Anda di halaman 1dari 8

Portofolio Kasus THT

Topik : Rhinitis Vasomotor

Tanggal Kasus : Maret 2018

Presenter : dr.

Tanggal Presentasi : 9 Mei 2018

Pendamping : dr. Novieka Dessy M

Tempat Presentasi : RS Bhayangkara Hoegeng Imam Santoso Banjarmasin

Objektif Presentasi : Keterampilan, Diagnostik, Dewasa

Deskripsi : Perempuan, 27 tahun, mengeluh hidung

tersumbat kadang bergantian kanan dan kiri, hilang timbul.

Terkadang disertai bersin-bersin dan pilek (kental dan

bening). Tidak ada gatal dan pada hidung dan mata.

Tujuan : Diagnosis dan tatalaksana rhinitis vasomotor

Bahan Bahasan : Kasus

Cara Membahas : Diskusi

Data Pasien : Nama Pasien : Ny. YW 27th

Data untuk bahan diskusi :

1. Diagnosis

Rhinitis akut susp. R. vasomotor

2. Riwayat Pengobatan

Tidak ada berobat sebelumnya

1
3. Riwayat Kesehatan/Penyakit :

Keluhan Utama : hidung tersumbat

Pasien mengeluh hidung tersumbat kadang bergantian kanan dan kiri dan
pilek sejak satu minggu lebih, serta berlangsung secara hilang timbul. pasienjuga
mengatakan bahwa keluhan hidung tersumbatnya ini memburuk terutama di pagi hari,
dan membaik pada siang maupun malam hari. Bersin-bersin ada tapi tidak sering.
Pileknya dirasakan agak kental dan berwarna bening. Tidak ada rasa gatal di palatum,
hidung, maupun di mata saat serangan.

Saat hidungnya terasa tersumbat biasanya pasien menggunakan minyak kayu


putih (dihirup dan dioleskan) dan keluhannya lama-kelamaan menghilang atau
membaik. Pasien juga mengatakan jika terkena debu keluhannya timbul tapi pasien
mengatakan tidak ada alergi terhadap makanan. Tidak ada riwayat atopi. Sebelumnya
pasien mengatakan tidak pernah mengalami sakit seperti ini dan dikeluarganya juga
tidak ada yang menderita penyakit seperti ini. Keluhan yang lain tidak ada. Pada
palpasi tidak ditemukan nyeri tekan di daerah sinus maksilaris dan frontalis.
4. Riwayat Keluarga

Riwayat Diabetes Melitus, Hipertensi dan Asma disangkal. Tidak ada anggota

keluarga yang mengalami keluhan yang sama sebelumnya

5. Riwayat Pekerjaan

Pasien merupakan seorang Ibu rumah Tangga

6. Lain-lain :

2
a. Pemeeriksaan Fisik

Keadaan Umum : Tampak sakit ringan

Kesadaran : Compos mentis

Vital Sign : TD: 120/90 N: 86 RR: 18 T: 37,2 oC

Kulit : Kelembaban cukup. Ikterik (-) Pucat (-)

Kepala dan Leher :

Mata : Konjungtiva anemis (-/-) ikterik (-/-)

Hidung : Sekret (+) seromukus, epitaksis (-) deviasi septum (-)

concha hiperemis (-/-) edem (+/+)

Mulut : Mukosa basah. Sianosis (-)

Tenggorok : hiperemis (-), T1/T1

Telinga : Serumen (-), Membran timpani intak, hiperemis (-)

Wajah : nyeri tekan frontalis (-/-) nyeri tekan maksillaris (-/-)

Leher : Pembesaran KGB (-) peningkatan JVP (-)

Pemeriksaan Thorax

Pulmo; Inspeksi : Pergerakan dinding dada simetris. Retraksi (-).

Palpasi : Fremitus vokal simetris kanan dan kiri

Perkusi : Sonor pada kedua lapang paru

Auskultasi : Vesikuler. Ronkhi (-). Wheezing (-)

Cor; Inspeksi : Iktus kordis tidak terlihat

Palpasi : Iktus kordis teraba pada ICS IV linea midclavikula (S)

Perkusi : Batas jantung

3
Atas : ICS II linea parasternalis (S)

Bawah : ICS V linea parasternalis (S)

Kanan : ICS IV linea parasternal (D)

Kiri : ICS IV linea midklavikula (S)

Auskultasi : S1>S2. Reguler. Murmur (-) Gallop (-)

Pemeriksaan Abdomen

Inspeksi : Datar

Auskultasi : Bising usus (+) normal

Palpasi : Supel. H/L/M tidak teraba. Nyeri tekan (-)

Perkusi : Timpani

Pemeriksaan Ekstrimitas : Parese (-) Edema (-) Akral hangat

Hasil Pembelajaran

1. Diagnosis Kerja

Rinitis akut Susp. rhinitis vasomotor

Diagnosis banding: Rhinitis alergika

2. Manifestasi Klinis (1, 2, 3, 4)

Gangguan mukosa hidung ini merupakan akibat dua kckuatan yang saling

berlawanan: Aktivitas saraf parasimpatik yang menyebabkan pelebaran jaringan

vaskular sehingga terjadi sumbatan dan peningkatan produksi mukus, senrentara

aktivitas saraf simpatis menyebabkan vasokorstriksi yang mengakibatkal patensi

hidung dan menurunnya produksi mukus. (2)

4
Pada rinitis vasomotor gejala sering dicetuskan oleh berbagai rangsangan non-

spesifik, seperti asap/rokok, bau yang menyengat, parfum, minuman beralkohol,

makanan pedas, udara dingin, pendingin dan pemanas ruangan, perubahan

kelembaban, perubahan suhu luar, kelelahan dan stress/emos.

Kelainan ini mempunyai gejala yang mirip dengan rinitis alergi, namun gejala

yang dominan adalah hidung tersumbat, bergantian kiri dan kanan, tergantung pada

posisi pasien. Selain itu terdapat rinore yang mukoid atau serosa. Keluhan ini jarang

disertai dengan keluhan pada mata. Gejala dapat memburuk pada pagi hari waktu

bangun tidur oleh karena adanya perubahan suhu yang ekstrim, udara lembab, juga

oleh karena asap rokok dan sebagainya. (3)

Berdasarkan gejala yang menonjol kelainan ini dibedakan dalam 3 golongan,

yaitu;

1. golongan sneezers/bersin, gejala biasanya memberikan respon yang baik dengan

terapi antihistamin dan glukokortikoid topikal

2. golongan rinore/runners, gejala dapat diatasi dengan pemberian antikolinergik

topikal

3. golongan tersumbat/blockers, kongesti umumnya memberikan respon yang baik

dengan glukokortikoid topikal dan vasokonstriktor oral. (1, 4)

Manifestasi klinis rhinitis vasomotor sangat bervariasi. Keluhan utama yang paling

sering ditemukan adalah tidak spesifik dan dapat berupa sekret nasal purulen,

kongesti nasal, rasa tertekan pada wajah, nyeri gigi, nyeri telinga, demam, nyeri

kepala, batuk, rasa lelah, halitosis, atau berkurangnya penciuman. Gejala seperti ini

5
sulit dibedakan dengan infeksi saluran nafas atas karena virus, sehingga durasi gejala

menjadi penting dalam diagnosis. Pasien dengan gejala selama lebih dari 7 hari

mengarahkan diagnosis ke arah rhinitis vasomotor. Rhinitis vasomotor maksilaris

akut biasanya menyusul infeksi saluran napas atas yang ringan. Alergi hidung kronik,

benda asing, dan deviasi septum nasi merupakan faktor-faktor predisposisi lokal yang

paling sering ditemukan.

Diagnosis umumnya ditegakkan dengan cara ekslusi yaitu menyingkirkan

adanya infeksi, alergi, okupasi, hormonal dan akibat obat. Dalam anamnesis dcari

faktor yang mempengaruhi timbulnya gejala.

Pada pemeriksaan rinoskopi anterior tampak gambaran yang khas berupa

edema mukosa hidung, konka berwarna merah gelap atau merah tua, tetapi dapat pula

pucat. Hal ini perlu dibedakan dengan rinitis alergi. Permukaan konka dapat licin atau

berbenjol-benjol (hipertropi). Pada rongga hidung terdapat sekret mukoid, biasanya

sedikit. Akan tetapi pada golongan rinore sekret yang ditemukan ialah serosa dan

banyak jumlahnya. (1,3)

3. Pemeriksaan Penunjang (1,4)

pemeriksaan laboratorium dilakukan untuk menyingkirkan kemungkinan rinitis

alergi. Kadang ditemukan juga eosinofil pada sekret hidung, akan tetapi dalam jumlah

sedikit. Tes cukit kulit biasanya negatif. Kadar IgE spesifik tidak meningkat. (1)

Pemeriksaan laboratorium dilakukan untuk menyingkirkan kemungkinan rinitis

alergi. Pemeriksaan dilakukan bila diperlukan dan fasilitas tersedia di layanan

Tingkat Pertama, yaitu:

6
1. Kadar eosinofil pada darah tepi atau sekret hidung

2. Tes cukit kulit (skin prick test)

3. Kadar IgE spesifik (4)

1. Tatalaksana (1)

Penatalaksanaan pada rinitis vasomotor bervariasi, tergantung pada faktor

penyebab dan gejala yang menonjol. Secara garis besar dibagi dalam:

1. menghindari stimulus/ faktor pencetus

2. pengobatan simptomatis, dengan obat-obatan dekongestan oral, cuci hidung

dengan larutan garam fisiologis, kauterisasi konka hipertrofi dengan larutan

AgNO3 25% atau triklor-asetat pekat. Dapat juga diberikan kortikosteroid

topikal 100-200 mikrogram. Dosis dapat ditingkatkan sampai 400 mikrogram

sehari. Hasilnya akan terlihat setelah pemakaian paling sedikit 2 minggu. Saat ini

terdapat kortikosteroid topikal baru dalam larutan aqua seperti flutikason

propionat dan mometason furoat dengan pemakaian cukup satu kali sehari

dengan dosis 200 mikrogram. Pada kasus dengan rinore berat dapat

ditambakhkan antikolinergik topikal (ipatropium bromida).

3. operasi dengan cara bedah beku, elektrokauter atau konkotomi parsial konka

inferior

4. neurektomi n. vidianus bila cara diatas tidak memberikan hasil optimal. Tetapi

dapat muncul komplikasi seperti sinusitis, diplopia, buta, gangguan lakrimasi,

neuralgia atau anestesi infraorbita dan palatum. Dapat juga dilakukan tindakan

blocking ganglion sfenopalatina (1).

7
Terapi RS Bhayangkara Banjarmasin:

i. Rhinofed tab 3x1

(pseudoefedrin 30 mg dan terfenadin 40 mg)

ii. Imunos tab 1x1

iii. Edukasi untuk menghindari pencetus dan menjaga pola hidup

sehat (makan dan olahraga teratur, menghindari stress)

DAFTAR PUSTAKA

1. Irawati, N. dkk. 2014. Rinitis Vasomotor. Dalam: Buku Ajar Ilmu Kesehatan
Telinga, Hidung Tenggorok Kepala Leher. Edisi VII. Jakarta: Balai Penerbit
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

2. George L Adams, Lawrence R Boeis, Peter H.Hilger; alih bahasa Caroline


wijaya; editor Harjanto Effendi. 1994. BOEIS: buku ajar penyakit THT (BOEIS
findamental of otolaryngology) edisi 6. Jakarta: EGC

3. Djoko, R. dkk. 2005. Rinitis non-alergi. Dalam Pedoman Diagnosis dan Terapi
SMF Ilmu Penyakit THT edisi III. 2005. Surabaya: RSU dr. Soetomo Surabaya

4. PB IDI. 2017. Panduan Praktik Klinis bagi dokter di fasilitas pelayanan


kesehatan tingkat pertama

Anda mungkin juga menyukai