Anda di halaman 1dari 10

ek

SIPIL MESIN ARSITEKTUR ELEKTRO

EVALUASI PEMANFAATAN RUANG


DAN STRUKTUR TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN TOLITOLI
Zubair Butudoka *

Abstract
Deviation tendency of the spatial planning which have been specified can be caused by some
factors, either by spatial planning product or implementation step. Monitoring and evaluate to
spatial planning product which there have very needed to to see whether the product of spatial
planning as according to its exploiting, or have been happened by the deviation. Through
method of survey and data mapping mustered, processed, and analysed to monitoring the level
of deviation that happened between condition of reality and plan which have been compiled at
product RTRW. Monitoring focused at exploiting of space and space structure. Result of
monitoring and evaluation show the existence of deviation which significant so that product of
existing RTRW Regency Tolitoli require to be revised.
Keywords: RTRW, Regency Tolitoli

Abstrak
Kecenderungan penyimpangan terhadap tata ruang yang telah ditetapkan dapat disebabkan
oleh berbgai faktor baik produk tata ruang maupun pada tahapan implementasi. Pemantauan
dan evaluasi terhadap produk rencana tata ruang yang telah ada sangat diperlukan untuk
melihat apakah produk rencana tata ruang tersebut berjalan sesuai dengan pemanfaatannya
atau telah terjadi penyimpangan. Melalui metode survey dan pemetaan data dihimpun, diolah,
dan dianalisis untuk memantau besarnya penyimpangan yang terjadi antara kondisi realitas dan
rencana yang telah disusun pada produk RTRW pada lokasi pemantauan. Pemantauan
dititkberatkan pada pemanfaatan ruang dan struktur ruang. Hasil pemantauan dan evaluasi
menunjukkan adanya penyimpangan yang signifikan sehingga produk RTRW Kabupaten Tolitoli
yang ada perlu direvisi.
Kata kunci: RTRW, Kabupaten Tolitoli

1. Pendahuluan pemanfataan ruang sesuai dengan


Penataan ruang wilayah fungsi yang telah ditetapkan dapat
bertujuan untuk tercapainya diwujudkan. Penataan Ruang
pemanfaatan ruang yang berkualitas. menggariskan bahwa pelaksanaan
Untuk itu diperlukan pengendalian pembangunan di tingkat Pusat maupun
melalui kegiatan pengawasan dan di tingkat Daerah harus sesuai dengan
penertiban terhadap pemanfaatan rencana tata ruang yang telah
ruang. Sebagaimana yang ditetapkan. Dengan demikian
dikemukakan dalam Undang-Undang pemanfaatan ruang termasuk
Penataan Ruang Nomor 24 Tahun 1992 didalamnya struktur ruang selayaknya
bahwa pengawasan terhadap sesuai dengan rencana tata ruang.
pemanfaatan ruang diselenggarakan Berbagai kendala Pemerintah
dalam bentuk pelaporan, pemantauan Daerah dalam mewujudkan
dan evaluasi. Melalui kegiatan pembangunan wilayah kabupaten/kota
pemantauan dan evaluasi, kesesuaian sesuai dengan rencana tata ruang
wilayah Kabupaten/Kota diantaranya

* Staf Pengajar Jurusan Teknik Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Tadulako, Palu
Evaluasi Pemanfaatan Ruang dan Struktur Tata Ruang Wilayah di Kabupaten Tolitoli
(Zubair Butudoka)

disebabkan oleh faktor; teknik melakukan kegiatan serta memelihara


operasional, administratif dan tuntutan kelangsungan hidupnya. Sedang
perkembangan pasar. Kecenderungan penataan ruang adalah proses
penyimpangan tersebut dapat terjadi perencanaan tata ruang, pemanfaatan
karena produk rencana tata ruang ruang dan pengendalian pemanfaatan
kurang memperhatikan aspek-aspek ruang. Disebutkan pula bahwa
pelaksanaan (pemanfaatan ruang) pengendalian pemanfaatan ruang
atau sebaliknya bahwa pemanfaatan diselenggarkan melalui kegiatan
ruang kurang memperhatikan rencana pengawasan dan penertiban terhadap
tata ruang yang telah disusun. Oleh pemanfaatan ruang.
sebab itu sangat dirasakan pentingnya Dalam kaitannya dengan
suatu kegiatan evaluasi terhadap penataan ruang dan kedudukan
produk rencana tata ruang yang telah Pemerintah Daerah dapat dilihat bahwa
ada untuk melihat apakah produk dengan diundangkannya UU no.22 dan
rencana tata ruang tersebut berjalan 25 1999 dan PP.15 tahun 2000 tentang
sesuai dengan pemanfaatannya atau pemerintahan daerah yang terkait
telah terjadi penyimpangan. dengan otonomi membuat undang-
Kegiatan evaluasi ini lebih ditekankan undang yang sebelumnya menjadi tidak
pada kegiatan pemantauan begitu relevan termasuk UU.No 24/1992
penyimpangan terhadap pemanfaatan tentang Penataan Ruang dan
ruang yang merupakan bagian dari no.23/1997 tentang Pengelolaan
kegiatan pengawasan pemanfaatan Lingkungan Hidup. Menurut Silas (2001)
ruang dalam pengendalian yang belum difahami dengan benar
pemanfaatan ruang sesuai dengan dan baik adalah dasar penataan ruang
amanat yang ditegaskan dalam dan pengelolaan lingkungan hidup
Undang Undang Penataan Ruang No. harus mau atau tidak melibatkan
24 tahun 1992. masyarakat luas, sedalam dan sedini
mungkin sebgai petaruh (stakeholder)
2. Tinjauan Pustaka utama.
Menurut geografi regional ruang, Melalui kegiatan pemantauan
dapat merupakan suatu wilayah yang penyimpangan Rencana Tata Ruangn
mempunyai batas geografi, yaitu batas Wilayah (RTRW) di Kabupaten Tolitoli
menurut keadaan fisik, sosial, atau dapat dilihat ada tidaknya/besar
pemerintahan yang terjadi dari kecilnya temuan penyimpangan yang
sebagian permukaan bumi dan lapisan terjadi antara rencana yang telah
tanah dibawahnya serta lapisan udara dibuat melalui produk RTRW yang ada
di atasnya (jayadinata, 1999). Lebih saai ini dengan kondisi riil di lapangan
lanjut dikemukakan bahwa suatu terhadap masing-masing pemanfaatan
wilayah (region) dalam pengertian dan struktur ruangnya, sesuai dengan
geografi, merupakan kesatuan alam, arahan Buku Pedoman Pengendalian
yaitu alam yang serba sama, atau Pemanfaatan Ruang (BP3R) di Daerah.
homogen, atau seragam (uniform), dan
kesatuam manusia, yaitu masyarakat 3. Metode Penelitian
serta kebudayaannya yang serba sama Kegiatan pemantauan dan
yang mempunyai ciri (kekhususan) yang evaluasi rencana tata ruang ini,
khas, sehingga wilayah tersebut dapat dilaksanakan dengan menggunakan
dibedakan dari wilayah yang lain. metode “Survei“ dan “Pemetaan“
Dalam Undang-undang Republik dengan langkah-langkah kegiatan
Indonesia 1992 tentang Penataan sebagai berikut :
Ruang disebutkan bahwa ruang adalah a. Setelah persiapan awal prasurvey,
wadah yang meliputi ruang daratan, selanjutnya dilakukan pengumpulan
ruang lautan, dan ruang udara sebagai bahan-bahan pemantauan dan
satu kesatuan wilayah, tempat manusia evaluasi berupa produk rencana
dan mahluk lainnya hidup dan

246
Evaluasi Pemanfaatan Ruang dan Struktur Tata Ruang Wilayah di Kabupaten Tolitoli
(Zubair Butudoka)

tata ruang di masing-masing lokasi Berdasarkan hasil pemantauan


serta data-data sekunder lainnya; yang dilakukan terhadap revisi rencana
b. Melakukan survei lapangan di pemanfaatan ruang bagi peruntukan
masing-masing lokasi pemantauan kegiatan Kawasan Lindung dapat
dan evaluasi melalui lembar tabulasi dikemukakan bahwa pada prinsipnya
pendataan primer untuk melihat tidak ditemukan adanya
kondisi realitas terhadap penyimpangan yang sangat signifikan,
pemanfaatan dan struktur ruang baik terhadap luas, lokasi, maupun
yang ada saat ini (tahun fungsi dan jenis peruntukannya.
pemantauan); Sehingga secara keseluruhan dapat
c. Selain menggunakan lembar dikatakan bahwa peruntukan kegiatan
tabulasi untuk mendapatkan nilai Kawasan Lindung dan pemanfaatannya
kuantitatif rencana yang ada, di wilayah Kabupaten Tolitoli masih
pelaksanaan survei lapangan juga sesuai dengan hasil revisi RTRW yang
menggunakan peta-peta dasar ada. Kendala yang terjadi hanyalah
rencana yang telah ada untuk terkait dengan upaya pengendalian
memantau keberadaan dan pengembangan kawasan lindung
pemanfaatan ruang dan letak yang telah ditetapkan tersebut.
prasarana dan sarana sebagai
B. Kawasan Budidaya
wujud dari struktur ruang;
Perkembangan pemanfaatan
d. Selanjutnya, hasil survei lapangan ini
ruang kawasan budidaya menunjukkan
kemudian dihimpun, diolah, dan
adanya konflik antar sektor/kegiatan
dianalisis untuk memantau besarnya
dan konflik kawasan lindung sebelum
penyimpangan yang terjadi antara
dilakukan revisi terhadap produk RTRW
kondisi realitas dan rencana yang
Kabupaten Tolitoli, sehingga
telah disusun pada produk RTRW di
pengembangan kawasan budidaya,
masing-masing lokasi pemantauan;
setelah dilakukan revisi terhadap produk
pada bagian akhir adalah
RTRW Kabupaten Tolitoli pada tahun
kesimpulan dan saran berdasarkan
2000 yang dipantau saat ini, diarahkan
hasil pemantauan dan evaluasi yang
pada penataan kembali pemanfaatan
dilaksanakan di Kabupaten Tolitoli.
kawasan sesuai dengan potensi sumber
daya yang ada dengan
4. Hasil dan Pembahasan
memperhatikan optimasi
4.1 Hasil pemantauan pemanfaatan
pemanfaatannya
ruang
Berdasarkan hasil pemantauan
 Pemanfaatan peruntukan kegiatan
yang dilakukan terhadap revisi rencana
A. Kawasan lindung
pemanfaatan ruang bagi peruntukan
Penetapan Kawasan Lindung di
kegiatan Kawasan Budidaya dapat
wilayah Kabupaten Tolitoli,
dikemukakan bahwa pada prinsipnya
sebagaimana yang telah diuraikan
tidak ditemukan adanya
pada produk Revisi Rencana Tata
penyimpangan yang sangat signifikan,
Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten
baik terhadap lokasi, fungsi dan jenis
Tolitoli Tahun 2001 – 2011, yang
peruntukan, maupun arah
didasarkan pada kriteria pemanfaatan
pengembangannya. Sehingga secara
ruang untuk kawasan lindung dan
keseluruhan dapat dikatakan bahwa
analisis kesesuaian lahan serta mengacu
peruntukan kegiatan Kawasan
pada Keppres No. 32 Tahun 1990
Budidaya dan pemanfaatannya di
tentang Kawasan Lindung, telah
wilayah Kabupaten Tolitoli masih sesuai
menetapkan bahwa wilayah
dengan hasil revisi RTRW yang ada.
Kabupaten Tolitoli yang masuk dalam
Kendala yang terjadi hanyalah terkait
kriteria kawasan lindung mempunyai
dengan upaya pengendalian dan
luas 113.721,10 Ha atau sekitar 27,87%
pengembangan kawasan budidaya
dari luas keseluruhan wilayah
yang telah ditetapkan tersebut, seperti
Kabupaten Tolitoli.

247
Evaluasi Pemanfaatan Ruang dan Struktur Tata Ruang Wilayah di Kabupaten Tolitoli
(Zubair Butudoka)

juga halnya dengan kondisi kawasan Sesuai dengan arahan pada


lindungnya. RTRW Kabupaten Tolitoli tahun 2001-2004
 Pemantauan penggunaan lahan penentuan hirarki perkotaan di daerah
Berdasarkan hasil data survey Kabupaten Tolitoli didasari pada acuan
lapangan tahun 2004 (tabel 1) terhadap kelengkapan fasilitas yang meliputi
penggunaan lahan di daerah fasilitas sosial, ekonomi dan
Kabupaten Tolitoli yang dibandingkan pemerintahan yang mewakili fungsi
dengan hasil RTRW Kabupaten Tolitoli pusat pelayanan.
dalam kurun waktu tahun 2001 – 2004 Berdasarkan kondisi faktualnya
menunjukkan adanya penyimpangan beberapa bagian wilayah Kabupaten
yang cukup signifikan, terutama bila Tolitoli secara ekonomi ada yang
dilihat dari fungsi penggunaan lahan berorientasi ke luar kabupaten. Secara
untuk kawasan pertanian dengan garis besar orientasi pemasaran
penyimpangan sebesar 47,41%, Kabupaten Tolitoli yang utama adalah
kawasan permukiman dengan ke Kota Palu. Jenis barang produksi
penyimpangan sebesar 38,60% dan yang dipasarkan berupa produk
penggunaan lahan untuk alang-alang pertanian, baik dalam bentuk bahan
dengan penyimpangan sebesar 36,11%. mentah maupun olahan seperti kelapa,
Namun, dari segi kesesuaian cengkeh, kopi, hasil hutan dan hasil
pemanfaatan ruang pada dasarnya perikanan laut.
masih sesuai dengan peruntukannya Secara umum sistem kota-kota
hanya dari segi luasan penggunaannya berdasarkan kutub-kutub pertumbuhan
yang terjadi penyimpangan. dan sistem orientasi koleksi dan distribusi
Secara keseluruhan besarnya barang dan jasa di Kabupaten Tolitoli
penyimpangan pada penggunaan dapat dikelompokkan sebagai berikut :
lahan adalah 28,47%. Hal ini bila a. Kota Tolitoli dan Lalos merupakan
dikaitkan dengan petunjuk Menteri kota hirarki I dalam struktur
Departemen Dalam Negeri R.I. No. pertumbuhan dan orientasi ekonomi
850/803/Bangda Tentang petunjuk teknis wilayah;
penyusunan dan evaluasi rencana kota b. Kota Tinabogan, Ogotua dan
tahun 1993/1994, maka produk RTRW Bangkir pada hirarki II;
Kabupaten Tolitoli ini perlu dilakukan c. Kota Laulalang berada pada hirarki
revisi sebahagian yang terkait dengan III.
penggunaan lahan tersebut. Berdasarkan peringkat fungsi
orientasi sistem kota-kota tersebut, maka
4.2 Hasil pemantauan Struktur ruang sistem orientasi ekonomi kota-kota
 Sistem kota /pusat pelayanan Kabupaten Tolitoli diuraikan sebagai
berikut :

Tabel 1. Pemantauan Penggunaan Lahan di Kabupaten Tolitoli Tahun 2004 dan RTRW
Tahun 2001 – 2004
Tahun
Fungsi Kesesuaian
RTRW 2001- Penyimpangan
No. Penggunaan 2004 (*) Pemanfaata
2004*
Lahan (Kawasan) n Ruang
Luas (Ha) Luas (Ha) Luas (Ha) (%)
1 Permukiman 2.939,62 4.787,63 1.848,01 38,60 Sesuai
2 Pertanian 18.206,47 34.619,50 16.413,03 47,41 Sesuai
3 Perkebunan 48.684,60 47.795,00 -889,60 -1,86 Sesuai
4 Alang-Alang 1.112,31 1.740,87 628,56 36,11 Sesuai
Hutan, Rawa &
5 220.878,00 319.034,00 98.156,00 30,77 Sesuai
Lainnya
Jumlah Total 291.821,00 407.977,00 116.156,00 28,47 Sesuai
Sumber : (*) Hasil Survey, 2004 dan * Hasil Analisis RTRW Kab. Tolitoli 2001-2004

248
Evaluasi Pemanfaatan Ruang dan Struktur Tata Ruang Wilayah di Kabupaten Tolitoli
(Zubair Butudoka)

Tabel 2. Rencana Kebutuahn Air Minum di Kabupaten Tolitoli Tahun 2004 dan RTRW
Tahun 2001-2004
Kebutuhan Air Minum
Penyimpangan
(liter/hari)
No. Kecamatan
Tahun
Liter/hari %
2004(*) 2001–2004*
1 Tolitoli Utara 2.732.160 2.622.120 -110.040 -4,20
2 Galang 3.463.200 3.472.920 9.720 0,28
3 Baolan 6.595.320 7.779.120** 1.183.800** 15,22
3.1 Lampasio 1.460.040 - - -
4 Dondo 2.387.160 5.167.680*** 2.780.520*** 53,81
4.1 Ogodeide 1.292.400 - - -
4.2 Basidondo 1.131.240 - - -
5 Dampal Utara 1.454.640 1.745.520 290.880 16,66
6 Dampal Selatan 2.353.320 2.542.320 189.000 7,43
Jumlah 22.869.480 23.329.680 460.200 1,97
Sumber : (*) Hasil Survey, 2004 dan * Hasil Analisis RTRW Kab. Tolitoli 2001-2004
** Kecamatan Baolan belum pisah dengan Kecamatan Lampasio
*** Kecamatan Dondo belum pisah dengan Kecamatan Ogodeide & Basidondo

 Sistem prasarana dasar


Pembangunan jaringan jalan di
a) Kota Hirarki I, yaitu Kota Tolitoli Kabupaten Tolitoli yang mencakup
dengan fungsi utama sebagai pusat program peningkatan,
pengembangan wilayah Kabupaten pemeliharaan/rehabilitasi antara lain
Tolitoli; jalan arteri, lokal dan jalan lingkungan
b) Kota Hirarki II, yaitu Kota Tinabogan, difungsikan untuk memperlancar
Lalos, dan Kota Bangkir yang hubungan antar propinsi, kabupaten
berfungsi sebagai pusat dan kelurahan dibidang ekonomi
pertumbuhan Sub Wilayah maupun sosial budaya. Berdasarkan
Pembangunan (SWP) Kabupaten data eksisting tahun 2004, jaringan jalan
Tolitoli; di Kabupaten Tolitoli menunjukkan
c) Hirarki III, yaitu Kota Ogotua dan Kota jaringan jalan yang telah dibangun
Laulalang yang berfungsi sebagai secara keseluruhan sepanjang 1.912,1
kota penyangga (hinterland). Km (3.576,44 Ha) terdiri dari : jalan arteri
Sesuai hasil pemantauan dan primer sepanjang 272 Km (652,80 ha),
survey lapangan, kondisi-kondisi hirarki arteri sekunder sepanjang 1.247,8 Km
ini terlihat masih cukup ideal untuk terus (2.495,60 ha), kolektor primer sepanjang
dikembangkan. Namun yang perlu 48 Km (86,40 ha), kolektor sekunder
diperhatikan adalah telah terjadinya sepanjang 21 Km (29,40 ha), jalan lokal
pemekaran daerah Kabupaten Tolitoli primer sepanjang 268,0 Km (268,00 ha)
yang pada saat penyusunan produk dan lokal sekunder sepanjang 55,3 Km
RTRW ini masih terdapat 6 (enam) (44,24 ha). Sedangkan dari data RTRW
kecamatan, sementara saat Kabupaten Tolitoli tahun 2001–2004 tidak
pelaksanaan evaluasi dan pemantauan ada pengembangan jaringan jalan
ini wilayah tersebut telah terjadi untuk semua fungsi jalan, terkecuali
pemekaran menjadi 9 (sembilan) hanya peningkatan kualitas jaringan
kecamatan. Sehingga reorientasi jalannya.
terhadi sistem kota-kota dan pusat
pelayanan ini perlu ditinjau kembali A. Saluran drainase dan air limbah
untuk disesuaikan dengan pemekaran Berdasarkan hasil survey
yang telah dilakukan. lapangan tahun 2004 pembangunan

249
Evaluasi Pemanfaatan Ruang dan Struktur Tata Ruang Wilayah di Kabupaten Tolitoli
(Zubair Butudoka)

saluran drainase pada umumnya belum Perlu pula dikemukan di sini bahwa
terjadi pemerataan pembangunan Kabupaten Tolitoli telah mengalami
saluran drainase, dimana pemekaran wilayah dari 6 kecamatan
pembangunannya masih disekitar jalan menjadi 9 kecamatan. Hal ini dengan
arteri primer dan belum sampai ke sendirinya turut mempengaruhi distribusi
jalan–jalan lingkungan, sehingga kebutuhan jaringan air bersihnya. Jadi,
diperlukan pembangunan jaringan meskipun secara keseluruhan dapat
drainase pada jalan–jalan yang belum terlihat hanya terjadi 1,97%
memiliki saluran drainase. penyimpangan, namun secara
Sementara untuk air limbah perwilayahan hal ini sudah menyimpang
rumah tangga di sini terbagi menjadi 100% atau dengan kata lain RTRW
dua yaitu air limbah aman yang dapat Kabupaten Tolitoli ini sudah perlu
dibuang langsung ke saluran drainase dilakukan revisi secara keseluruhan
seperti air bekas cucian, air bekas akibat pemekaran tersebut.
mandi, dan lain sebaginya dan air C. Jaringan listrik
limbah yang harus melalui proses Berdasarkan dari hasil survey
terlebih dahulu, seperti air dari wc (tinja). lapangan pelayanan penduduk untuk
Khusus air limbah yang berasal dari wc jaringan listrik di Kabupaten Tolitoli pada
dikelola melalui sistem setempat umumnya sudah terlayani dan dengan
dengan pembuatan septik tank, baik mengunakan asumsi di atas, maka
yang bersifat individual oleh pada tahun 2004 kebutuhan jaringan
masyarakat maupun terbatas pada listrik Kabupaten Tolitoli terdiri dari
sarana dan prasarana komunal untuk kegiatan rumah tangga sejumlah
umum oleh pemerintah. Dapat 5.162,400 KW, kegiatan sosial ekonomi
disimpulkan bahwa secara kualitatif sejumlah 1.032,480 KW, dan untuk
tidak ada penyimpangan yang cukup penerangan jalan sebesar 774,360 KW.
signifikan, hanya saja diperlukan Sedangkan kebutuhan listrik menurut
pembangunan saluran drainase dan air RTRW Kabupaten Tolitoli 2001-2004 untuk
limbah sebagaimana yang telah kegiatan rumah tangga sebesar
direncanakan dan diarahkan pada 16.951,059 KW, kegiatan sosial ekonomi
produk RTRW Kabupaten Tolitoli. sejumlah 3.390,211 KW, dan kebutuhan
B. Jaringan air bersih penerangan jalan sejumlah 2.542,658
Berdasarkan dari jumlah KW. Dengan membandingkan data di
penduduk dengan memperkiraklan atas menunjukkan diperlukan
asumsi yang digunakan, menunjukkan penambahan jaringan listrik sebesar
kebutuhan air minum pada tahun 2004 15.914,688 KW atau besar
di Kabupaten Tolitoli diperkirakan penyimpangannya adalah 69,55%.
sebanyak 22.869.480 liter/hari. Pada umumnya RTRW Kabupaten Tolitoli
Sedangkan berdasarkan RTRW pada wilayah kecamatan yang
Kabupaten Tolitoli dari tahun 2001–2004 diperuntukkan untuk jaringan listrik masih
diperkirakan sebanyak 23.329.680 sesuai. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat
liter/hari. Dari data–data di atas pada Tabel 3.
menunjukkan diperlukan penambahan
D. Jaringan telepon
air bersih sebanyak 460.200 liter/hari
Hasil survey lapangan jaringan
atau besar penyimpangan 1,97%.
telepon di Kabupaten Tolitoli baru
Kebutuhan air bersih terbesar terletak
melayani kebutuhan masyarakat di
pada Kecamatan Baolan, hal ini
Kecamatan Baolan dan Kecamatan
disebabkan pada daerah ini jumlah
Galang. Sudah ada sekitar 5.400 satuan
penduduknya sangat banyak, serta
sambungan baik untuk sambungan
terpusatnya pembangunan sarana dan
domestic, non-domestik maupun
prasarana. Selanjutnya, kebutuhan air
cadangan. Sedangkan dari data RTRW
yang terendah terletak di Kecamatan
Kabupaten Tolitoli 2001-2004 jumlah
Basidondo. Untuk lebih jelas dapat
satuan sambungan yang dibutuhkan
dilihat Tabel 2.

250
Evaluasi Pemanfaatan Ruang dan Struktur Tata Ruang Wilayah di Kabupaten Tolitoli
(Zubair Butudoka)

sebanyak 9.418 satuan sambungan. dari permukiman, perkantoran dan


Dengan membandingkan data di atas perdagangan di Kabupaten Tolitoli
menunjukkan diperlukan penambahan belum disediakan sarana sampah,
kebutuhan jaringan telepon sebanyak seperti gerobak sampah, tong sampah,
4.018 satuan sambungan atau besar Tempat Pembuangan Sementara (TPS)
penyimpangan 42,66%. (Tabel 4). dan Tempat Pembuangan Akhir (TPA),
E. Persampahan akibat dari pembuangan sampah
Berdasarkan hasil survey lapangan untuk lingkungan di Kabupaten Tolitoli akan
mengatasi pembuangan sampah tercemar. Saat ini penduduk umumnya
organik dan non-orghanik baik berasal masih mengunakan sistem pembakaran.

Tabel 3. Kebutuhan Jaringan Listik Kabupaten Tolitoli Tahun 2004 dan RTRW 2001 –
2004
Kebutuhan
Kebutuhan
Listrik
Listrik (Tahun Penyimpangan
No. Kebutuhan Listrik (Tahun 2001
2004(*)
- 2004*)
KW KW KW %
1 Rumah Tangga (RT) 5.162,400 16.951,059 11.788,659 69,55
2 Kegiatan Sosial Ekonomi 1.032,480 3.390,211 2.357,731 69,55
3 Penerangan Jalan 774,360 2.542,658 1.768,298 69,55
Jumlah 6.969,240 22.883,928 15.914,688 69,55
Sumber : (*) Hasil Survey, 2004 dan * Hasil Analisis RTRW Kab. Tolitoli 2001-2004

Tabel 4. Rencana Kebutuhan Sambungan Telepon di Kab. Tolitoli Tahun 2004 dan
RTRW Tahun 2001 – 2004
Kebutuhan Sambungan
Penyimpangan
Jenis Telepon
No.
Sambungan Tahun Sataun %
2004(*) 2001–2004 * Sambungan
1 Domestik 2.400 4.186 1.786 42,67
2 Non-domestik 2.880 5.023 2.143 42,67
3 Cadangan 120 209 89 42,58
Jumlah 5.400 9.418 4.018 42,66
Sumber : (*) Hasil Survey, 2004 dan * Hasil Analisis RTRW Kab. Tolitoli 2001-2004

Tabel 5. Perkiraan Volume Sampah di Kabupaten Tolitoli 2004 dan RTRW 2001 – 2004
Volume Sampah Penyimpangan
No. Sumber Sampah Volume
2004(*) 2001-2004* %
(liter/jiwa/hari)
Rumah Tangga
1 266.810,600 272.179,600 5.369,000 1,97
(1,40 liter/jiwa/hari)
Perdagangan
2 95.289,500 97.207,000 1.917,500 1,97
(0,50 liter/jiwa/hari)
Institusi
3 57.173,700 58.324,200 1.150,500 1,97
(0,30 liter/jiwa/hari)
Jumlah 419.273,800 427.710,800 8.437,000 1,97
Sumber : (*) Hasil Survey, 2004 dan * Hasil Analisis RTRW Kab. Tolitoli 2001-2004

251
Evaluasi Pemanfaatan Ruang dan Struktur Tata Ruang Wilayah di Kabupaten Tolitoli
(Zubair Butudoka)

Dari hasil perhitungan dengan mengalami penyimpangan sebesar -


mengunakan indikasi jumlah penduduk 790,02% dari yang direncanakan dalam
pada tahun 2004 diperoleh total RTRW Kabupaten Tolitoli 2001-2004.
timbunan sampah sebesar 419.273,800 C. Fasilitas kesehatan
liter/jiwa/hari yang terdiri dari sampah Berdasarkan hasil evaluasi
rumah tangga, perdagangan, dan terdapat kekurangan fasilitas kesehatan
industri. Dari hasil RTRW Kabupaten berupa BKIA sejumlah 17 unit dengan
Tolitoli tahun 2001– 2004 total timbunan luas lahan 0,85 Ha, Apotik sejumlah 15
sampah sebesar 427.710,800 unit dengan luas 0,53 Ha, Puskesmas
liter/jiwa/hari. Jadi terlihat adanya selisih sebanyak 13 unit dengan luas 0,46 Ha,
volume sampah yang diperkirakan dan Praktek Dokter sejumlah 30 unit
dalam perencanaan RTRW tersebut dengan luas 0,45 Ha. Sementara untuk
dengan angka penyimpangan sebesar fasilitas kesehatan lainnya telah terjadi
1,97%. (lihat Tabel 5). kelebihan kebutuhan dari perencanaan
menurut RTRW Kabupaten Tolitoli dan
 Saraana/ fasilitas lingkungan standar kebutuhan fasilitas pendidikan
A. Fasilitas pendidikan dibanding dengan jumlah penduduk
Hasl evaluasi menunjukkan yang ada, seperti Posyandu telah lebih
bahwa di daerah Kabupaten Tolitoli sebanyak 29 unit, Rumah Sakit (RS) lebih
terdapat kekurangan fasilitas sebanyak 1 unit, dan Puskesmas
pendidikan berupa Taman Kanak-kanak Pembantu (Pustu) sebanyak 33 unit.
(TK) sejumlah 176 unit dengan luas Secara umum, peruntukkan
lahan 21,12 Ha dan SLTA sejumlah 24 unit fasilitas kesehatan telah mengalami
dengan luas 12 Ha. Sementara untuk kelebihan sebanyak 12 unit dengan
fasilitas pendidikan lainnya telah terjadi total luas lahan 11,19 Ha atau
kelebihan kebutuhan dari perencanaan mengalami penyimpangan sebesar -
menurut RTRW Kabupaten Tolitoli dan 60,50% dari yang direncanakan dalam
standar kebutuhan fasilitas pendidikan RTRW Kabupaten Tolitoli 2001-2004.
dibanding dengan jumlah penduduk
yang ada, seperti SD telah lebih D. Fasilitas pemerintahan
sebanyak 256 unit, SLTP lebih sebanyak Berdasarkan hasil pemantauan di
20 unit, dan Perguruan Tinggi (PT) atau Kabupaten Tolitoli terjadi kelebihan
sedrajat. Kelebihan ini kemungkinan hampir semua fasilitas pemerintahan
disebabkan oleh kondisi geografis bila dibandingkan dengan jumlah
wilayah ini. penduduk terhadap standar kebutuhan
Secara umum, peruntukkan fasilitas pemerintahan tersebut. Selain
fasilitas pendidikan telah mengalami itu, keberadaan fasilitas pemerintahan
kelebihan sebanyak 81 unit dengan ini juga banyak dipengaruhi oleh kondisi
total luas lahan 69,04 ha atau pemekaran wilayah yang terjadi selang
mengalami penyimpangan sebesar - kurun waktu 1 – 2 tahun terakhir,
63,74% dari yang direncanakan dalam sehingga mengharuskan untuk
RTRW Kabupaten Tolitoli 2001-2004. percepatan pembangunan fasilitas-
fasilitas pemerintahan seperti : kantor
B. Fasilitas peribadatan kecamatan, kantor desa/kelurahan,
Di daerah Kabupaten Tolitoli polsek, dan lain-lain.
terjadi kelebihan untuk semua fasilitas Secara umum, peruntukkan
peribadatan bila dibandingkan dengan fasilitas pemerintahan telah mengalami
jumlah penduduk terhadap standar kelebihan sebanyak 35 unit dengan
kebutuhan fasilitas peribadatan total luas lahan 2,98 Ha atau mengalami
tersebut. penyimpangan sebesar -39,95% dari
Secara umum, peruntukkan yang direncanakan dalam RTRW
fasilitas peribadatan telah mengalami Kabupaten Tolitoli 2001-2004.
kelebihan sebanyak 279 buah dengan
total luas lahan 47,524 Ha atau

252
Evaluasi Pemanfaatan Ruang dan Struktur Tata Ruang Wilayah di Kabupaten Tolitoli
(Zubair Butudoka)

Tabel 6. Kebutuhan Fasilitas Perdagangan di Kabupaten Tolitoli Tahun 2004 dan RTRW
Tahun 2001-2004
Tahun
Penyimpangan
Fasilitas 2004(*) 2001–2004 *
No.
Perdagangan Jumlah Luas Jumlah Luas Jumlah Luas
%
(unit) (ha) (unit) (ha) (unit) (ha)
1 Pasar 41 55.35 7 9.45 -34 -45.90 -485.71
2 Toko 727 87.24 78 9.36 -649 -77.88 -832.05
3 Kios 1412 14.12 778 7.78 -634 -6.34 -81.49
4 Warung 746 7.46 778 7.78 32 0.32 4.11
Jumlah Total 2926 164.17 1641 34.37 -1285 -129.80 -377.65
Sumber : (*) Hasil Survey, 2004 dan * Hasil Analisis RTRW Kab. Tolitoli 2001-2004

E. Fasilitas perdagangan 5. Kesimpulan dan Saran


Secara umum, peruntukkan 5.1 Kesimpulan
fasilitas perdagangan telah mengalami 1) Hasil pemantauan dilapangan
kelebihan sebanyak 1.285 unit dari terdapat penyimpangan yang
berbagai jenis fasilitas dengan total luas signifikan terhadap pemanfaatan
lahan 129,80 Ha atau mengalami kawasan lindung, baik terhadap luas,
penyimpangan sebesar -377,65% dari lokasi maupun fungsi dan jenis
yang direncanakan dalam RTRW peruntukan maupun arah
Kabupaten Tolitoli 2001-2004. Sehingga pengembangannya. Untuk kawasan
dapat dikemukakan bahwa untuk budidaya masih sesuai dengan hasi
kebutuhan fasilitas perdagangan ini revisi RTRW yang ada, kendala yang
perlu dilakukan revisi secara menyeluruh dihadapai terkait dengan upaya
mengingat penyimpangan yang terjadi pengendal;ian dan pengembangan
sudah relatif besar (tabel 6). kawasan budidaya yang telah
ditetapkan.Untuk penggunaan lahan
F. Fasilitas ruang terbuka dan tempat
di wilayah Kabupaten Tolitoli
rekreasi
mengalami penyimpangan rata-rata
Berdasarkan hasil survey
sebesar 28, 47%. Secara rinci angka
lapangan tahun 2004, menunjukkan
penyimpangan sampai dengan
peruntukkan kawasan ruang terbuka
47,41% untuk kawasan pertanian dan
(jalur hijau) untuk taman dan taman
38,60% untuk kawasan
bermain belum tersedia dan untuk lokasi
permukimannya.
kawasan pariwisata terletak disekitar
2) MmmmmmTerhadap aspek struktur
pantai. Sesuai hasil survey tersebut,
ruang wilayah untuk sistem
menunjukkan jumlah dari ruang terbuka
kota/pusat pelayanan masih
terdiri dari lapangan olah raga
menggunakan sistem hirarki kota-
sebanyak 71 unit dengan luas lahan
kota sesuai skala pelayanan. Seiring
63,90 Ha dan dari hasil RTRW Kabupaten
dengan pemekaran yang terjadi,
Tolitoli 2001–2004, menunjukkan
perlu reorientasi terhadap sistem
kebutuhan fasilitas ruang terbuka terdiri
kota-kota dan pusat pelayanan.
dari : taman sebanyak 778 unit dengan
Terhadap sistem prasarana dasar
luas lahan 19,45 Ha, taman tempat
tidak ditemukan penyimpangan
bermain sebanyak 78 unit dengan luas
yang signifikan pada jaringan jalan
lahan 9,75 Ha. Secara keseluruhan untuk
dan drainase. Untuk pemenuhan air
fasilitas ruang terbuka mengalami
bersih penyimpangan rat-rata
penyimpangan sebesar -80,00%.
sebesar 1,97%. Kebutuhan jariongan
listrik penyimpangan sangat signifikan
sebesar 69,55%. Demikian pula

253
Evaluasi Pemanfaatan Ruang dan Struktur Tata Ruang Wilayah di Kabupaten Tolitoli
(Zubair Butudoka)

penyimpangan terhadap kebutuhan Perkotaan dan Wilayah, Penerbit


jaringan telepon sebesar 42,66% dan ITB, Bandung
sampah sebesar 1,97%
3) Hasil pemantauan terhadap Koestoer, R.H. et al (2001) Dimensi
kebutuhan sarana/fasilitas Keruangan Kota, UI-Press,
lingkungan menunjukkan bahwa Jakarta
fasilitas pendidikan penyimpangan Silas, J. (2001), Kota Masa Depan dalam
melebihi target produk RTRW Otonomi Daerah, Makalah, ITS,
(sebesar –63,74%), demikian halnya Surabaya
dengan fasiulitas peribadatan
sebesar –790,02%, fasiltas kesehatan Yunus, H.S. (1999), Struktur Tata Ruang
sebesar – 60,50%, fasilitas Kota, Pustaka Pelajar
pemerintahan sebesar –39,95%, Yogyakarta
fasilitas perdagangan sebesar
377,65% dan kebutuhan ruang
terbuka sebesar – 80,00%

5.2 Saran
Berdasarkan simpulan tersebut
beberapa hal yang perlu
direkomendasikan diantaranya adalah
melakukan perbaikan dan tatanan
kembali produk RTRW yang mempunyai
prosentase penyimpangan dibawah
angka 20% terutama yang terkait
dengan pola penggunaan lahan dan
kebutuhan prasarana dan saran
wilayahnya. Dengan demikian
selayaknya produk RTRW ini direvisi secra
total.

6. Daftar Pustaka
Anonim, (1998), Buku Pedoman
Pengendalian Pemanfaatan
Ruang (BP3R) di Daerah,
Direktorat Bina Program Direktorat
Jenderal Pembangunan Daerah
Departemen Dalam Negeri,
Jakarta.
Anonim (2003), Kabupaten Tolitoli Dalam
Angka 2002, Badan Pusat Statistik
Kabupaten Tolitoli, Tolitoli

Anonim (2003), Revisi Rencana Tata


Ruang Kabupaten Tolitoli,
Pemerintah Kabupaten Tolitoli,
Tolitoli

Bourne, L.S. et al (1971), Internal Sructure


of The City, reading on space and
environment, Oxford Univesity
Press, London

Jayadinata, J.T. (1999) Tata Guna Tanah


dalam Perencanaan Pedesaan

254

Anda mungkin juga menyukai