Anda di halaman 1dari 18

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Lanjut usia adalah dimana seseorang mengalami pertambahan umur
dengan disertai dengan penurunan fungsi fisik yang ditandai dengan
penurunan massa otot serta kekuatannya, laju denyut jantung maksimal,
peningkatan lemak tubuh, dan penurunan fungsi otak. Saat lanjut usia tubuh
tidak akan mengalami perkembangan lagi sehingga tidak ada peningkatan
kualitas fisik.
Setiap orang memiliki kebutuhan hidup. Lansia juga memiliki kebutuhan
hidup yang sama agar dapat hidup sejahtera. Kebutuhan hidup lansia antara
lain kebutuhan akan makanan bergizi seimbang, pemeriksaan kesehatan
secara rutin, perumahan yang sehat dan kondisi rumah yang tentram dan
aman, kebutuhan– kebutuhan sosial seperti bersosialisasi dengan semua orang
dalam segala usia, sehingga mereka mempunyai banyak teman yang dapat
diajak berkomunikasi, membagi pengalaman, memberikan pengarahan untuk
kehidupan yang baik. Kebutuhan tersebut diperlukan oleh lansia agar dapat
mandiri.
Jika kebutuhan–kebutuhan tersebut tidak terpenuhi akan timbul masalah–
masalah dalam kehidupan orang lanjut usia yang akan menurunkan
kemandiriannya. Kemandirian lanjut usia dapat dilihat dari kemampuan untuk
melawan aktivitas normal sehari-hari (Activity of Daily Living). Kemandirian
lansia tidak hanya diukur dari kemampuan mereka dalam beradaptasi dan
beraktivitas normal sehari–hari, tetapi juga dari kondisi tubuh ataupun
kesehatan lansia. Semakin lemah kondisi kesehatan lansia semakin berkurang
pula tingkat kemampuan mereka dalam beraktivitas (Yunita, 2010).
Kurang lebih 74% penduduk lansia telah menderita penyakit kronik yang
menyebabkan tingkat kemandirian dan beraktivitas lansia berkurang.
Kemandirian bagi lansia juga dapat dilihat dari kualitas hidup. Kualitas hidup

1
lansia dapat dinilai dari kemampuan melakukan Activity of Daily Living
(ADL).

B. Rumusan Masalah
Masalah yang akan dibahas di dalam makalah ini adalah mengenai Bantuan
ADL pada lansia, faktor–faktor yang mempengaruhi Activity of Daily Living
(ADL), penilaian Activity Of Daily Living (ADL), latihan fisik pada lansia,
pembinaan fisik bagi lanjut usia, olahraga atau latihan fisik yang baik bagi
lansia, manfaat aktivitas fisik bagi lansia, hal yang perlu diperhatikan saat
melakukan latihan fisik.

C. Tujuan
Untuk mengetahui mengenai :
1. Bantuan ADL pada lansia
2. Faktor- faktor yang mempengaruhi Activity of Daily Living (ADL)
3. Penilaian Activity Of Daily Living (ADL)
4. Latihan fisik pada lansia
5. Pembinaan fisik bagi lanjut usia
6. Olahraga atau latihan fisik yang baik bagi lansia
7. Manfaat aktivitas fisik bagi lansia
8. Hal yang perlu diperhatikan saat melakukan latihan fisik

2
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

A. Bantuan ADL pada Lansia


Secara individu, Semakin lanjut usia, mereka akan mengalami
kemunduran terutama di bidang kemampuan fisik sehingga mengakibatkan
timbulnya gangguan dalam hal mencukupi kebutuhan sehari-harinya (ADL)
yang berakibat dapat meningkatkan ketergantungan untuk memerlukan
bantuan orang lain (Nugroho, 2008). Aktivitas kehidupan harian yang dalam
istilah bahasa inggris disingkat ADL (activity of daily living) adalah
merupakan aktivitas pokok bagi perawatan diri. Aktivitas sehari-hari meliputi
antara lain : ke toilet, makan, berpakaian (berdandan), mandi dan berpindah
tempat. Termasuk di sini kegiatan belanja, masak, pekerjaan rumah tangga,
mencuci, menelpon, menggunakan sarana transportasi, mampu menggunakan
obat secara benar, serta manajemen keuangan (Noorkasiani, 2009).
Dari aktivitas sehari-hari tersebut, tidak setiap lansia dapat melakukannya
secara mandiri, karena lanjut usia sudah terjadi penurunan kondisi
fisik/biologis, kondisi psikologis serta perubahan kondisi sosial (Nugroho,
2008). Perubahan-perubahan yang terjadi pada lanjut usia salah satunya dapat
menimbulkan masalah yaitu meningkatnya risiko jatuh yang dapat
menyebabkan cidera bagi lansia (Stockslager, 2008). Jatuh pada lansia adalah
suatu masalah utama yang sering dialami lansia (Azizah, 2011).
Survey yang dilakukan di Indonesia oleh riset kesehatan dasar
(RISKESDAS) menyatakan bahwa jumlah kejadian jatuh pada lansia yang
berusia 60 tahun atau lebih sekitar 70,2% (Riyadina, 2009). Hal ini
membuktikan bahwa lansia di Indonesia memiliki risiko tinggi mengalami
jatuh. Kebanyakan lansia yang memiliki risiko jatuh adalah lansia yang
memiliki aktivitas sehari-hari dengan rentang tingkat ketergantung atau lansia
yang kurang mempunyai aktivitas fisik (Tamher, 2009). Oleh sebab itu, untuk
mengurangi masalah kesehatan yang diantaranya risiko jatuh pada lansia
harus dilakukan tindakan pencegahan agar cidera yang diakibatkan jatuh

3
dapat dikurangi dan lebih diutamakan daripada mengobati komplikasinya
(Darmojo, 2011).
Masalah pada kemampuan gerak dan fungsi berhubungan erat dengan
kekuatan otot yang sifatnya individual. Otot mengalami perubahan seperti
terjadipenurunan kekuatan dan kontraksi otot, elastisitas dan fleksibilitas otot,
kecepatan waktu reaksi dan rileksasi. Lansia dengan kekuatan otot
quadricepsyang baik dapat dapat melakukan aktivitas berdiri dari posisi
duduk dan berjalan 6 meter dengan lebih cepat.
Penelitian menunjukkan bahwa kelemahan otot abduktor sendi pinggul
kemungkinan dapat mengurangi kemampuan mempertahankan keseimbangan
berdiri pada satu tungkai dan pemulihan gangguan postural. Kelemahan otot
dorsal fleksor sendi pergelangan kaki dan ekstensor sendi lutut berhubungan
erat dengan resiko jatuh. Seseorang yang duduk dalam posisi fleksi lutut
untuk waktu yang lama, kemungkinan akan terjadi hambatan dalamekstensi
lutut.
Gangguan fungsi sensorik lansia mengakibatkan gangguan penerimaan
informasi dari reseptor sensorik sehingga mengakibatkan penurunan kontrol
motorik atau gangguan gerakan. Gejala gangguan sensorik yang sering timbul
pada lansia adalah hilangnya perasaan jika dirangsang, perasaan yang
berlebihan jika dirangsang, perasaan yang timbul tidak semestinya, nyeri,
gangguan fungsi proprioseptif seperti gangguan rasa gerak, getar dan posisi.
Gangguan sensomotorik pada lansia adalah masalah pada keseimbangan
dan koordinasi. Keseimbangan dan koordinasi merupakan integrasi kerja
berbagai otot termasuk fungsi sistem aferen dan sistem saraf. Penurunan
koordinasi disebabkan oleh penurunan kekuatan otot, waktu reaksi menjadi
lambat (yaitu interval waktu antara stimulus dan terjadinya gerakan
meningkat), hilangnya fleksibilitas, postur yang jelek dan gangguan
keseimbangan.

4
B. Faktor–faktor yang Mempengaruhi Activity of Daily Living (ADL)
Menurut Hardywinoto (2007), kemauan dan kemampuan untuk
melakukan activity of daily living tergantung pada beberapa faktor, yaitu:
1. Umur dan status perkembangan
Umur dan status perkembangan seorang klien menunjukkan tanda
kemauan dan kemampuan, ataupun bagaimana klien bereaksi terhadap
ketidakmampuan melaksanakan activity of daily living. Saat
perkembangan dari bayi sampai dewasa, seseorang secara perlahan–lahan
berubah dari tergantung menjadi mandiri dalam melakukan activity of
daily living.
2. Kesehatan fisiologis
Kesehatan fisiologis seseorang dapat mempengaruhi kemampuan
partisipasi dalam activity of daily living, contoh sistem nervus
mengumpulkan, menghantarkan dan mengolah informasi dari lingkungan.
Sistem muskuloskeletal mengkoordinasikan dengan sistem nervus
sehingga dapat merespon sensori yang masuk dengan cara melakukan
gerakan. Gangguan pada sistem ini misalnya karena penyakit, atau trauma
injuri dapat mengganggu pemenuhan activity of daily living (Hardywinoto,
2007).
3. Fungsi Kognitif
Tingkat kognitif dapat mempengaruhi kemampuan seseorang dalam
melakukan activity of daily living. Fungsi kognitif menunjukkan proses
menerima, mengorganisasikan dan menginterpretasikan sensor stimulus
untuk berpikir dan menyelesaikan masalah. Proses mental memberikan
kontribusi pada fungsi kognitif dapat mengganggu dalam berpikir logis
dan menghambat kemandirian dalam melaksanakan activity of daily living
(Hardywinoto, 2007).
4. Fungsi Psikososial
Fungsi psikologi menunjukkan kemampuan seseorang untuk mengingat
sesuatu hal yang lalu dan menampilkan informasi pada suatu cara yang
realistik. Proses ini meliputi interaksi yang kompleks antara perilaku

5
intrapersonal dan interpersonal. Gangguan pada intrapersonal contohnya
akibat gangguan konsep diri atau ketidakstabilan emosi dapat mengganggu
dalam tanggung jawab keluarga dan pekerjaan. Gangguan interpersonal
seperti masalah komunikasi, gangguan interaksi sosial penampilan peran
juga dapat mempengaruhi dalam pemenuhan activity of daily living
(Hardywinoto, 2007).
5. Tingkat stress
Stress merupakan respon fisik nonspesifik terhadap berbagai macam
kebutuhan. Faktor yang dapat menyebabkan stress (stressor), dapat timbul
dari tubuh atau lingkungan atau dapat mengganggu keseimbangan tubuh.
Stressor tersebut dapat berupa fisiologis seperti injuri atau psikologi
seperti kehilangan.
6. Ritme biologi
Ritme atau irama biologi membantu makhluk hidup mengatur lingkungan
fisik disekitarnya dan membantu homeostasis internal (keseimbangan
dalam tubuh dan lingkungan). Salah satu irama biologi yaitu irama
sirkardian, berjalan pada siklus 24 jam. Perbedaaan irama sirkardian
membantu pengaturan aktivitas meliputi tidur, temperatur tubuh, dan
hormon. Beberapa faktor yang ikut berperan pada irama sirkardian
diantaranya faktor lingkungan seperti hari terang dan gelap, seperti cuaca
yang mempengaruhi activity of daily living.
7. Status mental
Status mental menunjukkan keadaan intelektual seseorang. Keadaan status
mental akan memberi implikasi pada pemenuhan kebutuhan dasar
individu. Seperti yang diungkapkan oleh Cahya yang dikutip dari Baltes,
salah satu yang dapat mempengaruhi ketidakmandirian individu dalam
memenuhi kebutuhannya adalah keterbatasan status mental. Seperti halnya
lansia yang memorinya mulai menurun atau mengalami gangguan, lansia
apraksia tentunya akan mengalami gangguan dalam pemenuhan
kebutuhan– kebutuhan dasarnya (Hardywinoto, 2007).

6
8. Pelayanan kesehatan
Pelayanan kesehatan dan sosial kesejahteraan pada segmen lansia yang
tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Pelayanan kesehatan yang berbasis
masyarakat salah satunya adalah posyandu lansia. Jenis pelayanan
kesehatan dalam posyandu salah satunya adalah pemeliharan Activity of
Daily Living. Lansia yang secara aktif melakukan kunjungan ke posyandu,
kualitas hidupnya akan lebih baik dari pada lansia yang tidak aktif ke
posyandu (Pujiono, 2009).

C. Penilaian Activity Of Daily Living (ADL)


Menurut Maryam (2008) penilaian ADL dapat dilakukan dengan
menggunakan indeks kemandirian Katz untuk ADL yang berdasarkan pada
evaluasi fungsi mandiri atau bergantung dari klien dalam hal makan, mandi,
toileting, kontinen (BAB/BAK), berpindah ke kamar mandi dan berpakaian.
Penilaian dalam melakukan activity of daily living sebagai berikut:
1. Mandi
a. Mandiri : bantuan hanya pada satu bagian mandi (seperti punggung atau
ektremitas yang tidak mampu) atau mandi sendiri sepenuhnya.
b. Bergantung : bantuan mandi lebih dari satu bagian tubuh, bantuan
masuk dan keluar dari bak mandi, serta tidak mandi sendiri.
2. Berpakaian
a. Mandiri : mengambil baju dari lemari, memakai pakaian, melepaskan
pakaian, mengancing / mengikat pakaian.
b. Bergantung : tidak dapat memakai baju sendiri atau hanya sebagian.
3. Toileting
a. Mandiri : masuk dan keluar dari kamar kecil kemudian membersihkan
genitalia sendiri.
b. Bergantung : menerima bantuan untuk masuk ke kamar kecil dan
menggunakan pispot.

7
4. Berpindah
a. Mandiri : berpindah dari tempat tidur, bangkit dari kursi sendiri.
b. Bergantung : bantuan dalam naik atau turun dari tempat tidur atau kursi,
tidak melakukan sesuatu atau perpindahan.
5. Kontinen
a. Mandiri : BAB dan BAK seluruhnya dikontrol sendiri.
b. Bergantung : inkontinesia persial atau total yaitu menggunakan kateter
dan pispot, enema dan pembalut/pampers.
6. Makanan
a. Mandiri : mengambil makanan dari piring dan menyuapinya sendiri.
b. Bergantung : bantuan dalam hal mengambil makanan dari piring dan
menyuapinya, tidak makan sama sekali, dan makan parenteral atau
melalui Naso Gastrointestinal Tube (NGT).

Adapun penilaian hasil dari pelaksanaan activity of daily living seperti


tercantum dalam tabel berikut :

8
Tabel 2.1 Pembacaan hasil penilaian activity of daily living
No. Penilaian Kriteria
1. Mandiri total Mandiri dalam mandi, berpakaian, pergi ke
toilet, berpindah, kontinen dan makan
2. Tergantung paling Mandiri pada semua fungsi di atas, kecuali
ringan salah satu dari fungsi di atas
3. Tergantung ringan Mandiri pada semua fungsi di atas, kecuali
mandi dan satu fungsi lainnya
4. Tergantung sedang Mandiri pada semua fungsi di atas, kecuali
mandi, berpakaian, dan satu fungsi lainnya
5. Tergantung berat Mandiri pada semua fungsi di atas, kecuali
mandi, berpakaian, pergi ke toilet, dan satu
fungsi lainnya
6. Tergantung sangat Mandiri pada semua fungsi di atas, kecuali
berat mandi, berpakaian, pergi ke toilet, berpindah
dan satu fungsi lainnya
7. Tergantung total Tergantung pada 6 fungsi di atas

Sumber: Katz S, 1970 dalam Agung (2006)

D. Latihan Fisik pada Lansia


Menurut Pratiwi, et al. (2013), pola aktivitas fisik lansia di Indonesia
sebagian besar dihabiskan pada kegiatan ringan dalam rumah seperti
menonton TV, tidur, bersantai dengan keluarga, dan sejenisnya. Sebagian
lansia masih melaksanakan aktivitas yang bersifat sedang seperti
membersihkan rumah dan kegiatan di luar rumah seperti pergi ke pasar,
mengikuti perkumpulan lansia dan lain sebagainya. Akan tetapi hanya sekitar
10% dari total lansia di Indonesia yang masih aktif dan rutin melakukan
olahraga untuk menjaga kebugaran tubuh.
Kesegaran jasmani adalah kemampuan seseorang untuk melaksanakan
tugas sehari-hari tanpa mengalami kelelahan yang berarti dan masih memiliki

9
cadangan tenaga untukmenikmati waktu senggangnya dengan baik
(Pudjiastuti dan Utomo, 2003). Kesegaran/kebugaran jasmani pada lansia
adalah kebugaran yang berhubungan dengan kesehatan, yaitu kebugaran
jantung-paru, peredaran darah, kekuatan otot, dan kelenturan sendi. Untuk
memperoleh kesegaran jasmani yang baik, harus melatih semua komponen
dasar kesegaran jasmani yang terdiri atas:
1. Ketahanan jantung, peredaran darah dan pernafasan
2. Ketahanan otot
3. Kekuatan otot serta kelenturan tubuh.

E. Pembinaan Fisik Bagi Lanjut Usia


Pembinaan fisik yang dapat dilakukan pada lanjut usia yaitu dengan
melakukan pemeliharaan kesehatan sebagai berikut :
1. Pemberian gizi yang seimbang
Fungsi organ tubuh lansia sudah banyak berkurang, oleh sebab itu
kecukupan gizi pada usia lanjut tetap harus diupayakan untuk
kelangsungan hidup yang layak, serta untuk mengurangi penyakit menua.
Untuk mencukupi kebutuhan gizi pada usia lanjut, perlu diberikan
makanan seimbang dengan cara :
a. Mengurangi bahan makanan yang banyak mengandung lemak terutama
yang berasal dari hewan (ikan laut, daging, keju, susu, telur, dll)
b. Batasi gula, kopi, garam dapur, dan makanan yang diawetkan
c. Meminum susu tanpa lemak
d. Memakan bahan makanan yang banyak mengandung zat besi seperti
kacang-kacangan, hati, daging, bayam, dan sayuran hijau
e. Menggunakan bahan makanan yang segar dan banyak mengandung
vitamin (buah dan sayur) serta membatasi penggunaan tablet vitamin
bila tidak perlu
f. Mengkonsumsi cairan dengan minum air putih minimal 2 liter (lebih
kurang 6-8 gelas) per hari

10
2. Olahraga
Olahraga adalah suatu bentuk kegiatan fisik yang dapat memberikan
pengaruh baik terhadap tingkat kemampuan fisik seseorang bila
dilaksanakan secara tepat, terarah dan teratur dengan penyesuaian fisik
terhadap olah raga yang dilakukan seperti :
a. Latihan dilaksanakan secara berjenjang
b. Hindarkan pertandingan untuk prestasi
c. Lansia tidak berpenyakit berat atau dilarang dokter
Pemberian olahraga untuk lansia bertujuan untuk, perbaikan otot untuk
membantu tubuh agar dapat bergerak, perbaikan stamina agar secara
lambat laun menaikkan kemampuan fisik atau tubuh, serta, membangun
kontak psikologis lebih luas untuk menghindari perasaan terisolir.
3. Pemeliharaan Kebersihan Diri
Kebersihan diri bagi lansia sangat bermanfaat untuk :
a. Mengurangi kemungkinan terjadinya gangguan kulit
b. Mencegah infeksi
c. Menimbulkan suasana segar
4. Kebersihan Lingkungan
Suasana lingkungan tempat tinggal usia lanjut perlu diupayakan agar
bersih dan menyenangkan. Penurunan fungsi fisik yang terjadi pada lansia
dapat menyebabkan meningkatnya resiko kecelakaan sehingga perlu
peningkatan keamanan dan keselamatan pada lansia seperti :
a. Anjurkan penggunaan alat bantu jika mengalami kesulitan (berjalan,
melihat dan mendengar)
b. Lantai diusahakan tidak licin, rata dan tidak basah
c. Tempat tidur dan tempat duduk tidak terlalu tinggi
d. Jika bepergian agar ditemani anggota keluarga yang lain
e. Tidak menggunakan penerangan yang terlalu redup atau menyilaukan

11
5. Pemeriksaan Kesehatan Berkala
Oleh karena fungsi organ-organ tubuh pada lansia sudah menurun perlu
dilakukan pemeriksaan kesehatan secara berkala seperti pemeriksaan
tekanan darah, jantung, fungsi ginjal, fungsi hati/liver dan gula darah.
6. Rujukan
Bila mengalami gangguan dan masalah hendaknya diatasi sedini mungkin
melalui pola rujukan. Rujukan yang diperlukan oleh lansia meliputi :
a. Rujukan medis: Merujuk masalah dan gangguan penyakit medis (sakit
pencernaan, pernafasan, pendengaran) ke rumah sakit.
b. Rujukan nun medis: Merujuk masalah atau gangguan non medis ke
panti sosial, tempat pertem`uan keluarga dan sebagainya.

F. Olahraga atau Latihan Fisik yang Baik Bagi Lansia


Beberapa contoh olahraga atau latihan fisik yang dapat dilakukan oleh lansia
untuk meningkatkan dan memelihara kebugaran, kesegaran, dan kelenturan
fisiknya adalah sebagai berikut :
1. Pekerjaan Rumah dan Berkebun
Kegiatan ini dapat meberikan suatu latihan yang dibutuhkan untuk
menjaga kesegaran jasmani. Akan tetapi harus dikerjakan secara tepat agar
nafas sedikit lebih cepat, denyut jantung lebih cepat, dan otot menjadi
lelah. Dengan demikian tubuh kita akan mengeluarkan keringat.
2. Berjalan-jalan
Berjalan-jalan sangat baik untuk meregangkan otot-otot kaki dan bila
jalannya makin lama makin cepat akan bermanfaat untuk daya tahan tubuh.
Jika melangkah dengan panjang dan mengayunkan lengan 10-20 kali,
maka dapat melenturkan tubuh. Joging atau berlari-lari kecil bagi lansia
juga sering dilakukan walaupun sebenarnya lebih baik berjalan cepat.

12
3. Jalan cepat
Jalan cepat berguna untuk mempertahankan kesehatan dan kesegaran
jasmani, latihan ini termasuk cara yang aman bagi lansia. Selain itu,
biayanya murah dan menyenangkan, mudah, serta berguna apabila
dilakukan dengan benar.
Jalan yang cepat berguna untuk memperbaiki kemampuan pengambilan zat
asam (O2) ,berarti memperbaiki fungsi jantung, paru-paru, peredaran
darah, dan lain-lain. Bagi lansia yang mengidap penyakit sebaiknya
konsultasikan dulu dengan dokter.
Jalan dapat dilakukan di mana saja terutama di luar rumah. Akan lebih
baik bila dilakukan di lapangan rumput dan menggunakan sepatu olahraga
yang lentur dengan alas yang tebal dan lunak, menggunakan kaos kaki,
pakaian yang ringan dan tidak ketat. Hindari jalan di tempat keras terutama
bagi mereka yang berat badannya berlebihan.
Jalan cepat dapat dilakukan sendiri atau bersama-sama. Posisi yang
dianjurkan adalah pandangan lurus ke depan, bernafas normal melalui
hidung atau mulut, kepala dan badan lemas serta tegak, tangan digenggam
ringan, kaki mendapat di tumit atau pertengahan telapak kaki, langkah
tidak terlalu besar, serta ujung kaki mengarah ke depan.
Jalan cepat dilakukan dengan frekuesi 3-5 kali seminggu, lama latihan 15-
30 menit dan dilakukan tidak kurang dari 2 jam setelah makan. Apabila
nafas mulai susah atau dada terasa sakit maka latihan harus dihentikan.
4. Senam
Gerakan senam lansia pada umumnya dilakukan dengan gerakan yang
sangat sederhana. Hal ini dilakukan agar stamina para lansia dan orang tua
tidak mudah terkuras. Hal ini penting karena para lanjut usia notabene
sudah tidak lagi bugar dan memiliki keterbatasan gerakan yang tidak lagi
lincah seperti ketika masih muda dulu. Senam ini memiliki teknik gerakan
yang begitu mudah yang berguna untuk melatih tubuh agar tetap berfungsi
dengan baik khususnya bagian otot. Bagian-bagian tubuh yang digerakkan
pada umumnya adalah tangan, kaki, dan juga pinggang.

13
Gerakan senam ini biasanya dilakukan dengan cara menggerakkan kaki
dan tangan secara ringan diikuti dengan ketukan tertentu. Gerakan seperti
melakukan jalan di tempat, tepukan-tepukan ringan, dan sautan yang
diteriakkan merupakan beberapa komponen gerakan yang ada pada senam
ini.
Prinsip Senam lansia adalah Gerakannya bersifat dinamis (berubah-ubah),
Bersifat progresif (bertahap meningkat, Adanya pemanasan dan
pendinginan pada setiap latihan, Lama latihan berlangsung 15-60 menit,
Frekuensi latihan perminggu minimal 3 kali dan optimal 5 kali.
Manfaat melakukan senam secara teratur dan benar dalam jangka waktu
yang cukup adalah sebagai berikut :
a. Mempertahankan atau meningkatkan taraf kesegaran jasmani yang baik
b. Mengadakan koreksi terhadap kesalahan sikap dan gerak
c. Membentuk sikap dan gerak
d. Memperlambat proses degenerasi karena perubahan usia
e. Membentuk kondisi fisik (kekuatan otot, kelenturan, keseimbangan,
ketahanan, keluwesan, dan kecepatan)
f. Membentuk berbagai sikap kejiwaan (membentuk keberanian,
kepercayaan diri, kesiapan diri, dan kesanggupan bekerja sama
g. Memberikan rangsangan bagi syaraf-syaraf yang lemah, khususnya bagi
lansia
h. Memupuk rasa tanggung jawab terhadap kesehatan diri sendiri dan
masyarakat.

G. Manfaat Aktivitas Fisik Bagi Lansia


Manfaat yang dapat diperoleh bagi seorang yang berusia lanjut dengan
melakukan aktivitas fisik atau olahraga adalah sebagai berikut:
1. Meningkatkan kekuatan otot jantung , memperkecil resiko serangan
jantung.
2. Melancarkan sirkulasi darah dalam tubuh sehingga menurunkan tekanan
darah dan menghindari penyakit tekanan darah tinggi.

14
3. Menurunkan kadar lemak dalam tubuh sehingga membantu mengurangi
berat badan yang berlebih dan terhindar dari obesitas.
4. Menguatkan otot-otot tubuh sehingga otot tubuh menjadi lentur dan
terhindar dari penyakit rematik.
5. Meningkatkan sistem kekebalan tubuh sehingga terhindar dari penyakit-
penyakit yang menyerang kaum lansia.
6. Mengurangi stres dan ketegangan pikiran.
7. Latihan atau olahraga dengan intensitas sedang dapat memberikan
keuntungan bagi para lansia melalui berbagai hal , antara lain status
kardiovaskuler, risiko fraktur, abilitas fungsional dan proses mental.
8. Latihan menahan beban (weight bearing exercise) yang intensif misalnya
berjalan, adalah yang paling aman, murah dan paling mudah serta sangat
bermanfaat bagi sebagian besar lansia.

H. Hal yang Perlu Diperhatikan Saat Melakukan Latihan Fisik


Dalam melakukan aktivitas latihan fisik, ada beberapa hal yang sering
luput dari pandangan kita. Berikut ini adalah hal-hal yang perlu diperhatikan
saat melakukan latihan fisik :
1. Komponen-komponen kesegaran jasmani yang dilatih meliputi ketahanan
kardiopulmonal, kelenturan, kekuatan otot, komposisi tubuh,
keseimbangan dan kelincahan gerak.
2. Selalu memerhatikan keselamatan / menghindari cedera.
3. Latihan dilakukan secara teratur dan tidak terlalu berat sesuai dengan
kemampuan.
4. Latihan dalam bentuk permainan ringan sangat dianjurkan.
5. Latihan dilakukan dengan dosis berjenjang atau dosis dinaikkan sedikit
demi sedikit.
6. Hindari kompetisi dalam bentuk apapun.

Bagi mereka yang berusia lebih dari 60 tahun, perlu melaksanakan


olahraga secara rutin untuk mempertahankan kebugaran jasmani dan

15
memelihara serta mempertahankan kesehatan di hari tua. Salah satu
komponen kebugaran jasmani yang dapat dilatih adalah kelenturan
( flexibility ) yang merupakan kemampuan untuk menggerakkan otot dan
sendi pada seluruh daerah pergerakannya. Kurang gerak dapat menimbulkan
kelesuan dan menurunkan kualitas fisik yang berdampak seseorang akan
lebih sering / mudah terserang penyakit. Untuk itu latihan fisik secara teratur
perlu dilaksanakan.

16
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Setiap orang memiliki kebutuhan hidup. Lansia juga memiliki kebutuhan
hidup yang sama agar dapat hidup sejahtera. Jika kebutuhan–kebutuhan
tersebut tidak terpenuhi akan timbul masalah-masalah dalam kehidupan orang
lanjut usia yang akan menurunkan kemandiriannya. Kemandirian lanjut usia
dapat dilihat dari kemampuan untuk melawan aktivitas normal sehari-hari
(Activity of Daily Living). Kemandirian lansia tidak hanya diukur dari
kemampuan mereka dalam beradaptasi dan beraktivitas normal sehari–hari,
tetapi juga dari kondisi tubuh ataupun kesehatan lansia.

17
DAFTAR PUSTAKA

Arif, Filantip. 2015. Pengaruh Latihan Range Of Motion Aktif Terhadap


Kelentukan Sendi Ektremitas Bawah Dan Gerak Motorik Pada Lansia.
http://dev2.kopertis7.go.id/uploadjurnal/Nurus_Safaah_stikes_nu_tuban.pdf
Di Akses pada Tanggal 16 Oktober 2017 pada Pukul 20.30 WITA
Darmojo, R. boedhi. 2004. Buku Ajar Geriatric, Ilmu Kesehatan Usia Lanjut,
Edisi 3. Jakarta: FKUI
Depkes RI. 2003. Pedoman Pembinaan Kesehatan Usia Lanjut bagi Petugas
Kesehatan. Jakarta: Depkes
Khomarun; Maharso, Nugroho; Endang: 2014. Pengaruh Aktivitas Fisik Jalan
Pagi Terhadap Penurunan Tekanan Darah Pada Lansia.
https://ejournal.undiksha.ac.id/index.php/JERE/article/download/10381/7537
Di Akses pada Tanggal 16 Oktober 2017 pada Pukul 21.45 WITA
Maryam, R. Siti dkk. 2008. Mengenal Usia Lanjut dan Perawatannya. Jakarta:
Salemba Medika
Nugroho, Wahyudi. 2008. Keperawatan Gerontik dan Geriatrik. Edisi ke-
3. Jakarta: EGC
Nur Kholifah, Siti. 2016. Modul Bahan Ajar Cetak Keperawatan Gerontik.
Jakarta: Pusdik SDM Kesehatan
Pamungkasiwi, Endang dkk. 2006. Pengaruh Suplementasi Fe dan Zn terhadap
Kadar Hemoglobin dan Kesegaran Jasmani pada Lansia Anemia di
Kabupaten Bantul. Volume 2, No.3, Maret 2006:123-129. Jurnal Gizi
Klinik.

18

Anda mungkin juga menyukai