Anda di halaman 1dari 24

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan profesional yang merupakan bagian integral dari pelayanan
kesehatan. Pelayanan keperawatan menjadi bagian terdepan dari pelayanan kesehatan yang menentukan
kwalitas pelayanan kesehatan di Rumah Sakit. Keberadaan perawat sangat berperan penting dalam
memberikan asuhan keperawatan pada situasi yang komplek secara berkesinambungan melibatkan klien,
keluarga maupun profesi atau tenaga kesehatan lain.

Manajemen merupakan pendekatan yang dinamis dan proaktif dalam menjalankan suatu
kegiatan di organisasi, dalam manajemen tersebut mencakup kegiatan koordinasi dan
supervisi terhadap staf, sarana dan prasarana dalam mencapai tujuan. Manajemen
keperawatan sebagai proses, bekerja melalui anggota staf untuk memberikan asuhan
keperawatan secara professional. Proses keperawatan sejalan dengan manajemen
keperawatan sebagai salah satu metode pelaksanaan asuhan keperawatan secara
professional sehingga diharapkan keduanya saling menopang. (Nursalam, 2014).

Manajemen keperawatan adalah suatu proses kerja yang dilakukan oleh anggota staf keperawatan untuk
memberikan asuhan keperawatan secara professional. Dalam hal ini seorang manajer keperawatan
dituntut untuk melakukan lima fungsi utama yaitu POAC agar dapat memberikan asuhan keperawatan
yang efektif dan efisien bagi pasien dan keluarganya (Nursalam 2002,Gillis, 1996 ). Proses manajemen
keperawatan dilaksanakan dalam tahap - tahap yaitu perencanaan, pengorganisasian dan
pengendalian.

Kerangka konsep dasar manajemen dalam keperawatan adalah manajemen partisipatif yang berlandaskan
kepada paradigma keperawatan yaitu manusia, keperawatan, kesehatan dan lingkungan. Dengan
demikian fokus perawatan adalah respon manusia dalam menghadapi masalah kesehatan baik aktual
maupun potensial, sehingga lingkup garapan perawat adalah penyimpangan pemenuhan kebutuhan dasar
manusia .Proses manajemen satu unit pelayanan kesehatan mencakup manajemen asuhan dan
manajemen pelayanan, dimana kedua manajemen tersebut saling terkait dan terintegrasi.

Kementrian Kesehatan Republik Indonesia telah mengeluarkan Peraturan Menteri


Kesehatan no 1691/2011 tentang Keselamatan Pasien Rumah Sakit. Peraturan ini menjadi
1
tonggak utama operasionalisasi Keselamatan Pasien di rumah sakit seluruh Indonesia.
Banyak rumah sakit di Indonesia yang telah berupaya membangun dan mengembangkan
Keselamatan Pasien, namun upaya tersebut dilaksanakan berdasarkan pemahaman
manajemen terhadap Keselamatan Pasien. Peraturan Menteri ini memberikan panduan
bagi manajemen rumah sakit agar dapat menjalankan spirit Keselamatan Pasien secara
utuh.

Menurut Permenkes Nomer 1691/2011, Keselamatan Pasien adalah suatu sistem di rumah
sakit yang menjadikan pelayanan kepada pasien menjadi lebih aman, oleh karena
dilaksanakannya: asesmen resiko, identifikasi dan analisis insiden, kemampuan belajar
dari insiden dan tindak lanjutnya, serta implementasi solusi untuk meminimalkan
timbulnya resiko dan mencegah terjadinya cedera yang disebabkan oleh kesalahan akibat
tindakan medis atau tidak dilakukannya tindakan medis yang seharusnya diambil. Sistem
tersebut merupakan sistem yang seharusnya dilaksanakan secara normatif. Melihat
lengkapnya urutan mekanisme Keselamatan Pasien dalam PMK tersebut, maka, jika
diterapkan oleh manajemen rumah sakit, diharapkan kinerja pelayanan klinis rumah sakit
dapat meningkat serta hal-hal yang merugikan pasien (medical error, nursing error, dan
lainnya) dapat dikurangi semaksimal mungkin

Permenkes 1691 tahun 2011 tersebut menjelaskan tentang sasaran keselamatan pasien.
Pada sasaran keselamatan pasien sasaran 1 mengatur tentang ketepatan identifikasi pasien.
Identifikasi pasien dapat dilakukan melalui pesasangan gelang identitas yang bertuliskan
nama pasien, tanggal lahir, nomor rekam medis.

Program pendidikan Profesi Ners pada stase manajemen keperawatan ini merupakan suatu
kegiatan belajar yang memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk dapat
mengaplikasikan konsep atau teori yang telah didapat dalam pendidikan formal dalam
kenyataan di lapangan untuk mengelola suatu sistem pelayanan keperawatan maupun
asuhan keperawatan. Berdasarkan latar belakang di atas maka mahasiswa melakukan
praktek manajemen keperawatan di RS Tebet khususnya di ruang perawatan lantai 4 lama
(4A) untuk melihat penerapan manajemen keperawatan. Pada kegiatan observasi saat
praktik, mahasiswa menemukan masih belum optimalnya kepatuhan perawat dalam
penggunaan Alat Pelindung Diri (APD), sehingga mahasiswa tertarik untuk memilih pilot
projek tentang penggunaan APD.

2
B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Setelah melakukan praktek manajemen keperawatan selama 15 hari di ruang lantai 4 lama (4A) RS
Tebet, mahasiswa mampu menerapkan proses manajemen keperawatan.

2. Tujuan Khusus
Setelah melakukan praktek manajemen keperawatan selama 15 hari, mahasiswa
mampu mencapai kompetensi manajemen keperawatan yang meliputi:
a. Melakukan pengkajian situasi di unit rawat inap lantai 4 lama (4A) RS Tebet
sebagai dasar untuk menyusun rencana strategi dan operasional tentang kepatuhan
penggunaan APD.
b. Menentukan alternatif pemecahan masalah di unit rawat inap lantai 4 lama (4A)
RS Tebet dengan mengimplementasikan penggunaan APD.
c. Memberikan pengarahan di unit rawat inap lantai 4 lama (4A) RS Tebet tentang
prosedur penggunaan APD.
d. Mengevaluasi proses penerapan penggunaan APD.

C. Manfaat Penulisan
1. Bagi pasien dan keluarga
Pasien dan keluarga mendapatkan pelayanan keperwatan yang memprioritaskan
keselamatan pasien melalui penerapan proses identifikasi pasien
Tingkat kepuasan pasien dan keluarga terhadap pelayanan meningkat
2. Bagi ruang perawatan
Melalui praktek profesi manajemen keperawatan, dapat diketahui masalah-masalah
yang ada di RS Tebet terutama ruang rawat inap Lt.4 A dan penyelesaiannya
Tercapai tingkat kepuasan kerja yang optimal
Terbinanya hubungan yang baik antara perawat dengn perawat, perawat dengan tim
kesehatan, dan perawat dengan pasien serta keluarganya
Tumbuh dn terbinanya akuntabilitas dan disiplin diri perawatBagi mahasiswa
Tercapainya pengalaman dalam penerapan proses menejemen keperawatan.

3
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Konsep Dasar Teori Manajemen

1. Pengertian Manajemen Keperawatan

Gulick dalam Wijayanti (2008: 1) mendefinisikan manajemen sebagai suatu bidang

ilmu pengetahuan (science) yang berusaha secaras istematis untuk memahami

mengapa dan bagaimana manusia bekerja bersama-sama untuk mencapai tujuan dan

membuat sistem ini lebih bermanfaat bagi kemanusiaan.

Schein (2008: 2) memberi definisi manajemen sebagai profesi. Menurutnya

manajemen merupakan suatu profesi yang dituntut untukbekerja secara profesional,

karakteristiknya adalah para profesionalmembuat keputusan berdasarkan prinsip-

prinsip umum, para profesionalmendapatkan status mereka karena mereka mencapai

standar prestasi kerjatertentu, dan para profesional harus ditentukan suatu kode etik

yang kuat.

Terry (2005: 1) memberi pengertian manajemen yaitu suatu proses atau kerangka

kerja, yang melibatkan bimbingan atau pebgarahan suatukelompok orang-orang

kearah tujuan-tujuan organisasional atau maksudmaksudyang nyata. Hal tersebut

meliputi pengetahuan tentang apa yangharus dilakukan, menetapkan cara bagaimana

melakukannya, memahamibagaimana mereka harus melakukannya dan mengukur

efektivitas dariusaha-usaha yang telah dilakukan.

Manajemen keperawatan adalah penggunaan waktu yang efektif, karena manajemen

adalah pengguna waktu yang efektif, keberhasilan rencana perawat manajer klinis,
4
yang mempunyai teori atau sistematik dari prinsip dan metode yang berkaitan pada

instusi yang besar dan organisasi keperawatan di dalamnya, termasuk setiap unit.

Teori ini meliputi pengetahuan tentang misi dan tujuan dari institusi tetapi dapat

memerlukan pengembangan atau perbaikan termasuk misi atau tujuan devisi

keperawatan. Dari pernyataan pengertian yang jelas perawat manajer

mengembangkan tujuan yang jelas dan realistis untuk pelayanan keperawatan

(Swanburg, 2000).

Menurut Swanburg (2000), ketrampilan manajemen dapat diklasifikasikan dalam tiga

tingkatan yaitu:

Keterampilan intelektual, yang meliputi kemampuan atau penguasaan teori,

keterampilan berfikir.

Keterampilan teknikal meliputi: metode, prosedur atau teknik.

Keterampilan interpersonal, meliputi kemampuan kepemimpinan dalam berinteraksi

dengan individu atau kelompok.

2. Fungsi-fungsi Manajemen

Fungsi manajemen keperawatan meliputi beberapa elemen utama yaitu Planning

(perencanaan), Organizing (pengorganisasian), Staffing (ketenagaan), Directing

(pengarahan), Controlling (pengendalian). (Terry, 2010).

a. Planning (Perencanaan)

Planning merupakan sebuah proses yang dimulai dengan merumuskan tujuan

organisasi sampai dengan menyusun dan menetapkan rangkaian kegiatan untuk

mencapainya, melalui perencanaan akan dapat ditetapkan tugas- tugas staf.

Dengan tugas ini seorang pemimpin akan mempunyai pedoman untuk melakukan

supervisi dan evaluasi serta dapat menetapkan sumber daya yang dibutuhkan oleh

staf dalam menjalankan tugas- tugasnya.

5
b. Organizing (Pengorganisasian)

Organizing merupakan rangkaian kegiatan manajemen untuk menghimpun semua

sumber data yang dimiliki oleh organisasi dan memanfaatkannya secara efisien

untuk mencapai tujuan organisasi.

c. Actuating (directing, commanding, coordinating) atau Penggerakan

Actuating merupakan proses memberikan bimbingan kepada staf agar mereka

mampu bekerja secara optimal dan melakukan tugas-tugasnya sesuai dengan

ketrampilan yang mereka miliki sesuai dengan dukungan sumber daya yang

tersedia.

d. Controlling (Pengawasan, Monitoring)

Controlling merupakan proses untuk mengamati secara terus menerus pelaksanaan

rencana kerja yang sudah disusun dan mengadakan koreksi terhadap

penyimpangan yang terjadi.

3. Unsur Manajemen

Manajemen dibutuhkan setidaknya untuk mencapai tujuan, menjaga keseimbangan di

antara tujuan-tujuan yang saling bertentangan, dan untuk mencapai efisiensi dan

efektivitas.

a. Man (Ketenagaan)

6
Dalam manajemen, faktor manusia adalah yang paling utama dan menentukan.

Manusia yang membuat tujuan dan manusia juga yang melakukan proses untuk

mencapai tujuan. Tanpa adanya manusia tidak ada proses kerja, yang pada

dasarnya manusia adalah makhluk pekerja. Dalam suatu aktivitas selalu terkait

dengan tenaga kerja manusia.

b. Money (Keuangan)

Uang merupakan salah satu unsur yang tidak dapat diabaikan. Uang merupakan

alat tukar dan digunakan sebagai alat pengukur nilai. Besar kecilnya hasil kegiatan

dapat diukur dari jumlah uang yang beredar dalam perusahaan. Oleh karena itu,

uang merupakan alat (tool) yang penting untuk mencapai tujuan karena segala

sesuatu harus dipikirkan secara rasional.

Hal ini akan berhubungan dengan berapa uang yang harus disediakan untuk

membiayai gaji tenaga kerja, alat-alat yang akan dibutuhkan dan harus dibeli serta

berapa hasil yang akan dicapai dalam sebuah perusahaan ataupun organisasi.

Dalam manajeman, uang adalah hal yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan yang

diinginkan.

c. Materials (Bahan atau bahan baku)

Dalam manajemen, materials termasuk bahan-bahan apa saja yang dipergunakan

untuk mencapai tujuan. Materi yang terdiri dari bahan setengah jadi atau raw

material dan juga bahan jadi. Dalam dunia usaha untuk mencapai hasil yang lebih

baik, selain manusia yang ahli dalam bidangnya juga harus dapat menggunakan

bahan atau materi-materi sebagai salah satu sarana.

d. Machines (Mesin)

7
Dalam kegiatan perusahaan, mesin sangat diperlukan. Penggunaan mesin akan

membawa kemudahan atau menghasilkan keuntungan yang lebih besar seta

menciptakan efesiensi kerja. Jadi dalam manajemen mesin-mesin atau alat-alat

yang digunakan atau diperlukan untuk mencapai tujuan.

e. Methods (metode)

Dalam pelaksanaan kerja diperlukan metode-metode kerja. Suatu tata cara kerja

yang baik akan memperlancar jalannya pekerjaan, sebuah metode saat dinyatakan

sebagai penetapan cara pelaksanaan suatu kerja suatu tugas dengan memberikan

berbagai pertimbangan-pertimbangan kepada sasaran, fasilitas-fasilias yang

tersedia dan penggunaan waktu, serta uang dan kegiatan usaha. Tetapi meskipun

metode baik sedangkan orang yang melaksanakannya tidak mengerti atau tidak

mempunyai pengalaman, maka hasilnya tidak akan memuaskan.

f. Market (Pasar)

Penguasaan pasar memiliki peran penting untuk menyebarkan hasil produksi yang

tetap menjaga dan memperhatikan kualitas dan harga barang. Memasarkan produk

yang berupa barang ataupun jasa haruslah menguasai pasar artinya

menyebarluaskan hasil produksi ataupun menginformasikan barang atau jasa

tersebut. Pasar adalah tempat dimana menjual barang dan jasa – jasa yang telah

dihasilkan.

B. Konsep Alat Pelindung Diri


1. Pengertian
Keselamatan pasien (patient safety) adalah suatu sistem dimana rumah sakit membuat
asuhan pasien lebih aman, mencegah terjadinya cidera yang disebabkan oleh
kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak mengambil tindakan yang
seharusnya diambil. Sistem tersebut meliputi pengenalan resiko, identifikasi dan

8
pengelolaan hal yang berhubungan dengan resiko pasien, pelaporan dan analisis
insiden, kemampuan belajar dari insiden, tindak lanjut dan implementasi solusi untuk
meminimalkan resiko (Depkes 2008).
B. Sasaran Keselamatan Pasien Terdiri Dari :
1. Ketepatan Identifikasi Pasien
Kesalahan karena keliru pasien sebenarnya terjadi di semua aspek diagnosis dan
pengobatan. Keadaan yang dapat mengarahkan terjadinya error / kesalahan dalam
mengidentifikasi pasien adal ah pasien yang dalam keadaan terbius / tersedasi,
mengalami dis-orientasi, atau tidak sadar sepenuhnya; mungkin bertukar tempat
tidur, kamar, lokasi di dalam rumah sakit atau akibat situasi lain.

1. Peningkatan Komunikasi Efektif


Komunikasi yang efektif, tepat waktu, akurat, lengkap dan jelas dan dipahami oleh
penerima pesan akan mengurangi kesalahan dan menghasilkan peningkatan
keselamatan pasien. Komunikasi dapat secara elektronik, lisan atau tertulis.
Komunikasi yang paling mudah mengalami kesalahan adalah perintah diberikan
secara lisan dan melalui telepon.

3. Peningkatan Keamanan Obat Yang Perlu Diwaspadai


a. Obat yang harus diwaspadai adalah obat yang sering menyebabkan terjadi
kesalahan / kesalahan serius (sentinel event) serta obat yang beresiko tinggi
menyebabkan dampak yang tidak diinginkan (adverse outcome) yaitu elektrolit
konsentrat + obat-obat yang terlihat mirip dan kedengarannya mirip (Nama
Obat Rupa dan Ucapan Mirip/ NORUM, atau Look Alike Sound Alike / LASA)
b. Semua obat High Alert Medication harus memiliki identifikasi dan penandaan
khusus dan dikelola oleh petugas yang kompeten terhadap obat-obat yang
dimaksud (apoteker / tenaga kefarmasian)
c. Tempat penyimpanan obat-obat dalam kelompok ini khususnya elektrolit
konsetrat di Instalasi Farmasi, IRIN, IBS, IRJ, Kamar Bersalin (khususnya
magnesium sulfat). Dimana obat-obat dimaksud diberi tempat tersendiri /
khusus.
d. Verifikasi ulang sebelum obat diberikan kepada pasien harus dilakukan meliputi
ketepatan pasien, obat, dosis, waktu serta cara pemberian

9
e. Syarat pemberian obat-obat yang perlu diwaspadai adalah mampu melakukan
monitoring efek samping, tersedia protokol pengelolaan efek samping dan
tersedia antidotumnya.

4. Kepastian Tepat Lokasi, Tepat Prosedur, Tepat Pasien Operasi


a. Proses Verifikasi
1) Merupakan proses untuk mengidentifikasi hal-hal yang harus tersedia pada saat
tindakan pembedahan
2) Mencocokkan hal-hal tersebut diatas dengan pasien
3) Proses verifikasi sedapat mungkin dilakukan dengan melibatkan pasien
4) Proses verifikasi dicatat dalam lembar verifikasi
5) Proses verifikasi dilakukan sebelum pasien masuk kamar operasi

b. Penandaan Lokasi Prosedur (Marking)


Semua pasien yang akan dioperasi dimana lokasi operasi memiliki lateralisasi
(sisi kanan dan kiri), struktur ganda (jari-jari tangan, kaki, lesi) atau tingkatan
berlapis (tulang belakang, tulang iga) harus dilakukan pemberian “Surgical Site
Marking”.
c. Time Out
1) RS melaksanakan Time Out dalam rangkaian prosedur keselamatan pasien
bedah terstandar yang diadaptasi dari WHO – surgical Safety Checklyst
berupa Sign In, Time Out, Sign In
2) Proses Time Out harus diikuti oleh seluruh anggota tim yang terlibat dalam
prosedur bedah atau prosedur invasif
3) Check list keselamatan bedah harus dilakukan dan dilengkapi untuk seluruh
pasien yang menerima tindakan bedah atau prosedur invasif lainnya.
4) Tindakan Time Out dilakukan sebelum prosedur invasif atau sebelum
dilakukan insisi.

5. Pengurangan Resiko Infeksi Terkait Pelayanan Kesehatan


Infeksi umumnya dijumpai dalam semua bentuk pelayanan kesehatan termasuk
infeksi saluran kemih – terkait kateter, infeksi aliran darah (blood stream infections)
dan pneumonia (seringkali dihubungkan dengan ventilasi mekanis).
Pokok dari eliminasi infeksi adalah cuci tangan (hand hygiene) yang tepat.

10
a. Kebersihan tangan merupakan proses membersihkan tangan dengan menggunakan
sabun dan air yang menghalir (hand wash) atau dengan menggunakan antiseptik
berbasis alkohol (hand rub)
b. Semua orang yang berada di RS wajib menjaga dan melaksanakan kebersihan
tangan
c. Rumah Sakit memfasilitasi sarana prasarana kebersihan tangan yang dibutuhkan.

6. Pengurangan Resiko Pasien Jatuh


a. Perawat wajib melakukan pengkajian resiko jatuh untuk setiap pasien yang
dirawat, guna meminimalkan resiko jatuh dengan metode “Morse Fall” untuk
pasien dewasa dan metode “Humpty Dumpty” untuk pasien anak.
b. Pengurangan resiko jatuh dilakukan dengan memberikan identifikasi jatuh pada
setiap pasien, memberikan intervensi pada pasien yang beresiko serta
memberikan lingkungan yang aman.
C. Penatalaksanaan Identifikasi Pasien
1. menggunakan gelang identifikasi (warna pink untuk wanita, dan biru untuk laki –
laki )
2. menggunakan gelang penanda ( warna kuning untuk resiko jatuh, merah untuk alergi
dan unggu untuk DNR)
3. Penulisan digelang harus dicetak dan yang harus dituliskan nama sesuai KTP,
tanggal lahir dan nomer rekam medis
4. yang tidak boleh dituliskan dalam gelang identifikasi adalah nomer bed dan nomer
kamar pasien
5. yang harus dilakukan saat pemasangan gelang
a) Jelaskan fungsingnya
b) Dipasang saat pasien dinyatakan dirawat inap
c) Bias dipasang oleh petugas administrasi / perawat
6. Gelang dilepas saat pasien dinyatakan boleh pulang dengan cara digunting

11
BAB III
ANALISA SITUASI

A. Profil RS Tebet
1. Visi RS Tebet
”Memberikan pelayanan kesehatan secara menyeluruh yang baik dan bermutu bagi
masyarakat”.

2. Misi RS Tebet
a. Mengembangkan kompetensi sumber daya manusia diseluruh unit rumah sakit
dalam hal keterampilan dan perilaku yang penuh kasih.
b. Mengembangkan pelayanan berstandar internasional dan memanfaatkan peralatan
modern sesuai teknologi kedokteran.
c. Mengembangkan sarana fisik yang baik untuk menunjang pelayanan rumah sakit.
d. Mengembangkan sistem pendidikan kesehatan didukung pengajar yang kompoten
dan sarana penunjang lainnya.

2. Falsafah RS Tebet
Rumah Sakit Tebet adalah rumah sakit swasta yang bekerja sama dengan pemerintah
dalam upaya meningkatkan pelayanan kesehatan masyarakat dan kesejahteraan rakyat
yang dilaksanakan tanpa membedakan suku, bangsa, ras, dan tingkat sosial ekonomi
masyarakat yang dilayani.

3. Tujuan RS Tebet
a. Mewujudkan pelayanan kesehatan secara menyeluruh yang sesuai dengan standar.
b. Mengembangkan usaha pelayanan Rumah Sakit.

12
c. Memiliki sumberdaya Manusia yang bermutu, berketrampilan, berpengalaman,
dan sejahtera.

1. Fungsi RS Tebet
a. Melaksanakan upaya pelayanan medis, pelayanan penunjang medik, pelayanan
perawatan dan pelayanan kesehatan.
b. Melaksanakan pengelolaan administrasi umum dan kepegawaian.
c. Melaksanakan pengelolaan administrasi keuangan Rumah Sakit Tebet.

2. Motto RS Tebet
“Memberikan pelayanan Cepat, Tepat, Aman, Tuntas dan Nyaman”.

3. Tata Nilai RS Tebet


T : Talenta  Kami percaya setiap individu memiliki talenta yang unik
E : Empati  Kami percaya empati membuat individu bekerjasama dengan baik
dalam tim
B : Bajik (Kebijakan, berguna)  Kami percaya setiap tim berguna dalam berbagai
pelayanan
E : Emong  Kami percaya saling emong dalam tim
T : Terpercaya  Kami percaya pada akhirnya seluruh tim menjadi yang terpercaya

B. Analisa Situasi Ruangan


1. Kapasitas Tempat Tidur
Ruang rawat inap lantai 4 lama (4A) RS Tebet adalah ruang perawatan untuk pasien
umum baik dewasa maupun anak-anak dengan kasus yang bervariasi (penyakit
dalam, bedah, dan isolasi). Ruang lantai 4 lama (4A) RS Tebet memiliki 8 kamar
perawatan dengan 35 tempat tidur yang terbagi atas kelas I, kelas II dan kelas III
dengan pembagian sebagai berikut:
a. Kelas I : 2 kamar, masing-masing 2 tempat tidur
b. Kelas II : 2 kamar, masing-masing 4 tempat tidur
c. Kelas III (Dewasa) : 2 kamar, masing-masing 8 tempat tidur
d. Kelas III (Anak) : 1 kamar, terdiri dari 5 tempat tidur
e. Isolasi : 1 kamar, terdiri dari 2 tempat tidur

2. BOR Ruang Perawatan


13
BOR ruangan lantai 4 lama RS Tebet selama 15 hari praktek lapangan seagai berikut:
JUMLAH
TGL BOR
PASIEN
30 Jan’17 8 22,85 %
31 Jan’17 9 25,71 %
01 Feb’17 12 34,28 %
02 Feb’17 8 22,85 %
03 Feb’17 7 20 %
06 Feb’17 12 34,28 %
07 Feb’17 12 34,28 %
08 Feb’17 20 57,14 %
09 Feb’17 19 54,28 %
10 Feb’17 21 60 %
Jadi BOR rata – rata perhari adalah 34,76%

1. Karakteristik Perawat Ruangan


Jumlah seluruh perawat di RS Tebet 80 orang dan di ruang lantai 4 lama (4A) RS
Tebet adalah 12 orang dengan tingkat pendidikan 2 orang Ners dan 10 orang D3
Keperawatan. Di RS Tebet belum menerapkan sistem leveling atau jenjang karir.
Dalam melaksanakan asuhan kepeawatan kepada pasien, ruang lantai 4 lama (4A) RS
Tebet menggunakan metode tim tetapi dalam pelaksanaannya tidak berjalan dengan
baik dan lebih sifat fungsional.

2. Analisa situasi ruangan


Dari hasil wawancara dan observasi selama 10 hari praktek di ruang Lt. 4 RS Tebet
didapatkan beberapa data sbb :
Hasil wawancara Hasil observasi
Fungsi perencanaan
Visi, Misi ruangan Menurut kepala ruangan Tidak ada display visi, misi
ada tetapi tidak didisplay RS di ruangan Lt. 4 RS Tebet
Program kerja Menurut Kepala ruangan, Tidak ada program kerja
belum ada program kerja
ruangan yang dibuat
Fungsi pengorganisasian
Struktur organisasi Menurut kepala ruangan Tidak ada display visi, misi
struktur organisasi ada. RS di ruangan Lt. 4 RS Tebet
Kepala Bidang
Keperawatan berada
dibawah Direktur Medik
Uraian tugas Menurut kepala ruangan
UTW masing-masing
perawat sudah ada
Metode asuhan Menurut kepala ruangan Dalam pelaksanaan asuhan

14
metode asuhan yang perawat memegang tanggung
digunakan adalah metode jawab masing-masing
tim tetapi dalam (fungsional)
pelaksanaannya bersifat
fungisional
Pendokumentasian askep Menurut kepala Ruangan, Format asuhan keperawatan
asuhan keperawatan belum lengkap, hanya ada
didoumentasikan pada format pengkajian rawat
format yang telah ada inap, diagnosa keperawatan
dan SOAP ditulisan di CPPT
Format NCP dan SOAP
belum ada
Pengaturan jadwal dinas/ Menurut Kepala Ruangan Pada daftar dinas, perawat
metode penugasan penghitungan kebutuhan dibagi dalam 3 shift, yaitu:
tenaga perawat belum pagi 3 + 1 karu, sore 3,
menggunakan rumus malam 2, L/CT/LM 3
tertentu dan jadwal dinas
diatur sesuai tenaga yang
ada
Pengorganisasian menurut kepala rungan observasi didapatkan pada
perawatan klien didapatkan data bahwa jadwal dinas perawat dibagi
metode penugasan yang dalam dua tim, di papan
ada menggunakan metode display daftar pasien setiap
tim dengan membentuk perawat dibagi untuk
dua tim tanggungjawab pasien
masing-masing, namun pada
pelaksanaannya masing-
masing perawat menjalankan
fungsinya masing-masing
dan bertanggungjawab pada
katim

Fungsi pengarahan
Penilaian kinerja Menurut kepala ruangan -
penilaian kinerja dilakukan
setiap tahun, buku raport
ada untuk masing-masing
perawat dan diisi jika ada
kesalahan saja
Pendelegasian Pendelegasian dilakukan
secara lisan
Fungsi Pengendalian
Program pengendalian Menurut kepala ruangan Tidak ada dokumen
mutu belum ada program pengendalian mutu
pengendalian mutu yang
dilakukan di ruangan
Pelaksanaan SPO dan SAK Menurut kepala ruangan Tidak ada SPO dan SAK di
SPO dan SAK sudah ada, ruangan
tetapi sedang direvisi
Inventarisasi alat medis dan Menurut Kepala ruangan Buku inventaris ada hanya
non medis inventaris alat ada tetapi tertera jumlah barang,
pelaksanaan inventarisasi setiap hari
15
inventarisasinya tidak rutin sekali dan hanya sampai
bulan September 2016
Fungsi sebagai agen perubahan
Pembuangan sampah Tempat sampah belum model
injak, tulisan pada tempat
sampah tidak ada,
Humidifier O2 Humidifier tidak dibersihkan
secara berkala, saat tidak
digunakan tetap terpasang di
kamar dan air tidak dibuang
Format asuhan Format asuhan keperawatan
keperawatan belum lengkap, hanya ada
pengkajian rawat inap dan
SOAP ditulis di CPPT
Sprei untuk tempat tidur Sprei sudah selalu terpasang
pasien baru pada tempat tidur pasien
meskipun kosong tetapi tidak
ada penutupnya sehingga
mudah terkena debu
Pelaksanaan cuci tangan Pelaksanaan five moment
dan enam langkah cuci
tangan oleh petugas belum
dijalankan
Pasien dan keluarga tidak
diedukasi ttg cuci tangan
Di kamar pasien tidak ada
wastafel di dekat pintu masuk
dan handrub di pintu masuk
dan setiap bed pasien
Gelang identitas pasien dan Dari 21 pasien yang Gelang identitas sudah ada,
tanda resiko jatuh diwawancara, semua tulisan yang ada di gelang
pasien mengatakan pada lebih dari standar yang
saat pemasangan tidak diwajibkan,
dijelaskan fungsi dari
gelang identitas tersebut
Sistem operan/hand over Pada saat operan, materi
yang dioperkan lebih ke
instruksi medis sedangkan
asuhan keperawatan tidak
dibahas

2. Analisa SWOT
Strenght 1. Perangkat (gelang identitas) sudah tersedia dan sudah diterapkan
2. Pengetahuan perawat tentang gelang identitas baik (berdasarkan
kuisioner yang telah diedarkan

Weakness 1. Kebijakan RS Tebet (pada gelang pasien tertera nama pasien, nama
dokter, kamar, ruangan, umur, jaminan, tanggal masuk, tanggal lahir)
2. RS Tebet belum dialakukan survey akreditasi versi 2012
3. Pada struktur organisasi, Keperawatan belum berdiri sendiri, masih
dibawah Direktur medis
16
Opportunity 1. PMK RI Nomor. 1691/MENKES/PER/VIII/2001 tentang
keselamatan pasien rumah sakit
SASARAN I : KETEPATAN IDENTIFIKASI PASIEN
Standar SKP I Rumah sakit mengembangkan pendekatan untuk
memperbaiki/ meningkatkan ketelitian identifikasi pasien
Elemen penilaian sasaran I :
Pasien diidentifikasi menggunakan dua identitas pasien (nama,
tanggal lahir, no RM)
2. Tuntutan akreditasi versi 2012 bahwa keselamatan pasien adalah
prioritas
3. Adanya kebijakan BPJS bahwa rumah sakit yang bekerjasama
dengan BPJS harus terakreditasi

Threat 1. Sudah banyak rumah sakit yang menerapkan standar keselamatan


pasien terutama identifikasi pasien

3. Perumusan masalah
NO MASALAH ALTERNATIF PENYELESAIAN
1 Belum display visi misi diruangan Memasang visi misi diruangan
2 Belum adanya program kerja diruangan Membuat program kerja diruangan
3 Belum adanya display struktur Memasang display struktur organisasi
organisasi diruangan diruangan
4 Metodeh asuhan yang belum optimal Meng optimalkan metodeh asuhan
5 Belum lengkapnya format asuhan Melengkapi format asuhan
keperawatan keperawatan
6 Penghitungan ketenagaan keperawatan Membuat perencanaan ketenagan
yang sesuai dengan rumus ketenaga yang mengacu pada rumus yang ada
kerja
7 Pemanfaatan buku rapot kariyawan Mengoptimalkan buku rapot
yang belum optimal kariyawan
8 Belum adanya program pengendalian Mengadakan program pengendalian
mutu ruangan mutu ruangan yang mengacuh pada
program rumah sakit
9 Pelaksanaan SPO dan SAK yang belum Revisi sosialisasi dan evaluasi
optimal pelaksanaan SPO dan SAK secara
berkala
10 Pembuangan sampah yang belum Penyedian tempat sampah yang

17
sesuai standar, mencantumkan tulisan
disetiap tempat sampah sesuai dengan
fungsinya
11 Tidak adanya cover untuk tempat tidur Menyediakan cover bed untuk pasien
pasien baru yang telah disiapkan baru
12 Belum terlaksanakan prosedur cuci Mengadakan pelatihan cuci tangan
tangan dengan benar yang benar untuk petugas rumah sakit,
membuat leaflet cuci tangan untuk
edukasi kepada pasien dan kelurga
13 Prosedur pemasangan gelang identitas Perbaikan prosedur pemasangan
yang belum sesuai dengan standar gelang identifikasi sesuai standar
14 System operan yang belum optimal Memperbaiki system operan

Dari masalah yang berhasil diidentifikasi dengan mempertimbangkan sumber daya,


waktu, kewenangan dan kemampuan untuk mengatasi masalah yang ada maka
kelompok mengambil projek tentang prosedur pemasanagan gelang identitas karena
dirasa lebih mudah dan efisien untuk dilaksanakan.

4. Plan Of Action
Kegiatan Waktu Tempat Sasaran Hasil yang diharapkan
Konsultasi Jumat, 03 Ruang - Adanya pengarahan dari
dengan Februari Lt. 3 RS pembimbing
pembimbing 2017 Tebet
Koordinasi Selasa, 07 Ruang - Terjadinya kesepahaman
dengan Februari Lt. 4 A, dengan Kepala Ruangan
Kepala 2017 RS Tebet tentang projek yang akan
Ruangan diambil
tentang
projek yang
akan diambil
dan rencana
penyebaran
kuisioner
Kordinasi Kamis, 09 Ruang - Terjadinya kesepahaman
dengan Februari Lt. 4, RS dengan Kabid Keperawatan
Kabid 2017 Tebet tentang projek yang akan
Keperawatan diambil
tentang
projek dan
rencana trial
Sosialisasi Selasa, 14 RS Tebet Kabid, - Tersosialisasinya materi
tentang Februari Karu dan (Prosedur pemasanagn gelang
18
pemasangan 2017 perwakila identitas, resiko jatuh, alergi
gelang n perawat dan DNR
identitas dari RS
Tebet
Role Play Selasa, 14 RS Tebet Kabid, - Prosedur pemasanagn gelang
SOP Februari Karu dan identitas, resiko jatuh, alergi
pemasangan 2017 perwakila dan DNR dapat dipahami dan
gelang n perawat dimengerti oleh peserta dan
identitas, pin dari RS dapat diterapkan
resiko jatuh, Tebet
alergi dan
DNR

5. Penyelesian Masalah
Dilakukan pemaparan materi/sosialisasi tentang prosedur pemasangan gelang
identitas dan asesmen resiko jatuh, alergi dan DNR kepada Kabid Keperawatan,
Kepala Ruangan dan perwakilan perawat dari semua unit.

19
BAB IV
PEMBAHASAN

1. Kesenjangan Teori dan Penyelesaian


A. Fokus Masalah
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1691 Tahun 2011 tentang
Keselamatan Pasien Rumah Sakit,
1) Sasaran I : Ketepatan Identifikasi Pasien
 Standar SKP I
Rumah sakit mengembangkan pendekatan untuk memperbaiki/meningkatkan
ketelitian identifikasi pasien.
 Maksud dan Tujuan Sasaran I
Kesalahan karena keliru dalam mengidentifikasi pasien dapat terjadi di hampir
semua aspek/tahapan diagnosis dan pengobatan.
2) Elemen Penilaian Sasaran I
 Pasien diidentifikasi menggunakan dua identitas pasien, tidak boleh menggunakan
 nomor kamar atau lokasi pasien.
 Pasien diidentifikasi sebelum pemberian obat, darah, atau produk darah.
 Pasien diidentifikasi sebelum mengambil darah dan spesimen lain untuk
pemeriksaan
 klinis.
 Pasien diidentifikasi sebelum pemberian pengobatan dan tindakan/prosedur.
 Kebijakan dan prosedur mengarahkan pelaksanaan identifikasi yang konsisten
pada semua situasi dan lokasi.
Pelaksanaan identifiasi di ruang Lt. 4 A, RS Tebet sudah menggunakan gelang pink
untuk wanita dan biru untuk laki-laki, akan tetapi tulusannya masih lebih dari tiga
20
yang diwajibkan. Pada proses pemasangannya pasien tidak dijelaskan tentang fungsi
pemasangan gelang.

B. Penyelesaian
Rumah sakit harus menyelenggarakan standar keselamat pasien di rumah sakit.
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1691/ Menkes/
Per/ Viii/ 2011 tentang Keselamatan Pasien Rumah Sakit rumah sakit. Kepedulian
untuk indentifikasi pasien secara benar telah dibuktikan dalam National Patient Safety
Goals tahun2003, identifikasi pasien merupakan sasaran keselaatan pasien yang
pertama. Oleh karena itu setiap rumah sakit wajib untuk menerapkan Patient Safety,
dalam hal panduan identifikasi pasien disebutkan bahwa semua pasien rawat inap dan
pasien yang akan menjalani prosedur harus diidentifikasi dengan benar saat msuk
rumah sakit dan selama perawatannya. Pasien rawat inap harus menggunaka gelang
identitas dengan minimal tiga data yang tercantuk dalam gelang tersebut (Nama Pasien,
Tanggal Lahir / Umur, Nomer Rekam Medis). sesuai dengan standar yang ada.

2. Analisa
Karena keterbatasan mahasiswa memanage waktu untuk menyelesaikan pojek ini maka
pelaksanaan prosedur identifikasi yang benar dilanjutkan oleh pihak RS Tebet. Data
diperoleh dari hasil wawancara yang dilakukan oleh mahasiswa dengan membagikan
kuesioner kepada perawat di ruangan perawatan lantai 3 dan 4A. kuesioner yang
diedarkan sebanyak 21 kuesioner dengan jumlah pertanyaan sebanyak 11 pertanyaan yang
berisi tentang pengetahuan, sikap dan perilaku perawat dalam melaksanakan prosedur
gelang identifikasi pasien.
Dari hasil wawancara ini menunjukan gambaran tentang:
 Tingkat pendidikan perawat. Tingkat pendidikan tertinggi perawat adalah profesi Ners
sebanyak 2 orang / 9,5%, pendidikan S1 keperawatan 2 orang / 9,5, D3 17 orang /
81,0%,

21
 Pengetahuan perwatan tentang keselamatan pasien berhubungan dengan
pengidentifikasi pasien (gelang identitas pasien) menunjukan bahwa perawat diruangan
100 % mempunya pengetahuan yang baik
 Gambaran sikap perawat tentang identifikasi pasien, 19 orang perawat / 90,5%
mempunyai sikap baik dan 2 orang / 9,5% bersikap kurang
 Gambaran perilaku perawat 19 orang 90,5 berperilaku baik dan 2 orang / 9,5%
berperilaku kurang.

Hasil observasi mahasiswa


 Pada saat melakukan prosedur identifikasi pasien perawat tidak melakukan konfirmasi
terlebih dahulu dan tidak menjelaskan fungsi gelang identifikasi kepada pasien
 Pihak ruang keperwatan belum menggunakan gelang penanda ( warna kuning untuk
resiko jatuh, merah untuk alergi dan unggu untuk DNR)
 Penulisan digelang harus dicetak dan yang tidak boleh dituliskan dalam gelang
identifikasi adalah nomer bed dan nomer kamar pasien
 Pihak rumah sakit mempunyai kebijakan yang berbeda – beda, baik dalam bidang
manajemen atau pun dalam bidang pelayanan keperawatan

22
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
1. RS tebet sudah menerapkan pemakaian gelang identitas pasien, tetapi isi tulisannya
masih terlalu banyak.
2. Pin penanda resiko jatuh, alergi dan DNR sudah ada tetapi blom diterapkan secara
optimal.
3. Belum ada SPO pemasangan gelang identitas, pin resiko njatuh, alergi dan DNR.
4. Belum ada format asesmen resiko jatuh.

B. Saran
1. Perlu dipertimbangkan untuk revisi isi tulisan pada gelang identitas pasien.
2. SPO pemasangan gelang identitas perlu segera dibuat, disosialisasikan dan dievaluasi
pelaksanannya di ruangan.
3. Format assesmen resiko jatuh segera dibuat, disosialisasikan dan dievaluasi
pelaksanannya di ruangan sehingga pin yang ada dapat diterapkan secara optimal

23
24

Anda mungkin juga menyukai