PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Salah satu topik yang diangkat dalam makalah ini adalah nasionalisme.
Nasionalisme secara singkat adalah rasa bangga akan sesuatu yang bersifat jamak
atau luas. Perasaanini bisa dikhususkan sehingga menjadi suatu paham atau gerakan
yang nantinya memunyai peranan penting dalam menciptakan dan mempertahankan
kedaulatan instansi tertentu terutama organisasi tertinggi yaitu suatu negara.
1
adanya kelompok terpelajar yang menjadi motor penggerak nasionalisme di
Indonesia. Selain kelompok intlektual, penjajahan juga memicu akan kesadaran
masyarakat Indonesia untuk bersatu kekuatan sehingga bebas dari penganiyayan
bangsa Barat.
Pada akhirnya, penentuan akan masa depan suatu negara bergantung dari
kualitas individu-individu yang berada di dalamnya. Jadi, perlu adanya suatu motivasi
yang kuat akan cinta tanah air yang ditamkan dalam hati masyarakat Indonesia agar
bangsa ini bisa terus maju dan berkarya.
Objek hukum adalah hukum itu sendiri dengan hakikat interdisipliner, karena
semua disiplin ilmu pengetahuan berusaha menjelaskan berbagai aspek kehadiran
2
hukum di tengah masyarakat luas.Hukum juga dikenal dengan jurisprudence yang
berarti ilmu yang mempelajari tentang hukum.
Dengan cakupan materi yang sangat luas, hukum terbagi-bagi dalam beberapa
ilmu-ilmu penyokong. Konsep tersebut meliputirechtsgeschiedenis (sejarah hukum),
rechtspolitiek (politik hukum), positieve rechtswetenshap (ilmu hukum positif),
rechtssociologie(sosiologi hukum), dan rechtsfilosofie (filsafat hukum).
Istilah hukum identic dengan law (Inggris), droit (Prancis), recht (Jerman atau
Belanda) ,atau dirito (Italia). Namun, bagi Indonesia, hukum dianut dari bahasa Arab
hukm yang berarti putusan atau ketetapan.Hukum memiliki unsur-unsurnya sendiri,
yakni: peraturan yang mengenai tingkah laku manusia, dibuat oleh badan berwenang,
bersifat memaksa walaupun tidak dapat dipaksakan, dan disertai sanksi tegas.Ciri-ciri
hukum meliputi adanya suatu perintah, larangan, dan kebolehan, serta adanya sanksi
yang dapat dirasakan oleh orang yang bersangkutan yang setimpal dengan
perbuatannya berdasarkan hukum yang berlaku.Sejarah terjadinya hukum tidak lepas
dari sejarah negara-negara besar yang mengenal hukum modern untuk pertama
kalinya.Misalkan Inggris yang dikenal common law yang merupakan hukum yang
berasal dari kebiasaan-kebiasaan yang ada dalam masyarakat dan dikembangkan oleh
keputusan-keputusan di pengadilan. Selain itu Inggris juga menganut statue law yang
merupakan hukum yang berasal dari perundang-undangan seperti yang sebagian besar
dianut di Indonesia.
3
perubahannya.Ini jelas menyatakan bahwa Indonesia butuh hukum sebagai tatanan
negara agar tidak menjadi kekuasaan belaka (Machtsstaat).Secara garis besar fungsi
hukum dapat diklasifikasikan dalam tiga tahapan, yaitu: sebagai alat ketertiban dan
keteraturan masayarakat, sarana perwujudan keadilan sosial lahir batin, sarana
penggerak pembagunan, serta fungsi kritis.
Hukum sebagai alat untuk mencapai sesuatu yang diinginkan manusia juga
memunyai tujuan. Dikenal dua jenis teori yang membahas akan maksud dari hukum.
Teori etis yang diperkenalkan oleh Aristoteles berpendapat bahwa hukum itu semata-
mata untuk mewujudkan keadilan sedangkan teori utilitas oleh Jeremy Bentham
memaparkan bahwa hanya dalam ketertibanlah setiap orang akan mendapatkan
kesempatan untuk mewujudkan kebahagiaan yang terbanyak.
4
peranan penting dalam menertibkan aksi-aksi kita sehingga terdapat keharmonisan
meskipun terjadi perbedaan pendapat.
Rasa nasionalisme yang kuat akan mendorong seseorang untuk ikut serta
dalam kelompok ataupun organisasi yang ia segani. Dalam cakupan negara yang
cukup luas, apabila seseorang ingin bergabung ataupun keluar dari negara yang
bersangkutan, ia harus melewati serentetan hukum-hukum yang berlaku di negara
tersebut. Posisi hukum disini adalah sebagai rambu-rambu terhadap pengesahan
identitas orang tersebut.
Selain kerja yang sinergis antara nasionalisme dan hukum, ternyata mereka
juga memunyai konflik sendiri apabila menjadi satu kesatuan yang
komprehensif.Masalah tidak hanya datang dari sepihak saja, tetapi juga bisa terjadi
berdasarkan ketidakmatangan sistem antara keduanya. Kontradiksi-kontradiksi
nantinya akan dipaparkan dalam rumusan masalah dan dibahas dengan rinci pada bab
analisis.Akhirnya, nasionalisme dan hukum merupakan topik yang sangat menarik
untuk dibahas dan diuraikan.Di satu sisi, gabungan kedua topik ini menjadi satu
kesatuan yang kokoh dimana hukum dapat menyokong nasionalisme dan sebaliknya
dalam konsep bertindak ataupun identitas. Di lain pihak, banyak kontradiksi yang
ditemukan antara keduanya, baik secara individual, maupun secara bersama. Makalah
ini berisi pembahasan semua keserasian antara nasionalisme dan hukum beserta
masalah-masalah yang terkait di dalamnya yang terperinci.
5
- Bagaimana perbandingan nasionalisme di Indonesia dan di Negara lain ?
1.3.2 Manfaat
Hal-hal yang bisa diperoleh dari adanya makalah ini adalah:
Manfaat sebagai penulis
Menjadi semakin mantap dalam menyusun sebuah makalah ilmiah
Menjadi lebih kritis dalam menanggapi masalah berkaitan dengan
nasionalisme dan hukum
Makin berkembang dalam bekerja sama dalam kelompok
6
Membuka wawasan yang lebih luas dalam nasionalisme dan hukum
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
8
Ignatieff membagi nasionalisme berdasarkan level kebangsaan, yaitu ethnic
nationalism (nasionalisme etnis) dan civil nationalism (nasionalisme sipil).
Nasionalisme etnis merupakan ikatan kebangsaan yang dibangun berdasarkan
persamaan bahasa, kebudayaan dan darah keturunan kelompok etnis tertentu,
misalnya: Bugis, Ambon, dan Batak. Sedangkan nasionalisme sipil merupakan
kebangsaan yang dibangun lewat adanya pengakuan dan kesetiaan pada otoritas
konstitusional dan kerangka perpolitikan dalam sebuah negara, selain sejarah yang
sama sebagai negara-bangsa dan digunakannya bahasa yang sama oleh semua
kelompok bangsa. Dengan kata lain, nasionalisme sipil dibangun atas dasar
kewarganegaraan dalam suatu wilayah teritorial, misalnya antar warganegara
Indonesia, Jepang, Amerika, atau Jerman. Hal ini berarti nasionalisme etnis
diasosiasikan dengan keanggotaan atau perasaan sebagai bagian dalam kelompok
sub-nasional atau minoritas bangsa, misalnya suku tertentu, dan nasionalisme sipil
diidentikkan dengan kewarganegaraan atau perasaan sebagai bagian dalam negara-
nasional.4
4 Nuri Soeseno, Kewarganegaraan: Tafsir, Tradisi, dan Isu-isu Kontemporer, hal. 102
9
dimobilisir menuntut pembentukan negara sendiri.Gerakan ini disebut nasionalisme
minoritas. Kedua gerakan ini bertujuan hendak membuat negara dan bangsa coincide
(hadir secara bersamaan), tetapi dalam dua cara yang berbeda. Perbedaan cara dan
prinsip ini dapat memicu konflik antara satu dengan yang lainnya. Di dalam negara
dimana terdapat sejumlah “minoritas etnokultural”, kedua gerakan ini dapat
menimbulkan konflik yang serius jika mereka bergerak secara bersama dan dengan
intensitas yang sama.5
Membuat suatu definisi mengenai hukum yang bisa diterima semua pihak
bukanlah suatu yang mudah.Hukum memiliki banyak segi dan sangat luas ruang
lingkupnya, jadi sulit untuk didefinisikan dalam beberapa kalimat saja. Hal itu pernah
dikemukakan oleh Sjachran Basah6dengan mengatakan:
“Memang sulit untuk memberikan suatu rumusan yang dapat diterima secara
umum, atau communis opinion doctorum mengenai apakah yang dimaksudkan
dengan hukum itu. Sehingga dengan deikian apa yang dikemukakan oleh Immanuel
Kant yang mengatakan bahwa “noch suchen die juristen eine definition zu ihrem
begriffe von recht” (tidak seorang ahli hukumpun yang mampu membuat definisi
tentang hukum-pen), menurut anggapan saya masih tetap berlaku. Walaupun
demikian tidaklah berarti tidak ada definisi mengenai hukum, karena batasan
mengenai hukum itu ada, bahkan batasan-batasan yang ada termaksud aneka ragam
macamnya tergantung dari pangkal tolak dan keahlian si pemberi batasan itu sendiri”.
5 Nuri Soeseno, Kewarganegaraan: Tafsir, Tradisi, dan Isu-isu Kontemporer, hal. 103
10
sebagaimana dikemukakan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia dan beberapa pakar
hukum.
Hukum, menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI)7 memiliki definisi
peraturan atau adat yg secara resmi dianggap mengikat, yg dikukuhkan oleh penguasa
atau pemerintah. Berarti Hukum adalah suatu patokan yang mengikat dan mengatur
tindakan-tindakan yang terjadi di dalam masyarakat.6
11
comprehension of those relations constituting the legal order can the
nature of law be fully understood”.
Mochtar Kusumaatmadja8:
“Jika kita artikan dalam artinya yang luas maka hukum itu tidak saja
merupakan keseluruhan asas-asas dan kaidah-kaidah yang mengatur
kehidupan manusia dalam masyarakat melainkan meliputi pula
lembaga-lembaga (institutions) dan proses-proses (process) yang
mewujudkan berlakunya kaidah-kaidah itu dalam kenyataan. Dengan
lain perkataan, suatu pendkatan yang normative semata-mata tentang
hukum tidak cukup apabila kita hendak melakukan pembinaan hukum
secara menyeluruh”.
Mochtar Kusumaatmadja9:
“Hukum adalah keseluruhan kaidah-kaidah serta asas-asas yag
mengatur pergaulan hidup manusia dalam masyarakat yang berujuan
memelihara ketertiban juga meliputi lembaga-lembaga dan proses-
proses guna mewujudkan berlakunya kaidah sebagai kenyataan dalam
masyarakat”.
Soerjono Soekanto10:
“Hukum adalah suatu gejala sosial-budaya yang berfungsi untuk
menerapkan kaidah-kaidah dan pola-pola perilaku tertentu terhadap
individu-individu dalam masyarakat”.
(http://elib.unikom.ac.id/)
12
Sekelompok orang dalam wilayah tertentu dimana berlaku serangkaian
peraturan yang jadi pedoman bertingkah laku bagi setiap anggota kelompok
dalam pergaulan hidup setiap anggota kelompok.
Subjek Hukum :
Pendukung hak terdiri dari badan hukum alam (manusia dewasa) dan badan
hukum buatan (organisasi yang berbadan hukum punya hak dan kewajiban )
Objek Hukum :
Segala sesuatu yang berguna bagi subjek hukum dan dapat menjadi pokok
suatu hubungan hukum bagi para subjek hukum . (contoh: benda yang
mempunyai nilai ekonomis merupakan objek hukum)
Peristiwa Hukum :
Kejadian / peristiwa yang akibatnya di atur oleh hukum . Peristiwa hukum
dibagi 2 : 1. karena perbuatan subjek hukum (manusia atau badan hukum ); 2.
karena bukan Perbuatan subjek hukum ( karena UU contoh : kelahiran ,
kematian daluwarsa).
Hubungan Hukum :
Hubungan diantara subjek hukum yang diatur oleh hukum . Dalam setiap
hubungan hukum selalu terdapat hak dan kewajiban . Hubungan hukum (HH)
dapat dibagi :
1. HH. Bersegi satu => timbul kewajiban saja (hibah tanah)
2. HH . Bersegi dua => timbul hak dan kewajiban ( jual beli )
3. HH. Sederajat => (suami istri)
4. HH. Tidak sederajat => penguasa dengan rakyat
5. HH Timbal balik => timbulkan hak dan kewajiban
6. HH. Timpang bukan sepihak => pinjam meminjam
Akibat Hukum:
13
Akibat yang ditimbulkan oleh peristiwa hukum.Contoh timbulnya hak dan
kewajiban.
Perbuatan Hukum :
Perbuatan subjek hukum yang akibat hukumnya di kehendaki pelaku. Terbagi
lagi menjadi dua : 1. Bukan perbuatan hukum (contoh: jual beli ); 2. Perbuatan
hukum (contoh : zaakwarneming => psl 1354 KUHPdt &Onrechtmatigedaad
=> psl 1365 KUHPdt atau 1401 BW (Burgerlijk wetboek ))
14
a. Hukum publik ialah hukum yang mengatur hubungan-hubungan
hukum yang menyangkut kepentingan umum. Misalnya hukum tata
Negara, hukum tata pemerintahan, hukum acara, hukum perburuhan,
hukum pajak, hukum internasional, dan hukum pidana.
b. Hukum privat ialah hukum yang mengatur hubungan-hubungan
hukum yang menyangkut kepentingan pribadi. Misalnya hukum
perdata, hukum dagang, hukum perselisihan nasional, hukum perdata
internasional.
3. Pembedaan hukum menurut kekuatan mengikatnya:
a. Hukum pelengkap (hukum fakultatif) ialah peraturan hukum yang
boleh dikesampingkan atau disimpangi oleh orang-orang
berkepentingan.
b. Hukum memaksa (hukum imperatif) ialah peraturan hukum yang tidak
boleh dikesampingkan atau disimpangi oleh orang-orang yang
berkepentingan.
4. Pembedaan hukum menurut dasar pemeliharaannya:
a. Hukum materiil ialah hukum yang mengatur isi daripada hubungan-
hubungan hukum dalam masyarakat.
b. Hukum formil ialah hukum yang mengatur tentang bagaimana caranya
mempertahankan atau menegakkan hukum materiil. Bisa juga disebut
hukum acara.
5. Pembedaan hukum menurut wujudnya:
a. Hukum objektif ialah segala macam hukum yang ada dalam suatu
Negara yang berlaku umum. Hukum ini hanya menyebu peraturan
hukum saja yang mengatur hubungan-hubungan hukum.
b. Hukum subjektif ialah peraturan hukum (hukum objektif) yang
dihubungkan dengan seseorang tertentu dan dengan demikian
menimbulkan hak dan kewajiban.
15
6. Pembedaan hukum menurut tempat berlakunya:
a. Hukum nasional yaitu hukum yang berlaku di wilayah satu Negara
saja.
b. Hukum internasional yaitu hukum yang berlaku di wilayah berbagai
Negara.
7. Pembedaan hukum menurut waktu berlakunya:
a. Ius cinstitum (hukum positif) ialah hukum yang berlaku dalam suatu
Negara pada saat sekarang.
b. Ius constituendum ialah hukum yang diharapkan atau dicita-citakan
berlaku pada waktu yang akan datang.
8. Pembedaan hukum menurut bentuknya:
a. Hukum tertulis ialah hukum sebagaimana tercantum dalam peraturan
perundang-undangan.
b. Hukum tak tertulis ialah hukum yang hidup dalam masyarakat,
meskipun tidak tertulis tetapi ditaati dalam pergaulan hukum di
masyarakat.
9. Pembedaan hukum menurut penerapannya:
a. Hukum in abstracto ialah semua peraturan hukum yang berlaku pada
suatu Negara yang belum diterapkan terhadap sesuatu kasus oleh
pengadilan.
b. Hukum in concreto ialah peraturan hukum yang berlaku pada suatu
Negara yang telah diterapkan oleh pengadilan terhadap sesuatu kasus
yang terjadi dalam masyarakat.
Hukum in abstracto berlaku umum sedangkan hukum in concreto hanyerlaku
terhadap pihak-pihak yang berperkara saja. Hukum in abstracto termuat dalam
peraturan perundang-undangan serta bentuk-bentuk formil lainnya, sedangkan hukum
in concreto termuat dalam putusan pengadilan.
16
1. Hukum Tata Negara
Dalam hukum tata negara diatur tentang tujuan negara, bentuk negara, bentuk
pemerintahan negara, lembaga-lembaga tinggi dan tertinggi negara, hubungan
lembaga-lembaga negara, wilayah negara, rakyat, dan penduduk negara, hak-
hak dan kewajiban warga negara dan sebagainya yang sangat luas sekali.
17
sebagai pemungut pajak dan rakyat sebagai pembayar pajak. Dengan lain
perkataan hukum pajak menerangkan: Siapa-siapa wajib pajak, dan apa
kewajiban-kewajiban mereka terhadap pemerintah, hak-hak pemerintah,
objek-objek apa yang dikenakan pajak, cara pengajuan keberatan dan
sebagainya”.
6. Hukum Perdata
Salim H.S. berpendapat bahwa “Hukum perdata pada dasarnya merupakan
keseluruhan kaidah-kaidah hukum yang mengatur hubungan antara subjek
hukum satu dengan subjek hukum yang lain dalam hubungan kekeluargaan
dan di dalam pergaulan kemasyarakatan”.
7. Hukum Dagang
9. Hukum Internasional
18
10. Hukum Perdata Internasional
19
BAB III
ANALISIS MATERI
20
Nasionalisme merupakan jiwa bangsa Indonesia yang akan terus melekat
selama bangsa Indonesia masih ada. Nasionalisme bukanlah suatu pengertian yang
sempit bahkan mungkin masih lebih kaya lagi pada zaman ini. Adapun ciri-ciri
nasionalisme di atas dapat ditangkap dalam beberapa definisi nasionalisme sebagai
berikut :
1. Nasionalisme ialah cinta pada tanah air, ras, bahasa atau sejarah budaya
bersama.
2. Nasionalisme ialah suatu keinginan akan kemerdekaan politik, keselamatan
dan prestise bangsa.
3. Nasionalisme ialah suatu kebaktian mistis terhadap organisme sosial yang
kabur, kadang-kadang bahkan adikodrati yang disebut sebagai bangsa atau
Volk yang kesatuannya lebih unggul daripada bagian-bagiannya.
4. Nasionalisme adalah dogma yang mengajarkan bahwa individu hanya hidup
untuk bangsa dan bangsa demi bangsa itu sendiri.
Nasionalisme tersebut berkembang terus memasuki abad 20 dengan berbagai
kekuatan-kekuatan dasar, antara lain :
(1) keinginan untuk bersatu dan berhasil dalam me-nyatukan wilayah dan rakyat;
(2) perluasan kekuasan negara kebangsaan;
(3) pertumbuhan dan peningkatan kesa-daran kebudayaan nasional dan
(4) konflik-konflik kekuasaan antara bangsa-bangsa yang terangsang oleh
perasaan nasional.
Kini nasionalisme Negara Republik Indonesia mengacu ke kesatuan, keseragam-
an, keserasian, kemandirian dan agresivitas.
21
menjadi refleksi kehidupan berbangsa dan bernegara. Nasionalisme menjadi simbol
kecintaan individu akan bangsa dan negaranya, rasa cinta yang begitu dalam yang
bisa berujung menjadi sifat etnosentrisme bahkan ultra nasionalisme. Lain dari pada
itu, nasionalisme menjadi sebuah esensi yang memiliki peran penting sebuah bangsa
yaitu menjadi alat utama pemersatu bangsa.Persamaan nasib yang dimiliki oleh
rakyat di dalamnya membuat nasionalisme memiliki peran utama sebagai pemerkuat
sebuah bangsa.
Nasionalisme menjadi sangat krusial keberadaanya ketika turut mengambil peran
besar pada fenomena hubungan internasional.Nasionalisme menjadi sebuah identitas
bangsa, sebagai prinsip atau pegangan masyarakatnya menentukan sikap dalam
kehidupan berbangsa dan bernegara.Hal itulah yang selanjutnya menjadikan
nasionalisme menjadi aspek penting yang sangat dipertimbangkan keberadaannya
sehingga memberikan pengaruh besar dalam kehidupan politik sebuah
negara.Nasionalisme yang menjadi perhatian utama dalam fenomena hubungan
internasional dalam dua dekade ini, dinilai sebagai sebuah moral, bersifat normatif,
yang merupakan basis sistem sebuah Negara14.
Menurut Miscevic15, nasionalisme dikatakan memiliki kompleksitas sama dengan
masalah rasial. Dijelaskan bahwa nasionalisme menggambarkan sebuah sikap yang
dimiliki sebuah bangsa yang merefleksikan sikap-sikap yang bersifat rasial.Rasa cinta
yang berlebihan kepada sebuah bangsa melahirkan sifat yang cenderung chauvinisme,
yang menganggap bangsanya adalah bangsa yang terbaik.Sementara dipihak nilai
positif, nasionalisme dinilai dapat mempersatukan sebuah bangsa karena adanya
perasaan persamaan nasib sehingga mampu mempererat hubungan antar rakyat.
Rasa cinta dan kebanggaan akan negara telah menjadi penggerak masyarakat dalam
22
berkehidupan di dunia internasional. Walaupun tidak dapat dipungkiri bahwa
nasionalisme juga menebar bibit-bibit konflik antar bangsa.Nasionalisme yang
berujung pada ultra-nasionalisme telah menjadi bahaya nyata yang mengancam
perdamaian di seluruh dunia. Rasa cinta dan bangga sangat dibutuhkan, namun rasa
cinta yang berlebihan akan memberikan bencana bagi semua. Jepang merupakan
salah satu contoh negara yang pernah gagal dan berhasil dalam mengembangkan
semangat nasionalisme.Kegagalan Jepang dalam semangat nasionalimse nya pertama
kali dilihat pada masa sebelum restorasi Meiji.Saat itu Jepang menutup diri dari dunia
internasional, masyarakat Jepang saat itu sangat menghargai negaranya dan berusaha
menangkal segala pengaruh dari luar yang mereka anggap mengancam nasionalisme
mereka.Perekonomian, teknologi Jepang pada waktu itu sangatlah jauh tertinggal dari
negara-negara lain yang sudah membuka diri.Setelah restorasi Meiji perkembangan
pesat terjadi pada masyarakat Jepang, teknologi berkembang pesat dan kebudayaan
menjadi sangat maju.
Era Perang Dunia II menjadi panggung bagi Jepang dalam mengembangkan
nasionalismenya melalui semangat ultranasionalisme.Jepang berkeinginan menjadi
penguasa Timur Raya dikarenakan nasionalismenya yang percaya bahwa bangsanya
adalah bangsa yang paling kuat sehingga berhak dan mampu untuk mempin Asia
Timur Raya.Semangat ini sayangnya memberikan implikasi negatif, tidak hanya
kepada negara-negara di sekitarnya yang diinvasi Jepang, tetapi juga kepada
masyarakat Jepang yang mendapatkan stigma ‘penjahat perang’.Walaupun Jepang
pada akhirnya kalah dalam perang dan harus menyerah kepada sekutu tapi masih
banyak masyarakat Jepang yang benar-benar rela berkorban bagi bangsanya. Tidak
terhitung jumlah tentara Jepang yang tewas dengan menjunjung semangat
nasionalisme. Seperti apa yang diucapkan oleh seorang pilot Kamikaze Jepang dalam
Inoqouchi, Nakajima, & Pineau (1958) berikut, “…aku berharap bahwa perbuatan ini
bisa membayar kembali apa yang kalian lakukan untukku. Anggaplah aku baik-baik
saja dan ketahuilah bahwa anakmu mati demi negaranya, inilah keinginanku yang
23
terakhir dan tidak ada lagi yang aku dambakan…”16.Dari contoh diatas kita dapat
melihat dua sisi dari nasionalisme.
Nasionalisme sebagai self determination adalah suatu sikap cinta terhadap
bangsa yang mencerminkan jati diri dan kebebasan dalam menentukan nasib bangsa.
Jati diri yang membedakan suatu bangsa dengan bangsa yang lain, dan jati diri yang
merefleksikan nilai-nilai cinta tanah air. Presiden Soekarno pada masa berjayanya
saat memerintah menunjukkan self determination sebagai seorang putra bangsa
Indonesia, Presiden Soekarno sadar akan kekurangan-kekurangan yang dimliki
negaranya, tetapi dia juga paham akan posisi strategis Indonesia di dunia
internasional. Maka dengan nasionalisme yang mencerminkan self determination
Presiden Soekarno dengan berani dan lantang menegaskan posisi Indonesia di mata
dunia sekalipun saat itu Indonesia bukanlah negara berpengaruh.Bangsa Indonesia
waktu itu dipandang sebagai salah satu kekuatan utama di dunia.Ini menunjukkan
bahwa self determination merupakan aspek yang penting bagi setiap negara.
Nasionalisme adalah identitas dari suatu negara, yang berupa ideologi. Setiap
negara pasti memiliki perbedaan satu sama lain, memiliki ciri khasnya masing-
masing. Sama halnya dengan manusia yang setiap individunya memiliki kepribadian
atau identitas yang berbeda-beda, begitu juga dengan sebuah negara.Negara memiliki
‘kepribadiannya’ masing-masing, memiliki ideologi yang berbeda dan memiliki sikap
untuk menentukan kehidupan berpolitiknya dalam sistem internasional yang berbeda
pula, disini nasionalisme sebagai ideologi dipandang sebagai suatu ide normatif dan
merupakan kebebasan negara untuk melakukan self determination (Halliday,
1994:445). Contohnya seperti China, ia memiliki ideologi sosial-komunis sebagai
identitas dari negaranya dimana ideologi setiap negara merefleksikan sikap
bangsanya yang diantarkan oleh nasionalisme masing-masing. Selain itu,
nasionalisme juga menjadi sebuah penggerak (movement), seperti fakta yang telah
24
ditunjukkan seketika dekolonialisasi pasca Perang Dunia membawa bangsa yang
memiliki nasionalisme tergerak membentuk sebuah negara sendiri.
25
nasionalisme secara cepat, faktanya kini nasionalisme menjadi suatu hal yang lumrah
yang mulai dikenal setelah dekolonialisasi.Namun.dunia yang semakin dekat dan
tanpa batas, memungkinkan terjadinya aksi tanpa batas antara ideologi satu dengan
ideologi lain. Nasionalisme sebagai rasa cinta terhadap tanah air, tengah diuji oleh
globalisasi.Arus globalisasi yang terus mengikis dan menipiskan nasionalisme bangsa
tengah berkembang pesat. Jika hal ini dibiarkan maka, bukan tidak mungkin
nasionalisme diseluruh dunia akan terdegradasi. Suatu nasionalisme memiliki batas
tertentu sampai dimana ia berkembang, sedangkan sebaliknya globalisasi tidak
memiliki batasan yang jelas sampai kapan ia berkembang18.
18Lars-Erick
Caderman.Nationalism and Ethnicity. In Walter Carlsnaes, Thomas Risse,
Beth Simon [eds], Handbook of International Relations.(SAGE,2002).Halaman 408-
428.
26
asli. Sementara nasionalisme Timur, dipaksa untuk memilih antara menjadi dirinya
sendiri atau menjadi bangsa-bangsa modern, seolah-olah standar akal budi dan
kemajuan universal pada hakikatnya hanya ada pada Barat.2
27
pribadi.Persaingan dan perlombaan kesejahteraan adalah iklim mental yang paling
tepat guna memacu pertumbuhan ekonomi seluruh masyarakat.
Landasan filosofis dari etika egosentris terdapat dalam pandangan yang dikemukakan
oleh Thomas Hobbes pada abad ketujuh belas. Menurut Hobbes, manusia itu pada
hakikatnya adalah makhluk yang kompetitif, senantiasa bersaing. Dalam bukunya,
Leviathan, Hobbes menyatakan, manusia itu menurut pembawaan kodratinya bersifat
kejam, bermusuhan dan tak bersahabat satu sama lain. Dalam keadaan alamiah, setiap
orang itu mempunyai hak yang sama atas segala sesuatu karena “alam telah
menyediakan segalanya untuk semuanya”. Namun bagi Hobbes alam bukanlah
merupakan suatu taman firdaus atau suatu lingkungan hidup utopis dan romantic di
mana setiap orang bias menikmati bersama hasil kemurahan dan kelimpahan alam
seperti banyak dikemukakan oleh para penganut teroti komunal tentang masyarakat.
Sebaliknya, setiap orang itu bersaing untuk menguasai dan memanfaatkan wilayah
serta sumber-sumber alamiah yang sama. Dalam bukunya De Cive, Hobbes menulis,
“Kendati setiap orang bias berkata tentang segala seusatu bahwa ini adalah milikku,
namun ia tidak bisa menikmati hal itu, oleh karena tetangganya, yang mempunyai hak
yang sama dan kekuatan yang seimbang dengan dirinya, juga akan mengajukan
tuntutan yang serupa”.4Dengan demikian, oleh karena semangat kompetitif yang ketat
itu, maka sumber-sumber alamiah yang sama itu tidak bisa dinikmati bersama dengan
orang lain, melainkan harus diperjuangkan agar bisa dimiliki secara pribadi. Hanya
pemilikan secara pribadi itu sajalah yang bisa menjami kebebasan seseorang untuk
menikmati sesuatu dengan leluasa.
Dengan demikian, lingkungan alam menjadi suatu alam pertempuran yang menuntut
adanya hukum serta ketertiban agar setiap orang bisa bertahan hidup dan tidak
menjadi korban keganasan dan keserakahan sesama-nya.
Jalan keluar dari cara hidup yang sengit dan seram itu ialah dengan mengadakan
kontrak atau kesepakatan sosial.Orang sepakat untuk melucuti keleluasaan mereka
untuk berkelahi serta saling membunuh dan didorong pula oleh rasa takut terhadap
sesamanya, maka mereka pun kemudian rela untuk diperintah oleh seorang
28
penguasa.Berkat penerimaan rasional serangkaian aturan guna mengekang tingkah
laku individu, maka ketertiban dan perdamaian pun bisa bertahan dalam interaksi
antar manusia. Jadi, etika egosentris yang diajukan Hobbes itu mengandaikan bahwa
manusia, sebagai makhluk rasional, mampu untuk mengatasi naluri alamiahnya untuk
saling bersaing dan bertentangan mengenai harta milik dengan jalan merumuskan
aturan-aturan yang disepakati bersama. Perumusan aturan-aturan itu dipaksa oleh
situasi yang kritis, oleh keadaan gawat yang mengancam semua pihak. Situasi
kritislah yang memaksa manusia untuk bertindak etis dan rasional: untuk saling
mengendalikan diri dan mematuhi aturan-aturan yang berlaku.
Filsafat Hobbes ini menjadi sumber inspirasi bagi etika lingkungan hidup
yang dikemukakan oleh Garret Hardin, seorang ekolog dari Universitas
California.Pandangan Hardin yang sangat berpengaruh bagi kebijakan lingkungan
hidup di dasawarsa tujuh puluhan itu diuraikannya dalam sebuah artikel yang
berjudul Tragedy of the Commons.5Sama seperti Hobbes, Hardin pun mengandaikan
bahwa manusia itu secara alamiah adalah makhluk yang paling suka bersaing satu
sama lain, bahwa kapitalisme adalah ungkapan paling wajar dari kegiatan ekonomis,
bahwa lingkungan hidup adalah arena tempat manusia berjuang mengejar untung
dengan jalan menguasai dan memanfaatkan potensi-potensi yang terkandung di
dalamnya. Menurut Hardin, setiap individu itu mempunyai kecendrungan yang kuat
untuk merusak keseimbangan, sebab keuntungan yang dinikmatinya jauh lebih besar
daripada kerugian yang harus ditanggungnya. Keuntungan yang diperoleh berkat
usaha untuk mengolah dan memanfaatkan itu bisa dinikmati secara langsung dan
pribadi, untuk diri sendiri. Sementara kerugian akibat pencemaran serta kerusakan
yang muncul itu harus ditanggung bersama, kelah di masa mendatang, hingga terasa
jauh ringan dan samar. Itu sebabnya hampir tidak terdapat insentif atau perangsang
bagi individu serta negara tertentu untuk mengendalikan kecenderungannya untuk
mengeksploitasi.Sikap itulah yang telah menjadi penyebab dari tragedi yang
menimpa alam, juga lingkungan hidup kita bersama. Jalan keluar yang dilihat dan
29
ditawarkan Hardin, sama seperti Hobbes, ialah paksaan timbal balik yang disepakati
bersama (mutual coercion mutually agreed upon) berdasarkan kemampuan rasional
manusia untuk memperhitungkan ancaman yang menghadang di masa depan. Situasi
kritis menuntut manusia untuk bersikap rasional.Individu, perusahaan, negara dengan
rela sepakat untuk menaati aturan-aturan yang rasional dalam mengolah dan
memanfaatkan sumber-sumber daya.
Selain itu, mekanisme juga mengandaikan bahwa ada suatu penyebab dari luar
(eksternal) yang bertindak guna mempengaruhi bagian-bagian yang bersifat pasif.
Misalnya, hukum pertama ilmu mekanika yang dirumuskan Newton menandaskan
bahwa sebuah benda itu akan tetap berada dalam keadaan diam atau terus bergerak
lurus sampai ada sesuatu kekuatan luar yang mempengaruhi atau menghambatnya.
30
Meski keberagamaan merupakan salah satu elemen utama dari fondasi bangsa ini,
namun masih terdapat pengaruh dari nasionalisme masa lalu yang pada intinya
menekankan pada eksklusifisme.Pada dasarnya, nasionalisme harus dilandasi
adanya toleransi dan penghormatan terhadap pluralisme. Dalam perjalanan waktu,
muncul berbagai macam persoalan berkaitan dengan nasionalisme di Indonesia,
salah satunya kebangkitan sentimen keagamaan dan ras yang mengarah pada
eksklusifisme ini telah mewarnai perkembangan bangsa Indonesia dari masa ke
masa. Islam seringkali menjadi prioritas utama dalam banyak bidang, bahkan
terkadang ditemukan terdapat batasan-batasan yang ditemui oleh masyarakat non-
Islam dalam bidang tertentu, seperti halnya politik. Hal tersebut secara tidak
langsung menunjukkan salah satu kelemahan dan kekurangan praktik nasionalisme
yang juga bertentangan dengan hukum yang berlaku di Negara Indonesia, karena
apabila disesuaikan dengan Pancasila, pada dasarnya seluruh rakyat Indonesia
bebas menganut agama apapun yang diyakini sebagaimana telah disahkan di dalam
UUD’45 pasal 28E ayat 1&2, antara lain;
(1) Setiap orang bebas memeluk agama dan beribadat menurut agamanya, memilih
pendidikan dan pengajaran, memilih pekerjaan, memilih kewarganegaraan, memilih
tempat tinggal diwilayah negara dan meninggalkannya, serta berhak kembali.
(2) Setiap orang atas kebebasan meyakini kepercayaan, menyatakan pikiran dan
sikap, sesuai dengan hati nuraninya.
Dimana kedua ayat ini berhubungan juga dengan sila pertama Pancasila, yaitu
Ketuhanan Yang Maha Esa yang memiliki makna seluruh warga negara Indonesia
bebas memeluk agamanya masing-masing, tanpa pemaksaan, berlandaskan terhadap
Tuhan, dan toleransi antar umat beragama. Selain itu, seluruh warga negara
Indonesia juga berhak menerima keadilan dalam nilai kemanusiaan yang sama tanpa
terkecuali (cerminan sila kedua), hendaknya menyatu meskipun berbeda baik ras,
suku, agama, maupun wilayah (sila ketiga), dan persamaan derajat di bidang
manapun dalam pemerintahan (sila kelima).
31
Praktik nasionalisme di Indonesia masih perlu ditingkatkan mengingat banyak hal
yang masih menjadi kekurangan. Memang, dampak nasionalisme memang tidak
signifikan dalam suatu Negara, namun seringkali kita melupakan bahwa dibalik
Negara yang maju dan modern, di dalamnya merupakan rakyat yang maju dan
modern, menerima kemajuan, cinta tanah air, mendukung pemerintahan, dan taat
sesuai dengan kewajibannya sebagai warga Negara.
19
Seperti yang telah kita ketahui, nasionalisme adalah manifestasi kesadaran
bernegara atau semangat bernegara. Pemikiran tentang nasionalisme di Indonesia
sudah ada sejak sebelum kedatangan hingga sesudah kedatangan bangsa Belanda di
Indonesia. Sebelum kedatangan bangsa Belanda ke Indonesia, negara telah
dikemudikan oleh rakyat Indonesia sendiri. Meskipun demikian, nama Indonesia
belum dikenal. Wilayah negara-negara yang ada juga tidak sama dengan wilayah
Indonesia sejak kedatangan bangsa Belanda. Akibat dari peralihan periode tersebut,
muncullah dua pemikiran tentang misi dari nasionalisme itu sendiri.
20
Pada zaman sebelum kedatangan Belanda, telah ada semangat nasionalisme
di Indonesia. Hal ini dapat dilihat dari kerajaan Mataram, Majapahit, Mataram Baru,
dan lain. Para pemegang kekuasaan serta rakyat dari kerajaan tersebut berasal dari
bumi putera sendiri. Mereka telah mengenal semangat nasionalisme baik ke luar
maupun ke dalam. Ke dalam, para pemegang kekuasaan kerajaan berusaha
memberikan kesejahteraan dan menciptakan keamanan bagi masyarakat. Ke luar,
mereka berusaha menanggulangi tiap bahaya serangan yang mengancam kedaulatan
32
negaranya. Baik para penguasa maupun rakyatnya dengan sekuat tenaga
mempertahankan kedaulatan dan keagungan negaranya. Itulah pada hakikatnya wujud
nasionalisme yang hidup pada rakyat dan para penguasa di negara merdeka.
Semangat nasionalisme berkembang kearah kebangaan bernegara. Jika kebanggaan
bernegara luntur , itu merupakan suatu isyarat bahwa semangat nasional telah
merosot dan keruntuhan negara telah dekat.
21
Sedangkan nasionalisme pada zaman penjajahan, pada hakikatnya hanya
mencapai taraf “ingin mempunyai negara”. Nasionalisme pada zaman ini meliputi
perjuangan melepaskan kesatuan bangsa yang diikat oleh kesatuan wilayah yang
luasnya sama dengan Indonesia, dari penjajahan Belanda. Perjuangannya dihadapkan
pada penjajahan, dengan tujuan mencapai kemerdekaan. Dengan kemerdekaan itu,
rakyat ingin mengatur negara Indonesia menurut konsepsinya sendiri. Demikianlah,
kemerdekaan yang dituju itu disebut “jembatan emas”. Di seberang jembatan emas
itu, membentang taman bahagia, tempat rakyat Indonesia bersenang-senang. Wilayah
yang dikehendaki seluas Indonesia, yang masih bernama Hindia-Belanda, tidak boleh
dikurangi dengan pulau mana pun. Bangsa yang akan dibebaskan dari cengkeraman
kaum penjajah ialah segenap suku yang hidup di wilayah Indonesia tanpa ada
pengecualian karena kesatuan dari segenap suku itu disebut bangsa Indonesia.
Nasionalisme pada zaman penjajahan mempunyai watak khusus, yakni anti penjajah,
anti Belanda. Demikianlah, nasionalisme Indonesia merupakan antithesis mutlak dari
kolonialisme Belanda. Antitesis pada dasarnya tidak dapat dipersatukan. Oleh karena
itu, dalam usaha memperjuangka kepentingan masing-masing selalu timbul bentrok
antara pihak nasionalis dan pihak yang berkuasa. Itulah cerita singkat wujud
nasionalisme pada jaman penjajahan.
33
22
Sekarang Indonesia telah mencapai kemerdekaan, namun Indonesia masih
bergulat dengan sisa-sisa kolonialisme yang berakar di kalangan masyarakat.
Lenyapnya kaum penjajah asing, bergantinya pemerintahan dari kolonialisme ke
nasional tidak serta merta melenyapkan pola pikir kolonial, yang telah berpuluh tahun
menjiwai kehidupan kemasyarakatan. Jika mendapat angin baik atau umpan, watak
kolonial itu dapat menyala kembali. Secara jasmaniah memang timbul perubahan
besar karena para penguasanya adalah orang-orang Indonesia sendiri. Namun
terkadang cara berpikirnya yang masih kolonial menimbulkan kesan, seolah hanya
berganti orang saja. Perubahan pola pikir colonial ke arah cara berpikir nasional
memang tidak sekaligus berhasil. Hal ini dapat dilihat dari munculnya cara berpikir
perorangan, cara berpikir kedaerahan, dan cara berpikir kepartaian, mendahului
berpikir nasional, didorong nafsu untuk memperbaiki nasib. Bagaimanapun zaman
peralihan merupakan saat-saat yang paling lemah. Jika kurang waspada, jalannya
pemerintahan akan meluncur ke arah yang tidak diharapkan, yang bertentangan
dengan tujuan revolusi.
23
Nasionalisme sebagai manifestasi kesadaran bernegara tumbuh di negara
merdeka. Sesungguhnya, di negara merdekalah, nasionalisme dapat berkembang
secara leluasa menurut kemampuan dan kemauan para warga negara sendiri tanpa
mengalami tekanan dari pihak lain. Sampai seberapa jauh nasionalisme itu
berkembang tergantung pada bagaimana penerapan cara berpikir nasional warga
negaranya. Cara berpikir nasional mempunyai ciri khusus berupa norma objektif yaitu
mengutamakan kepentingan kehidupan nasional. Segala perbuatan baik yang bersifat
ke luar maupun ke dalam diukur dengan norma tersebut. Apakah suatu tindakan atau
pemikiran dapat menguntungkan atau merugikan kehidupan nasional. Dengan dalih
apapun, kegiatan yang merugikan kegiatan nasional wajib ditinggalkan.
34
24
Dalam hal ini, cara berpikir kedaerahan merupakan antithesis dari cara
berpikir nasional, dimana seseorang sangat mengutamakan kepentingan daerah tanpa
memerhatikan kepentingan kehidupan nasional. Kasarnya dapat dikatakan, biarlah
negara roboh asal daerahnya makmur. Dalam rangka kehidupan nasional, cara
berpikir demikian itu salah. Cara berpikir kedaerahan atau regional demikian
sebenarnya mempunyai dasar yang sama dengan cara berpikir individual atau
perorangan. Bedanya hanya satu yang diterapkan pada daerah sebagai bagian dari
negara. Ini tidak berarti bahwa cara berpikir regional dan individual itu harus mutlak
mengabdi pada cara berpikir nasional sehingga daerah dan perorangan terlantar demi
kepentingan nasional. Tetapi fokus kita lebih kepada tindakan yang menguntungkan
kepentingan daerah tanpa merugikan kepentingan nasional. Apabila hal yang
merugikan tetap dilakukan, disinilah peran hokum untuk menegakkan kebenaran dan
keadilan.
25
Sophan Sophian, seorang mantan ketua Fraksi Partai Demokrat berpendapat
bahwa “nasionalisme kita saat ini bernilai nol”. Hal ini dikarenakan orang Indonesia
cenderung mementingkan dirinya sendiri dan kelompoknya. Repotnya para pemimpin
bangsa juga tidak memberikan contoh yang baik. Salah satu contoh sederhana yang ia
katakan, dilihat dari sisi rakyat adalah otonomi daerah. Hukum jelas-jelas mengatur
tentang amandemen UUD 1945 yang salah satunya menganut tentang negara
kesatuan. Di zaman otonomi daerah ini, wilayah cenderung memisahkan diri,
mementingkan diri sendiri, serta berebut wilayah dan kekuasaan. Salah satunya
adalah daerah Bukit Tinggi, Sumatera Barat. Daerah tersebut memiliki sumber mata
pencaharian utama yaitu petani. Sektor tersebut dirasakan memberikan keuntungan
yang berlimpah pada masyarakatnya, namun masyarakat disana merasa kekurangan
lahan dan meminta pemekaran wilayah dengan dalih akan melakukan demo anarkis
bila tidak dikabulkan. Hal ini tentu saja mencerminkan cara berpikir kedaerahan yg
35
merupakan antithesis dari cara berpikir nasional serta tindakan melawan hukum.
Perbuatan itu sendiri juga telah menghilangkan makna dari nasionalisme serta
merusak keamanan dan kenyamanan negara. Padahal, ada jalan keluar lain, misalnya
meminta DPR untuk memanggil ahli tata ruang sehingga kota tersebut diatur
sedemikian rupa sehingga dapat secara maksimal digunakan untuk kegiatan agraris.
Sehingga daerah tersebut dapat maju dan keamanan dan kesatuan negara juga dapat
tetap terjaga. Dalam hal inilah sebenarnya kita memerlukan pemimpin yang tegas,
yang dapat menjelaskan dan menerapkan tentang hukum yang mengatur
nasionalisme, baik bagi dirinya sendiri maupun orang lain.
26
Selain itu cara berpikir kepartaian atau kegolongan juga merupakan
antithesis terhadap cara berpikir nasional. Yang dimaksud dari cara berpikir
kepartaian atau golongan adalah cara berpikir mengutamakan kepentingan partai atau
golongan tanpa memerhatikan kepentingan kehidupan nasional. Salah satu contoh
kasusnya adalah korupsi. Pemerintah merupakan pejabat politik yang dipilih rakyat
dengan mengemban suatu misi besar yaitu menyalurkan aspirasi dan kebutuhan
rakyat. Namun seringkali pejabat pemerintahan lain mempunyai suatu kepentingan
dan memberikan suap kepada pejabat pemerintah pilihan rakyat ini agar
mendahulukan kepentingannya dan memuluskan jalan mereka. Praktek korupsi ini
mengandung tiga kesalahan yang fatal, pertama ia mengambil barang yang bukan
miliknya, kedua otomatis melawan hukum, dan yang terakhir ia mengutamakan
kepentingan lain selain aspirasi rakyat. Apabila pejabat pemerintahan yang
seharusnya memberikan contoh tentang nasionalisme yang tinggi, lewat penegakkan
hukum, keadilan, dan kejujuran saja terjerat kasus seperti itu tentu efeknya akan
sangat besar pada bangsa ini. Kepercayaan masyarakat terhadap para penguasa
pemerintahan akan lama-lama menipis dan hilang. Aspirasi masyarakat yang telah
dititipkan kepada mereka pun tidak dapat tersalurkan. Akhirnya karena pasrah, rakyat
pun akan bersifat apatis akan nasib negara ini. Sikap apatis inilah yang akan
36
27
menghilangkan rasa nasionalisme masyarakat. Pada kasus lain juga, kebanyakan
dari para pemimpin di Indonesia lebih takut akan aksi anarkis sekelompok orang,
ketimbang melaksanakan sumpah jabatannya yaitu dengan segenap jiwa dan raga
akan setia, mengabdi, serta menjaga keutuhun Kesatuan Negara Republik Indonesia
dari ancaman luar maupun dalam. Contoh nyatanya dapat dilihat pada kasus anarkis
ormas FPI, hari Sabtu 13 April 2013 yang dimuat di koran KOMPAS. Ratusan
anggota Front Pembela Islam (FPI) menggelar razia toko minuman keras di sejumlah
daerah di Kota Makassar, Sabtu (13/04/2013) malam. Dalam razia tersebut, anggota
FPI sempat mengamuk dan melempari toko miras. Ratusan anggota FPI yang
mengendarai sepeda motor ini mendatangi sejumlah toko miras di Makassar, lantaran
toko-toko itu mengabaikan peringatan larangan berjualan. Saat rombongan FPI tiba di
Jl I Lagaligo, mereka menemukan sejumlah toko telah tutup lebih awal. Diduga
rencana razia FPI telah diketahui, sehingga toko tutup lebih awal. Akibatnya, massa
FPI marah. Mereka kemudian melempari dan menendangi pintu toko yang terbuat
dari besi. Aksi FPI ini terhenti, ketika aparat kepolisian dari Polrestabes Makassar
yang sedang menggelar operasi preman kebetulan melewati lokasi tersebut. Para
anggota FPI mengancam akan datang kembali, jika toko-toko di kawasan itu tetap
berjualan miras. Selanjutnya, massa FPI melanjutkan razia toko miras ke kawasan Jl
Batu Putih. Lagi-lagi, massa FPI menemukan toko telah tutup lebih awal. Kembali
massa FPI marah dan melempari toko. Dilihat dari tujuan ormas ini dari sisi luar
sebenarnya baik. Mereka ingin menghilangkan faktor- faktor yang dapat menjadi
pencetus menipisnya pola hidup yang baik, moral, dan akhlak bangsa, salah satunya
minuman keras(berbasis nasionalisme). Namun sebenarnya cara mereka salah karena
substansi yang seharusnya melaksanakan tugas ini adalah polisi, lagipula sweeping
juga tidak perlu dilakukan dengan aksi anarkis. Dilihat dari kacamata penikmat miras,
minuman ini juga belum tentu selalu digunakan untuk hal-hal negatif. Ada beberapa
27Hendra Cipto, “Toko Miras Tutup Saat Dirazia, FPI “Ngamuk”, dalam KOMPAS, 14,
April, 2013.
37
orang yang menggunakan hal ini untuk menenangkan diri saat stress dan lelah setelah
bekerja, adapula beberapa orang yang memiliki kebiasaan minum segelas bir setiap
harinya agar dapat tidur dengan nyenyak dan bukan untuk mabuk-mabukan. Apabila
penggunaan miras ini dapat dilihat secara luas dan bukan hanya kepada sisi
negatifnya, tentu akan lebih baik. Beredar rumor pula, sebenarnya ormas yang
mengatasnamakan agama Islam ini dalam aksinya memeras para penjual miras untuk
memberikan sejumlah uang dengan ancaman akan dihancurkan tokonya apabila tidak
dikabulkan. Disinilah perlunya peran krusial para pejabat pemerintahan dan juga para
pemimpin ulama Islam. Para pejabat pemerintahan untuk menghentikan aksi anarkis
mereka, dengan jalan menjelaskan bahwa peran tersebut sebenarnya lebih kepada
para polisi, apabila tidak ditanggapi dan aksi mereka terus berlanjut maka hukum
harus dengan tegas diberlakukan. Salah satunya dengan cara menangkap dan
memenjarakan pelaku anarkis tersebut. Dan yang tidak kalah pentingnya, peran para
pemimpin ulama Islam untuk menjelaskan bahwa ormas tersebut lebih bergerak
karena kepentingannya sendiri tanpa ada sangkut pautnya dengan ajaran agama Islam
(maksudnya agama Islam tidak pernah membenarkan aksi anarkis) sehingga tidak
muncul sentimen terhadap agama ini .Yang menjadi pertanyaan adalah, ormas ini
telah terbentuk sejak jaman presiden Gusdur dan aksi anarkis ini bukan pertama kali
terjadi. Namun mengapa ormas ini belum dibubarkan juga? Jawabannya tentu saja
seperti yang telah dijelaskan, kebanyakan dari para pemimpin di Indonesia lebih takut
akan aksi anarkis sekelompok orang, ketimbang melaksanakan sumpah jabatannya.
Mereka mencari aman, dan mengabaikan semangat nasionalisme para pahlawan
pendahulu yang berjuang mati-matian menegakkan hukum demi menjaga keutuhan
NKRI baik dari ancaman luar maupun dalam. Oleh karena itu, diperlukan gebrakan
seorang pemimpin baru yang mampu dan berani mengubah kebiasaan lama. Tentu
saja agar keamanan, kenyamanan, serta keutuhan negara ini tetap terjaga.
38
28
Perlu diingat kembali, baik di alam kemerdekaan maupun alam penjajahan
tersirat seperti saat ini, cara berpikir nasional adalah etika kehidupan tiap nasionalis.
Mereka harus meletakkan nilai pengabdiannya terhadap bangsa dan tanah airnya.
Meninggalkan cara berpikir nasionalis berarti mengingkari watak kenasional dan
haram hukumnya. Demikian juga, seseorang yang menyebut dirinya nasionalis, tetapi
tidak menerapkannya tidak lain adalah nasionalis gadungan atau nasionalis munafik.
Himbauan tentang moral nasional itu merupakan perintah yang tersurat dan
diperuntukkan bagi setiap warga tidak hanya Indonesia tetapi juga negara lain
dengan hukumnya yg tentu berbeda. Oleh karena itu, nasionalisme dan hukum
memiliki hubungan yang erat dan harus bekerja secara berkesinambungan.
39
BAB IV
SINTESIS MATERI
40
darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan
kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan
kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial, maka disusunlah
kemerdekaan kebangsaan Indonesia itu dalam suatu Undang-Undang Dasar
negara Indonesia, yang terbentuk dalam suatu susunan negara Republik
Indonesia yang berkedaulatan rakyat dengan berdasar kepada :Ketuhanan
Yang Maha Esa, kemanusiaan yang adil dan beradab,persatuan Indonesia,
dan kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/ perwakilan, serta dengan mewujudkan suatu keadilan
sosial bagi seluruh rakyat Indonesia." 30
Selain itu, pada UUD 1945 pasal 1 ayat 1-3 berbunyi demikian :
(1) Negara Indonesia ialah Negara Kesatuan, yang berbentuk republik
(2) Kedaulatan berada di tangan rakyat dan dilaksanakan menurut Undang-
Undang dasar
(3) Negara Indonesia adalah Negara hukum
Berdasarkan kedua hal diatas, Indonesia sudah memiliki hukum yang kuat dan pasti
mengenai adanya kesatuan yang akan tercermin pada nasionalisme rakyatnya.
41
Putih, (3) Lagu Kebangsaan yaitu Indonesia Raya, (4) Lambang Negara yaitu
Pancasila, (5) Semboyan Negara yaitu Bhinneka Tunggal Ika, (6) Dasar Falsafah
negara yaitu Pancasila, (7) Konstitusi (Hukum Dasar) negara yaitu UUD 1945, (8)
Bentuk Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berkedaulatan rakyat, (9)
Konsepsi Wawasan Nusantara,(10) Kebudayaan daerah yang telah diterima sebagai
Kebudayaan Nasional.
42
demokrasi adalah Pasal 1 ayat 2 : “Kedaulatan berada di tangan rakyat dan
dilaksanakan menurut Undang-Undang Dasar.” 33
aturan dunia. Urusan luar negeri masih menyita persoalan, apalagi dalam negeri
43
belum juga usai. Korupsi telah merajalela sehingga sulit diberantas oleh hukum.
merebaknya kasus korupsi itu urusan materilah yang menjadi tujuan utama. Walau
sudah ada rambu-rambu hukum dan sanksi, para koruptor tetap tidak
(penegak) dan kultur masyarakat. Sistem yang membentuk dari ketiga aspek ini
saling memengaruhi. Belum lagi penegak hukum (hakim, jaksa, dan polisi) terkadang
mudah tergoda iming-iming rupiah. Disinilah yang biasanya dimanfaatkan untuk
bertransaksi hukum. Kalau di negeri Tirai Bambu, China, pejabat yang dilantik juga
disediakan peti mati, hukum di negeri ini berjalan secara jelas dan tidak memihak. Di
Indonesia, hukuman mati bagi para koruptor masih setengah hati. Hukum kita
terkesan “melindungi” koruptor.
44
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2009 Tentang Bendera,
Bahasa, dan Lambang Negara, serta Lagu Kebangsaan, merupakan hukum yang telah
ditetapkan untuk mendefinisikan makna nasionalisme secara mendalam kepada
masyarakat Indonesia.
Nasionalisme adalah paham mencintai kebangsaan, tentunya seorang warga
Negara harus berbuat sesuatu yang terbaik bagi bangsa dan negara. Namun, jika kita
bandingkan dengan nasionalisme di zaman founding fathers, nasionalisme sekarang
tidak ada apa-apanya. Nasionalisme kita sekarang ‘nol’. Sebab mayoritas orang
Indonesia tidak berpikir pada kepentingan bangsanya lagi, tapi berpikir bagaimana
memperkaya diri sendiri dan memperkaya kelompoknya (Agama, ras, suku bangsa),
itu kenyataan yang kita lihat sekarang. Padahal, sebetulnya, ketika reformasi bergulir
kita semua optimis akan memasuki era baru, era di mana nasionalisme yang selama
35 tahun itu ‘terlupakan’ akan bangkit kembali. Dan kita tidak mengharapkan
nasionalisme yang sempit. Kita mengharapkan nasionalisme yang berdasarkan
kemanusiaan karena memang itu tuntutan kemerdekaan yang dapat dibaca secara
jelas di Pembukaan UUD 1945. Oleh karena itu investasi nasionalisme sangatlah
penting bagi masyarakat terutama di kalangan muda, sebab nasionalisme dibutuhkan
siapapun yang nantinya akan menopang masa depan suatu bangsa.
Tetapi ada perbedaan masa antara pra, kemerdekaan serta paska dimana
nasionalisme terjadi. Semangat nasionalisme era Soekarno atau Budi Utomo memang
kuat, lantaran kedekatan zaman serta pelaku sejarah dimana kolonialisme saat masih
ada. Represifitas penjajah harus dilawan secara konfrontatif dan juga fisik. Kini,
penjajah dan kolonialisme sudah tidak ada. Sehingga perlu memahami arti
nasionalisme dengan pemaknaan yang lebih luas. Kalau dulu berjuang harus
memanggul senjata, sekarang dapat mengerjakan sesuai bidangnya, hal itu bisa
dikatakan nasionalisme. Mahasiswa harus belajar ilmu, dosen mengajar dan
mengembangkan ilmu, pemerintah (PNS) melayani kebutuhan masyarakat dan
sebagainya. Penanaman nilai-nilai nasionalisme sangat penting bagi pendidikan anak.
45
Materi seperti ini menjadi bekal diri ketika tunas bangsa ini menjadi penerus. Selama
ini, ada yang kurang tepat dalam proses pengajaran pada pelajaran sejarah. Siswa
hanya diminta menghafalkan rententan sejarah, peristiwa, dan sebagainya. pelajaran
ini setidaknya dapat menyentuh hati para siswa.
Walau sudah 65 tahun merdeka, Indonesia masih dirundung dinamika
persoalan. Kondisi kemiskinan, kebodohan, korupsi masih mewarnai bangsa ini.
Bahkan lebih luas, kemerdekaan terhadap pengaruh bangsa asing masih besar sekali.
Kita seolah-olah mengikuti kondisi bangsa barat. Sebagai contoh, Indonesia dipaksa
International Property Organization (IPO) dalam terkait beberapa hal. Seperti
Undang-Undang paten atau merek terhadap kekayaan pada bangsa ini. Filosofi
pengkodisian seperti ini mengarah pada sikap indivualistis. Sehingga hak penemuan
hanya dimiliki perseorangan saja. Karena hak individu memberatkan orang
lain. Mahalnya farmasi obat karena hak itu dimiliki perusahaan. Sehingga
masyarakat miskin tidak bisa membelinya. Berbeda ceritanya bila hak itu dimiliki
pemerintah untuk kesejahteraan rakyat.
Sayangnya, hukum yang mengatur adanya nasionalisme seakan tidak dihidupi
dan dijalani dalam kehidupan bermasyarakat.Terutama di zaman modern ini, tidak
dapat dipungkiri semangat nasionalisme menjadi pudar dan hukum tidak
diindahkan.Dahulu sebelum Indonesia meraih kemerdekaan, para rakyat Indonesia
berjuang mati-matian agar bangsa ini dapat merdeka dari belengggu
penjajahan.Semangat rakyat Indonesia terutama para pemudanya sangat luar
biasa.Dengan semangat persatuan dan sikap rela berkorban akhirnya bangsa ini dapat
meraih kemerdekaan.Saat itu semua kekuatan, harta benda bahkan nyawa mereka
korbankan.Dimana-mana para pemuda mengobarkan semangat kemerdekaan.Namun
sekarang zaman sudah berbeda, ketika Bangsa Indonesia sudah merdeka, ketika
Bangsa Indonesia sudah terbebas dari belenggu penjajahan justru ada musuh lebih
berat yang sedang dialami oleh bangsa ini.Musuh besar itu adalah lunturnya rasa
nasionalisme di kalangan para pemudanya. Pemuda yang seharusnya dapat
46
menjadikan masa depan suatu bangsa lebih baik, justru sekarang menjadi musuh yang
dapat menghancurkan kehidupan bangsa di masa depan. Pemuda Indonesia yang
dulunya berjuang mati-matian untuk menyatukan bangsa dan mengusir para penjajah
sekarang justru mulai melupakan rasa cintanya terhadap bangsanya sendiri. Mereka
justru lebih bangga dengan menjadi bagian dari bangsa lain. Sikap inilah yang akan
menjadi musuh terbesar bangsa di masa yang akan datang. Pemuda yang akan
mengharumkan nama bangsa justru akan melupakan dan meninggalkan bangsa yang
sudah membesarkannya.
http://indo983.tripod.com/articles/arti0398_01.html
47
yang berlaku di Indonesia. Ironisnya,kasus-kasus seperti diatas dapat disebabkan oleh
pihak yang berwenang dalam membuat dan mengatur undang-undang Indonesia.
48
diam-diam. Lahirnya GAM berkaitan pula dengan kemarahan mereka atas
pemerintah di bawah orang-orang Jawa. Munculnya organisasi ini di tanggapi oleh
Orde Baru dengan cara yang represif melalui keterlibatan militer didalamnya.
Kemudian pada saat Indonesia mengalami krisis ekonomi dan politik hingga
jatuhnya pemerintahan Soeharto pada tahun 1998. Untuk mengatasi persoalan
separatisme yang semakin memanas pada masa pemerintahan BJ Habibie dan
tuntutan masyarakat Aceh untuk mencabut DOM di Aceh semakin gencar, Pada
tahun 1998 Daerah Operasi Militer di Aceh resmi di cabut.Pada masa Pemerintahan
Abdurrahman Wahid dan Megawati penyelesaian Aceh juga tidak jauh dari pola-pola
lama, Pada masa Pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono dan Jusuf Kalla konflik
dengan GAM mulai menemukan titik temunya.
Kasus GAM ini merupakan salah satu contoh bahwa hukum yang baik dapat
menciptakan nasionalisme tetapi belum tentu bisa membentuk karakter nasionalisme
bagi semua rakyatnya. Nasionalisme harus timbul dari pribadi-pribadi sendiri dan
dipengaruhi oleh kebijakan-kebijakan pemerintah terhadap sektor lain, terutama yang
mengatur mengenai kehidupan sosial maupun ekonomi disuatu masyarakat tertentu.
Timbulnya kecemburuan sosial dan rasa tidak sejahtera bahkan dikucilkan
memunculkan sifat pemberontakan.37
Pemilu adalah suatu sistem pemilihan demokratis oleh rakyat untuk memilih
pemimpinnya. Beberapa hukum yang mengatur tentang pemilu adalah sebagai berikut
:
- Pasal 6A ayat 1 : “Presiden dan Wakil Presiden dipilih dalam satu pasangan
secara la dangsung oleh rakyat.”
37 Kirsten E. Schulze. The Free Aceh Movement (GAM): Anatomy of a Separatist Organization. East-
West Center Washington:Washington,2004). Halaman 51-56
49
- Pasal 6A ayat 2 : “Pasangan calon Presiden dan Wakil Presiden diusulkan
partai politik atau gabungan partai politik peserta pemilihan umum sebelum
pelaksanaan pemilihan umum.
- Pasal 6A ayat 3 : “Pasangan calon presiden dan Wakil Presiden yang
mendapatkan suara leibh dari lima puluh persen dari jumlah suara dalam
pemilihan umum dengan sedikitnya dua puluh persen suara di setiap provinsi
yang terbesar di labih dari setengah jumlah provinsi di Indonesiam dilantik
menjadi Presiden dan Wakil Presiden.’
- Pasal 6A ayat 4 : “Dalam hal tidak ada pasangan calon Presiden dan Wakil
Presiden terpilih, dua pasangan caloon yagn memperoleh suara terbanyak
pertama dan kedua dalam pemilihan umum dipilih oleh rakyat secara
langsung dan pasangan yang memperoleh suara rakyat terbanyak dilantik
sebagai Presiden dan Wakil Presiden.”
- Pasal 19 ayat 1 : “Anggota Dewan Perwakilan Rakyat dipilih melalui
pemilihan umum.”
- Pasal 22C ayat 1 : “Anggota Dewan Perwakilan Daerah dipilih dari setiap
provinsi melalui pemilihan umum.”
- Pasal 22E ayat 1 : “Pemilihan umum dilaksanakan secara langsung, umum,
bebas, rahasia, jujur, dan adil setiap lima tahun sekali.”
- Pasal 22E ayat 2 : “Pemilihan umum diselenggarakan untuk memilih anggota
Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, Presiden dan Wakil
Presiden dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah.”
38
Jimly Asshiddiqie. Pengantar Ilmu Hukum Tata Negara. (Jakarta: Sekretariat Jenderal Dan
Kepaniteraan, Mahkamah Konstitusi RI,2006). Halaman 175
50
b. Untuk memungkinkan terjadinya penggantian pejabat yang akan mewakili
kepentingan rakyat di lembaga perwakilan
c. Untuk melaksanakan prinsip kedaulatan rakyat
d. Untuk melaksanakan prinsip hak-hak asasi warga Negara
Selain keempat tujuan yang dijelaskan diatas, Dengan pemilu, rakyat dapat
menunjukkan sifat nasionalisme dimana rakyat peduli terhadap calon pemimpin
negaranya sehingga berusaha untuk berpartisipasi dalam memilih pemimpin yang
berkualitas dan dapat meningkatkan kesejahteraan negaranya. Oleh karena itu, tidak
memilih atau yang biasa dikenal dengan istilah golput (golongan putih)
mencerminkan tidak adanya sifat nasionalisme karena bersifat acuh.
Namun di lain sisi, sikap nasionalisme ini juga diuji dengan adanya godaan terhadap
penjualan suara. Jika ia betul-betul seorang yang memiliki nasionalisme dan peduli
dengan kemajuan bangsanya, tentu ia tidak akan menjual suaranya. Penjualan suara
itu sendiri sebenarnya sudah melanggar hukum karena pemilihan sudah tidak lagi
bersifat jujur, bebas, dan rahasia.
Di luar negeri, rasa Nasionalisme sangatlah dijunjung tinggi. Sikap tersebut ditandai
dengan adanya pembelaan negara yang sangat besar. Sebagai contoh, Negara Jerman.
Pada waktu tahun 1933-1945 yang beranggaapan / mempunyai prinsip bahwa
Deutschland Uber Alles in der welt yang berarti Jerman diatas segala-galanya di
dunia. Dengan kata lain, berarti seluruh warga negara Jerman mau untuk bertindak
dan berjuang demi bangsanya. Walaupun terlihat sombong tetapi ini adalah contoh
nasionalisme yang kuat. Seperti yang sudah dijelaskan di atas, sebenarnya
nasionalisme bangsa Indonesia pada tahun-tahun perjuangan Kemerdekaan sangat
besar. Hal ini di buktikan dengan banyaknya pahlawan-pahlawan yang berjuang dan
berani mati untuk bangsa ini. Itu berarti rasa Nasionalisme bangsa Indonesia dalam
51
mempertahankan Indonesia sangatlah besar. Akan tetapi nilai nasionalisme tersebut
telah merosot terutama di kalangan anak muda terutama dengan semakin kuatnya
pengaruh globalisasi.
52
BAB V
KESIMPULAN
Pada akhir pembahasan makalah ini kita dapat diharapkan dapat mengetahui
apakah arti dari nasionalisme itu sendiri dan juga arti dari hukum itu sendiri, dan
mengetahui apakah hubungan antara keduanya itu penting atau tidak dalam
berdirinya suatu negara. Nasionalisme sendiri dapat disimpulkan dari beberapa
sumber adalah suatu paham dimana seorang individu memiliki rasa keterkaitan
dengan suatu simbol-simbol negara tertentu, dan sedangkan hukum sendiri kurang
lebih memiliki arti adalah sebuah suatu sistem peraturan yang mengatur dan mengikat
suatu masyarakat pada daerah tertentu. Dalam pembahasan makalah ini menjabarkan
bahwa hubungan antara nasionalisme dengan hukum itu memang sangat banyak dan
erat terutama pada bangsa Indonesia ini. Hubungan antara nasionalisme ini di
Indonesia dijelaskan secara jelas pada Undang-undang Republik Indonesia Nomor 24
Tahun 2009 Tentang Bendera, Bahasa, dan Lambang Negara, serta Lagu
Kebangsaan, merupakan hukum yang telah ditetapkan untuk mendefinisikan makna
nasionalisme secara mendalam kepada masyarakat Indonesia, dan juga telah
dihubungkan melalui identitas nasional Indonesia yang diatur dalam Undang-Undang
Dasar 1945 dalam pasal 35-36C antara lain sebagai berikut: (1) Bahasa Nasional atau
Bahasa Persatuan yaitu Bahasa Indonesia, (2)Bendera negara yaitu Sang Merah Putih,
(3) Lagu Kebangsaan yaitu Indonesia Raya, (4) Lambang Negara yaitu Pancasila, (5)
Semboyan Negara yaitu Bhinneka Tunggal Ika, (6) Dasar Falsafah negara yaitu
Pancasila, (7) Konstitusi (Hukum Dasar) negara yaitu UUD 1945, (8) Bentuk Negara
Kesatuan Republik Indonesia yang berkedaulatan rakyat, (9) Konsepsi Wawasan
Nusantara,(10) Kebudayaan daerah yang telah diterima sebagai Kebudayaan
Nasional. Tetapi walaupun hubungan dan ketentuan antara nasionalisme dengan
hukum telah ditentukan dan disepakati pada undang-undang di Indonesia, pada
kenyataannya praktek di masyarakat tidak berjalan. Karena pada era globalisasi
seperti sekarang ini dimana informasi menjadi sangat mudah didapat dan hal itu
53
secara tidak langsung dapat mempengaruhi semangat nasionalisme dan juga hukum
yang ada, pada masa-masa sekarang ini masyarakat banyak yang tidak bangga dengan
bangsa sendiri, bahasa sendiri, dan segala hal yang beruhubungan dengan
nasionalisme pada negara tersebut terutama pada bangsa Indonesia. Peran hukum
juga tidak bisa mengatur hal ini karena tidak adanya sanksi yang jelas dalam
peraturan tentang nasionalisme yang telah ditentukan sehingga masyarakat pun
menunjukan sikap apatis terhadap nasionalisme pada negaranya sendiri. Pada
akhirnya untuk bertahan di zaman modern seperti ini, suatu individu di suatu negara
harus memiliki rasa nasionalisme yang kuat agar dapat menunjukan bahwa negara
tersebut adalah negara yang berdaulat dan kuat dimata dunia sehingga tidak akan
direndahkan oleh negara-negara lain.
54
DAFTAR PUSTAKA
Buku:
Asshiddiqie, Jimly.2006. Pengantar Ilmu Hukum Tata Negara. Jakarta:
Sekretariat Jenderal Dan Kepaniteraan, Mahkamah Konstitusi RI.
55
Rahayu,Minto.2007. Pendidikan Kewarganegaraan Perjuangan Menghidupi
Jati Diri Bangsa. Jakarta: Grasindo
Koran:
Hendra Cipto, “Toko Miras Tutup Saat Dirazia, FPI “Ngamuk”, dalam
KOMPAS, 14, April, 2013
Internet:
56
Pengertian hukum menurut Plato, Aristoteles, Austin, Bellfoid, Mr. E.M.
Mayers : http://hukum-on.blogspot.com/2012/06/pengertian-hukum-menurut-
para-ahli.html
57