Indonesia memiliki hukum dasar tertulis yaitu Undan-Undang Dasar 1945. Dalam
penjelasan Undang-Undang Dasar 1945 disebutkan bahwa UUD 1945 bersifat singkat dan
supel (elastic). UUD 1945 hanya memuat 37 pasal, dan pasal-pasal lain hanya memuat aturan
peralihan dan aturan tambahan. Pernyataan ini mengandung makna:
1. Undang-Undang Dasar telah cukup hanya memuat aturan-aturan pokok dan garis-garis besar
sebagai instruksi kepada pemerintah Pusat dan lain-lain penyelenggara negara dalam
menyelenggarakan kehidupan bernegara dan menciptakan kesejahteraan sosial. , lebih baik
hukum dasar tertulis lebih baik hanya memuat aturan-aturan pokok, sedang aturan-aturan
untuk menyelenggarakan aturan pokok itu disandarkan pada undang-undang yang lebih
mudah untuk dirubah dan diganti.
2. UUD 1945 bersifat supel memiliki arti bahwa undang-undang dasar dapat berkembang dan
mengikuti kebutuhan masyarakat akan suatu hukum dasar yang jelas untuk mengatur
kegiatan penyelenggaraan negara. Namun tidak menghilangkan sifat dari hukum dasar yaitu
mengikat pelaksanaan ketatanegaraan.
Hukum dasar tidak tertulis atau konvensi adalah hukum yang timbul dan terpelihara
dalam praktik penyelenggara negara secara tidak tertulis. . Konvensi merupakan pelengkap
dari aturan-aturan dasar yang belum tercantum dalam Undang-Undang Dasar dan diterima
oleh seluruh rakyat dan tidak boleh bertentangan dengan Undang-Undang Dasar.
Konvensi misalnya terdapat pada praktik penyelenggara negara yang sudah menjadi hukum
dasar yang tidak tertulis seperti:
a. Pidato kenegaraan Presiden Republik Indonesia setiap tanggal 16 Agustus di dalam siding
Dewan Perwakilan Rakyat (DPR).
b. Pidato Presiden yang diucapkan sebagai keterangan pemerintah tentang Rancangan
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) pada minggu pertama Bulan Januari
setiap tahunnya.
c. Pidato pertanggungjawaban presiden dan Ketua Lembaga Negara lainnya dalam sidang
Tahunan Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) yang dimulai sejak tahun 2000.
d. Mekanisme pembuatan GBHN.
Keempat hal tersebut secara tidak langsung merupakan realisasi UUD 1945 (merupakan
pelengkap). Yang berwenang mengubah konvensi menjadi rumusan yang bersifat tertulis
adalah MPR, dan rumusannya bukan berupa hukum dasar melainkan tertuang dalam
ketetapan MPR.