Anda di halaman 1dari 18

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Saat ini dunia sedang dihadapkan pada permasalahan degradasi kondisi
lingkungan. Pencemaran air, udara dan tanah tidak terelakkan lagi seiring
perkembangan pembangunan di seluruh dunia terutama di perkotaan.
Urbanisasi hal yang terjadi disebagian besar kota-kota di dunia. Penyebabnya
antara lain tidak seimbangnya pembangunan antara desa dan kota. Daya
dukung kota-kota semakin lemah dalam memfasilitasi kebutuhan warga kota.
Polusi udara dan pencemaran air serta tanah, pemenuhan kebutuhan warga
untuk bisa hidup sehat, nyaman dan sejahtera,menjadi persoalan yang perlu
dicari solusinya oleh semua pihak.
Seiring jalannya pembangunan, dalam upaya memberikan kenyaman dan
lingkungan sehat bagi warga kota, Konsep Green City dapat menjadi solusi
bagi pelaku pembangunan Kota Hijau (Green city), suatu jargon yang sedang
dicanangkan diseluruh dunia agar masing-masing kota memberi kontribusi
terhadap penurunan emisi karbon untuk penurunan pemanasan global.
Begitu pula dengan Indonesia, yang saat ini telah mencanangkan program
kota hijau yang berbasiskan masyarakat (empowerment), melalui programnya
yaitu P2KH (Program Pengembangan Kota Hijau) yang dalam
implementasinya dimuat dalam RTRW (Rencana Tata Ruang Wilayah)
Kabupaten dan Kota. P2KH ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas
sekaligus responsif terhadap perubahan iklim yang saat ini sedang menjadi isu
dunia tersebut.
Masalah perkotaan pada saat ini telah menjadi masalah yang cukup rumit
untuk diatasi. Perkembangan perkotaan membawa pada konsekuensi negatif
pada beberapa aspek, termasuk aspek lingkungan. Dalam tahap awal
perkembangan kota, sebagian besar lahan merupakan ruang terbuka hijau.
Ruang terbuka hijau merupakan salah satu komponen yang tingkat
ketersediannya baik secara kualitas maupun kuantitas harus selalu

1
diperhitungkan dalam proses perencanaan kota (Roswidyatmoko Dwihatmojo,
2013). Semakin berkurangnya ruang terbuka hijau karena keterbatasan lahan
akan menimbulkan permasalahan lingkungan diwilayah perkotaan karena
polusi yang meningkat. Menurut Budiharjo (1993) menyatakan bahwa
hilangnya ruang terbuka hijau didaerah perkotaan menyebabkan
ketidakstabilan psikologis, emosional, dan dimensional, sehingga ruang gerak
masyarakat untuk beraktifitas dan berpikir menjadi sangat terbatas.
Ketersedian Ruang Terbuka Hijau (RTH) khususnya pada wilayah
perkotaan sangat penting dan bermanfaat. Keberaan RTH pada wilayah
perkotaan akan meningkatkan produksi oksigen dan menyerap karbondioksida,
menjadi habitat hewan liar seperti kupu-kupu dan burung serta menjaga air
tanah dan mengurangi resiko terjadinya banjir.
Berdasarkan Undang-undang No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang,
setiap wilayah kota harus menyediakan Ruang Terbuka Hijau (RTH) sebesar
30% dari luasan wilayah yang penggunaannya lebih bersifat terbuka sebagai
tempat tumbuh tanaman, baik secara alamiah ataupun disengaja ditanam.
Selain itu, kebutuhan akan Ruang Terbuka Hijau pada suatu wilayah juga dapat
ditentukan melalui berbagai indikator seperti jumlah penduduk, kebutuhan
oksigen, dan kebutuhan air bersih. Keberadaan Ruang Terbuka Hijau
merupakan salah satu unsur penting dalam membentuk lingkungan kota yang
nyaman dan sehat.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka hal yang akan dibahas di sini adalah
sebagai berikut :
1. Pengertian Kota Hijau ?
2. Apa Saja 8 Atribut Kota Hijau ?
3. Apa Maksud Dari Program Pengembangan Kota Hijau (P2KH) ?
4. Apa Karakter Program Pengembangan Kota Hijau (P2KH) ?
5. Apa Prinsip-prinsip Program Pengembangan Kota Hijau (P2KH) ?

2
6. Apa Maksud, Tujuan dan Sasaran Program Pengembangan Kota Hijau
(P2KH) ?
7. Pengertian Ruang Terbuka Hijau (RTH) ?
8. Apa Saja Klasifikasi dan Fungsi Ruang Terbuka Hijau (RTH) ?
9. Apa Saja Elemen Ruang Terbuka Hijau (RTH) ?
10. Apa Saja Teknis Perencanaan Ruang Terbuka Hijau (RTH) ?
11. Apa Saja Pendekatan Kebutuhan Ruang Terbuka Hijau (RTH)
Berdasarkan Fungsinya ?
12. Apa Saja Upaya Peningkatan Kualitas dan Kuantitas Ruang Terbuka
Hijau (RTH) ?

3
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Kota Hijau


Kota Hijau (Green City) adalah konsep pembangunan kota berkelanjutan
dan ramah lingkungan yang dicapai dengan strategi pembangunan seimbang
antara pertumbuhan ekonomi, kehidupan sosial dan perlindungan sehingga
kota menjadi tempat yang layak huni tidak hanya bagi generasi sekarang,
namun juga generasi berikutnya. Green city bertujuan untuk menghasilkan
sebuah pembangunan kota yang berkelanjutan dengan mengurangi dampak
negatif pembangunan terhadap lingkungan dengan kombinasi strategi tata
ruang, strategi infrastruktur dan strategi pembangunan sosial.

B. Elemen-Elemen (8 Atribut Kota Hijau)


1. Green Planning & Green Design
Upaya peningkatan kualitas perencanaan dan perancangan kota yang
mengadopsi prinsip konsep pembangunan kota berkelanjutan meliputi
penyusunan RDTR, RTBL atapun Masterplan kawasan yang telah
mempertimbangkan rencana penyediaan atau konservasi area hijau (RTH).
2. Green Community
Peran aktif masyarakat atau komunitas serta institusi swasta dalam
pengembangan kota hijau.
3. Green Open Space
Peningkatan mutu kualitas maupun kuantitas ruang terbuka hijau
(RTH) perkotaan sesuai dengan karakter Kota atau Kabupaten dengan
proporsi minimal RTH kota adalah 30% dari luas kawasan.
4. Green Building (Bangunan Hijau)
Upaya pengembangan bangunan hemat energi dan ramah lingkungan
melalui penerapan prinsip bangunan gedung hijau.

4
5. Green Energy
Pemanfaatan sumber energi yang tidak terbarukan secara efisien dan
ramah lingkungan dengan memanfaatkan sumber energi yang terbarukan
(energi alternatif).
6. Green Transportation
Upaya mengatasi permasalahan sistem transportasi khususnya
kemacetan dan polusi kendaraan bermotor dengan mengembangkan
transportasi berkelanjutan yang berprinsip pada pengurangan dampak
negatif terhadap lingkungan.
7. Green Water
Lebih dekat dan berpartisipasi dalam Kota Hijau Efisiensi
pemanfaatan sumber daya air untuk keberlangsungan hidup dengan
memaksimalkan penyerapan air, mengurangi limpasan air, dan
mengefisienkan pemakaian air.
8. Green Waste
Upaya pengelolaan limbah/sampah untuk menciptakan zero waste
dengan menerapkan konsep 3R : Reduse (mengurangi sampah), Reuse
(memberi nilai tambah bagi sampah hasil proses daur ulang), Recycle
(mendaur ulang sampah).

C. Program Pengembangan Kota Hijau (P2KH)


Program Pengembangan Kota Hijau (P2KH) merupakan prakarsa mulia
dan bentuk tanggung jawab yang dikembangkan Pemerintah Pusat
(Kementerian PUPR) bersama dengan pemerintah Kota/Kabupaten guna
mewujudkan ruang perkotaan yang lebih berkualitas melalui perencanaan yang
baik dan perwujudan 8 atribut kota hijau sesuai amanat Undang-Undang
Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang.

D. Karakter Program Pengembangan Kota Hijau (P2KH)


Karakter P2KH merupakan faktor kunci dalam perwujudan Kota Hijau
yang berkelanjutan, diantaranya:

5
1. Inovatif : berorientasi pada aksi nyata dan solusi berkelanjutan untuk
masalah perkotaan.
2. Partisipatif : P2KH diselenggarakan melalui kolaborasi aktif pemerintah,
swasta, komunitas, dan masyarakat (gerakan kolektif kota hijau).
3. Sinergis : P2KH sebagai platform untuk sektor-sektor, sekaligus
pemberdayaan bagi seluruh stakeholder.

E. Prinsip-Prinsip Program Pengembangan Kota Hijau (P2KH)


P2KH dilaksanakan melalui prinsip-prinsip yang meliputi:
1. Performance-based untuk roll-over dana stimulan.
2. Local-led developmentdalam rangka pemberdayaan/peningkatan kapasitas
lokal dan membangun ownership atas proses dan produk.
3. Fasilitasi pada penguatan 3 atribut utama (perencanaan dan perancangan
kota yang ramah lingkungan, ketersediaan ruang terbuka hijau, dan
komunitas hijau).
4. Perluasan spectrum Kota Hijau dengan pengembangan 3 atribut lanjutan
yaitu green building, green waste dan green energy.
5. Optimized project-cycle (siklus perencanaan, pemrograman, pembangunan,
pemeliharaan, dan evaluasi yang singkat) dan berorientasi pada aksi nyata.
6. Urban labs yaitu media pembelajaran bersama yang dapat didiseminasikan
dan direplikasikan secara luas.

F. Maksud, Tujuan dan Sasaran Program Pengembangan Kota Hijau


(P2KH)
P2KH dimaksudkan untuk menjabarkan amanat UUPR (Undang-Undang
Penataan Ruang) tentang perwujudan 30% dari wilayah kota sbagai RTH dan
menindaklanjuti 10 Prakarsa Bali dari forum Sustainable Urban Development
(SUD) khususnya butir 7 yaitu “Mendorong peran pemangku kepentingan
perkotaan dalam mewujudkan kota hijau”, berupa inisiatif bersama antara
Pemerintah Kabupaten/Kota masyarakat dan dunia usaha secara nasional.

6
Secara umum, P2KH bertujuan untuk melakukan inisiasi melalui
kemitraan Pemerintah Pusat dan daerah dalam mewujudkan kota hijau. Secara
rinci pelaksanaan program ini terpadu dan bertahap sesuai dengan kemampuan
dan kebutuhan lokal bertujuan untuk:
1. Meningkatkan kapasitas Pemerintah Kota/Kabupaten dalam mewujudkan
perencanaan dan perancangan kota yang ramah lingkungan.
2. Meningkatkan kapasitas Pemerintah Kota/Kabupaten dalam mewujudkan
tersedianya RTH.
3. Meningkatkan kapasitas Pemerintah Kota/Kabupaten dalam mewujudkan
konsumsi energi yang efisien.
4. Meningkatkan kapasitas Pemerintah Kota/Kabupaten dalam mewujudkan
pengelolaan air yang efektif.
5. Meningkatkan kapasitas Pemerintah Kota/Kabupaten dalam mewujudkan
pengelolaan sampah ramah lingkungan.
6. Meningkatkan kapasitas Pemerintah Kota/Kabupaten dalam mewujudkan
bangunan hijau.
7. Meningkatkan kapasitas Pemerintah Kota/Kabupaten dalam mewujudkan
penerapan sistem transportasi yang berkelanjutan.
8. Meningkatkan kapasitas Pemerintah Kota/Kabupaten dalam mewujudkan
peningkatan peran masyarakat sebagai komunitas hijau.

G. Pengertian Ruang Terbuka Hijau (RTH)


Secara umum ruang terbuka publik (open spaces) di perkotaan terdiri dari
ruang terbuka hijau dan ruang terbuka non-hijau. Ruang Terbuka Hijau (RTH)
perkotaan adalah bagian dari ruang-ruang terbuka (open spaces) suatu wilayah
perkotaan yang diisi oleh tumbuhan, tanaman dan vegetasi (endemik maupun
introduksi) guna mendukung manfaat ekologis, sosial-budaya dan arsitektural
yang dapat memberikan manfaat ekonomi (kesejahteraan) bagi masyarakatnya.
Ruang terbuka non-hijau dapat berupa ruang terbuka yang diperkeras (paved)
maupun ruang terbuka biru (RTB) yang berupa permukaan sungai, danau,
maupun areal-areal yang diperuntukkan sebagai genangan retensi. Secara fisik

7
RTH dapat dibedakan menjadi RTH alami yang berupa habitat liar alami,
kawasan lindung dan taman-taman nasional, maupun RTH non-alami atau
binaan yang seperti taman, lapangan olah raga, dan kebun bunga. Secara
ekologis RTH dapat meningkatkan kualitas air tanah, mencegah banjir,
mengurangi polusi udara, dan menurunkan temperatur kota. Bentuk-bentuk
RTH perkotaan yang berfungsi ekologis antara lain seperti sabuk hijau kota,
hutan kota, taman botani, sempadan sungai dll. Secara sosial-budaya
keberadaan RTH dapat memberikan fungsi sebagai ruang interaksi sosial,
sarana rekreasi, dan sebagai tetenger kota yang berbudaya. Bentuk RTH yang
berfungsi sosial-budaya antara lain taman-taman kota, lapangan olah raga,
kebun raya, TPU dan sebagainya.

H. Klasifikasi dan Fungsi Ruang Terbuka Hijau (RTH)


Dinas Pertamanan mengklasifikasikan ruang terbuka hijau berdasarkan
pada kepentingan pengelolaannya adalah sebagai berikut :
1. Kawasan Hijau Pertamanan Kota, berupa sebidang tanah yang sekelilingnya
ditata secara teratur dan artistik, ditanami pohon pelindung, semak/perdu,
tanaman penutup tanah serta memiliki fungsi relaksasi.
2. Kawasan Hijau Hutan Kota, yaitu ruang terbuka hijau dengan fungsi utama
sebagai hutan raya.
3. Kawasan Hijau Rekreasi Kota, sebagai sarana rekreasi dalam kota yang
memanfaatkan ruang terbuka hijau.
4. Kawasan Hijau kegiatan Olahraga, tergolong ruang terbuka hijau area
lapangan, yaitu lapangan, lahan datar atau pelataran yang cukup luas.
Bentuk dari ruang terbuka ini yaitu lapangan olahraga, stadion, lintasan lari
atau lapangan golf.
5. Kawasan Hijau Pemakaman.
6. Kawasan Hijau Pertanian, tergolong ruang terbuka hijau areal produktif,
yaitu lahan sawah dan tegalan yang masih ada di kota yang menghasilkan
padi, sayuran, palawija, tanaman hias dan buah-buahan.

8
7. Kawasan Jalur Hijau, yang terdiri dari jalur hijau sepanjang jalan, taman di
persimpangan jalan, taman pulau jalan dan sejenisnya.
8. Kawasan Hijau Pekarangan, yaitu halaman rumah di kawasan perumahan,
perkantoran, perdagangan dan kawasan industri.
Berdasarkan fungsinya menurut Rencana Pengembangan Ruang terbuka
hijau tahun 1989 yaitu :
1. RTH yang berfungsi sebagai tempat rekreasi dimana penduduk dapat
melaksanakan kegiatan berbentuk rekreasi, berupa kegiatan rekreasi aktif
seperti lapangan olahraga, dan rekreasi pasif seperti taman.
2. RTH yang berfungsi sebagai tempat berkarya, yaitu tempat penduduk
bermata pencaharian dari sektor pemanfaatan tanah secara langsung seperti
pertanian pangan, kebun bunga dan usaha tanaman hias.
3. RTH yang berfungsi sebagai ruang pemeliharaan, yaitu ruang yang
memungkinkan pengelola kota melakukan pemeliharaan unusur-unsur
perkotaan seperti jalur pemeliharaan sepanjang sungai dan selokan sebagai
koridor kota.
4. RTH yang berfungsi sebagai ruang pengaman, yaitu untuk melindungi suatu
objek vital atau untuk mengamankan manusia dari suatu unsur yang dapat
membahayakan seperti jalur hijau disepanjang jaringan listrik tegangan
tinggi, jalur sekeliling instalasi militer atau pembangkit tenaga atau wilayah
penyangga.
5. RTH yang berfungsi sebagai ruang untuk menunjang pelestarian dan
pengamanan lingkungan alam, yaitu sebagai wilayah konservasi atau
preservasi alam untuk mengamankan kemungkinan terjadinya erosi dan
longsoran pengamanan tepi sungai, pelestarian wilayah resapan air.
6. RTH yang berfungsi sebagai cadangan pengembangan wilayah terbangun
kota di masa mendatang.
Fungsi RTH kota berdasarkan Inmendagri no.14/1998 yaitu sebagai:
1. Areal perlindungan berlangsungnya fungsi ekosistem dan penyangga
kehidupan

9
2. Sarana untuk menciptakan kebersihan, kesehatan, keserasian dan keindahan
lingkungan
3. Sarana rekreasi
4. Pengaman lingkungan hidup perkotaan terhadap berbagai macam
pencemaran baik darat, perairan maupun udara
5. Sarana penelitian dan pendidikan serta penyuluhan bagi masyarakat untuk
membentuk kesadaran lingkungan
6. Tempat perlindungan plasma nutfah
7. Sarana untuk mempengaruhi dan memperbaiki iklim mikro
8. Pengatur tata air
Melihat beberapa fungsi tersebut diatas bisa disimpulkan pada dasarnya
RTH kota mempunyai 3 fungsi dasar yaitu:
1. Berfungsi secara sosial yaitu fasilitas untuk umum dengan fungsi rekreasi,
pendidikan dan olahraga dan menjalin komunikasi antar warga kota.
2. Berfungsi secara fisik yaitu sebagai paru-paru kota, melindungi sistem air,
peredam bunyi, pemenuhan kebutuhan visual, menahan perkembangan
lahan terbangun/sebagai penyangga, melindungi warga kota dari polusi
udara
3. Berfungsi sebagai estetika yaitu pengikat antar elemen gedung dalam kota,
pemberi ciri dalam membentuk wajah kota dan unsur dalam penataan
arsitektur perkotaan.

I. Elemen Pengisi Ruang Terbuka Hijau (RTH)


RTH dibangun dari kumpulan tumbuhan dan tanaman atau vegetasi yang
telah diseleksi dan disesuaikan dengan lokasi serta rencana dan rancangan
peruntukkannya. Lokasi yang berbeda (seperti pesisir, pusat kota, kawasan
industri, sempadan badan-badan air, dll) akan memiliki permasalahan yang
juga berbeda yang selanjutnya berkonsekuensi pada rencana dan rancangan
RTH yang berbeda.
Untuk keberhasilan rancangan, penanaman dan kelestariannya maka sifat
dan ciri serta kriteria arsitektural dan hortikultural tanaman dan vegetasi

10
penyusun RTH harus menjadi bahan pertimbangan dalam men-seleksi jenis-
jenis yang akan ditanam.Persyaratan umum tanaman untuk ditanam di wilayah
perkotaan:
1. Disenangi dan tidak berbahaya bagi warga kota,
2. Mampu tumbuh pada lingkungan yang marjinal (tanah tidak subur, udara
dan air yang tercemar)
3. Tahan terhadap gangguan fisik (vandalisme)
4. Perakaran dalam sehingga tidak mudah tumbang
5. Tidak gugur daun, cepat tumbuh, bernilai hias dan arsitektural
6. Dapat menghasilkan O2 dan meningkatkan kualitas lingkungan kota
7. Bibit/benih mudah didapatkan dengan harga yang murah/terjangkau oleh
masyarakat
8. Prioritas menggunakan vegetasi endemik/lokal
9. Keanekaragaman hayati
Jenis tanaman endemik atau jenis tanaman lokal yang memiliki
keunggulan tertentu (ekologis, sosial budaya, ekonomi, arsitektural) dalam
wilayah kota tersebut menjadi bahan tanaman utama penciri RTH kota
tersebut, yang selanjutnya akan dikembangkan guna mempertahankan
keanekaragaman hayati wilayahnya dan juga nasional.

J. Teknis Perencanaan Ruang Terbuka Hijau (RTH)


Dalam rencana pembangunan dan pengembangan RTH yang fungsional
suatu wilayah perkotaan, ada 4 (empat) hal utama yang harus diperhatikan
yaitu
1. Luas RTH minimum yang diperlukan dalam suatu wilayah perkotaan di-
tentukan secara komposit oleh tiga komponen berikut ini, yaitu:
a. Kapasitas atau daya dukung alami wilayah
b. Kebutuhan per kapita (kenyamanan, kesehatan, dan bentuk pela-yanan
lainnya)

11
c. Arah dan tujuan pembangunan kota RTH berluas minimum merupakan
RTH berfungsi ekologis yang ber-lokasi, berukuran, dan berbentuk pasti,
yang melingkup RTH publik dan RTH privat.
2. Lokasi lahan kota yang potensial dan tersedia untuk RTH
3. Sruktur dan pola RTH yang akan dikembangkan (bentuk, konfigurasi, dan
distribusi) Seleksi tanaman sesuai kepentingan dan tujuan pembangunan
kota.
Menurut Correa, (1988), dalam penelitian dikatakan bahwa apabila
RTH diabstraksikan kebutuhan akan hal-hal yang bersifat sosial tercermin di
dalam 4 (empat) unsur utama, yaitu :
1. Ruang keluarga yang digunakan untuk keperluan pribadi
2. Daerah untuk bergaul/ sosialisasi dengan tetangga
3. Daerah tempat pertemuan warga
4. Daerah ruang terbuka utama yang digunakan untuk kegiatan bersama
seluruh warga masyarakat

K. Pendekatan Kebutuhan Ruang Terbuka Hijau (RTH) Berdasarkan


Fungsinya
Pendekatan ini didasarkan atas satu atau lebih manfaat yang dapat
diperoleh oleh pengguna, terutama di kawasan perkotaan. Secara umum
manfaat yang diinginkan adalah berupa perolehan kondisi dan atau suasana
yang sifatnya membangun kesehatan jasmani dan rohani manusia.
1. Peningkatan kesehatan dan kesegaran lingkungan
2. Penciptaan susunan ruang vista
3. Penciptaan ruang bagi pendidikan lingkungan.

L. Upaya Peningkatan Kualitas dan Kuantitas Ruang Terbuka Hijau (RTH)


Upaya yang harus dilakukan Kota Makassar dalam menjaga keseimbangan
ekologi lingkungan sebagai berikut:
Pada kawasan terbangun kota, harus disediakan RTH yang cukup yaitu:

12
1. Untuk kawasan yang padat, minimum disediakan area 10 % dari luas
total kawasan.
2. Untuk kawasan yang kepadatan bangunannya sedang harus disediakan
ruang terbuka hijau minimum 15 % dari luas kawasan.
3. Untuk kawasan berkepadatan bangunan rendah harus disediakan ruang
terbuka hijau minimum 20 % terhadap luas kawasan secara
keseluruhan.
4. Pada kawasan terbangun kota, harus dikendalikan besaran angka
Koefisien Dasar Bangunan (KDB) maupun Koefisien Lantai Bangunan
(KLB) sesuai dengan sifat dan jenis penggunaan tanahnya. Secara
umum pengendalian KDB dan KLB ini adalah mengikuti kaidah
semakin besar kapling bangunan, nilai KDB dan KLB makin kecil,
sedangkan semakin kecil ukuran kapling, maka nilai KDB dan KLB
akan semakin besar.
5. Untuk mengendalikan kualitas air dan penyediaan air tanah, maka bagi
setiap bangunan baik yang telah ataupun akan membangun disyaratkan
untuk membuat sumur resapan air. Hal ini sangat penting artinya untuk
menjaga agar kawasan terbangun kota, tinggi muka air tanah agar tidak
makin menurun. Pada tingkat yang tinggi, kekurangan air permukaan
ini akan mampu mempengaruhi kekuatan konstruksi bangunan.
6. Untuk meningkatkan daya resap air ke dalam tanah, maka perlu
dikembangkan kawasan resapan air yang menampung buangan air
hujan dari saluran drainase. Upaya lain yang perlu dilakukan adalah
dengan membuat kolam resapan air pada setiap wilayah tangkapan air.
7. Untuk kawasan pemukiman sebaiknya jarak maksimum yang
ditempuh menuju salah satu jalur angkutan umum adalah 250 meter.

13
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Kota Hijau (Green City) adalah konsep pembangunan kota berkelanjutan
dan ramah lingkungan yang dicapai dengan strategi pembangunan seimbang
antara pertumbuhan ekonomi, kehidupan sosial dan perlindungan sehingga
kota menjadi tempat yang layak huni tidak hanya bagi generasi sekarang,
namun juga generasi berikutnya. Green city bertujuan untuk menghasilkan
sebuah pembangunan kota yang berkelanjutan dengan mengurangi dampak
negatif pembangunan terhadap lingkungan dengan kombinasi strategi tata
ruang, strategi infrastruktur dan strategi pembangunan sosial. Adapun 8 atribut
dari Kota Hijau yaitu green planning & green design,green community, green
open space, green building (bangunan hijau), green energy, green
transportation, green water dan green waste dengan melakukan Program
Pengembangan Kota Hijau (P2KH).
Secara umum ruang terbuka publik (open spaces) di perkotaan terdiri dari
ruang terbuka hijau dan ruang terbuka non-hijau. Ruang Terbuka Hijau (RTH)
perkotaan adalah bagian dari ruang-ruang terbuka (open spaces) suatu wilayah
perkotaan yang diisi oleh tumbuhan, tanaman dan vegetasi (endemik maupun
introduksi) guna mendukung manfaat ekologis, sosial-budaya dan arsitektural
yang dapat memberikan manfaat ekonomi (kesejahteraan) bagi masyarakatnya.
Adapun klasifikasi ruang terbuka hijau yaitu kawasan hijau pertamanan kota,
kawasan hijau hutan kota, kawasan hijau rekreasi kota, kawasan hijau kegiatan
olahraga, kawasan hijau pemakaman, kawasan hijau pertanian, kawasan hijau
jalur hijau, dan kawasan hijau pekarangan. Berdasarkan fungsinya menurut
Rencana Pengembangan Ruang terbuka hijau tahun 1989 salah satunya yaitu
RTH yang berfungsi sebagai tempat rekreasi dimana penduduk dapat
melaksanakan kegiatan berbentuk rekreasi, berupa kegiatan rekreasi aktif
seperti lapangan olahraga, dan rekreasi pasif seperti taman.

14
B. Saran
Beberapa upaya yang harus dilakukan oleh Pemerintah antara lain adalah:
1. Melakukan revisi UU 24/1992 tentang penataan ruang untuk dapat lebih
mengakomodasikan kebutuhan pengembangan RTH;
2. Menyusun pedoman-pedoman pelaksanaan (NSPM) untuk peyelenggaraan
dan pengelolaan RTH;
3. Menetapkan kebutuhan luas minimum RTH sesuai dengan karakteristik
kota, dan indikator keberhasilan pengembangan RTH suatu kota;
4. Meningkatkan kampanye dan sosialisasi tentangnya pentingnya RTH
melalui gerakan kota hijau (green cities);
5. Mengembangkan proyek-proyek percontohan RTH untuk berbagai jenis
dan bentuk yang ada di beberapa wilayah kota.

Upaya yang dilakukan masyarakat adalah tetap menjaga kebersihan


lingkungan dan senantiasa mendukung seluruh rencana pemerintah dalam
merencanakan RTH di wilayah kota.

15
DAFTAR PUSTAKA

http://trtb.pemkomedan.go.id/artikel-699-pengertian-klasifikasi-dan-fungsi-ruang-
terbuka-hijau Diakses Tanggal 05 Agustus 2018
http://sim.ciptakarya.pu.go.id/p2kh/knowledge/detail/program-pengembangan-
kota-hijau Diakses Tanggal 05 Agustus 2018
http://sim.ciptakarya.pu.go.id/p2kh/knowledge/detail/mengenal-8-atribut-kota-
hijau Diakses Tanggal 05 Agustus 2018
https://m.facebook.com/ForumHijauIndonesia?posts/285041484920289 Diakses
Tanggal 05 Agustus 2018
http://febryaristian.blogspot.com/2011/06/makalah-tentang-ruang-terbuka-hijau
Diakses Tanggal 05 Agustus 2018

16
LAMPIRAN

Kota Hijau

17
18

Anda mungkin juga menyukai