Anda di halaman 1dari 25

BAB I

TINJAUAN KEPUSTAKAAN

Masa puerperium atau nifas dimulai setelah kala uri (setelah plasenta
dilahirkan) dan berakhir setelah kira-kira 6 minggu. Akan tetapi, seluruh alat
genitalia baru pulih kembali seperti sebelum ada kehamilan dalam waktu 3 bulan.

Perubahan anatomi dan fisiologi pada wanita postpartum diantaranya sebagai


berikut.

1. Genitalia eksterna dan interna

a. Uterus
Kontraksi uterus meningkat setelah bayi keluar. Hal ini menyebabkan
iskemia pada lokasi perlekatan plasenta (placental site) sehingga jaringan
perlekatan antara plasenta dan dinding uterus nekrosis dan lepas. Ukuran
uterus mengecil kembali (setelah 2 hari pascapersalinan, setinggi sekitar
umbilikus, setelah 2 minggu masuk panggul, setelah 4 minggu kembali
pada ukuran sebelum hamil). Jika sampai 2 minggu postpartum uterus
belum masuk panggul, curiga ada subinvolusi. Subinvolusi dapat
disebabkan oleh infeksi atau perdarahan lanjut (late postpartum
haemorrhage).
Jika terjadi subinvolusi dengan kecurigaan infeksi, diberikan antibiotika.
Untuk memperbaiki kontraksi uterus dapat diberikan unterotonika
(ergometrin maleat), namun ergometrin mempunyai efek samping
menghambat produksi laktasi karena menghambat produksi prolaktin.

b. Serviks
Segera postpartum bentuk serviks agak menganga seperti corong,
disebabkan oleh korpus uteri yang berkontraksi sedangkan serviks tidak
berkontraksi, sehingga seolah-olah pada perbatasan antara korpus dan
serviks uteri terbentuk seperti cincin. Warna serviks merah kehitaman
karena penuh pembuluh darah. Konsistensinya lunak. Segera setelah janin

1
lahir, tangan pemeriksa masih dapat dimasukkan pada cavum uteri. Setelah
2 jam, dapat dimasukkan 2-3 jari dan pada akhir minggu pertama
postpartum, ostium uteri eksternum hanya dapat dilewati satu jari.

c. Vagina
Penurunan vaskularisasi dan udem terjadi dalam 3 minggu, dan rugae
vagina mulai tampak pada wanita yang tidak menuyusui. Pada saat ini,
pada sediaan apusan epitel vagina tampak atrofi. Epitel ini akan kembali
normal dalam 6-10 minggu postpartum. Proses ini berjalan lebih lambat
pada ibu yang menyusui yang berhubungan dengan penurunan persisten
hormon estrogen.

d. Perineum
Saat persalinan, perineum mengalami trauma bahkan robekan. Sebagian
besar tonus otot kembali normal setelah 6 minggu. Proses ini dapat
berlangsung hingga beberapa bulan tergantung derajat luka perineum
tersebut.

e. Dinding abdomen
Kecepatan pengembalian dinding abdomen hingga seperti saat sebelum
hamil tergantung pada intensitas latihan/ olahraga yang dilakukan.

f. Ovarium
Wanita yang menyusui bayinya mengalami periode amenore dan anovulasi
yang lebih lama dibandingkan dengan yang hanya memberi susu formula.
Wanita yang tidak menyusui mulai berovulasi setelah 27 hari postpartum.
Pada sebagian besar wanita postpartum, siklus menstruasi akan kembali
dalam 12 minggu; dimana haid pertama dialami pada 7-9 minggu
postpartum.
Pada ibu yang menyusui, permulaan siklus menstruasi dipengaruhi
berbagai faktor, diantaranya seberapa banyak dan seperapa sering si bayi
menyusu dan apakah bayi juga mendapat susu formula. Keterlambatan
pengambalian fungsi normal ovarium pada ibu yang menyusui disebabkan

2
oleh penekanan ovulasi melalui peningkatan hormon prolaktin. Setengah
hingga tiga perempat wanita yang menyusui akan kembali mengalami
siklus menstruasi dalam 36 minggu portpartum.

2. Mamae (laktasi)
Perubahan pada mamae untuk persiapan laktasi telah dimulai sejak kehamilan,
yakni dimulai pada usia gestasi 16 minggu. Perubahan yang terdapat pada
kedua mamma pada sejak kehamilan muda:

1. Proliferasi jaringan, terutama kelenjar-kelenjar dan alveolus.


2. Pada duktus laksiferus terdapat cairan berwarna kuning (kolostrum).
3. Hipervaskularisasi terdapat pada permukaan maupun pada bagian dalam
mamma.
4. Setelah partus, pengaruh menekan dari esterogen & progresteron terhadap
hipofisis hilang. Timbul pengaruh hormon-hormon hipofisis kembali,
antara lain lactogenic hormone (prolaktin). Pengaruh oksitosin
mengakibatkan mioepitelium kelenjar-kelenjar susu berkontraksi, sehingga
pengeluaran ASI dilaksanakan. Umumnya produksi ASI baru berlangsung
betul pada hari ke 2-3 post partum. Pada hari-hari I ASI mengandung
kolostrum, yang mengandung protein albumin, globulin dan benda-benda
kolostrum dengan diameter 0,001-0,025 mm dan mudah dicerna.
Rangsangan terbaik untuk mengeluarkan ASI adalah dengan menyusui
bayi itu sendiri. Kadar prolaktin meningkat dengan perangsangan fisik
pada puting mamae. Kdar estrogen dan gonadotropin menurun pada
laktasi, akan tetapi akan meningkat lagi jika frekuensi menyusui dikurangi.
Jika ibu tidak menyusui, hormon prolaktin akan menurun dengan cepat
dan kembali normal dalam 2-3 minggu.
Rangsangan psikis merupakan refleks dari mata ibu ke otak, mengakibatkan
oksitosin dhasilkan, sehingga ASI dapat dikeluarkan dan sebagai efek
sampingan, memperbaiki involusi uterus. Keuntungan lain menyusui yaitu
tumbuhnya rasa kasih sayang antara ibu dan anak. ASI juga mengandung

3
laktoferin, lisozim, dan imonoglobulin A yang dapat melindungi bayi terhadap
infeksi seperti :

- Gastroenteris
- Radang jalan nafas & paru-paru
- Otitis media.

3. Hemokonsentrasi
Pada kehamilan terdapat shunt antara sirkulasi ibu & plasenta. Setelah
melahirkan, shunt tersebut akan hilang tiba-tiba. Volume darah pada ibu relatif
bertambah yang dapat menimbulkan beban jantung sehingga dapat terjadi
dekompensasi kordis pada penderita vitium kordis. Keadaan ini dapat diatasi
dengan mekanisme kompensasi dengan timbulnya hemokonsentrasi yang
terjadi pada hari-hari ke 3-15 hari postpartum, sehingga volume darah kembali
seperti sediakala.

Lokia merupakan sekret yang berasal dari kavum uteri dan vagina dalam masa
nifas. Sekret terdiri dari eritrosit, robekan sel-sel desidua, sel epitelial, dan bakteri
Biasanya lokia berbau sedikit amis, kecuali bila terjadi infeksi akan berbau busuk,
contohnya pada lokiostasis (lokia tidak lancar kluar) dan infeksi.

- Hari ke 1 dan 2 : lokia rubra/ lokia kruenta (berupa darah segar bercampur
sisa-sisa selaput ketuban, sel-sel desidua, sisa-sisa verniks kaseosa, lanugo,
dan mekonium.
- Mulai hari ke 3 : lokia serosa (warna lebih pucat, darah bercampur lendir)
- Setelah 10 hari : lokia alba (cairan putih, leukosit dan lendir yang
berkurang).
Lokia akan hilang setelah 4 -8 minggu postpartum. Usia ibu, paritas, dan berat
bayi tidak mempengaruhi lamanya lokia.

4
PERAWATAN PADA MASA NIFAS

Perawatan masa nifas dimulai sebenarnya sejak kala uri dengan


menghindarkan adanya kemungkinan-kemungkinan perdarahan post partum dan
infeksi. Bila ada perlukaan jalan lahir atau luka bekas episiotomi, lakukan
penjahitan dan perawatan luka dengan sebaik-baiknya. Penolong persalinan harus
tetap waspada sekurang-kurangnya 1 jam sesudah melahirkan, untuk mengatasi
kemungkinan terjadinya perdarahan post partum.

Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam perawatan masa nifas :

1. Mobilisasi
Umumnya wanita sangat lelah setelah melahirkan, lebih-lebih bila
persalinan berlangsung lama, karena si ibu harus cukup beristirahat,
dimana ia harus tidur terlentang selama 8 jam post partum untuk
memcegah perdarahan post partum. Kemudian ia boleh miring ke kiri dan
ke kanan untuk memcegah terjadinya trombosis dan tromboemboli. Pada
hari kedua telah dapat duduk, hari ketiga telah dapat jalan-jalan dan hari
keempat atau kelima boleh pulang. Mobilisasi ini tidak mutlak, bervariasi
tergantung pada adanya komplikasi persalinan, nifas, dan sembuhnya luka.
2. Diet / Makanan
Makanan yang diberikan harus bermutu tinggi dan cukup kalori, yang
mengandung cukup protein, banyak cairan, serta banyak buah-buahan dan
sayuran karena si ibu ini mengalami hemokosentrasi.

3. Buang Air Kecil


Buang air kecil harus secepatnya dilakukan sendiri. Kadang-kadang wanita
sulit kencing karena pada persalinan m.sphicter vesica et urethare
mengalami tekanan oleh kepala janin dan spasme oleh iritasi musc.
sphincter ani. Juga oleh karena adanya oedem kandungan kemih yang
terjadi selama persalinan. Bila kandung kemih penuh dengan wanita sulit
kencing sebaiknya lakukan kateterisasi, sebab hal ini dapat mengundang
terjadinya infeksi. Bila infeksi telah terjadi (urethritis, cystitis, pyelitis),
maka pemberian antibiotika sudah pada tempatnya.

5
4. Buang Air Besar
Buang air besar harus sudah ada dalam 3-4 hari post partum. Bila ada
obstipasi dan timbul berak yang keras, dapat kita lakukan pemberian obat
pencahar (laxantia) peroral atau parenterala, atau dilakukan klisma bila
masih belum berakhir. Karena jika tidak, feses dapat tertimbun di rektum,
dan menimbulkan demam.

5. Demam
Sesudah melahirkan, suhu badan ibu dapat naik ± 0,5°C dari keadaan
normal, tapi tidak melebihi 38°C. Setelah 12 jam pertama postpartum,
suhu badan akan kembali normal. Bila suhu lebih dari 38°C mungkin telah
ada infeksi.
6. Mules (nyeri perut)
Hal ini timbul akibat kontraksi uterus dan biasanya lebih terasa sedang
menyusui (merangsang oksitosin). Hal ini dialami selama 2-3 hari
postpartum. Perasaan sakit ini juga timbul bila masih ada sisa selaput
ketuban, plasenta atau gumpalan dari di cavum uteri. Bila si ibu sangat
mengeluh, dapat diberikan analgetik atau sedativa supaya ia dapat
beristirahat tidur.

7. Laktasi
8 jam sesudah persalinan si ibu disuruh mencoba menyusui bayinya untuk
merangsang timbulnya laktasi, kecuali ada kontraindikasi untuk menyusui
bayinya, misalnya: bayi dengan galaktosemia, penderita HIV, tuberkulosis
aktif yang tidak diobati, DM berat, psikosis, dan leprae. Bayi sumbing
(labiognatopalatoschizis) tidak dapat menyusu oleh karena tidak dapat
menghisap, maka pemberian minuman harus diberikan melalui sonde.

8. Perawatan mamae
Cuci areola mamae & putting susu dengan teratur dengan sabun dan beri
minyak atau cream agar tetap lemas. Jangan sampai kelak mudah lecet
atau pecah-pecah. Sebelum menyusui mamae harus lemas dengan
melakukan massage secara menyeluruh. Bersihkan areola dan puting

6
sebelum menyusui. Jika bayi meninggal, laktasi harus dihentikan dengan
cara mengadakan pembalutan kedua mamma hingga tertekan dan dapat
pula diberi Bromocryptin sehingga pengeluaran lactogenic hormone
tertekan.

PEMERIKSAAN PASCA PERSALINAN

Pada wanita yang bersalin secara normal, sebaiknya dianjurkan untuk


kembali 6 minggu sesudah melahirkan. Namun bagi wanita dengan persalinan luar
biasa harus kembali untuk kontrol seminggu kemudian. Pemeriksaan pasca
persalinan meliputi :

a. Pemeriksaan keadaan umum: tensi, nadi, suhu badan, selera makan,


keluhan, dan lain-lain.
b. Keadaan payudara dan puting susu.
c. Dinding perut, perineum, kandung kemih, rektrum.
d. Sekret yang keluar (lochia, flour albus).
e. Keadaan alat-alat kandungan (serviks, uterus, adnexa).

Pemeriksaan sesudah 40 hari ini tidak merupakan pemeriksaan terakhir,


lebih-lebih bila ditemukan kelainan meskipun sifatnya ringan. Alangkah baiknya
bila cara ini dipakai sebagai kebiasaan untuk mengetahui apakah wanita sesudah
bersalin menderita kelainan biarpun ringan. Hal ini banyak manfaatnya agar
wanita jangan sampai menderita penyakit yang makin lama makin berat hingga
tidak dapat atau susah diobati.

Perdarahan yang mungkin terjadi dalam masa 40 hari biasa disebabkan


oleh adanya subinvolusi uteri terhadap penderita tidur dan diberi tablet
ergometrin. Bila perdarahan tetap ada, lakukan kuretase untuk menyingkirkan
kemungkinan adanya sisa-sisa plasenta. Bila curiga adanya keganasan, lakukan
pemeriksaan sitologi dan eksisi percobaan untuk menyingkirkan keganasan

7
Nasihat untuk ibu postnatal:

- Fisioterapi pastnatal adalah baik diberikan


- Susukanlah bayi anda
- Ber-KB untuk menjarangkan anak dan untuk kesehatan ibu, bayi dan
keluarganya.
- Bawalah bayi untuk imunisasi.

Infeksi Nifas.

Infeksi nifas mencakup semua peradangan yang disebabkan masuknya


kuman-kuman kedalam alat-alat genital pada waktu persalinan dan nifas. Di
negara-negara yang sedang berkembang dengan pelayanan kebidanan yang masih
jauh dari sempurna, peranan infeksi nifas masih besar. Demam nifas (morbiditas
puerperalis) ialah kenaikan suhu sampai 38 0C atau lebih selama 2 hari dalam 10
hari pertama post partum, dengan mengecualikan hari pertama, suhu harus diukur
sedikitnya 4 kali sehari.

Etiologi.

Bermacam-macam

 Eksogen : kuman datang dari luar.


 Autogen : kuman masuk dari tempat lain dalam tubuh.
 Endogen : dari jalan lahir sendiri.

Selain itu infeksi nifas dapat pula disebabkan oleh:

 Streptococcus haemolytieus aerobicus merupakan sebab infeksi yang


paling berat, khususnya golongan A. Infeksi ini biasanya eksogen (dari
penderita lain, alat atau kain yang tidak steril, infeksi tenggorokan orang
lain).

8
 Staphylococcus aerus menyebabkan infeksi terbatas, walaupun kadang-
kadang menjadi infeksi umum. Banyak ditemukan di RS dan dalam
tenggorokan orang-orang yang nampaknya sehat.
 E. coli berasal dari kandung kemih atau rektum dan dapat menyebabkan
infeksi terbatas pada perineum, vulva dan endometrium.
 Clostridium Welchii, bersifat anaerob. Jarang ditemukan akan tetapi
sangat berbahaya. Infeksi lebih sering terjadi pada abortus kriminalis.

Cara terjadinya infeksi:

 Tangan pemeriksa atau penolong yang tertutup sarung tangan pada


pemeriksaan dalam atau operasi membawa bakteri yang sudah ada dalam
vagina ke dalam uterus. Kemungkinan lain adalah sarung tangan atau alat-
alat yang dimasukkan ke dalam jalan lahir tidak sepenuhnya bebas dari
kuman.
 Droplet infection. Sarung tangan atau alat-alat terkena kontaminasi bakteri
yang berasal dari hidung atau tenggorokan dokter atau yang
membantunya.
 Hidung dan mulut petugas yang bekerja di kamar bersalin ditutup dengan
masker dan penderita infeksi saluran pernafasan dilarang memasuki kamar
bersalin.
 Dalam RS banyak kuman-kuman patogen yang berasal dari penderita
dengan berbagai jenis infeksi. Kuman-kuman ini bisa dibawa oleh aliran
udara ke mana-mana antara lain ke handuk, kain-kain, alat-alat yang suci
hama dan yang digunakan untuk merawat wanita dalam persalinan atau
nifas.
 Coitus pada akhir kehamilan bukan merupakan sebab yang paling penting
kecuali apabila mengakibatkan pecahnya ketuban.
 Infeksi intra partum. Biasanya terjadi pada partus lama, apalagi jika
ketuban sudah lama pecah dan beberapa kali dilakukan periksa dalam.
 Gejala: kenaikan suhu disertai leukositosis dan tachikardi, denyut jantung
janin meningkat, air ketuban menjadi keruh dan berbau.

9
 Prognosis infeksi intra partum sangat tergantung dari jenis kuman,
lamanya infeksi berlangsung, dapat/tidaknya persalinan berlangsung tanpa
banyak perlukaan jalan lahir.

Faktor Predisposisi.

 Semua keadaan yang dapat menurunkan daya tahan penderita, seperti


perdarahan banyak, pre ekslampsi, infeksi lain seperti pneumonia,
penyakit jantung dan sebagainya.
 Partus lama terutama dengan ketuban pecah lama.
 Tindakan bedah vagina yang menyebabkan perlukaan jalan lahir.
 Tertinggalnya sisa plasenta, selaput ketuban dan bekuan darah.

Patologi.

Setelah kala III, daerah bekas insertio plasenta merupakan sebuah luka dengan
diameter kira-kira 4 cm, permukaan tidak rata, berbenjol-benjol karena banyaknya
vena yang ditutupi trombus dan merupakan area yang baik untuk tumbuhnya
kuman-kuman dan masuknya jenis-jenis yang patogen dalam tubuh wanita.
Serviks sering mengalami perlukaan pada persalinan, begitu juga vulva, vagina,
perineum merupakan tempat masuknya kuman patogen. Proses radang dapat
terbatas pada luka-luka tersebut atau dapat menyebar di luar luka asalnya.

Infeksi nifas dapat terbagi dalam 2 golongan :

 Infeksi yang terbatas pada perineum, vulva, vagina, seviks dan


endometrium.
 Penyebaran dari tempat-tempat melalui vena, jalan limfe dan melalui
permukaan endometrium.

Infeksi pada Perineum, Vulva, Vagina, Serviks dan Endometrium

10
Vulvitis.

Pada infeksi bekas sayatan episiotomi atau luka perineum jaringan sekitar
membengkak, tepi luka menjadi merah dan bengkak, jahitan mudah terlepas, luka
yang terbuka menjadi ulkus dan megeluarkan pus.

Vaginitis.

Dapat terjadi secara langsung pada luka vagina atau melalui luka perineum,
permukaan mokusa membengkak dan kemerahan, terjadi ulkus dan getah
mengandung nanah yang keluar dari daerah ulkus.

Sevicitis.

Sering terjadi tapi tidak menimbulkan banyak gejala. Luka serviks yang dalam
dan meluas dan langsung ke dasar ligamentum latum dapat menyebabkan infeksi
yang menjalar ke parametrium.

Endometritis.

Paling sering terjadi. Kuman–kuman memasuki endometrium (biasanya pada luka


insertio plasenta) dalam waktu singkat dan menyebar ke seluruh endometrium.
Pada infeksi setempat, radang terbatas pada endometrium. Jaringan desidua
bersama bekuan darah menjadi nekrosis dan mengeluarkan getah berbau yang
terdiri atas keping-keping nekrotis dan cairan. Pada infeksi yang lebih berat batas
endometrium dapat dilampaui dan terjadilah penjalaran.

Penyebaran melalui pembuluh darah (Septikemia dan Piemia)

Merupakan infeksi umum disebabkan oleh kuman patogen Streptococcus


Hemolitikus Golongan A. Infeksi ini sangat berbahaya dan merupakan 50% dari
semua kematian karena infeksi nifas.

Penyebaran melalui jalan limfe.


Peritonitis dan Parametritis (Sellulitis Pelvika)

11
Penyebaran melalui permukaan endometrium.
Salfingitis dan Ooforitis.

Gambaran Klinik.

1. Infeksi pada Perineum, Vulva, Vagina dan Serviks.


2. Rasa nyeri dan panas pada infeksi setempat.
3. Nyeri bila kencing.
4. Suhu meningkat 38o C kadang mencapai 39o C – 40o C disertai menggigil.
5. Nadi kurang dari 100/menit.

Endometritis

 Tergantung pada jenis virulensi kuman, daya tahan penderita dan derajat
trauma pada jalan lahir.
 Biasanya demam mulai 48 jam pertama post partum bersifat naik turun.
 Lokia bertambah banyak, berwarna merah atau coklat dan berbau.
 Kadang-kadang lokia tertahan dalam uterus oleh darah, sisa plasenta dan
selaput ketuban yang disebut Lokiometra.
 Uterus agak membesar, nyeri pada perabaan dan lembek.

Septikemia dan Piemia

 Septikemia adalah keadaan dimana kuman-kuman atau toxinnya langsung


masuk ke dalam peredaran darah umum dan menyebabkan infeksi umum.
 Piemia dimulai dengan tromboplebitis vena-vena daerah perlukaan lalu
lepas menjadi embolus-embolus kecil dibawa keperadaran darah umum
dan terjadilah infeksi dan abses pada organ-organ tubuh yang
dihinggapinya.
 Keduanya merupakan infeksi berat.
 Gejala septikemia lebih akut dan dari awal ibu kelihatan sudah sakit dan
lemah.
 Keadaan umum jelek

12
 Suhu meningkat antara 39°C – 40°C, menggigil, nadi cepat 140 – 160 x
per menit atau lebih. TD turun, keadaan umum memburuk. Sesak nafas,
kesadaran turun, gelisah.
 Piemia dimulai dengan rasa sakit pada daerah tromboplebitis, setelah ada
penyebaran trombus terjadi gejala umum diatas.
 Lab: leukositosis.
 Lochea: berbau, bernanah, involusi jelek.

Peritonitis

 Peritonitis terbatas pada daerah pelvis (pelvia peritonitis): demam, nyeri


perut bagian bawah, KU baik.
 Peritonitis umum: suhu meningkat, nadi cepat dan kecil, perut kembung
dan nyeri, terdapat abses pada cavum Douglas

Sellulitis Pelvika

Pada periksa dalam dirasakan nyeri, demam tinggi menetap dari satu minggu, nadi
cepat, perut nyeri, sebelah/kedua belah bagian bawah terjadi pembentukkan
infiltrat yang dapat teraba selamaVT. Infiltrat kadang menjadi abses.

Salfingitis dan Ooforitis

Gejala hampir sama dengan pelvio peritonitis.

Pencegahan Infeksi Nifas

a) Selama kehamilan

 Perbaikan gizi untuk mencegah anemia.


 Coitus pada hamil tua hendaknya tidak dilakukan karena dapat
mengakibatkan pecahnya ketuban dan terjadinya infeksi.

b) Selama persalinan.

 Membatasi masuknya kuman-kuman ke dalam jalur jalan lahir.

13
 Membatasi perlukaan.
 Membatasi perdarahan.
 Membatasi lamanya persalinan.

c) Selama nifas

 Perawatan luka post partum dengan teknik aseptik.


 Semua alat dan kain yang berhubungan dengan daerah genital harus suci
hama.
 Penderita dengan tanda infeksi nifas jangan digabung dengan wanita
dalam nifas yang sehat.

Pengobatan Infeksi Nifas

Sebaiknya segera dilakukan kultur dari sekret vagina dan serviks, luka operasi dan
darah, serta uji kepekaan untuk mendapatkan antibiotika yang tepat. Berikan dosis
yang cukup dan adekuat.

Sambil menunggu hasil laboratorium berikan antibiotika spektrum luas.


Pengobatan mempertinggi daya tahan tubuh seperti infus, transfusi darah,
makanan yang mengandung zat-zat yang diperlukan tubuh, serta perawatan
lainnya sesuai komplikasi yang dijumpai.

14
BAB II

ILUSTRASI KASUS

Identitas pasien :

 Nama : Ny. Isnarti

 Umur : 28 tahun

 Pendidikan : Tamat SD

 Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

 Alamat : Sungai Musi 7 No. 1

 No. MR : 692461

ANAMNESIS

Seorang pasien masuk KB IGD RSUP Dr. M. Djamil Padang pada

tanggal 11-05-2010 pukul 09.00 WIB dengan :

 Keluhan Utama : Nyeri pinggang menjalar ke ari-ari sejak 4 jam yang lalu.

 Riwayat Penyakit Sekarang :

 Nyeri pinggang menjalar ke ari-ari sejak 4 jam yang lalu.

 Keluar lendir bercampur darah dari kemaluan sejak 4 jam yang lalu.

 Keluar air-air yang banyak dari kemaluan lebih kurang sejak 1 jam yang

lalu.

 Keluar darah yang banyak dari kemaluan tidak ada.

 HPHT : Lupa TP : sukar ditentukan

 Tidak haid sejak 9 bulan yang lalu

 Gerak anak dirasakan sejak 4 bulan yang lalu.

15
 Riwayat Hamil Muda : Mual, muntah, dan perdarahan tidak ada.

 ANC : Kontrol kehamilan teratur ke puskesmas (bidan).

 Riwayat Hamil Tua : Mual, muntah, dan perdarahan tidak ada.

 Riwayat menstruasi : Menarche usia 13 tahun, lama 5-6 hari, pasien lupa

siklus setiap berapa hari, banyaknya 2-3x ganti duk/hari, nyeri haid tidak

ada.

 Riwayat Penyakit Dahulu :

 Tidak pernah menderita penyakit jantung, paru, hati, ginjal, DM, daan

hipertensi.

 Riwayat Penyakit Keluarga :

 Tidak ada anggota keluarga yang mederita penyakit keturunan, menular,

dan kejiwaan.

 Riwayat perkawinan : 1x tahun 2009

 Riwayat Kehamilan/abortus/persalinan : 1/0/0

1. Sekarang

 Riwayat kontrasepsi : (-)

 Riwayat Imunisasi : TT 2x

PEMERIKSAAN FISIK :

 Keadaan umum : Sedang

 Kesadaran : CMC

 Tekanan darah : 110/70 mmHg

 Frekuensi nadi : 84x/menit

 Frekuensi nafas : 20x / menit

16
 Suhu : 36,8 0 C

 Gizi : Baik

 Mata : konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik

 Leher : JVP 5-2 cmH2O. Kelenjar getah bening dan tiroid tidak

membesar

 Telinga, hidung, dan tenggorokan : tidak ada kelainan

 Torak :

Paru

 Inspeksi : simetris kiri = kanan

 Palpasi : fremitus kiri = kanan

 Perkusi : sonor

 Auskultasi : vesikuler, ronchi (-), wheezing (-)

Jantung

 Inspeksi : Iktus tidak terlihat

 Palpasi : Iktus cordis teraba 1 jari medial LMCS RIC V

 Perkusi : Batas jantung dalam batas normal

 Auskultasi : Irama sinus, teratur, bising tidak ada

 Abdomen dan Genitalia : status obstetrikus

 Ekstremitas : Oedem (-), RF +/+, RP -/-

STATUS OBSTRETIKUS :

Muka : Cloasma Gravidarum (+)

17
Mammae : Membesar, areola dan papila mammae hiperpigmentasi, colostrum

(+)

Abdomen :

 Inspeksi : Tampak membuncit sesuai kehamilan aterm, Linea mediana

hiperpigmentasi, striae (+)

 Palpasi : LI : FUT 3 jari bpx, teraba massa besar, lunak, noduler

LII : Teraba tahanan terbesar di sebelah kanan, teraba bagian-

bagian kecil janin di sebelah kiri.

LIII : Teraba massa bulat, keras, terfixir.

LIV : Bagian terbawah janin sudah masuk PAP.

TFU : 32 cm TBA : 2945 gram His : 5-6’/30”/S

 Perkusi : timpani

 Auskultasi : BU (+) N, BJA : 158x/menit

Genitalia : I : V/U : tenang

VT : diameter 2-3 cm

Ketuban (-) sisa jernih

Teraba kepala sutura sagitalis melintang HI-II

UPD : Promontorium : Sukar dinilai

Linea Inominata : Sukar dinilai

Sacrum : Cekung

DSP : lurus

Spina Ishiadica : tidak menonjol

18
Os koksigis : mudah digerakkan

Arcus Pubis : > 90 o

UPL : DIT dapat dilalui tiju dewasa

HASIL LABORATORIUM

Hb : 11,1 gr%

Leukosit : 14.300/mm3

Ht : 34 %

Trombosit : 120.000/mm3

DIAGNOSA : G1P0A0H0 gravid aterm + Kala I fase laten + ERM

anak hidup tunggal intrauterine letak kepala sutura sagitalis

melintang HI-II

SIKAP : - Kontrol keadaan umum, vital sign, His, BJA

- Nilai 4 jam lagi.

RENCANA : Partus pervaginam

FOLLOW UP :

13.00 WIB

A/ Nyeri pinggang menjalar ke ari-ari (+)

Gerak anak (+)

PF/ KU Kes TD Nadi Nafas T


Sdg CMC 120/70 88x/mnt 20x/mnt af

Abdomen :

19
 Inspeksi : Tampak membuncit sesuai kehamilan aterm, Linea mediana

hiperpigmentasi, striae (+)

 Palpasi : LI : FUT 3 jari bpx, teraba massa keras, melenting.

LII : Teraba tekanan terbesar di sebelah kanan, teraba bagian-

bagian kecil janin di sebelah kiri.

LIII : Teraba massa bulat, nodular, terfixir.

LIV : Bagian terbawah janin sudah masuk PAP.

TFU : 32 cm TBA : 2945 gram His : 4-5’/35”/S

 P : timpani

 A : BU (+) N, BJA : 158x/menit

Genitalia : I : V/U : tenang

VT : diameter 3-4 cm

Ketuban (-) sisa jernih

Teraba kepala UUK kiri melintang HI-II

DIAGNOSA : G1P0A0H0 gravid aterm + Kala I fase laten

anak hidup tunggal intrauterine letak kepala HI-II

SIKAP : - Kontrol keadaan umum, vital sign, His, BJA

- Nilai 2 jam lagi.

RENCANA : Partus pervaginam

15.00 WIB

A/ Nyeri pinggang menjalar ke ari-ari (+)

20
Gerak anak (+)

PF/ KU Kes TD Nadi Nafas T


Sdg CMC 120/70 80x/mnt 20x/mnt af

Abdomen :

 Inspeksi : Tampak membuncit sesuai kehamilan aterm, Linea mediana

hiperpigmentasi, striae (+)

 Palpasi : LI : FUT 3 jari bpx, teraba massa keras, melenting.

LII : Teraba tekanan terbesar di sebelah kanan, teraba bagian-

bagian kecil janin di sebelah kiri.

LIII : Teraba massa bulat, nodular, terfixir.

LIV : Bagian terbawah janin sudah masuk PAP.

TFU : 32 cm TBA : 2945 gram His : 3-4’/45”/S

 P : timpani

 A : BU (+) N, BJA : 150x/menit

Genitalia : I : V/U : tenang

VT : diameter 5-6 cm

Ketuban (-) sisa jernih

Teraba kepala UUK kiri depan HII-HIII

DIAGNOSA : G1P0A0H0 gravid aterm + Kala I fase aktif +ERM

anak hidup tunggal intrauterine letak kepala HII-III

SIKAP : - Kontrol keadaan umum, vital sign, His, BJA

- Nilai 2 jam lagi.

RENCANA : Partus pervaginam

21
17.00 WIB

A/ Nyeri pinggang menjalar ke ari-ari (+)

Gerak anak (+)

PF/ KU Kes TD Nadi Nafas T


Sdg CMC 120/70 88x/mnt 20x/mnt af

Abdomen :

 Inspeksi : Tampak membuncit sesuai kehamilan aterm, Linea mediana

hiperpigmentasi, striae (+)

 Palpasi : LI : FUT 3 jari bpx, teraba massa keras, melenting.

LII : Teraba tekanan terbesar di sebelah kanan, teraba bagian-

bagian kecil janin di sebelah kiri.

LIII : Teraba massa bulat, nodular, terfixir.

LIV : Bagian terbawah janin sudah masuk PAP.

TFU : 32 cm TBA : 2945 gram His : 2-3’/50”/K

 P : timpani

 A : BU (+) N, BJA : 140x/menit

Genitalia : I : V/U : tenang

VT : diameter 7-8 cm

Ketuban (-) sisa jernih

Teraba kepala UUK kiri melintang HII-III

DIAGNOSA : G1P0A0H0 gravid aterm + Kala I fase aktif + ERM

anak hidup tunggal intrauterine letak kepala HII-III

SIKAP : - Kontrol keadaan umum, vital sign, His, BJA

22
- Nilai 2 jam lagi.

RENCANA : Partus pervaginam

19.30 WIB

A/ Ibu merasa kesakitan dan ingin mengedan

Gerak anak (+)

PF/ KU Kes TD Nadi Nafas T


Sdg CMC 120/70 86x/mnt 20x/mnt af

Abdomen :

 Inspeksi : Tampak membuncit sesuai kehamilan aterm, Linea mediana

hiperpigmentasi, striae (+)

 Palpasi : LI : FUT 3 jari bpx, teraba massa keras, melenting.

LII : Teraba tekanan terbesar di sebelah kanan, teraba bagian-

bagian kecil janin di sebelah kiri.

LIII : Teraba massa bulat, nodular, terfixir.

LIV : Bagian terbawah janin sudah masuk PAP.

TFU : 32 cm TBA : 2945 gram His : 1-2’/60”/K

 P : timpani

 A : BU (+) N, BJA : 142x/menit

Genitalia : I : V/U : tenang

VT : pembukaan lengkap

Ketuban (-) sisa jernih

Teraba kepala UUK kiri depan HIII-IV

23
DIAGNOSA : G1P0A0H0 gravid aterm + Kala I fase aktif +ERM

anak hidup tunggal intrauterine letak kepala HIII-IV

Jam 20.45

Lahir bayi laki-laki secara spontan dengan:

BB : 3500 g

PB : 51 cm

A/S: 8/9

Plasenta lahir lengkap 1 buah secara spontan berat ± 500gr. Ukuran ± 18x18x3 cm

Panjang tali pusat ± 50 cm. insersi parasentralis

Dilakukan episiotomy, luka episiotomy dijahit dan dirawat

Perdarahan selama tindakan ±100 cc

D/ P1A0H1 post partus matures spontan

Anak- ibu baik

S/ awasi kala IV

Control KU,VS, PPV, kontraksi

12-05-2010
Pukul 07.00 WIB
A/ : Demam (-), Perdarahan pervaginam (-), BAK (+), BAB (-), Asi (+).
PF/ KU Kes TD Nadi Nafas T
Sdg CMC 110/60 78x/mnt 20x/mnt af

Abdomen :

 Inspeksi : Tampak sedikit membuncit.


 Palpasi : fundus uteri teraba 2 jari dibawah pusat,
kontraksi baik, NT (-), NL (-), defans muskular (-)

24
 Perkusi : timpani
 Auskultasi : bising usus (+) normal.

Genitalia : Inspeksi U/V tenang, PPV (-)

D/ : Nifas hari ke I + P1A0H1 Post partus maturus spontan


Ibu dan anak baik.

S/ :
 Kontrol KU, VS, PPV
 Mobilisasi
 Diet TKTP
 Vulva Hygiene
 Breast Care

Th/ :
 Amoksisilin 3x500 mg/hari
 Hemobion 1x1 tablet/hari
 Antalgin 3x500 mg/hari

25

Anda mungkin juga menyukai