Hubungan Dermatitis Kontak Iritan et Causa Zat Kimia Cair Berupa Detergen dengan Pekerja
Cleaning Service di Restoran Haengbok
Sub Departemen Kedokteran Okupasi , Departemen Kedokteran Komunitas , Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin
Abstrak
Latar belakang
Kulit merupakan bagian terpenting dalam tubuh manusia yang berfungsi untuk menutup
dan melindungi organ – organ manusia di dalam tubuh. Selain itu kulit merupakan
bagian terluar tubuh. Karena kulit merupakan bagian terluar dari tubuh, kulit mudah
sekali terpapar oleh banyak patogen yang dapat menyebabkan kulit terkena penyakit.
Salah satu dari penyakit itu adalah dermatitis. Tujuan dari penelitian ini adalah unutk
mengetahui pola pestisida dengan dermatitis kontak iritan et causa zat kimia padat
beruda pestisida dengan pekerja cleaning service di Restoran Haengbok. Dermatitis
merupakan peradangan pada kulit dan memiliki banyak jenis. Salah satu dari jenis
tersebut adalah dermatitis kontak iritan yang dapat terjadi akibat kontak dengan
beberapa benda seperti cair, padat, uap dan lain – lain. Dermatitis dapat diobati dengan
melakukan penatalaksanaan secara medika mentosa, yaitu menggunakan kompres dingin
dengan Burrow’s solution, glukokortikoid topical, antibiotik dan antihistamin kepada
penderitanya. Pada umumnya, prognosisnya adalah baik terutama dengan
menyingkirkan bahan yang menjadi pencetus dermatitis kontak iritan.
Cara kerja
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan cross sectional melalui
proses walk through survey. Seorang laki-laki umur 65 tahun dengan keluhan gatal-
gatal di kaki timbul sejak ± 1 minggu yang lalu, setelah habis membersihkan. Pasien
adalah seorang cleaning service di Restoran Haengbok. Rasa garal dirasakan terus-
menerus selama seminggu terakhir dan timbul bitnik-bintik kemerahan di sekitarnya.
Tidak ada rasa nyeri. Kemerahan ada. Pasien tidak pernah berobat sebelumnya. Riwayat
gatal sebelumnya ada dan pernah berobat di puskesmas dan membaik. Pasien
mengatakan tidak pernah menggunakan sepatu dan hanya memakai sendal selama
bekerja.
Hasil
Faktor yang dominan berpengaruh dalam gatal-gatal di kaki adalah faktor kimia berupa
zat padat yaitu pestisida. Faktor lainnya yang signifikan berhubungan dengan garal-
gatal di kaki adalah tidak adanya kesadaran menggunakan alat pelindung diri (APD)
berupa sepatusaat bekerja dan kurangnya hyigene pekerja. Didapatkan diagnosis pasien
ini adalah dermatitis kontak iritan dan diberi terapi kortikosteroid topical dan diberi
edukasi.
Kesimpulan
Faktor kimia zat cair berupa pestisida di lingkungan kerja Restoran dan kurangnya
higienitas mempunyai hubungan yang signifikan dengan terjadinya keluhan gatal-gatal
di kaki.
Latar belakang
Penelitian Meyer et al tahun 2000 di Amerika Serikat, 90% klaim kesehatan akib
at kelainan kulit pada pekerja diakibatkan oleh dermatitis kontak. Konsultasi dengan dokt
er kulit akibat dermatitis kontak adalah sebesar 4% sampai 7%. Dermatitis kontak iritan ti
mbul pada 80% dari seluruh penderita dermatitis kontak sedangkan dermatitis kontak aler
gik kira-kira 10% sampai 20%. Sedangkan insiden dermatitis kontak alergik diperkirakan
terjadi pada 0,21% dari populasi penduduk. Secara umum, usia tidak mempengaruhi timb
ulnya sensitisasi namun dermatitis kontak alergik jarang dijumpai pada anak-anak. Bila di
lihat dari jenis kelamin, prevalensi pada wanita adalah dua kali lipat dibandingkan pada la
ki-laki.2
Dermatitis merupakan peradangan pada kulit dan memiliki banyak jenis. Salah s
atu dari jenis tersebut adalah dermatitis kontak iritan yang dapat terjadi akibat kontak den
gan beberapa benda seperti cair, padat, uap dan lain – lain. Dermatitis dapat diobati denga
n melakukan penatalaksanaan secara medika mentosa, yaitu menggunakan kompres dingi
n dengan Burrow’s solution, glukokortikoid topical, antibiotik dan antihistamin kepada pe
nderitanya. Pada umumnya, prognosisnya adalah baik terutama dengan menyingkirkan ba
han yang menjadi pencetus dermatitis kontak iritan.1
Dermatitis adalah peradangan kulit (epidermis dan dermis) sebagai respon terhadap
pengaruh faktor eksogen dan endogen, menimbulkan kelainan klinis berupa efloresensi
polimorfik (eritema, edema, papul, vesikel, skuama, likenifikasi) dan keluhan gatal.1
Dermatitis kontak akibat kerja adalah dermatitis yang timbul akibat kontak dengan
bahan pada lingkungan pekerjaan dan tidak akan terjadi jika penderita tidak melakukan
pekerjaan tersebut.1
Cara Kerja
Cara yang digunakan adalah Walk Through Survey. Teknik Walk Through
Survey juga dikenali sebagai Occupational Health Hazards. Untuk melakukan survey ini,
dapat dimulai dengan mengetahui tentang manejemen perencanaan yang benar,
berdiskusi tentang tujuan melakukan survey, dan menerima keluhan-keluhan baru yang
releven.
Bahaya apa dan dalam situasi yang bagaimana bahaya dapat timbul, merupakan
hasil dari penyelenggaraan kegiatan Walk Through Survey serta mengenal bahaya,
sumber bahaya dan lamanya paparan bahaya terhadap pekerja.
Walk Through Survey ini bertujuan untuk memahami proses produksi, denah
tempat kerja dan lingkungannya secara umum. Selain itu, mendengarkan pandangan
pekerja dan pengawas tentang K3, memahami pekerjaan dan tugas-tugas pekerja,
mengantisipasi dan mengenal potensi bahaya yang ada dan mungkin akan timbul di
tempat kerja atau pada petugas dan menginventarisir upaya-upaya K3 yang telah
dilakukan mencakup kebijakan K3, upaya pengendalian, pemenuhan peraturan
perundangan dan sebagainya.
Akan tetapi penelitian pada study cross sectionel terdapat beberapa kekurangan
seperti kurangnya jumlah kasus, waktu yang diberikan singkat dan keterbatasan alat yang
digunakan dalam pemeriksaan kesehatan.
Bahan
Bahan yang digunakan pada survei ini adalah checklist yang di buat. Checklist
ini dibuat berdasarkan informasi yang diperlukan daripada tujuan survei ini dilakukan.
Pada survei ini, informasi yang diperlukan adalah ada tidaknya faktor hazard, alat kerja
apa yang digunakan, alat pelindung diri yang digunakan, ketersediaan obat P3K di tempat
kerja, keluhan atau penyakit yang dialami pekerja dan upaya pengetahuan mengenai K3
kepada pencuci mobil.
Peralatan yang diperlukan untuk melakukan walk through survey antara lain:
- Alat tulis menulis: Berfungsi sebagai media untuk pencatatan selama survey jalan
sepintas.
- Kamera digital: Berfungsi sebagai alat untuk memotret kegiatan dan lingkungan
pencuci mobil
Lokasi Survei
Jadwal survei
Survey dilaksanakan selama 5 hari (10 Oktober 2016 – 14 Oktober 2016 )
No. Tanggal Kegiatan
- Melapor ke bagian K3 RS Ibnu Sina
1. 10 Okotber 2016
- Pengarahan kegiatan
- Pembuatan proposal walk through survey
2. 11 Oktober 2016
- Walk through survey
3. 12 Oktober 2016 - Walk through survey
- Walk through survey
4. 13 Oktober 2016
- Pembuatan laporan walk through survey
5. 14 Oktober 2016 - Presentasi laporan walk through survey
Hasil
Pada laporan kasus ini didapatkan tukang kebun dengan diagnosis dermatitis kontak iritan
akibat dari paparan zat kimia cair. Pasien diberikan terapi kortikosteroid topikal dan
diberi edukasi untuk memakai APD berupa sepatu, dan memperbaiki higienitas diri.Dari
rencana waktu yang telah ditetapkan, terkumpul data yang didapatkan dari check list yang
dibuat.
Faktor yang dominan berpengaruh dalam gatal di kaki adalah faktor kimia berupa
zat cair yaitu detergen. Faktor lainnya yang signifikan berhubungan dengan gatal di kaki
adalah tidak adanya kesadaran, dan kurangnya higienitas diri setelah membersihkan.
Berdasarkan hasil observasi lapangan, bahan kimia yang dapat terpapar ke
pekerja pada proses membersihkan adalah detergen. Bahan dasar dari bahan-bahan
tersebut adalah organoklor, senyawa organik yang mengandung klorin pada umumnya
bersifat racun. (DDT, aldrin, dieldrin, endosulfan, dikofol, folpet, lindan, dan klordan.);
Golongan organofosfat, senyawa organik yang mengandung gugus fosfat, bersifat racun,
mudah terdegradasi, lebih cepat hilang keaktifannya (malation, diazinion, fention, metil
paration, dan etil parathion); Golonghan karbamat, senyawa organik yang mengandung
turunan asam ditiokarbomin/ditiokarbamat(karbaril, karbotorum, propoksur, dan BPMC).
Kejadian tersebut juga didukung oleh perilaku pekerja yang tidak menggunakan APD
berupa sepatu pada saat melakukan pekerjaan sebagai pembatas kontak langsung pada
kaki dan personal hygiene pekerja yang buruk. Faktor personal hygiene juga mendukung
seperti setelah bekerja tidak mencuci tangan dan membersihkan kaki yang kotor sehingga
zat iritasi pestisida tetap di kulit.3
Recovery time atau waktu pulih antara aktivitas pekerjaan yang dilakukan yang
berlangsung lebih dari 5 menit, merupakan faktor yang mungkin turut berperan penting
dalam meminimalisasi terjadinya gatal di kulit. Hal inilah yang penting untuk
diperhatikan, mengingat angka kejadian keluhan gataldi kulit yang terus meningkat,
karena kurangnya waktu istirihat yang diberikan bagi para pekerja, kurangnya kepatuhan
dalam menggunakan alat pelindung Diri (APD) serta kurangya sosialisasi tentang APD.
Keterbatasan Penelitian
Penelitian ini tentunya tidak terlepas dari keterbatasan, adapun keterbatasan dari
penelitian ini adalah checklist yang dibuat hanya menentukan hubungan penyakit akibat
kerja, tapi tidak dapat menentukan insidens, berat ringannya penyakit, dan prognosis
penyakit. Demikian pula untuk survey menilai faktor psikososial akibat kerja,
diagnosisnya hanya bersifat subjektif, tidak dapat diketahui kapan stressor muncul.
Keterbatasan lainnya adalah tidak dilakukan pemeriksaan yang menyeluruh
terhadap seluruh responden, karena keterbatasan sarana pemeriksaan, dan keterbatasaan
waktu penelitian, karena untuk menganalisa faktor terjadinya kasus penyakit mata
merahperlu diketahui riwayat penyakit terdahulu dan riwayat pekerjaan di tempat lain
yang mungkin berhubungan dengan keluhan yang dirasakan sekarang.
Pembahasan
Kulit merupakan bagian tubuh manusia paling luar dan berfungsi salah satunya
sebagai pelindung tubuh bagian dalam dari paparan atau serangan dari luar. Setiap
harinya kulit sering terpapar berbagai objek dari luarseperti zat kimia, sinar matahari,
makhluk hidup dan lain - lain. Hal ini dapat menimbulkan berbagai keluhan yang
mengenai kulit dan menyebabkan penyakit. Salah satunya adalah dermatitis.1
Dermatitis adalah penyakit kulit gatal-gatal, kering, dan kemerahan yang dapat
menimbulkan kelainan klinis berupa efloresensi polimorfik atau oligomorfik (eritema,
edema, papul, vesikel, skuama, likenifikasi). Dematitis juga dapat didefinisikan sebagai
peradangan pada kulit, baik karena kontak langsung dengan zat kimia yang
mengakibatkan iritasi, atau reaksi alergi. Dengan kata lain, dermatitis adalah jenis alergi
kulit. Dermatitis memiliki banyak jenis. Salah satu jenis yang akan dibahas pada makalah
ini adalah dermatitis kontak iritan. Dermatitis kontak ini memiliki banyak faktor atau
penyebab yang bervariasi.1
Pemeriksaan fisik pada kulit dilakukan dengan cahaya yang cukup sementara
pasien berbaring telentang. Pertama adalah inspeksi dengan mata telanjang, kemudian
dengan kaca pembesar dan dapat dilakukan pemeriksaan medis umum bila relevan. Pada
inspeksi, diperhatikan lokalisasi, warna, bentuk, ukuran, penyebaran, batas, dan
efloresensi yang khusus. Pada pasien ini didapatkan papul muncul secara miliar dan
disertai eritema di sekitarnya.4
Setelah inspeksi, pemeriksaan dilanjutkan dengan palpasi, yaitu pemeriksaan
dengan meraba, menggunakan telapak tangan dan memanfaatkan alat peraba yang
terdapat pada telapak dan jari tangan. Dengan palpasi kita dapat menentukan bentuk,
besar; tepi, permukaan, konsistensi organ, adanya tanda-tanda radang akut atau tidak
misalnya dolor, kalor, fungsiolesa (rubor dan tumor dapat pula dilihat), ada tidaknya
iritan. Iritan kuat memberi gejala akut, sedang iritan lemah memberi gejala kronis.
Contoh iritan kuat seperti air keras yang dapat membuat kulit seketika juga mengalami
kelainan sedangakan iritan lemha contohnya seperti detergent atau sabun yang dipakai
terus menerus sehingga menimbulkan kelainan kulit kronik akibat aktivitas berulang.
Selain itu juga faktor indivdu berpengaruh misalnya ras, usia penyakit kulit lain dan
faktor lingkungan misalnya suhu dan kelembaban udara.1
Dermatitis kontak iritan adalah penyakit multifaktor dimana faktor eksogen
(iritan dan lingkungan) dan faktor endogen sangat berperan.Hal ini disebabkan oleh
pengaruh dari faktor dari luar. Faktor-faktor yang dimaksudkan seperti sifat kimia bahan
iritan misalnya ph, kondisi fisik, konsentrasi, ukuran molekul, jumlah, polarisasi, ionisasi,
bahan dasar, kelarutan. Sifat dari paparan yang diterima seperti jumlah, konsentrasi,
waktu dan jenis kontak, bergabung dengan bahan iritan lain.4
Faktor endogen juga berpengaruh menyebabkan Dermatitis kontak iritan.
Pertama adalah faktor genetik, Misalnya kemampuan tubuh untuk mengeluarkan radikal
bebas, mengubah level enzym antioksidan, dan kemampuan untuk membentuk
perlindungan heat shock protein semuanya dibawah kontrol genetik. Kedua adalah jenis
kelamin. Gambaran klinis dermatitis kontak iritan paling sering terjadi pada wanita dari
semua pasien.5
Ketiga adalah faktor usia. Pada orang yang umurnya lebih muda, lebih mudah
untuk menyerap reaksi-reaksi bahan-bahan kimia dan bahan iritan lewat kulit sehingaa
lebh sering mengalami dermatitis kontak iritan. Faktor keempat adalah suku; karena
eritema sulit diamati pada kulit gelap, penelitian terbaru menggunakan eritema sebagai
satu-satunya parameter untuk mengukur iritasi yang mungkin sudah sampai pada
kesalahan interpretasi bahwa kulit hitam lebih resisten terhadap bahan iritan daripada
kulit putih.5
Pengobatan DKI dapat dilakukan kompres dingin dengan Burrow’s solution.
Kompres dingin dilakukan untuk mengurangi pembentukan vesikel dan membantu
mengurangi pertumbuhan bakteri.Kedua adalah glukokortikoid topikal. Efek topikal dari
glukokortikoid pada penderita dermatitis kontak iritan akut masih kontrofersional karena
efek yang ditimbulkan, namun pada penggunaan yang lama dari kortikosteroid dapat
menimbulkan kerusakan kulit pada stratum korneum.6 Ketiga adalah antibiotik dan
antihistamin. Secara klinis, infeksi diobati dengan menggunakan antibiotik oral untuk
mencegah perkembangan selulit dan untuk mempercepat penyembuhan. Sedangkan
antihistamin mungkin dapat mengurangi pruritus yang disebabkan oleh dermatitis akibat
iritan.7
Kesimpulan
Faktor kimia zat cair berupa detergen di lingkungan kerja di sekitar restoran yang
dilakukan setiap hari selama 7 jam, mempunyai hubungan yang signifikan dengan
terjadinya keluhan gatal di kaki.
Kurangnya hygiene dan kurangnya kesadaran diri untuk menggunakan APD saat
bekerja meningkatkan keluhan berupa gatal di kaki serta keluhan lainnya di tempat kerja.
Melalui metode penelitian deskriptif dengan pendekatan cross sectional melalui
proses walk through survey. Masih banyak memiliki dan kekurangan dalam penelitian.
DAFTAR PUSTAKA