LAPORAN KASUS
VERTIGO PERIFER
diajukan guna melengkapi tugas portofolio
Disusun oleh:
Yan Nie
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN KASUS
PROGRAM INTERNSIP DOKTER INDONESIA
PERIODE 15 SEPTEMBER 2017–15 SEPTEMBER 2018
RUMKIT BHAYANGKARA TK II SARTIKA ASIH BANDUNG
COVER ....................................................................................................................................... i
LEMBAR PENGESAHAN .......................................................................................................ii
DAFTAR ISI............................................................................................................................ iii
PENDAHULUAN ..................................................................................................................... 1
BAB I LAPORAN KASUS ...................................................................................................... 3
iii
PENDAHULUAN
Vertigo merupakan keluhan yang sering dijumpai dalam praktek, yang sering
digambarkan sebagai rasa berputar, rasa oleng, tak stabil (giddiness, unsteadiness) atau rasa
pusing (dizziness). Deskripsi keluhan tersebut penting diketahui agar tidak dikacaukan
dengan nyeri kepala atau sefalgi, terutama karena di kalangan awam kedua istilah tersebut
Vertigo berasal dari bahasa latin vertere yang artinya memutar, merujuk pada sensasi
gangguan pada sistim keseimbangan. Berbagai macam defenisi vertigo dikemukakan oleh
banyak penulis, tetapi yang paling tua dan sampai sekarang nampaknya banyak dipakai
adalah yang dikemukakan oleh Gowers pada tahun 1893 yaitu setiap gerakan atau rasa
(berputar) tubuh penderita atau obyek-obyek di sekitar penderita yang bersangkutan dengan
kelainan keseimbangan.1
tubuh. Bisa berupa trauma, infelsi, keganasan, metabolik, toksik, veskuler atau
autoimun.sistem keseimbangan tubuh kita dibagi menjadi 2 yaitu sistem vestibuler (pusat dan
perifer) dan non vestibuler (visual [retina, otot bola mata] dan somatokinetik [kulit, sendi,
otot]). Sistem vestibuler sentral terletak pada batang otak, serebelum dan serebrum.
Vertigo posisi paroksismal jinak (VPPJ) atau disebut juga Benign Paroxysmal
Positional Vertigo (BPPV) adalah gangguan keseimbangan perifer yang sering dijumpai.
Gejala yang dikeluhkan adalah vertigo yang datang tiba-tiba pada perubahan posisi kepala.
1
Beberapa pasien dapat mengatakan dengan tepat posisi tertentu yang menimbulkan keluhan
vertigo. Biasanya vertigo dirasakan sangat berat, berlangsung singkat hanya beberapa detik
saja walaupun penderita merasakannya lebih lama. Keluhan dapat disertai mual bahkan
sampai muntah, sehingga penderita merasa khawatir akan timbul serangan lagi. Hal ini yang
menyebabkan penderita sangat berhati-hati dalam posisi tidurnya. Vertigo jenis ini sering
berulang kadang-kadang dapat sembuh dengan sendirinya. Vertigo pada BPPV termasuk
vertigo perifer karena kelainannya terdapat pada telinga dalam, yaitu pada sistem vestibularis.
BPPV pertama kali dikemukakan oleh Barany pada tahun 1921. Karakteristik nistagmus dan
vertigo berhubungan dengan posisi dan menduga bahwa kondisi ini terjadi akibat gangguan
otolit.2,3,4
2
BAB I
LAPORAN KASUS
1.2 Anamnesis
Sumber informasi : Autoanamnesis
Keluhan utama : Pusing berputar
Anamnesis khusus :
Pasien masuk diantar keluarga ke IGD dengan keluhan pusing berputar, pusing
berputar dirasakan sejak 2 hari SMRS, keluhan dirasakan semakin lama semakin memberat.
Pusing bertambah bila berpindah posisi dan membuka mata. Keluhan disertai rasa mual dan
muntah, 1 hari pasien muntah hingga 5-6 x, sebanyak 1 gelas aqua, berisi makanan, tidak ada
darah. Pasien menyangkal adanya demam, telinga berdengung, penglihatan ganda atau pun
keringat dingin.
Beberapa hari sebelumnya pasien mengaku kurang tidur karena anaknya sakit. Sejak 2
hari SMRS keluhan mulai muncul dan bertambah hingga sekarang. Tidak ada riwayat
trauma/terjatuh dan demam sebelumnya. Tidak ada riwayat kejang dan penurunan kesadaran.
Keluhan seperti ini baru dirasakan pertama kali.
3
Riwayat penyakit dahulu
1. Riwayat Hipertensi disangkal
4
Tanda Kernig : (-/-) Tanda Brudzinski III : (-)
Tanda Brudzinski IV : (-)
3. Saraf Otak
a. Nervus I (Olfaktorius)
Kanan Kiri
Anosmia : - -
Parosmia : - -
Halusinasi : - -
b. Nervus II (Optikus)
Kanan Kiri
Visus : Tidak dilakukan pemeriksaan
Kacamata : (-) (-)
Lapang Pandang : kesan dbn kesan dbn
Warna : kesan dbn kesan dbn
Funduskopi : Tidak dilakukan pemeriksaan
c. Nervus III, IV, VI
Kanan Kiri
Celah mata : simetris simetris
Posisi bola mata : di tengah di tengah
Gerak bola mata : dbn dbn
Pupil : ukuran : 3 mm 3 mm
Bentuk : bulat bulat
R. cahaya langsung : (+) (+)
R. cahaya tidak langsung : (+) (+)
Konvergensi dan Akomodasi : dbn
d. Nervus V
Kanan Kiri
Sensorik I : dbn dbn
Sensorik II : dbn dbn
Sensorik III : dbn dbn
Otot kunyah : dbn dbn
Refleks masseter : dbn dbn
Refleks kornea : + +
Sensorik lidah : dbn dbn
e. Nervus VII
Saat diam saat gerak
Kanan kiri kanan
kiri
Otot dahi : simetris simetris
Tinggi alis : simetris simetris
Sudut mata : simetris simetris
Sudut mulut : simetris simetris
Lipatan nasolabial : simetris simetris
Memejamkan mata : simetris simetris
5
Meringis : simetris
Sekresi air mata : dbn
Pengecap lidah : Tidak dilakukan pemeriksaan
f. Nervus VIII
Kanan kiri
Pendengaran : dbn dbn
Hiperakusis : (-) (-)
Vertigo : (-)
Nistagmus : (-)
g. Nervus IX dan Nervus X
Kanan Kiri
Refleks muntah : Tidak dilakukan pemeriksaan
Pengecapan : dbn dbn
Posisi uvula : ditengah
Arkus faring : simetris
Menelan : dbn
Bersuara : dbn
h. Nervus XI
Kanan Kiri
Bentuk otot : dbn dbn
Mengangkat bahu : dbn dbn
Berpaling : dbn dbn
i. Nervus XII
Kanan Kiri
Atrofi lidah : (-) (-)
Kekuatan : dbn dbn
Fasikulasi : (-) (-)
Gerak spontan : N N
Posisi diam : di tengah
Posisi dijulurkan : di tengah
6
Rasa getar : Tidak dilakukan pemeriksaan
Rasa tekan : dbn dbn dbn dbn
Rasa nyeri tekan : dbn dbn dbn
dbn
Rasa gerak dan posisi: dbn dbn dbn dbn
b. Inferior
Tungkai Atas bawah kaki
Kanan kiri kanan kiri kanan kiri
Pertumbuhan : dbn dbn dbn dbn dbn dbn
Tonus : dbn dbn dbn dbn dbn dbn
Atrofi : dbn dbn dbn dbn dbn dbn
Kekuatan :
Fleksi : 5 5 5 5 5 5
Ekstensi : 5 5 5 5 5 5
Klonus
Lutut : (- / -)
Kaki : (- / -)
c. Refleks Patologis
7
kanan kiri
Refleks Patella : (-) (-)
Refleks Achilles : (-) (-)
Reflkes Babinski : (-) (-)
Refleks Chaddock : (-) (-)
Refleks Openheim : (-) (-)
Refleks Gordon : (-) (-)
Refleks Stransky : (-) (-)
Refleks Gonda : (-) (-)
Refleks Schaeffer : (-) (-)
Refleks Dinding Perut : (-) (-)
1.6 Tatalaksana
1.6.1 Tatalaksana umum
Infus 2A + Neurobion 20 tetes makro/menit
Inj. Difenhidramin 1 x 1 amp
Inj. Ranitidin 2 x 1 amp
8
1.6.2 Tatalaksana khusus
Konsul Gian Gunarti Paramitha, dr., Sp.S, M.Kes :
Inj. Ondansentron 2 x 8 mg
Betahistin tab 3 x 1 tab
9
Profil lipd :
Kol. Total: 112
HDL : 34
Infus 2A +
Infus 2A + LDL : 57
Neurobion 20 tetes
Neurobion 20 tetes Trigliserida : 105
makro/menit
makro/menit As. Urat : 3,3
Inj. Difenhidramin 1
Inj. Difenhidramin 1 Infus 2A + Neurobion
x 1 amp
x 1 amp 20 tetes
Inj. Ranitidin 2 x 1
Terapi Inj. Ranitidin 2 x 1 makro/menit
amp
amp Inj. Difenhidramin 1 x
Inj. Ondansentron 2
Inj. Ondansentron 2 1 amp
x 8 mg (prn)
x 8 mg (prn) Inj. Ranitidin 2 x 1
Betahistin tab 3 x 1
Betahistin tab 3 x 1 amp
Eperison 2 x1
Cek profil Lipid, Inj. Ondansentron 2 x
As. Urat, EKG 8 mg (prn)
Betahistin tab 3 x 1
BLPL
1.8 Prognosis
Quo ad vitam : ad bonam
Quo ad functionam : ad bonam
Quo ad sanationam : dubia ad bonam
10
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi
Asal terjadinya vertigo dikarenakan adanya gangguan pada sistem keseimbangan
tubuh. Bisa berupa trauma, infeksi, keganasan, metabolik, toksik, vaskuler atau autoimun.
Sistem keseimbangan tubuh kita dibagi menjadi dua yaitu sistem vestibuler (pusat dan
perifer) dan non vestibuler (visual : retina, otot bola mata, dan somatokinetik : kulit, sendi,
dan otot). Sistem vestibuler sentral terletak pada batang otak, serebelum dan serebrum.
Vertigo posisi paroksismal jinak (VPPJ) atau disebut juga Benign Paroxysmal
Positional Vertigo (BPPV) adalah gangguan keseimbangan perifer yang sering dijumpai.
Gejala yang dikeluhkan adalah vertigo yang datang tiba-tiba pada perubahan posisi kepala.
Beberapa pasien dapat mengatakan dengan tepat posisi tertentu yang menimbulkan keluhan
vertigo. Biasanya vertigo dirasakan sangat berat, berlangsung singkat hanya beberapa detik
saja. Keluhan dapat disertai mual bahkan sampai muntah, sehingga penderita merasa
khawatir akan timbul serangan lagi. Hal ini yang menyebabkan penderita sangat berhati-hati
dalam posisi tidurnya. Vertigo jenis ini sering berulang kadang-kadang dapat sembuh dengan
sendirinya. Vertigo pada BPPV termasuk vertigo perifer karena kelainannya terdapat pada
telinga dalam, yaitu pada sistem vestibularis. Dari vertigo yang berasal dari kelainan perifer
maka BPPV ini yang paling sering dijumpai sekitar 30%. BPPV pertama kali dikemukakan
oleh Barany pada tahun 1921. Karakteristik nistagmus dan vertigo berhubungan dengan
posisi dan menduga bahwa kondisi ini terjadi akibat gangguan otolit.
11
2.2 Anatomi dan Fisiologi Alat Keseimbangan
Alat vestibuler (alat keseimbangan) terletak di telinga dalam (Iabirin), terlindung oleh
tulang yang paling keras yang dimiliki oleh tubuh. Labirin terdiri atas labirin tulang dan
labirin membran. Labirin membran terletak dalam labirin tulang dan bentuknya hampir
menurut bentuk labirin tulang. Antara labirin membran dan labirin tulang terdapat perilimfa,
sedang endolimfa terdapat di dalam labirin membran. Berat jenis cairan endolimfa lebih
tinggi dari pada cairan perilimfa. Ujung saraf vestibuler berada dalam labirin membran yang
terapung dalam perilimfa, yang berada dalam labirin tulang. Setiap labirin terdiri dari 3
anterior (superior) dan kanalis semisirkularis posterior (inferior). Selain ketiga kanalis ini
Gerakan atau perubahan kepala dan tubuh akan menimbulkan perpindahan cairan
endolimfa di labirin dan selanjutnya silia sel rambut akan menekuk. Tekukan silia
menyebabkan permeabilitas membran sel berubah, sehingga ion kalsium akan masuk ke
dalam sel yang menyebabkan terjadinya proses depolarisasi dan akan merangsang pelepasan
neuro-transmiter eksitator yang selanjutnya akan meneruskan impuls sensoris melalui saraf
aferen ke pusat keseimbangan di otak. Sewaktu berkas silia terdorong ke arah berlawanan,
Organ vestibuler berfungsi sebagai transduser yang mengubah energi mekanik akibat
rangsangan otolit dan gerakan endolimfa di dalam kanalis semisirkularis menjadi energi
biolistrik, sehingga dapat memberi informasi mengenai perubahan posisi tubuh akibat
percepatan linier atau percepatan sudut. Dengan demikian dapat memberi informasi
12
Sistem vestibuler berhubungan dengan sistem tubuh yang lain, sehingga kelainannya dapat
menimbulkan gejala pada sistem tubuh bersangkutan. Gejala yang timbul dapat berupa
vertigo, rasa mual dan muntah. Pada jantung berupa bradikardi atau takikardi dan pada kulit
reaksinya berkeringat dingin.3
2.3 Etiologi
Idiopatik
Sekitar 50% penderita BPPV tidak diketahui penyebabnya.4
Simtomatik
Pasca trauma, pasca-labirinitis virus, insufisiensi vertebrobasilaris, Meniere, pasca-
operasi, ototoksisitas, mastoiditis kronik.5
Pada orang tua, penyebab paling umum adalah degenerasi dari sistem vestibular dari
telinga bagian dalam.6
2.4 Patofisiologi
Terdapat 2 hipotesa yang menerangkan patofisiologi BPPV, yaitu:4,7
1. Hipotesa kupulotiasis
2. Hipotesa kanalitiasis
13
Hipotesa Kupulotiasis
Adanya debris yang berisi kalsium karbonat berasal dari fragmen otokonia yang
terlepas dari macula utrikulus yang berdegenerasi, menempel pada permukaan kupula
semisirkularis posterior yang letaknya langsung di bawah makula urtikulus. Debris ini
menyebabkannya lebih berat daripada endolimfe sekitarnya, dengan demikian menjadi lebih
sensitif terhadap perubahan arah gravitasi. Bilamana pasien berubah posisi dari duduk ke
berbaring dengan kepala tergantung, seperti pada tes Dix Hallpike, kanalis posterior berubah
posisi dari inferior ke superior, kupula bergerak secara utrikulofugal, dengan demikian timbul
nistagmus dan keluhan vertigo.
Pergeseran massa otokonia tersebut membutuhkan waktu, hal ini yang menyebabkan
adanya masa laten sebelum timbulnya nistagmus dan keluhan vertigo.
Gerakan posisi kepala yang berulang akan menyebabkan otokonia terlepas dan masuk
ke dalam endolimfe, hal ini yang menyebabkan timbulnya fatigue, yaitu berkurangnya atau
menghilangnya nistagmus/vertigo, disamping adanya mekanisme kompensasi sentral.
Nistagmus tersebut timbul secara paroksismal pada bidang kanalis posterior telinga
yang berada pada bidang kanalis posterior telinga yang berada pada posisi di bawah, dengan
arah komponen cepat ke atas.
Hipotesa Kanalitiasis
14
Menurut hipotesa ini debris otokonia tidak melekat pada kupula, melainkan
mengambang di dalam endolimfe kanalisis posterior. Pada perubahan posisi kepala debris
tersebut akan bergerak ke posisi paling bawah, endolimfe bergerak menjauhi ampula dan
merangsang nervus ampularis. Bila kepala digerakkan tertentu debris akan ke luar dari
kanalis posterior ke dalam krus komunis, lalu masuk ke dalam vestibulum, dan
vertigo/nistagmus menghilang.
2.5 Diagnosis
Diagnosis BPPV dapat ditegakkan berdasarkan5,7 :
a. Anamnesis
Pasien biasanya mengeluh vertigo dengan onset akut kurang dari 10-20 detik akibat
perubahan posisi kepala. Posisi yang memicu adalah berbalik di tempat tidur pada posisi
lateral, bangun dari tempat tidur, melihat ke atas dan belakang, dan membungkuk.
b. Pemeriksaan fisik
Pasien memiliki pendengaran yang normal, tidak ada nistagmus spontan, dan pada
evaluasi neurologis normal. Pemeriksaan fisis standar untuk BPPV adalah : Dix-Hallpike
A. Dix-Hallpike. Tes ini tidak boleh dilakukan pada pasien yang memiliki masalah
vertigo dan untuk melihat adanya nistagmus. Cara melakukannya sebagai berikut :
2. Penderita didudukkan dekat bagian ujung tempat periksa, sehingga ketika posisi
15
3. Kepala diputar menengok ke kanan 45o (kalau kanalis semisirkularis posterior yang
terlibat). Ini akan menghasilkan kemungkinan bagi otolith untuk bergerak, kalau ia
4. Dengan tangan pemeriksa pada kedua sisi kepala penderita, penderita direbahkan
6. Komponen cepat nistagmus harusnya “up-bet” (ke arah dahi) dan ipsilateral.
7. Kembalikan ke posisi duduk, nistagmus bisa terlihat dalam arah yang berlawanan
8. Berikutnya manuver tersebut diulang dengan kepala menoleh ke sisi kiri 45o dan
seterusnya.
16
Pada orang normal nistagmus dapat timbul pada saat gerakan provokasi ke belakang,
namun saat gerakan selesai dilakukan tidak tampak lagi nistagmus. Pada pasien BPPV setelah
menghilang kurang dari satu menit bila sebabnya kanalitiasis, pada kupulolitiasis nistagmus
dapat terjadi lebih dari satu menit, biasanya serangan vertigo berat dan timbul bersamaan
dengan nistagmus.3
B. Tes kalori
Tes kalori ini dianjurkan oleh Dick dan Hallpike. Pada cara ini dipakai 2 macam air,
dingin dan panas. Suhu air dingin adalah 30oC, sedangkan suhu air panas adalah 44oC.
volume air yang dialirkan kedalam liang telinga masing-masing 250 ml, dalam waktu 40
detik. Setelah air dialirkan, dicatat lama nistagmus yang timbul. Setelah telinga kiri diperiksa
dengan air dingin, diperiksa telinga kanan dengan air dingin juga. Kemudian telinga kiri
dialirkan air panas, lalu telinga dalam. Pada tiap-tiap selesai pemeriksaan (telinga kiri atau
kanan atau air dingin atau air panas) pasien diistirahatkan selama 5 menit ( untuk
menghilangkan pusingnya).3
1. Vestibular Neuritis
kelainan klinis di mana pasien mengeluhkan pusing berat dengan mual, muntah yang hebat,
serta tidak mampu berdiri atau berjalan. Gejala-gejala ini menghilang dalam tiga hingga
empat hari. Sebagian pasien perlu dirawat di rumah sakit untuk mengatasi gejala dan
selama beberapa bulan, serangan episodik dapat berulang. Pada fenomena ini biasanya tidak
17
2. Labirintitis
dalam. Terdapat beberapa klasifikasi klinis dan patologik yang berbeda. Proses dapat akut
atau kronik, serta toksik atau supuratif. Labirintitis toksik akut disebabkan suatu infeksi pada
struktur didekatnya, dapat pada telinga tengah atau meningen tidak banyak bedanya.
Labirintitis toksik biasanya sembuh dengan gangguan pendengaran dan fungsi vestibular. Hal
ini diduga disebabkan oleh produk-produk toksik dari suatu infeksi dan bukan disebabkan
oleh organisme hidup. Labirintitis supuratif akut terjadi pada infeksi bakteri akut yang meluas
vestibular cukup tinggi. Yang terakhir, labirintitis kronik dapat timbul dari berbagai sumber
c. Penyakit Meniere
Penyakit Meniere adalah suatu kelainan labirin yang etiologinya belum diketahui, dan
mempunyai trias gejala yang khas, yaitu gangguan pendengaran, tinitus, dan serangan
vertigo. Terutama terjadi pada wanita dewasa.3
BPPV dengan mudah diobati. Partikel dengan sederhana perlu dikeluarkan dari kanal
CRP adalah pengobatan non-invasif untuk penyebab paling umum dari vertigo,
terutama BPPV, CRP pertama kali digambarkan sebagai pengobatan untuk BPPV di tahun
1992. Saat ini CRP atau maneuver Epley telah digunakan sebagai terapi BPPV karena dapat
18
mengurangi gejala BPPV pada 88% kasus. CRP membimbing pasien melalui serangkaian
posisi yang menyebabkan pergerakan canalit dari daerah di mana dapat menyebabkan gejala
(yaitu, saluran setengah lingkaran dalam ruang cairan telinga dalam) ke daerah telinga bagian
dalam dimana canalit tidak menyebabkan gejala (yaitu, ruang depan). Canalit biasanya
berada pada organ telinga bagian dalam yang disebut organ otolith, partikel kristal ini dapat
bebas dari organ otolith dan kemudian menjadi mengambang bebas di dalam ruang telinga
dalam.5,7,8,11
Dalam kebanyakan kasus BPPV canalit bergerak di kanal ketika posisi kepala
berubah sehubungan dengan gravitasi, dan gerakan dalam kanal menyebabkan defleksi dari
saraf berakhir dalam kanal (cupula itu). Ketika saraf berhenti dirangsang, pasien mengalami
Berdasarkan penelitian meta analisis acak terkendali CRP memiliki tingkat efektivitas
yang sangat tinggi. CRP telah diuji dalam berbagai percobaan terkontrol, dalam studi ini, 61-
80% dari pasien yang diobati dengan CRP memiliki resolusi BPPV dibandingkan dengan
hanya 10-20% dari pasien dalam kelompok kontrol. Berdasarkan temuan dari tinjauan
"merupakan terapi yang efektif dan aman yang ditetapkan yang harus ditawarkan untuk
pasien dari segala usia dengan BPPV kanal posterior (Level rekomendasi A)". Selain itu,
rekomendasi bahwa "dokter harus memperlakukan pasien dengan BPPV kanal posterior
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Yoon Kyung Kim dan teman-teman
ditunjukkan bahwa untuk mengontrol gejala BPPV maka diperlukan pelaksanaan maneuver
Epley 1,97 kali. Hal ini membuktikan bahwa maneuver Epley marupakan maneuver yang
19
Terdapat sebuah penelitian yang dilakukan oleh Ronald dengan menggunakan subyek
sebanyak 40 pasien dengan BPPV dirawat dengan menggunakan prosedur reposisi canalith
pendekatan pengobatan yang paling efektif. Dua puluh pasien tambahan dengan BPPV tidak
diobati dan menjadi kelompok kontrol. Intensitas dan durasi gejala dimonitor selama periode
Prosedur reposisi canalith tampaknya memberikan resolusi gejala dengan perlakuan yang
lebih sedikit, tetapi hasil jangka panjangnya bagus, efektif dalam mengurangi BPPV.
Sejumlah besar pasien dalam kelompok kontrol (75%) terus punya vertigo.13
2. Positif menemukan gejala dan nistagmus dengan pengujian posisi (misalnya, uji Dix-
Hallpike).
1. Penggunaan CRP pada pasien tidak memiliki BBPV (diagnosis yang salah).
20
Gambar 1. Manuver Epley
- Pertama posisi duduk, kepala menoleh ke kiri ( pada gangguan keseimbangan / vertigo
- Kemudian langsung tidur sampai kepala menggantung di pinggir tempat tidur (2), tunggu jika
terasa berputar / vertigo sampai hilang, kemudian putar kepala ke arah kanan (sebaliknya)
perlahan sampai muka menghadap ke lantai (3), tunggu sampai hilang rasa vertigo.
- Kemudian duduk dengan kepala tetap pada posisi menoleh ke kanan dan kemudian ke arah
- Dapat dilakukan juga untuk sisi yang lain berulang kali sampai terasa vertigo hilang.
Prosedur ini lebih efektif dari prosedur di ruangan, karena diulang setiap malam
selama seminggu. Metode ini (untuk sisi kiri), seseorang menetap pada posisi supine selama
30 detik dan pada posisi duduk tegak selama 1 menit. Dengan demikian siklus ini
membutuhkan waktu 2 ½ menit. Pada dasarnya 3 siklus hanya mengutamakan untuk beranjak
tidur, sangat baik dilakukan pada malam hari daripada pagi atau siang hari, karena jika
seseorang merasa pusing setelah latihan ini, dapat teratasi sendiri dengan tidur.4,5,7
Ada beberapa masalah yang timbul dengan metode lakukan sendiri, antara lain4,5,7 :
21
a. Jika diagnosis BPPV belum dikonfirmasi, metode ini tidak berhasil dan dapat menunda
b. Komplikasi seperti perubahan ke kanal lain dapat terjadi selama maneuver Epley, yang lebih
c. Selama maneuver Epley sering terjadi gejala neurologis dipicu oleh kompresi pada arteri
vertebralis.
Operasi dilakukan pada sedikit kasus pada pasien dengan BPPV berat. Pasien ini
gagal berespon dengan manuver yang diberikan dan tidak terdapat kelainan patologi
intrakranial pada pemeriksaan radiologi. Gangguan BPPV disebabkan oleh respon stimulasi
kanalis semisirkuler posterior, nervus ampullaris, nervus vestibuler superior, atau cabang
utama nervus vestibuler. Oleh karena itu, terapi bedah tradisional dilakukan dengan transeksi
langsung nervus vestibuler dari fossa posterior atau fossa medialis dengan menjaga fungsi
pendengaran.5,7
Remisi dapat terjadi spontan dalam 6 minggu, meskipun beberapa kasus tidak terjadi. Dengan
sekali pengobatan tingkat rekurensi sekitar 10-25%. CRP/Epley maneuver terbukti efektif
Dari beberapa latihan, umumnya yang dilakukan pertama adalah CRT atau Semont
Liberatory, jika masih terasa ada sisa baru dilakukan Brand-Darroff exercise. Pada sebuah
tidak perlu dilakukan pembatasan terhadap gerak tubuh maupun kepala. Epley maneuver
sangat sederhana, mudah dilakukan, hasil yang diharapkan untuk mengurangi gejala cepat
muncul, efektif, tidak ada komplikasi, dan dapat diulang beberapa kali setelah mencoba
pertama kali sehingga sangat dianjurkan kepada orang yang menderita BPPV.3,5,7
22
2. Latihan Semont Liberatory :
Keterangan Gambar :
- Pertama posisi duduk (1), untuk gangguan vertigo telinga kanan, kepala menoleh ke kiri.
- Kemudian langsung bergerak ke kanan sampai menyentuh tempat tidur (2) dengan posisi
- Kemudian tanpa merubah posisi kepala berbalik arah ke sisi kiri (3), tunggu 30-60 detik, baru
kembali ke posisi semula. Hal ini dapat dilakukan dari arah sebaliknya, berulang kali.1
Latihan ini dikontraindikasikan pada pasien ortopedi dengan kasus fraktur tulang panggul
Latihan Brand Daroff merupakan suatu metode untuk mengobati BPPV, biasanya
digunakan jika penanganan di praktek dokter gagal. Latihan ini 95% lebih berhasil dari pada
penatalaksanaan di tempat praktek. Latihan ini dilakukan dalam 3 set perhari selama 2
minggu. Pada tiap-tiap set, sekali melakukan manuver dibuat dalam 5 kali. Satu pengulangan
yaitu manuver dilakukan pada masing-masing sisi berbeda (membutuhkan waktu 2 menit).3
23
Gambar 3. Manuver Brand-Darroff
Hampir sama dengan Semont Liberatory, hanya posisi kepala berbeda, pertama posisi
duduk, arahkan kepala ke kiri, jatuhkan badan ke posisi kanan, kemudian balik posisi duduk,
arahkan kepala ke kanan lalu jatuhkan badan ke sisi kiri, masing-masing gerakan ditunggu
kira-kira 1 menit, dapat dilakukan berulang kali, pertama cukup 1-2 kali kiri kanan, besoknya
makin bertambah.3
Lima sampai 10% BPPV disebabkan oleh varian semisirkular horizontal. Manuver ini
merupakan salah satu cara yang efektif untuk BPPV. Untuk Rolling/Barbeque maneuver,
dilakukan dengan cara berguling sampai 360o, mula-mula posisi tiduran kepala
menghadap ke atas, jika vertigo kiri, mulai berguling ke kiri ( kepala dan badan ) secara
perlahan-lahan, jika timbul vertigo, berhenti dulu tapi jangan balik lagi, sampai hilang,
24
DAFTAR PUSTAKA
1. Wreksoatmojo BR. Vertigo-Aspek Neurologi. [online] 2009 [cited 2009 June 17th].
Available from : URL:http://www.google.com/vertigo/cermin dunia kedokteran
.html
2. Bashiruddin J. Vertigo Posisi Paroksismal Jinak. Dalam : Arsyad E, Iskandar N,
Editor. Telinga, Hidung Tenggorok Kepa la & Leher. Edisi Keenam. Jakarta : Balai
Penerbit FKUI. 2008. Hal. 104-9
3. Bojrab DI, Bhansali SA, Battista RA. Peripheral Vestibular Disorders. In: Jackler
RK & Brackmann DE, Editor: Textbook of Neurotology. St. Louis, Missouri :
Mosby. 1994. p 629-33
4. Li JC & Epley J. Benign Paroxysmal Positional Vertigo. [online] 2009 [cited 2009
June 17th]. Available from: http://emedicine.medscape.com/article/884261-
overview
5. Bashiruddin J., Hadjar E., Alviandi W. Gangguan Keseimbangan. Dalam : Arsyad
E, Iskandar N, Editor : Telinga, Hidung Tenggorok Kepala & Leher. Edisi Keenam.
Jakarta : Balai Penerbit FKUI. 2008. Hal. 94-101
6. Anderson JH dan Levine SC. Sistem Vestibularis. Dalam : Effendi H, Santoso R,
Editor : Buku Ajar Penyakit THT Boies. Edisi Keenam. Jakarta : EGC. 1997. h 39-
45
7. Sherwood L. Telinga, Pendengaran, dan Keseimbangan. Dalam: Fisiologi Manusia
dari Sel ke Sistem. Edisi 2. Jakarta: EGC. 1996. p 176-189
8. Hain TC. Benign Paroxysmal Positional Vertigo. [online] 2009 [cited 2009 June
17th]. Available from : http://www .dizziness-and-balance.com/bppv.html
9. Furman JM, Cass SP. Benign Paroxysmal Positional Vertigo. NEJM [online] 2009
[cited 2009 June 17th]. Available from :
http://content.nejm.org/cgi/reprint/341/21/1590.pdf
10. Mansjoer a, Triyanti K, Savitri R, Wardhani WI, Setowulan W. Penyakit Menierre.
Dalam : Kapita Selekta Kedokteran. Edisi Ketiga. Jakarta : FKUI. 2001. Hal 93-94
11. Balasubramanian. BPPV (Benign Paroxysmal Positional Vertigo). [online] 2009
[cited 2009 June 17th]. Available from :http://www.drtbalu.com/BPPV.html
12. Anonym. Benign Paroxysmal Positional Vertigo. [online] 2009 [cited 2009 June
17th]. Available from : http://www .medicastore.com.
25
13. Anonym. Vestibular System . [online] 2009 [cited 2009 June 17th]. Available from :
http:www.Britanica Online Encyclopedia.
26
LAMPIRAN
27