Anda di halaman 1dari 6

PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK)

POLRI DAERAH JAWA BARAT


BIDANG KEDOKTERAN DAN KESEHATAN
RUMKIT BHAYANGKARA TK II SARTIKA ASIH BANDUNG

VETRIKULAR TAKIKARDIA
1. Pengertian (Definisi) - Takikardia Ventrikular berkas cabang adalah takikardia
monomorfik dengan QRS lebar, LBBB type (kadang
RBBB type) dan aksis kiri. Umumnya dengan kelainan
structural jantung, kardiomiopati dilatasi / DCM (45%),
kardiomiopati hipertrofik obstruktif (HOCM), penyakit
jantung coroner, riwayat penggantian katup aorta, kelainan
katup mitral, Ebstein. Sensitive terhadap adenosine
- Takikardia Ventrikular diopatik dari out flow tract adalah
takikardi monomorfik dengan QRS lebar, LBBB-type dan
aksis inferior. Umumnya dengan jantung normal. Sensitive
terhadap adenosine.
- Takikardia Ventrikular diopatik dari LV adalah takikardia
monomorfik dengan QRS lebar, RBBB-type dengan aksis
superior (fasikulus posterior) atau aksis kanan (fasikulus
anterior). Sangat jarang tipe septal dengan QRS relative
sempit dengan aksis normal sampai kanan. Umumnya
dengan jantung normal. Sensitive terhadap Verapamil
- Takikardia Ventrikular iskemik adalah takikardia bias
monomorfik maupun polimorfik dengan QRS lebar, pada
pasien dengan riwayat serangan jantung/ penyakit jantung
coroner dan disfungsi ventrikel kiri. Bila monomorfik,
origin dapat diperkirakan sebagai berikut :
a. RBBB-parietal LV; LBBB-septum dari RV
b. Aksis superior-LV inferior/inferoseptal, aksis inferior-
LV anterior/anteroseptal, aksis kanan-LV lateral atau
apex
c. Transisi R/S, dini-LV basal, lambat-LV apex, konkor
dan positif-Mitral annulus
d. Slurred QRS up stroke mungkin epikardial
- Torsade de Pointes (TdP) adalah takikardia monomorfik
dengan QRS lebar, LBBB-type dengan aksis inferior.

1
Umumnya dengan jantung normal tanpa kelainan
structural. Sensitive terhadap adenosine
1. Berdebar
2. Kehilangan denyut (skip pedbeat)
3. Nyeri dada
2. Anamnesis 4. Denyut yang tiba-tiba terasa keras
5. Sesak nafas
6. Dizzines
7. Hampir sinkop sampai sinkop
Laju nadi teraba cepat dan regular
3. Pemeriksaan Fisik

4 Kriteria diagnosis 1. Anamnesis


- Adanya riwayat penyakit jantung pada VT berkas cabang
- Adanya riwayat serangan jantung/penyakit jantung
coroner dan disfungsi ventrikel kiri pada VT iskemik
2. EKG 12 sadapan : seperti pada definisi
3. EKG Holter: untuk menilai seberapa sering timbulnya
takikardia
4. Ekokardiografi : cari kelainan structural jantung, wall motion
abnormality
5. Cardiac MRI : untuk menyingkirkan adanya ARVD/ARVCM
6. Studi elektrofisiologi :
a. Takikardi Ventrikular Berkas Cabang
- SR dengan intra ventricular conduction delay ( HV
interval memanjang)
- Takikardia monomorfik dengan QRS lebar, LBBB atau
RBBB yang konsisten dengan aktivasi ventrikel
- Dapat dicetuskan dengan PES (short-long-short), kadang
atrial PES dan kadang memerlukan Isoproterenol atau obat
anti aritmial A (memperpanjang konduksi His-Purkinje)
- Umunya LBBB type (90%) tapi bisa juga RBBB type
- Aktivasi Hismen dahului aktivasi ventrikel (mendekati HV
saat SR)
- Perubahan V-V didahului oleh perubahan H-H
b. Takikardi Ventrikular diopatik dari out flow tract /
Takikardi monomorfik dengan QRS lebar
- Umumnya disosiasi VA
- Dapat dicetuskan dengan isoproterenol, jarang dengan
PES
- Aktivasi dini (>30ms sebelum QRS) dengan QS pada

2
sadapan unipolar sebagai focus dan target ablasi
- Konfirmasi dengan pacemap yang menunjukan kesesuaian
EKG
c. Takikardi Ventrikular diopatik dari LV
- Takikardi monomorfik dengan QRS lebar
- Umumnya disosiasi
- Dapat dicetuskan dengan programmed atrial/ventricular
stimulation
- Umumnya mudah diterminasi dengan rapid stimulation
- Reset dengan stimulasi atrial maupun ventrikel
- Adanya diastolic potensial (P1) mendahului QRS saat
takikardi di tempat target ablasi
- Presystolic Purkinje potensial (P2) mendahului QRS saat
SR sebagai tanda fasikulus, apical sampai mid-inferoseptal
untuk fasikulus posterior dan mid-anterior (antero lateral)
untuk fasikulus anterior
- Untuk posterior fasikulus, pacemap umumnya tidak
menunjukan kesesuaian, dimana pada anterior fasikulus
pacemap didapatkan kesesuaian EKG
d. VT iskemik
- Takikardia dengan QRS lebar, yang tidak bergantung pada
aktivasi atrial maupun AV node
- Umumnya disosiasi VA atau VH, atau bila tidak disosiasi
HV interval yang lebih pendek saat takikardi disbanding
SR
- Dapat dicetuskan dengan PES dan memenuhi kriteria
reentry
- Takikardia dengan pre eksitasi perlu disingkirkan
- Voltage mapping untuk mengetahui zona infark (bipolar
voltage <0,5mV)
e. Torsade de Pointes
- Takikardia monomorfik dengan QRS lebar. Umumnya
disosiasi VA
- Dapat dicetuskan dengan isoproterenol, jarang dengan
PES
- Aktivasi dini (>30ms sebelum QRS) dengan QS pada
sadapan unipolar sebagai focus dan target ablasi
- Konfirmasi dengan pace map yang menunjukkan
kesesuaian EKG
5. Diagnosis Kerja Takikardia Ventrikular Berkas Cabang
Takikardia Ventrikular diopatik dari out flow tract
3
Takikardia Ventrikular diopatik dari LV
Takikardia Ventrikular iskemik
Torsade de Pointes
6. Diagnosis Banding SVT dengan aberans dan antar bentuk VT diatas
7. Pemeriksaan Penunjang 1. Laboratorium darah : hematologi rutin, factor koagulasi,
fungsi tiroid, HbsAg, anti HCV, HIV, fungsi ginjal
2. Ekokardiografi
3. Foto rontgen toraks
4. Holter monitoring
5. Cardiac MRI
6. Elektrofisiologi
7. Angiografi coroner ( untuk VT Iskemik)
8. Tata Laksana 1. Tatalaksana umum : koreksi elektrolit, terutama magnesium
dan kalium
2. Terapi Obat
a. VT berkas Cabang
Akut dengan adenosine IV : ATP 10mg-20mg, dilanjutkan
dengan beta blocker dan/atau amiodaron
b. VTI diopatik dari outflow tract
Akut dengan adenosine IV : ATP 10mg-20mg, dilanjutkan
dengan beta blocker dan/atau amiodaron
c. VTI diopatik dari LV
Akut dengan adenosine IV : Verapamil, dilanjutkan
dengan beta blocker dan/atau amiodaron
d. VT Iskemik
Akut dengan overdrive pacing atau kardioversi,
dilanjutkan dengan beta blocker dan/atau amiodaron
e. Torsade de Pointes
Akut dengan adenosine IV : ATP 10mg-20mg, dilanjutkan
dengan beta blocker dan/atau amiodaron
3. Terapi definitive
a. VT berkas Cabang : ablasi radio frekuensi diberkas
cabang (umumnya kanan)
b. VTI diopatik dari outflow tract : ablasi radio frekuensi
menggunakan pemetaan 3D untuk menilai aktivasi dini
sebagai focus takikardi
c. VTI diopatik dari LV : ablasi radio frekuensi
menggunakan pemetaan 3D untuk menilai diastolic
potential dan presystolic Purkinje potential
d. VT Iskemik : ablasi radio frekuensi menggunakan
pemetaan 3D untuk substrate mapping dan pemasangan
ICD. Target ablasi :
4
- Entrainment mapping
1. Concealeden trainment saat pace map
2. PPI = VT cycle length ± 30ms
3. Stimulus-QRS interval saat pacing = electrogram – QRS
saat VT ±20 ms
- Substrate mapping
1. Daerah dengan konduksi lambat
2. Stimulus QRS interval >4070ms
3. Daerah dengan kesesuaian pace map 10/12
4. Isolated diastolic potentials
5. Adanya channels di antara atau di dalam scar
- Polymorfik VT
1. Pace map dari trigger beat
2. Umumnya menunjukan aktivasi purkinje yang dini baik
saat SR maupun saat trigger beat
e. Torsade de Pointes : ablasi radio frekuensi menggunakan
pemetaan 3D untuk substrate mapping

1. Edukasi mengenali tanda dan gejala secara mandiri. Ajarkan


cara menghitung nadi yang cepat, mengukur tekanan darah,
mengelah berdebar, rasa melayang seperti akan pingsan,
keringat dingin, lemas
2. Edukasi tindakan awal yang harus dilakukan ketika timbul
10. Edukasi
tanda dan gejala, seperti : istirahat, bila keluhan tidak hilang
harus segera ke pelayanan kesehatan terdekat.
3. Edukasi tindakan lanjut/terapi definitive : Radio Frekuensi
Ablasi

Ad vitam : dubia ad bonam


11. Prognosis Ad sanationam : dubia ad bonam
Ad fungsional : dubia ad bonam
12. Tingkat Evidens I/II
13. Tingkat Rekomendasi A/B

14. Penelaah Kritis dr. Rani Wahyoe Prasanti, SpPD


- 50% pasien VT konversi ke irama sinus
- <10% tingkat rekurensi pasien VT berbagai jenis termasuk
15. Indikator (Outcome)
TdP yang diterapi dengan ablasi, kecuali VT iskemik yang
frekuensinya >50% sehingga perlu dipasang ICD
16. Kepustakaan 1. Panduan praktik klinis dan Clinical Pathway Penyakit Jantung dan
Pembuluh darah, Perhimpunan dokter spesialis kardiovaskuler

5
Indonesia 2016
2. Buku pedoman ACLS

Anda mungkin juga menyukai