Materi Budaya Demokrasi
Materi Budaya Demokrasi
Istilah Pancasila pertama kali dapat ditemukan dalam buku Sotasoma karangan Mpu
Tantular yang ditulis zaman Majapahit (abad ke-14). Dalam buku tersebut, istilah Pancasila
diartikan sebagai lima perintah kesusilaan (Pancasila Krama), yang berisi lima larangan
sebagai berikut :
a. Melakukan kekerasan
b. Mencuri
c. Berjiwa dengki
d. Berbohong
e. Mabuk akibat minuman keras
Selanjutnya istilah “sila” itu sendiri dapat diartikan sebagai aturan yang melatarbelangi
perilaku seseorang atau bangsa; kelakuan atau perbuatan yang menurut adab (sopan santun);
dasar; akhlak, dan moral.
Sebagai dasar negara perumusan pancasila tidak muncul begitu saja. Rumusan tersebut
melalui pergulatan panjang.
Berdasarkan catatan sejarah, upaya perumusan Pancasila terkait erat dengan upaya
bangsa Indonesia mempersiapkan kemerdekaannya.
Badan ini bertujuan untuk mempelajari dan mempersiapkan hal-hal penting mengenai
tata pemerintahan Indonesia Merdeka.
1. Secara lisan
1. Peri Kebangsaan
2. Peri Kemanusiaan
3. Peri Ketuhanan
4. Peri Kerakyatan
5. Kesejahteraan Rakyat
2. Secara tertulis
Pada sidang tanggal 31 Mei 1945, mengajukan lima rancangan dasar negara yaitu:
1. Persatuan
2. Kekeluargaan
4. Musyawarah
5. Keadilan Sosial
c. Ir. Soekarno
1. Kebangsaan Indonesia
4. Kesejahteraan Sosial
Ir. Soekarno mengusulkan nama Pancasila sebagai dasar negara menurut Ir. Soekarno nama
Pancasila diperoleh dari kawan beliau yang merupakan seorang ahli bahasa.
2. Piagam Jakarta
Sesudah sidang pertama BPUPKI, berlangsung pertemuan di luar sidang. Pertemuan itu
dilakukan oleh para anggota BPUPKI yang tinggal di Jakarta. Pada tanggal 22 Juni 1945.
Pertemuan ini dimaksudkan untuk menjembatani perbedaan antara golongan nasionalis dan
Islam. Dalam pertemuan itu, diupayakan kompromi antara kedua belah pihak mengenai
rumusan dasar negara bagi negara Indonesia.
Pada kesempatan itu sebuah panitia, yang kemudian dikenal dengan Panitia Sembilan,
dibentuk untuk merumuskan kesepakatan antara kedua belah pihak. Panitia itu beranggotakan
sembilan tokoh nasional yang juga tokoh-tokoh BPUPKI, yaitu Soekarno, Muhammad Hatta,
Muhammad Yamin, Subardja, A.A. Maramis, Abdul Kahar Muzakar, Wachid Hasyim,
Abikusno Tjokrosujoso, dan K.H. Agus Salim.
Setelah mengadakan pembahasan, panitia ini berhasil menetapkan Rancangan
Pembukaan UUD yang kemudian di kenal dengan nama Piagam Jakarta. Pancasila dalam
Piagam Jakarta dirumuskan demikian:
3 Persatuan Indonesia.
Ketika BPUPKI mengadakan sidang kedua pada tanggal 10 Juli sampai 17 Juli 1945,
Soekarno selaku ketua Panitia Sembilan melaporkan usul Pembukaan UUD di sidang
BPUPKI.
Ketua BPUPKI kemudian membentuk Panitia Perancang UUD, diketuai oleh Soekarno.
Pada tanggal 11 Juli 1945, Panitia membicarakan rancangan Pembukaan UUD. Lalu ketua
membentuk Panitia Kecil beranggotakan 7 orang diketuai oleh Soepomo untuk membentuk
rancangan UUD. Hasil kerja Panitia Kecil dibicarakan pada tanggal 13 Juli 1945 dan diterima
oleh Panitia Perancang UUD.
Pada tanggal 14 Juli 1945 diadakan sidang pleno BPUPKI membicarakan rancangan
Pembukaan UUD dan menerimanya dengan sedikit perubahan.
Pada tanggal 15 Juli 1945, dibicarakan rancangan UUD. Setelah Soekarno dan
Soepomo memberikan penjelasan umum dan pasal demi pasal, masing-masing anggota
memberikan tanggapan.
Mengenai agama, timbul perdebatan sengit. Akan tetapi, pada tanggal 16 Juli 1945
UUD diterima dengan bulat. Dengan demikian tugas BPUPKI selesai dan badan tersebut
dibubarkan.
B. Perumusan Pancasila dalam Peridangan PPKI
Pada tanggal 18 Agustus 1945, PPKI bersidang dan mengambil beberapa keputusan
penting, yaitu:
2. Mengesahkan UUD
4. Menetapkan bahwa untuk sementara waktu Presiden akan dibantu oleh sebuah Komite
Nasional
Dihilangkannya anak kalimat tersebut disetujui oleh semua anggota PPKI. Itu dilakukan
berdasarkan pertimbangan bahwa di dalam suatu pernyataan pokok mengenai seluruh bangsa
sebaiknya tidak ditempatkan suatu hal yang hanya mengenai sebagian rakyat Indonesia,
sekalipun bagian yang terbesar. Pencoretan anak kalimat tersebut adalah untuk menjaga
persatuan bangsa dan keutuhan wilayah Indonesia.
Pancasila sering disebut sebagai bdasar falsafah negara (dasar filsafat negara) dan
ideologi negara. Pancasila dipergunakan sebagai dasar untuk mengatur pemerintahan dan
mengatur penyelenggaraan negara. Konsep-konsep Pancasila tentang kehidupan bernegara
yang disebut cita hukum (staatsidee) merupakan cita hukum yang wajib dilaksanakan secara
konsisten dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
Pancasila juga mempunyai fungsi dan kedudukan sebagai pokok atau kaidah negara
yang mendasar (fundamental norm). Kedudukan Pancasila sebagai dasar negara itu tetap,
kuat, dan tidak dapat diubah oleh siapa pun, termasuk oleh MPR-DPR hasil pemilihan umum.
Mengubah Pancasila berarti membubarkan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Pancasila sebagai kaidah negara yang fundamental berarti bahwa hukum dasar tertulis
(UUD), hukum tidak tertulis (konvensi), dan semua hukum atau peraturan perundang-
undangan yang berlaku dalam negara Republik Indonesia harus bersumber dan berada di
bawah pokok kaidah negara yang fundamental tersebut.
Pengertian Pancasila sebagai dasar negara sesuai dengan bunyi Pembukaan UUD 1945
pada alinea keempat “….maka disusunlah kemerdekaan kebangsaan Indonesia dalam suatu
Undang-Undang Dasar Negara Indonesia yang berkedaulatan rakyat dengan berdasar
kepada; Ketuhanan Yang Maha Esa; kemanusiaan yang adil dan beradap; persatuan
Indonesia; kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan /
perwakilan; serta dengan mewujudkan suatu keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia”.
Meskipun di dalam Pembukaan UUD 1945 tersebut tidak tercantum kata Pancasila,
namun bangsa Indonesia sudah bersepakat bahwa lima prinip dasar negara Republik
Indonesia adalah Pancasila. Kesepakatan tersebut tercantum dalam berbagai Ketetapan MPR-
RI diantaranya adalah:
Dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, perlu dipahami konsep, prinsip, dan nilai
yang terkandung dalam pancasila supaya bisa diterapkan dengan tepat. Namun, sebaiknya
perlu meyakini bahwa Pancasila memenuhi syarat sebagai dasar negara dari Negara Kesatuan
Republik Indonesia.
Pancasila memenuhi syarat sebagai dasar negara bagi Negara Kesatuan Republik
Indonesia dengan alasan sebagai berikut:
3. Pancasila memiliki potensi menjamin keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia yang
terbentang dari Sabang sampai Merauke, yang terdiri dari ribuan pulau. Hal ini sesuai
dengan Sila Persatuan Indonesia.
5. Pancasila menjamin terwujudnya masyarakat yang adil dan sejahtera sesuai dengan Sila
Keadilan Sosial bagi Seluhuh Rakyat Indonesia.
Dalam Kedudukan sebagai dasar negara, Pancasila menjadi sumber hukum yang
berlaku di Indonesia. Dengan demikian, segala peraturan perundang-undangan harus
merupakan penjabaran dari prinsip-prinsip yang terkandung di dalam Pancasila. Segala
peraturan perundang-undangan yang tidak mengacu pada Pancasila dapat dinyatakan batal
demi hukum.
Pancasila sebagai dasar negara ditransformasikan menjadi norma hukum yang tersirat,
memaksa, mengikat dan mengandung sanksi. Oleh sebab itu, perlu diupayakan untuk menaati
terhadap segala hukum yang merupakan penjabaran dari dasar negara Pancasila. Kedudukan
Pancasila sebagai dasar negara sesuai dengan Pembukaan UUD 1945 dan Ketetapan MPR
No. III/MPR/2003 tentang Sumber Hukum dan Tata urutan Perundang-Undangan.
2. Ketetapan MPR.
3. Undang-Undang.
5. Peraturan Pemerintah.
6. Keputusan Presiden.
7. Peraturan Daerah.
Dalam ketetapan MPR dinyatakan bahwa sunber hukum nasional adalah Pancasila yang
tertulis dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945, yaitu Ketuhanan Yang Maha Esa,
Kemanusiaan yang adil dan beradap; persatuan Indonesia; kerakyatan yang dipimpin oleh
hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan / perwakilan; serta dengan mewujudkan suatu
keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia, dan batang tubuh Undang-Undang dasar 1945.
Pancasila sebagai sumber hukum dasar nasional artinya nilai-nilai Pancasila dijadikan sumber
normatif penyusunan hukum oleh karena Pancasila sendiri merupakan norma dasar.