PENDAHULUAN
pasien dan keluarga dalam menghadapi masalah yang terkait dengan penyakit
awal, pengkajian secara menyeluruh dan pengobatan nyeri serta masalah fisik,
psikososial, dan spiritual (WHO, 2002). Perawatan palitif dilakukan oleh tim
multidisiplin yang melibatkan banyak tenaga kesehatan untuk tujuan yang sama
(Aitken, 2009).
fibrosis, stroke, parkinson, gagal jantung, penyakit genetika dan penyakit infeksi
membutuhkan perawatan paliatif melalui studi Delphi pada orang dewasa adalah
sirosis hati, kelainan bawaan, kelainan darah dan kekebalan tubuh, HIV/AIDS,
meningitis, penyakit ginjal, gangguan saraf dan kondisi neonatal (WHO, 2014).
World Health Organization (2011), menyatakan bahwa pada tahun 2011, lebih
Perkiraan jumlah orang yang membutuhkan perawatan paliatif sebesar 20.4 juta
orang. Proporsi terbesar 94% pada orang dewasa sedangkan 6% pada anak-
paliatif adalah penyakit jantung (38,5%) dan kanker (34%) kemudian diikuti oleh
Pelayanan paliatif yang diberikan oleh perawat akan memiliki kualitas yang
dan pelatihan yang dimiliki oleh perawat. Pendidikan dan pelatihan tersebut
kondisi terminal yang akan segera meninggal. Namun konsep perawatan paliatif
menekankan pentingnya integrasi perawatan paliatif lebih dini agar masalah fisik,
psikososial, dan spiritual dapat diatasi dengan baik. Perawatan paliatif adalah
paliatif.
B. Tujuan
1. Untuk mengetahui konsep palliative care
2. Untuk mengetahui peran keluarga untuk pasien paliatif (komunikasi, masalah
psikologis, dukungan sosial, dukungan spiritual,dll
C. Manfaat
1. Makalah ini bermanfaat bagi pembaca untuk mengetahui konsep palliative
care
2. Dengan melakukan pembutan makalah ini, kelompok dapat mengetahui dan
memahami peran keluarga dalam perawatan paliatif.
BAB II
PEMBAHASAN
identifikasi awal dan penilaian serta terapi rasa sakit dan masalah lain–baik
tidak hanya mencakup dokter dan perawat tetapi mungkin juga ahli gizi, ahli
dilakukan secara rawat inap, rawat jalan, rawat rumah (home care), day
care dan respite care. Rawat rumah dilakukan dengan kunjungan ke rumah
pasien, terutama mereka yang tidak dapat pergi ke rumah sakit. Kunjungan
dilakukan oleh tim untuk memantau dan memberikan solusi atas masalah-
maupun psikis, sosial, dan spiritual. Day care adalah menitipkan pasien
selama jam kerja jika pendamping atau keluarga yang merawatnya memiliki
keperluan lain (seperti day care pada penitipan anak). Sedangkan respite care
musik, dll.
Meyakini bahwa hidup dan mati adalah proses yang normal, tidak
dan keluarga.
seluruh Indonesia.
c. Puskesmas,
d. Rumah perawatan/hospis,
a) Penatalaksanaan nyeri.
c) Asuhan keperawatan
d) Dukungan psikologis
e) Dukungan sosial
medis ini, ditarik kesimpulan bahwa dibutuhkan sebuah arsitektur yang dapat
dibangun dengan tetap mengikuti standar yang tepat adalah sebuah rumah
paliatif. Namun, jenis rumah paliatif yang dirancang perlu dibatasi lingkupnya.
Pada rancangan ini, ruang lingkup desain rumah paliatif dibatasi untuk
perawatan paliatif. Hal ini dilakukan agar fasilitas dan manfaat utama dari
bangunan dapat diterima oleh masyarakat luas. Kanker sendiri dipilih karena
penyakit inilah yang paling sering menjalani pengobatan alternatif. Selain itu,
perbandingan antara alat radioterapi dan pasien adalah 1 alat per 2,5 juta pasien.
Jumlah ini masih jauh apabila dibandingkan dengan Indonesia yang hanya
memiliki perbandingan 1 alat per 4 juta pasien. Akibatnya, dari seluruh rumah
sakit dan fasilitas peralatan radioterapi yang ada, pasien kanker yang terlayani
dengan baik hanya mencangkup sekitar 15% dari seluruh penderita kanker di
Indonesia.
terpercaya, sehingga pasien dapat bebas untuk memilih perawatan lebih bagi
penyakitnya atau meningkatkan kualitas hidupnya tanpa lepas dari pengobatan
diperlukan, tidak hanya terfokus pada penyediaan fasilitas saja, namun juga
psikologis, spiritual, dan sosial, sehingga kualitas hidup dan kesembuhan pasien
kanker meningkat.
C. Kajian Objek
FASILITAS
1. Pelayanan Medik
dalamnya : Unit Rawat Jalan, Unit Rawat Inap, Unit Gawat Darurat, Unit
2. Pengobatan Komplementer
yang berbeda dengan pelayanan medik biasa, unit ini dipisahkan dari unit
4. Pengelolaan
5. Fasilitas Umum
Mushola, Cafetaria
6. Servis
Berikut merupakan rincian ruangan dalam bagian servis beserta fungsi atau
pasien.
pasien, terdapat tiga aspek yang perlu menjadi perhatian utama dalam desain.
1. People
pengguna tidak hanya pasien tapi termasuk dokter, staf, dan kerabat pasien
2. Process
Hal lain yang perlu diperhatikan adalah proses apa saja yang terjadi dalam
bangunan. Hal ini akan menyangkut pada fungsi, sirkulasi, dan penataan
objek arsitektur
3. Place
F. Tahapan PERANCANGAN
tahap. Selain itu, Cama (2009) juga menyatakan ada 4 fase dalam EBD. Namun,
secara general, terdapat empat tahapan yang dilakukan dalam EBD (gambar
III.2).
a) Research
Merupakan tahap pencarian dan pengumpulan data. Tahap ini terdiri dari:
melalui berbagai cara. Hal-hal yang dapat dilakukan dalam langkah ini
adalah:
b) Analyse
Kebutuhan
dan kebutuhan apa yang perlu ditampung dalam objek arsitektur. Dengan
tersebut.
Tujuan
Menentukan tujuan dan fungsi utama dalam bangunan. Pada tahapan ini
juga ditentukan prioritas dan tuntutan apa saja yang perlu dicapai dalam
desain
c) Implement
1. Interprate/ Interpretasi
ada.
2. Hypothesise/ Hipotesa
3. Decide/ Menentukan
arsitek perlu untuk melanjutkan “tradisi” dengan hasil yang jelas seperti
pemecahan masalah.
d) Evaluation
1. Measure/ Menilai
Tahapan mengevaluasi dan menilai hasil hipotesa dan desain yang telah
dilakukan. Aspek yang perlu dinilai juga merupakan hasil dari data yang
dikumpulkan sebelumnya.
2. Share/ Berbagi
G. Konsep Desain
Yang menjadi titik pemikiran utama adalah apakah pemecahan dari Healing
umumnya. Aktifitas yang dipilih dalam desain ini adalah aktifitas dalam mall.
Aktifitas dalam mall dianggap paling sesuai untuk dimasukkan ke dalam rumah
paliative karena aktifitas dalam mall sering dianggap sebagai aktifitas hiburan
bagi masyarakat pada umumnya. Selain itu, suasana mall yang terasa bersih dan
H. Community Spots
yang lebih dibanding pasien pada umumnya. Hal ini dikarenakan proses
perawatan yang cenderung lama dan hasilnya tidak cepat terlihat. Oleh karena
itu, rumah sakit bagi pesien kanker dan paliatif perlu memberikanfasilitas bagi
pasien dan pengguna lainnya untuk bersosialisasi dan berbagi perasaan saling
mendukung.
pada desain ini, selain pada area jembatan silang yang berada di tengah,
juga tetap perlu diberikan area-area sosial lain yang nyaman dan memiliki tingkat
privasi yang sedikit lebih tinggi, namun tetap berada di area yang terbuka. Area
ini diletakkan di setiap lantai pada bangunan. Untuk menambah pricasi, area ini
diletakkan pada pojok bangunan sehingga tidak mudah terganggu oleh aktifitas
dalam rumah sakit. Selain itu, pada area ini, pengguna dapat menikmati
pemandangan mall di bagian tengah bangunan. Pada area inap, yang pada
umumnya banyak dikunjungi keluarga dan pendamping pasieen lainn ya, area
sosial diperbanyak sebagai respon dari banyaknya aktifitas sosial yang lebih
intens terjadi di area ini. Khusus untuk di lantai lima, area ini khusus ini tidak
disediakan, karena sifat utama lantai lima yang bukan menjadi area sosial dan
I. Greenery
paliative memang terbukti mampu mengurangi rasa sakit dan memberikan tingkat
kenyamanan yang lebih pada pasien. Meskipun tidak menjadi fokus konsep
utama, elemen alam tetap tidak dihilangkan pada desain. Hal ini dilakukan
karena memang elemen alam memiliki banyak manfaat dan kelebihan untuk
satu fasad dinding pada area-area yang mampu memberikan tingkat stress yang
tinggi dan terkesan menyeramkan bagi pasien. Area-area ini adalah area
diagnosis radiologi, area treatment medis ruang LINAC dan kemoterapi. Area
taman ini batasi oleh kaca sehingga kesan steril tetap dapat dicapai dalam rumah
paliative.
Namun, tanaman dalam area ini diputuskan untuk menggunakan tanaman
replika. Hal ini dilakukan tidak semua area ini memiliki akses matahari, sehingga
bukanlah tanaman asli. Dengan kaca yang memisahkan, tanaman akan tetap
terlihat asli, dan efek manfaat dari elemen alam pada pengguna bangunan tetap
dapat tercapai.
Selain itu, pada area kamar juga diberikan area tanaman yang tepat berada
di luar jendela. Pada area ini dapat digunakan tanaman asli karena
melalui cat-walk dan jendela kamar sendiri, serta jaraknya yang dekat dan
J. Zoning
Lantai satu bangunan merupakan area paling publik pada bangunan. Area
UGD diletakkan di bagian depan sehingga mudah diakses dari luar bangunan.
Area ini juga terpisah dari bangunan utama karena fungsi dan aktifitasnya yang
Pada bagian depan merupakan area publik dimana terdapat pertokoan dan
lobby utama. Area radiologi diletakkan di lantai satu karena beban alat dan
struktur pelindung yang menuntut area ini diletakkan di lantai dasar bangunan.
Area ini diletakkan di bagian timur bangunan karena sifatnya yang tertutup dan
barat. Namun, area ini terlindung dari pandangan langsung dari area entrance,
sehingga pengunjung tidak langsung melihat antrian pasien rawat jalan. Pemisah
area rawat jalan dengan entrance ini adalah lobby dan kasir.
Lantai dua merupakan bagian pusat pelayanan terapi. Area timur yang
karena sifat medisnya yang sama. Pada area ini terdapat pengobatan kemoterapi
Area farmasi yang dibutuhkan langsung oleh area terapi medis berada di
area kerja dan kantor bagi farmasis menjadikan area ini semi private, sehingga
tunggu pada bagian ini dijadikan satu ruang tunggu besar, kemudian dipecah
menjadi perbagian terapi. Sebelum memasuki ruang treatment, tiap bagian masih
lantai tiga sebagai area kelas campur, sedaangkan latai empat khusus VIP dan
dibutuhkan dengan bentukan massa. Area kamar VVIP tetap ada di lantai tiga
perhitungan, jumlah total bed untuk menengah ke atas adalah sekitar 70% (48
Mushola dan converence room diletakkan di lantai tiga yang lebih bersifat
publik. Area tindakan minor dimana dokter dapat melakukan tindakan kecil
didekatkan dengan area rawat inap ini sehingga memudahkan tindakan dan
sirkulasi.
Lantai lima merupakan area paling privat dan paling steril pada bangunan.
Pada area ini terdapat pusat tindakan pada pasien yang memerlukan sterilisasi
tinggi, seperti kamar operesi, endoskopi, floroskopi, lab katerisasi, dan area
intensif. Area steril ini dibatasi oleh double-door sehingga tidak dapat diakses
dengan area kamar operasi melalui koridor kotor dan koridor bersih.
diletakkan di lantai ini. Karena sifatnya yang lebih semi private karena masih
dapat diakses pasien dan staff laboratorium, area ini berada di bagian depan.
K. Kesimpulan
pasien mampu bebas memilih pengobatan sesuai kebutuhan dengan tetap dalam
pengawasan dokter.
Lawson, Bryan (2010), “Healing architecture”, Arts & Health, Vol. 2, No. 2,
hal. 95-108.
ZGF Architects (2015), University of Virginia Health System: The UVA Emily
Couri