Anda di halaman 1dari 8

PANDUAN

RESTRAIN

RSU ANANDA SRENGAT BLITAR

TAHUN 2017

RSU ANANDA SRENGAT BLITAR

JL. Mastrip 14

Srengat - Blitar
DAFTAR ISI

Halaman Judul..................................................................................................................... i
Daftar Isi.............................................................................................................................. ii
I.DEFINISI........................................................................................................ 1
II.RUANG LINGKUP....................................................................................... 1
1.1Indikasi................................................................................................... 1
1.2Jenis Restraint......................................................................................... 1
III.TATA LAKSANA......................................................................................... 4
IV.DOKUMENTASI.......................................................................................... 5
REFERENSI........................................................................................................................ 6

ii
PANDUAN PELAYANAN RESTRAIN
RSU ANANDA SRENGAT

I. DEFINISI
Pengertian dasar restraint adalah membatasi gerak atau membatasi kebebasan.
Pengertian secara internasional adalah suatu cara/ metode/ restriksi yang disengaja
terhadap gerakan/ perilaku seseorang. Dalam hal ini perilaku yang dimaksudkan
adalah tindakan yang direncanakan, bukan suatu tindakan yang tidak disadari/ tidak
disengaja/ sebagai suatu reflek.
Pengertian lain adalah suatu tindakan untuk menghambat / mencegah seseorang
melakukan sesuatu yang diinginkan.
Isolasi/ pengasingan adalah suatu tindakan pengasingan terhadap pasien di dalam
suatu ruangan dimana pasien tinggal sendiri dan dicegah secara fisik untuk
meninggalkan ruangan tersebut. Isolasi hanya digunakan untuk tujuan penanganan
tindakan yang membahayakan diri sendiri dan atau orang lain.

II. RUANG LINGKUP.


Ruang lingkup pelayanan restrain yaitu semua pasien dengan resiko jatuh,
kecenderungan melukai diri sendiri, dan yang menghambat proses pengobatan.

II.1. INDIKASI.
1. Pasien menunjukkan perilaku yang berisiko membahayakan dirinya sendiri dan
atau orang lain.
2. Tahanan pemerintah ( yang legal / sah secara hukum ) yang dirawat di rumah
sakit
3. Pasien yang membutuhkan tatalaksana emergency ( segera ) yang berhubungan
dengan kelangsungan hidup pasien
4. Pasien yang memerlukan pengawasan dan penjagaan ketat di ruangan yang
aman
5. Restraint atau isolasi digunakan jika intervensi lainnya yang lebih tidak restriktif
tidak berhasil / tidak efektif untuk melindungi pasien, staf, atau orang lain dari
ancaman bahaya.

II.2. JENIS RESTRAINT.


1. PembatasanFisik.
a. Melibatkan satu atau lebih staf untuk memegangi pasien, atau mencegah
pergerakan pasien.
b. Pemegangan fisik :dengan tujuan untuk melakukan suatu pemeriksaan fisik / test
rutin, namun pasien berhak untuk menolak prosedur ini.

1
c. Memegangi pasien dengan tujuan untuk membatasi pergerakan pasien dan
berlawanan dengan keinginan pasien termasuk suatu bentuk restraint.
d. Pemegangan pasien secara paksa saat melakukan prosedur pemberian obat(
melawan keinginan pasien ) dianggap suatu restraint.
e. Pada beberapa keadaan, dimana pasien setuju untuk menjalani prosedur /
medikasi tetapi tidak dapat berdiam diri / tenang untuk disuntik / menjalani
prosedur, staf boleh memegangi pasien dengan tujuan prosedur / pemberian
medikasi berjalan dengan lancar dan aman. Hal ini bukan merupakan restraint.
f. Pemegangan pasien ,biasanyaanak / bayi, dengan tujuan untuk menenangkan /
member kenyamanan kepada pasien tidak dianggap sebagai suatu restraint.
2. Pembatasanmekanis
a. Melibatkan penggunaan suatu alat.
b. Misalnya:
Peralatan sehari hari :penggunaan pembatas di sisi kiri dan kanan tempat tidur
( bed rails ) untuk mencegah pasien jatuh / turun dari tempat tidur.
 Penggunaan side rails untuk melindungi pasien dari risiko jatuh, hal ini tidak
dianggap sebagai restraint.
 Penggunaan side rails pada pasien kejang untuk mencagah pasien jatuh /
cedera tidak dianggap sebagai restraint.
3. Surveilansteknologi.
Teknologi yang digunakandapatberupa: gelangpengenal, cctv.
4. Pembatasankimia
a. Melibatkan penggunaan obat obatan untuk membatasi pasien
b. Obat obatan dianggap sebagai suatu restraint hanya jika penggunaan obat obatan
tersebut tidak sesuai dengan standart terapi pasiendan penggunaan obat obatan ini
hanya ditujukan untuk mengontrol perilaku pasien / membatasi kebebasan
bergerak pasien .
c. Pemberian obat obatan sebagai bagian dari tatalaksana pasien tidak dianggap
sebagai restraint. Misalnya obat obatan psikotik untuk pasien psikiatri, obat sedasi
untuk pasien dengan insomnia, obat anti ansietas untuk pasien dengan gangguan
cemas, atau analgesic untuk mengatasi nyeri.
d. Tidak diperbolehkan menggunakan “ pembatasankimia “ ( obat sebagai restraint )
untuk tujuan kenyamanan staf, untuk mendisiplinkan pasien, atau sebagai metode
untuk balas dendam.
e. Efek samping penggunaan obat haruslah dipantua secara rutin dan ketat
5. Pembatasanpsikologis

Meliputi:

a. Pemberitahuan secara konstan / terus menerus kepada pasien mengenai hal


yang tidak boleh dilakukan / memberitahukan bahwa pasien tidak

2
diperbolehkan melakukan hal yang mereka inginkan karena tindakan
tersebut berbahya
b. Pembatasan benda/ peralatan milik pasien seperti: alat bantu jalan pasien,
kacamata, pakaian sehari hari, atau mewajibkan pasien menggunakan baju
rumah sakit dengan tujuan mencegah pasien untuk kabur / keluar.

Berikut adalah beberapa contoh perbandingan antara restraint dan bukan restraint.

No. Contohkasus Restraint / bukan


1. Saat dirawat di rumah sakit karena Bukan restrain karena sedasi tersebut
penyakit jantungnya, pasien tersebut diberikan untuk mengobati
mengalami hipertensi emergency. penyakitnya, bukan untuk
Sebagai bagian dari terapinya, pasien mengontrol / membatasi perilakunya.
disedasi beratdan dirawat di ICU.

2. Saat dirawat di rumah sakit karena Dapat dianggap sebagai restraint


penyakit jantung, pasien juga diketahui karena sedasi diberikan untuk
mengidap demensia dan sering mengontrol perilaku pasien
berkeliaran di RS. Setelah 2 malam
kurang tidur, kaki pasien mengalami
edema yang cukup luas dan terdapat
kekhawatiran bahwa pergerakan
konstan tersebut dapat
mengeksaserbasi penyakit jantungnya
sehingga pasien diberi sedasi.

3. Pasien geriatric dirawat dipanti jompo Sedasi dapat didefinisikan sebagai


dan mengalami susah tidur. Pasien restraint karena ditujukan untuk
sering berkeliaran di rumah untuk mengontrol perilaku pasien
mencari istrinya. Staf meminta dokter
untuk memberikan sedasi

4. Pasien geriatric dengan riwayat stroke Bukan restraint karena bedrails tidak
berulang butuh bantuan untuk turun mengontrol perilaku pasien atau
dari tempat tidur dan melakukan mencegah pasien untuk melakukan
aktifitas sehari-hari. Pasien juga tidak sesuatu yang diinginkan.

3
mampu untuk mengkomunikasikan
kebutuhannya. Pasien gelisah saat
malam ,mengalami spasme otot, dan
berisiko jatuh dari tempat tidur.
Perawat memutuskan untuk
menggunakan bedrails untuk
mengurangi resikojatuh.
5. Pasien geriatric yang dirawat di rumah Dapat dianggap restraint karena
sakit setelah mengalami fraktur mencegah keinginan pasien untuk
panggul. Pasien tidak stabil saat turun dari tempat tidur.
bergerak dan sering lupa menggunakan
alat bantu jalannya. Keluarga sangat
khawatir terjadi fraktur panggul
berulang dan meminta perawat untuk
menggunakan bedrails untuk
mencegah pasien turun sendirian dari
tempat tidur di malam hari.
III. TATA LAKSANA.
1. Yang berwenang membuat keputusan mengenai penggunaan restrain adalah DPJP
1) Pengaplikasian restrain dilakukan berdasarkan instruksi dari DPJP.
2) Jika DPJP tidak hadir saat dibutuhkan instruksi, maka tanggung jawab
didelegasikan pada dokter jaga. Dokter yang menerima delegasi nantinya
akan mengkonsulkan pasien kepada DPJP via telepon
2. Pengaplikasian restrain harus berdasarkan penilaian kebutuhan pasien, kondisi
medis serta riwayat penyakit dan intervensi yang diberikan haruslah sesuai dengan
kebutuhan dan kepentingan pasien.
3. Restrain digunakan sebagai cara/ alternatif terakhir jika metode restriktif lainnya
tidak berhasil / tidak efektif untuk memastikan keselamatan pasien, staf, atau
orang lain.
4. Instruksi penggunaan restrain tidak boleh digunakan instruksi pro re nata ( jika
perlu )
1) Setiap episode penggunaan restrain harus dinilai dan dievaluasi serta
berdasarkan instruksi dokter.
2) Jika pasien sudah terbebas dari penggunaan restrain dan kemudian
menunjukkan perilaku yang membahayakan dan hanya dapat diatasi oleh
re-aplikasi restrain, diperlukan instruksi baru untuk melakukan re-aplikasi.

4
3) Staf tidak boleh memberhentikan penggunaan restrain dan kemudian me-
reaplikasikannya kembali di bawah instruksi yang sebelumnya.
5. Pengecualian :
1) Penggunaan side rails yang diindikasikan harus tercatat di rekam medis
pasien
2) Pada pasien dengan perilaku yang membahayakan diri sendiri penggunaan
restrain untuk mencegah cedera/bahaya pada diri sendiri.
3) Perilaku yang berbahaya dibuat berdasarkan penilaian oleh dokter.
6. Penggunaan restrain yang bertujuan untuk manajemen perilaku destruktif/
membahayakan harus dievaluasi setiap :
1) 4 jam untuk dewasa ≥ 18 tahun ke atas
2) 2 jam untuk anak dan remaja usia 9 – 17 tahun
3) 1 jam untuk anak ˂ 9 tahun
7. Batasan evaluasi di atas tidak berlaku untuk manajemen perilaku non destruktif
8. Aplikasi restrain pada pasien dengan perilaku destruktif
1) Dievaluasi langsung 1 jam setelah instruksi restrain oleh dokter yang
bertugas atau perawat jaga dan dicatat dalam rekam medis pasien.
2) Evaluasi meliputi :
a. Temuan terbaru mengenai kondisi pasien
b. Respon pasien terhadap restrain
c. Hasil evaluasi pasien
d. Perlu tidaknya untuk menghentikan/melanjutkan tindakan restrain.
9. Penggunaan restrain harus dipantau secara berkala dan jika kondisi
membahayakan sudah teratasi segera hentikan penggunaan restrain.
10. Batas waktu penggunaan restrain maksimal 24 jam dan jika batas waktu restrain
hampir berakhir, perawat harus segera melaporkan kondisi klinis pasien
berdasarkan asesmen dan evaluasi terkini, serta menanyakan apakah instruksi
restrain perlu dilanjutkan atau tidak.
11. Prosedur observasi sebelum dan setelah aplikasi restrain
1) Singkirkan semua benda yang berpotensi membahayakan, sebelum
aplikasi restrain
2) Inspeksi keamanan tempat tidur, tempat duduk dan peralatan yang akan
digunakan selama proses restrain.
3) Jelaskan alasan penggunaan restrain
4) Observasi pasien setelah aplikasi restrain
5) Penuhi kebutuhan pasien seperti : makan, minum, mandi dan toileting
6) Lakukan pemantauan secara berkala meliputi : tanda vital, posisi tubuh
pasien, keamanan restrain dan kenyamanan pasien
7) Catat dan laporkan perubahan perilaku pasien pada DPJP.

IV. DOKUMENTASI.
Dokumentasi meliputi :
1. Kondisi pasien
2. Perilaku pasien

5
REFERENSI:
3. Alasan dan jenis penggunaan restrain
1. Royal College of Nursing. Let’s talk about restraint: rights, risks and responsibility. London:
Royal College of Nursing; 2008.
2. Guidelines for restraint or seclusion. 2012.
3. Irish Nurses Organisation.Guidelines on the use of restraint in the care of the older person.
Dublin: Irish Nurses Organisation; 2003.
4. Nurses Board South Australia. Restraints: guideline for nurses and midwives in South
Australia. 2008.
5. Sower WP, Wharton E, Weaver A. Restraints, seclusion, and patient rights standards for
hospitals under the Medicare /Medicaid program.
6. National Council for Community Behavioral Healthcare. Policy resources: restraints and
seclusion – rules chart. CMS revised rules (key provisions). 2012.
7. anohar R. Manual of operations restraints policy. 2008.
8. South Eastern SyndeyIllawarra. Restraint policy – use of (adult patient). 2006.
9. Joint Commission standards on restraint and seclusion / nonviolent crisis intervention training
program. Nonviolent crisis intervention: a CPI specialized offering. 2009.
10. Hilo Medical center. Restrain / seclucion / physician /order sheet patient care plan. 2009
4. Respon pasien terhadap intervensi restrain.
5. Evaluasi perilaku dan kondisi pasien setelah aplikasi restrain

Anda mungkin juga menyukai