Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Indonesia sebagai negara berkembang telah memiliki perhatian terhadap


masalah Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3). Hal ini dapat dilihat sejak
dikeluarkannya UU No. 1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja dan UU No. 36 tahun
2009 tentang Kesehatan.1Hal ini dibuktikan dengan masih tingginya kasus kecelakaan
kerja yang terjadi di Indonesia.Berdasarkan data pengawasan norma ketenagakerjaan
Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Depnakertrans), pada 2006 terdapat 95.624
kasus kecelakaan kerja. Masih tingginya kasus kecelakaan kerja ini disebabkan karena
belum optimalnya tingkat pemahaman dan kesadaran akan kesehatan dan keselamatan
kerja.1
Makanan merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia disamping kebutuhan
sandang bagi kelangsungan hidupnya. Makanan yang bersih dan aman dihasilkan oleh
berbagai tempat pengolahan makanan, akan memberikan sumbangan yang berarti bagi
pengembangan sumber daya manusia yang berkualitas.2

Rumah makan adalah setiap tempat usaha komersil yang ruang lingkup
kegiatannya menyediakan makanan dan minuman untuk umum di tempat usahanya
(Depkes 1990). Hygiene sanitasi makanan adalah upaya untuk mengendalikan factor
makanan, orang, tempat dan perlengkapannya yang dapat atau mungkin dapat
menimbulkan penyakit atau gangguan kesehatan.2

Rumah makan sebagai salah satu tempat pengolahan makanan yang menetap dengan
segala peralatan dan perlengkapannya yang digunakan untuk proses membuat,
menyimpan, menyajikan makanan dan minuman bagi umum, dimana orang dapat datang
untuk membeli makanan dan minuman di tempat tersebut. Sebagai salah satu bangunan
tempat-tempat umum yang sifatnya komersil, dengan kegiatan penyediaan makanan dan
minuman, maka rumah makan harus memenuhi persyaratan kebersihan dan kesehatan.

1
1.1 TUJUAN
1.2.1 Tujuan Umum :
Untuk mengetahui tentang aspek keselamatan dan kesehatan kerja pada pekerja
di Rumah Makan Haengbok.
1.2.2 Tujuan Khusus :
1. Untuk mengetahui tentang faktor hazard yang dialami oleh pekerja di rumah
makan Haengbok.
2. Untuk mengetahui tentang APD yang digunakan pekerja di rumah makan
Haengbok.
3. Untuk mengetahui tentang ketersediaan obat P3K di tempat kerja pekerja di
rumah makan Haengbok.
4. Untuk mengetahui pemeriksaan kesehatan yang pernah dilakukan sesuai
peraturan (sebelum bekerja, berkala, berkala khusus)
5. Untuk mengetahui tentang peraturan perusahaan tentang K3 di tempat kerja
6. Untuk mengetahui keluhan/penyakit yang dialami yang berhubungan dengan
pekerjaan pekerja di rumah makan Haengbok.
7. Untuk mengetahui upaya K3 lainnya yang dijalankan misalnya ada
penyuluhan/pelatihan, pengukuran, pemantauan lingkungan tentang hazard yang
pernah dilakukan
8. Untuk mengetahui informasi tentang pencegahan bencana (terutama kebakaran).
9. Untuk mengetahui informasi tentang konstruksi bangunan.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Faktor hazard yang dialami karyawan restoran/rumah makan

Bahaya potensial di restoran/rumah makan dapat mengakibatkan penyakit dan


kecelakaan akibat kerja, yaitu yang disebabkan oleh faktor biologi (virus, bakteri
dan jamur), faktor kimia (antiseptik, gas LPG), faktor ergonomi (cara kerja yang
salah), faktor fisika (suhu, cahaya, bising, listrik, getaran dan radiasi), faktor
psikososial (kerja bergilir, hubungan sesama karyawan/atasan).4

Bahaya potensial yang dimungkinkan ada di restoran/rumah makan, di


antaranya adalah desain/fisik, kebakaran, mekanik, kimia/gas/karsinogen, radiasi
dan risiko hukum/keamanan.4
Penyakit Akibat Kerja (PAK) di restoran/rumah makan, umumnya berkaitan
dengan faktor Fisik (kebisingan, temperatur, radiasi), faktor kimia (pemaparan
dalam dosis kecil namun terus menerus seperti sabun pembersih lantai pada kulit),
faktor ergonomi (posisi kerja yang salah), faktor psikososial (hubungan
interpersonal dengan karyawan lain yang buruk, shift kerja bergilir siang dan
malam).4

Berikut merupakan bahaya potensial (faktor hazard) yang dapat dialami oleh
karyawan di rumah makan:

Bagian Kasir
1. Fisik: bising (Suara AC dan Generator), Suhu yang terlalu dingin, penyakit
Carpal tunnel syndrome
2. Kimia: bahan iritan yang terkandung dalam sabun antiseptic untuk tanga
3. Biologik : terjangkit kuman yang terdapat pada uang kertas yang sudah
berpindah dari tangan ke tangan
4. Ergonomik: terlalu lama berdiri
5. Psikososial: gaji yang kurang, pekerjaan yang berulang, kerja bergilir, kerja
berlebih, pertanggung jawaban terhadap pekerjaan sangat tinggi. Hubungan
interpersonal dengan karyawan lain baik.1,4,5

3
Bagian Penyaji makanan dan minuman

1. Fisik: bising (suara AC, blender)


2. Ergonomic : berdiri
3. Psikososial : ker

Bagian Dapur
1. Fisik : bising (suara kipas angin, kompor gas dan blender).
2. Kimia : tidak ada.
3. Biologi : tidak ada.
4. Ergonomi :Posisi memasak makanan yang kurang tepat dan posisi yang lama.
5. Psikososial : Kerja berlebih, hubungan interpersonal dengan karyawan lain baik.

Bagian Gudang

1. Fisik : bising (suara AC dan Generator), penyakit musculoskeletal karena


mengangkat beban berat, terjatuh
2. Ergonomik : Cara mengangkat barang yang salah
3. Psikososial : Gaji sedikit, Kerja berlebih, hubungan interpersonal dengan
karyawan lain baik

Bagian Distributor
1. Fisik : penyakit musculoskeletal karena mengangkat beban berat, terjatuh
2. Ergonomik : Cara mengangkat barang yang salah
3. Psikososial : Kerja berlebih, hubungan interpersonal dengan karyawan lain baik

Bagian Cleaning Service

1. Fisik : bising (suara generator) terjatuh, kelelahan


2. Kimia: bahan iritan yang terkandung pada sabun pembersih lantai
3. Ergonomi: posisi membungkuk yang lama saat membersihkan lantai
supermarket, terpapar debu saat membersihkan barang-barang
4. Psikososial : Gaji sedikit, Hubungan interpersonal yang baik dengan karyawan
lain

4
B. Alat kerja yang digunakan yang dapat mengganggu kesehatan karyawan di
Restoran/Rumah Makan
1. Benda-benda tajam seperti pisau, gunting, barang pecah belah (dari gelas,
piring, porselen, botol sirup, dll yang dapat menyebabkan luka tergores atau
terpotong.
2. Bahan bakar untuk menyalakan Generator saat terjadi pemadaman listrik,
dapat menyebabkan terjadinya kebakaran. Bahan bakar yang di gunakan
diantaranya adalah bensin atau solar.
3. Kecelakan karena arus listrik. Suatu alat mungkin sudah dirancang dan
dipasang sedemikian rupa sehingga aman bagi pemakai. Namun, karena suatu
keadaan yang belum diketahui dan menyebabkan alat tersebut mengandung
arus listrik terbuka. Keadaan tersebut sering menimbulkan kaget, shock, gerak
reflek ataupun kecelakaan yang fatal.
4. Kecelakaan karena bahan kimia. Beberapa bahan kimia dipergunakan juga
dalam pengolahan makanan, misalnya untuk pembersih, pengawet ataupun
pemberantas hama/tikus.
5. Terpeleset atau terjatuh karena air atau alas kaki yang tidak sesuai dengan apa
yang kita injak dapat menimbulkan sesuatu yang fatal, misalnya jika kepala
atau bagian badan yang lain terbentur sesuatu. Terpeleset juga terjadi karena
beberapa hal, yaitu karena keseimbangan yang kurang dan lantai yang licin.4

C. Alat Pelindung Diri (APD) yang digunakan karyawan di Restoran/Rumah Makan

Alat pelindung diri yang digunakan di Restoran/rumah makan, yaitu


perlengkapan pakaian yang ditentukan dan penggunaan masker, sarung tangan,
penutup kepala pada waktu tertentu.Penggunaan pakaian/seragam ini memang
terkesan sederhana, namum memiliki fungsi yang sangat penting dalam melindungi
diri selama melaksanakan kegiatan di tempat kerja. Adapun perlengkapan tersebut
adalah sebagai berikut:.

1. Sarung tangan (hand gloves)


Sarung tangan digunakan oleh pekerja saat mengatur makanan-makanan
mentah seperti daging dan ikan, dan pada saat mengangkat barang pecah belah

5
2. Masker (Mask)
Berfungsi untuk mencegah terhirupnya debu yang dapat menyebabkan bersin
dan penularan penyakit, khususnya untuk pekerja di Gudang.1
3. Penutup kepala
Berfungsi untuk melindungi keringat dan rambut yang jatuh dapat
mempengaruhi kualitas makanan.Serta penggunaan helm pada kendaraan
bermotor.
4. Kaos kaki atau sepatu tertutup
Berfungsi untuk melindungi pekerja agar tidak jatuh saat menginjak lantai
yang licin, dan tidak terluka saat menginjak pecahan kaca atau barang pecah
belah 5
5. Celemek
Celemek merupakan kain penutup baju yang digunakan sebagai pelindung agar
baju tetap bersih

D. Ketersediaan obat P3K di Restoran/Rumah makan


P3K merupakan pertolongan pertama yang harus segera diberikan kepada
korban yang mendapatkan kecelakaan atau penyakit mendadak dengan cepat dan
tepat sebelum korban dibawa ke tempat rujukan. P3K sendiri ditujukan untuk
memberikan perawatan darurat pada korban, sebelum pertolongan yang lebih
lengkap diberikan oleh dokter atau petugas kesehatan lainnya.6

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1969 Pasal 19: “Setiap badan,


lembaga atau dinas pemberi jasa, atau bagiannya yang tunduk kepada konvensi ini,
dengan memperhatikan besarnya dan kemungkinan bahaya harus menyediakan
apotik atau pos P3K sendiri, memelihara apotik atau pos P3K bersama-sama
dengan badan, lembaga atau kantor pemberi jasa atau bagiannya dan mempunyai
satu atau lebih lemari, kotak atau perlengkapan P3K.6

Dalam upaya pengawasan P3K maka perlu tersedia fasilitas dan personil
P3K.Fasilitas dapat berupa kotak P3K, isi kotak P3K, buku pedoman, ruang P3K,
perlengkapan P3K (alat perlindungan, alatdarurat, alat angkut dan
transportasi).Personil terdiri dari penanggung jawab: petugas P3K yang telah
menerima sertifikat pelatihan P3K ditempat kerja.6

6
Rekomendasi minimum fasilitas yang tersedia dalam kotak P3K tipe I yaitu
kasa steril terbungkus, perban (lebar 5 cm), perban (lebar 7,5 cm), plester (lebar
1,25 cm), plester cepat, kapas (25 gram), perban segitiga/mettela, gunting, peniti,
sarung tangan sekali pakai, masker, aquades (100 ml lar saline), povidon iodin (60
ml), alkohol 70%, buku panduan P3K umum, buku catatan, daftar isi kotak.
Sedangkan pada kotak P3K tipe II terdiri dari kasa steril terbungkus, perban (lebar
5 cm), perban (lebar 7,5 cm), plester (lebar 1,25 cm), plester cepat, kapas (25
gram), perban segitiga/mettela, gunting, peniti, sarung tangan sekali pakai, masker,
bidai, pinset, lampu senter, sabun, kertas pembersih (Cleaning Tissue), aquades
(100 ml lar saline), povidon iodin (60 ml), alkohol 70%, buku panduan P3K
umum.6Secara umum penentuan jenis dan jumlah kotak yang disediakan
tergantung dari jumlah pekerja.6

Tabel 1. Jumlah kotak P3K tiap unit kerja

Untuk jumlah personil P3K sendiri ditentukan oleh faktor risiko bahaya di tempat
kerja dan jumlah pekerja.6

Tabel 2. Jumlah petugas P3K

E. Pemeriksaan kesehatan yang pernah dilakukan sesuai peraturan (sebelum


kerja,berkala,berkala khusus)

7
Dalam upaya pengendalian penyakit akibat kerja dan kecelakaan melalui
penerapan kesehatan dan keselamatan kerja bagi pekerja di rumah sakit termasuk
tenaga kerja di Restoran/rumah makan, ada berbagai macam cara yang dilakukan
salah satunya yaitu pengendalian melalui jalur kesehatan. Upaya ini dilakukan
untuk menemukan gangguan sedini mungkin dengan cara mengenal (recognition)
kecelakaan dan penyakit akibat kerja yang dapat tumbuh pada setiap jenis
pekerjaan di unit pelayanan kesehatan dan pencegahan meluasnya gangguan yang
sudah ada baik terhadap pekerja itu sendiri maupun terhadap orang disekitarnya.
Dengan deteksi dini, maka penatalaksanaan kasus menjadi lebih cepat, mengurangi
penderitaan dan mempercepat pemulihan kemampuan produktivitas masyarakat
pekerja.Disini diperlukan system rujukan untuk menegakkan diagnosa penyakit
akibat kerja secara cepat dan tepat (prompt-treatment). Pencegahan sekunder ini
dilaksanakan melalui pemeriksaan kesehatan pekerja yang meliputi:

1. Pemeriksaan Awal
Pemeriksaan ini adalah pemeriksaan kesehatan yang dilakukan sebelum
seseorang calon / pekerja (petugas kesehatan dan non kesehatan) mulai
melaksanakan pekerjaannya. Pemeriksaan ini bertujuan untuk memperoleh
gambaran tentang status kesehatan calon pekerja dan mengetahui apakah
calon pekerja tersebut ditinjau dari segi kesehatannya sesuai dengan pekerjaan
yang akan ditugaskan kepadanya. Pemerikasaan kesehatan awal ini meliputi:
anamnese umum, anamnese pekerjaan, penyakit yang pernah diderita, alergi,
imunisasi yang pernah didapat, pemeriksaan badan, pemeriksaan laboratorium
rutin dan pemeriksaan tertentu (Tuberkulin test, Psikotest).7
2. Pemeriksaan Berkala
Pemeriksaan ini adalah pemeriksaan kesehatan yang dilaksanakan secara
berkala dengan jarak waktu berkala yang disesuaikan dengan besarnya resiko
kesehatan yang dihadapi. Makin besar resiko kerja, makin kecil jarak waktu
antar pemeriksaan berkala Ruang lingkup pemeriksaan disini meliputi
pemeriksaan umum dan pemeriksaan khusus seperti pada pemeriksaan awal
dan bila diperlukan ditambah dengan pemeriksaan lainnya, sesuai dengan
resiko kesehatan yang dihadapi dalam pekerjaan.7

8
3. Pemeriksaan Khusus
Pemeriksaan ini merupakan pemeriksaan kesehatan yang dilakukan pada
khusus diluar waktu pemeriksaan berkala, yaitu pada keadaan dimana ada atau
diduga ada keadaan yang dapat mengganggu kesehatan pekerja.Sebagai unit di
sektor kesehatan pengembangan K3 tidak hanya untuk intern di Tempat Kerja
Kesehatan, dalam hal memberikan pelayanan paripurna juga harus merambah
dan memberi panutan pada masyarakat pekerja di sekitarnya, utamanya
pelayanan promotif dan preventif. Misalnya untuk mengamankan limbah agar
tidak berdampak kesehatan bagi pekerja atau masyarakat disekitarnya,
meningkatkan kepekaan dalam mengenali unsafe act dan unsafe condition
agar tidak terjadi kecelakaan dan sebagainya.7

F. Penyakit yang dialami berhubungan dengan pekerjaan dan hazard pada karyawan
di restoran/rumah makan
1. Gangguan pendengaran akibat bising (noise induced hearing loss / NIHL)
adalah tuli akibat terpapar oleh bising yang cukup keras dalam jangka waktu
yang cukup lama dan biasanya diakibatkan oleh bising lingkungan kerja. Tuli
akibat bising merupakan jenis ketulian sensorineural yang paling sering
dijumpai setelah presbikusis. Secara umum bising adalah bunyi yang tidak
diinginkan. Bising yang intensitasnya 85 desibel (dB) atau lebih dapat
menyebabkan kerusakan reseptor pendengaran Corti pada telinga dalam.
Sifat ketuliannya adalah tuli saraf koklea dan biasanya terjadi pada kedua
telinga.10
2. Hipotermi. Hipotermia adalah kondisi di mana tubuh kita mengalami
penurunanan suhu inti (suhu organ dalam). Hipotermia bisa menyebabkan
terjadinya pembengkakan di seluru tubuh (Edema Generalisata),
menghilangnya reflex tubuh (areflexia), koma, hingga menghilangnya reaksi
pupil mata. Disebut hipotermia berat bila suhu tubuh < 32 derajat celcius.
Untuk mengukur suhu tubuh pada hipotermia diperlukan termometer ukuran
rendah (low reading termometer) sampai 25 derajat celcius. 11
3. Gangguan muskuloskeletal atau Musculoskeltal Disorder (MSD). Ada
beberapa faktor yang dapat menyebabkan MSD pada karyawan di
supermarket, namun faktor utamanya berupa tenaga yang dipaksakan (force),

9
posisi yang tidak sesuai (awkward postures) dan pengulangan
pekerjaan(repetition). 8
4. Luka tusuk dan luka robekan, ada banyak pemicu terjadinya luka tusuk atau
luka robek pada karyawan di supermarket, di antaranya adalah tertusuk
pecahan barang-barang yang tidak sengaja dijatuhkan oleh pekerja tersebut,
atau tertimpa barang berat saat bekerja khususnya di gudang.8
5. Carpal Tunnel Syndrome. Carpal tunnel syndrome (CTS), atau neuropati
median di pergelangan tangan, adalah kondisi medis di mana saraf median
dikompresi di pergelangan tangan, menyebabkan parestesia, mati rasa dan
kelemahan otot di tangan. Faktor risiko pekerjaan dari tugas yang berulang,
gaya, postur, dan getaran telah dikutip. Sering terjadi pada kasir sebuah
supermarket karena setiap hari bertugas untuk menghitung uang saat selesai
bekerja.9
6. Rinitis alergi, adalah penyakit inflamasi yang disebabkan oleh reaksi alergi
pada pasien atopi yang sebelumnya sudah tersensitisasi dengan alergen yang
sama serta dilepaskannya suatu mediator kimia ketika terjadi paparan
ulangan dengan alergen spesifik tersebut (von Pirquet, 1986). Menurut WHO
ARIA (Allergic Rhinitis and its Impact on Asthma) tahun 2001, rinitis alergi
adalah kelainan pada hidung dengan gejala bersin-bersin, rinore, rasa gatal
dan tersumbat setelah mukosa hidung terpapar alergen yang diperantarai oleh
IgE.13
7. Depresi. Gangguan depresif merupakan suatu masa terganggunya fungsi
manusia yang berkaitan dengan alam perasaan yang sedih dengan gejala
penyerta termasuk perubahan pola tidur, nafsu makan, psikomotor,
konsentrasi, anhedonia, kelelahan, rasa putus asa, tak berdaya dan gagasan
bunuh diri. Depresi bisa disebabkan oleh beberapa faktor seperti biologis,
genetik, dan psikososial (pekerjaan, rumah tangga dll).13

G. Upaya K3 lainnya yang dijalankan


1. Memonitor semua proses pekerjaan karyawan di rumah makan, yang
dilakukan untuk memberikan jaminan bahwa parameter-parameter yang
ditentukan sudah dipenuhi dengan baik.9
2. Memberikan pembekalan terhadap karyawan mengenai bahaya di tempat
kerja, sanitasi lingkungan kerja serta melatih teknik-teknik bekerja secara

10
aman agar risiko terjadinya kecelakaan kerja dapat diturunkan secara
signifikan.9

H. Pengendalian bahan (yang dapat terbakar)


Untuk mengendalikan bahan yang dapat terbakar agar tidak bertemu dengan dua
unsur yang lain dilakukan melalui identifikasi bahan bakar tersebut. Bahan bakar
dapat dibedakan dari jenis, titik nyala dan potensi menyala sendiri.Bahan bakar
yang memiliki titik nyala rendah dan rendah sekali harus diwaspadai karena
berpotensi besar penyebab kebakaran. Bahan seperti ini memerlukan pengelolaan
yang memadai : penyimpanan dalam tabung tertutup, terpisah dari bahan lain,
diberi sekat dari bahan tahan api, ruang penyimpanan terbuka atau dengan ventilasi
yang cukup serta dipasang detektor kebocoran. Selain itu kewaspadaan diperlukan
bagi bahan-bahan yang berada pada suhu tinggi, bahan yang bersifat mengoksidasi,
bahan yang jika bertemu dengan air menghasilkan gas yang mudah terbakar
(karbit), bahan yang relatif mudah terbakar seperti batu bara, kayu kering, kertas,
plastik,cat, kapuk, kain, karet, jerami, sampah kering, serta bahan-bahan yang
mudah meledak pada bentuk serbuk atau debu.

I. Peralatan Pemadaman Kebakaran


Untuk mencegah dan menanggulangi kebakaran perlu disediakan peralatan
pemadam kebakaran yang sesuai dan cocok untuk bahan yang mungkin terbakar di
tempat yang bersangkutan.

1. Perlengkapan dan alat pemadam kebakaran sederhana

a. Air, bahan alam yang melimpah, murah dan tidak ada akibat ikutan (side
effect), sehingga air paling banyak dipakai untuk memadamkan kebakaran.
Persedian air dilakukan dengan cadangan bak-bak iar dekat daerah bahaya,
alat yang diperlukan berupa ember atau slang/pipa karet/plastik.

b. Pasir, bahan yang dapat menutup benda terbakar sehingga udara tidak masuk
sehingga api padam. Caranya dengan menimbunkan pada benda yang
terbakar menggunakan sekop atau ember

c. Karung goni, kain katun, atau selimut basah sangat efektif untuk menutup
kebakaran dini pada api kompor atau kebakaran di rumah tangga, luasnya
minimal 2 kali luas potensi api.

11
d. Tangga, gantol dan lain-lain sejenis, dipergunakan untuk alat bantu
penyelamatan dan pemadaman kebakaran.
2. Alat Pemadam Api Ringan (APAR)
APAR adalah alat yang ringan serta mudah dilayani oleh satu orang
untuk memadamkan api pada awal terjadinya kebakaran. Tabung APAR harus
diisi ulang sesuai dengan jenis dan konstruksinya. Jenis APAR meliputi : jenis
air (water), busa (foam), serbuk kering (dry chemical) gas halon dan gas CO2,
yang berfungsi untuk menyelimuti benda terbakar dari oksigen di sekitar bahan
terbakar sehingga suplai oksigen terhenti. Zat keluar dari tabung karena
dorongan gas bertekanan.
Prosedur penggunaan APAR :

1. Tarik segel pada APAR


2. Arahkan selang keapi
3. Tekan pengatup
4. Semprotkan ke api

12
BAB III
BAHAN, CARA, LOKASI, DAN JADWAL SURVEI

A. Bahan dan Cara


a.Peralatan yang Diperlukan
Peralatan yang diperlukan untuk melakukan walk through survey antara lain:
- Alat tulis menulis: Berfungsi sebagai media untuk pencatatan selama
survey jalan sepintas.
- Kamera digital: Berfungsi sebagai alat untuk memotret kegiatan dan
suasana rumah makan
- Check List: Berfungsi sebagai alat untuk mendapatkan data primer
mengenai survey jalan sepintas yang dilakukan.
b. Cara
Dengan metode walk through survey dengan menggunakan check list.
Walk through survey mengandalkan kemampuan indra penglihatan dan indra
pendengaran sekali-sekali dilakukan wawancara dengan pekerja. 5

Sebelum melakukan walk through survey perlu diperhatikan masalah


kerahasiaan perusahaan (trade secrecy) dan konfidensialitas pekerja. Sebelum
melakukan pemotretan perlu diminta ijin terlebih dahulu kepada pimpinan
perusahaan. Laporan walk through survey tidak cukup hanya dengan mengisi
check list, melainkan juga harus menyusun essay. Check list hanyalah
merupakan panduan saja agar tidak ada kelupaan.

B. Lokasi Survei

Survey dilakukan di Rumah makanHaengbok di Kota Makassar, Sulawesi-


Selatan

C. Jadwal Survei

Survei dilakukan pada hari Senin (10 Oktober 2016) sampai Jumat (14
Oktober 2016)

13

Anda mungkin juga menyukai