukan insersi dengan lidocain 2%.
14. Jarum 23G di insersikan 450 sampai mentok tulang lalu
jarum di tarik sedikit dan Jarum diarahkan 900 dan di
insersikan sejauh 3-5 milimeter.
15. Obat pilihan adalah bupivacain 0,25% yang dosis
disesuaikan dengan jenis operasinya. Seperti tabel di
bawah ini :

DOSIS ANESTESI LOKAL PADA BLOK KAUDAL

TINGKAT
DOSIS (cc/kg) JENIS OPERASI
BLOK
0,5 Sakral/lumbal Penis, ekstremitas bawah
1 Lumbal/thoraks Abdominal bawah
1,2 Thoraks atas Abdominal atas
Dosis toksik bupivakain pada anak-anak = 2,5 mg/kg;
pada neonatus = 1,5 mg/kg
Sumber : Scret Anesthesia

16. Komplikasi tersering adalah turunnya tekanan darah


akibat blok simpatis kuat sehingga perlu pemberian
vasopressor. (Efedrin 5-15 mg intravena bolus). Obat lain
dapat dipakai Epinefrin 5-10 mcg intravena bolus, atau
norepinefrin 5-10 mcg intravena bolus.
17. Pemantauan Anestesi dilakukan kontinyu dan mencatat
perubahan hemodinamik tiap 5 menit (dalam kotak grafik
pemantauan anestesi, tiap kotak10 menit)
18. Seluruh tindakan yang dilakukan harus dicatat pada
rekam medis pasien dan status anestesi serta
ditandatangani oleh DPJP.
19. Seluruh kelengkapan dokumentasi harus sudah selesai
sebelum pasien meninggalkan ruang pulih.
1. Unit Kamar Operasi
2. Unit Rawat Inap
Unit Terkait
3. Instalasi Gawat Darurat
4. Unit Kamar Bersalin.

Anda mungkin juga menyukai