Anda di halaman 1dari 10

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Definisi Otitis Media Supuratif Kronis

Suatu radang kronis telinga tengah dengan perforasi membran


timpani dan riwayat keluarnya sekret dari telinga (otorea) lebih dari 2
bulan, baik terus menerus atau hilang timbul. Sekret mungkin encer
atau kental, bening atau berupa nanah (Soepardi, 2001).

2.2. Klasifikasi Otitis Media Supuratif Kronis


OMSK dapat dibagi atas 2 tipe yaitu :

1) Tipe tubotimpani
2) Tipe atikoantral
1. Tipe tubotimpani = tipe jinak = tipe aman
Penyakit tubotimpani ditandai oleh adanya perforasi sentral atau pars
tensa dan terbatas pada mukosa saja, biasanya tidak terkena tulang.
Beberapa faktor lain yang mempengaruhi keadaan ini terutama
patensi tuba eustachius, infeksi saluran atas, pertahanan mukosa
terhadap infeksi yang gagal pada pasien dengan daya tahan tubuh
yang rendah, disamping itu campuran bakteri aerob dan anaerob, luas
dan derajat perubahan mukosa, serta migrasi sekunder dari epitel
skuamous. Sekret mukoid kronis berhubungan dengan hiperplasia
goblet sel, metaplasia dari mukosa telinga tengah pada tipe respirasi
dan muko siliar yang jelek.

Secara klinis penyakit tubotimpani terbagi berdasarkan aktivitas sekret


yang dikeluar:
a. Penyakit aktif

Universitas Sumatera Utara


- OMSK dengan sekret yang keluar dari kavum timpani
secara aktif
b. Penyakit tidak aktif (tenang )
- Keadaan kavum timpani terlihat basah atau kering

2. Tipe atikoantral = tipe ganas = tipe tidak aman = tipe tulang

Pada tipe ini ditemukan adanya kolesteatom dan berbahaya.


Penyakit atikoantral lebih sering mengenai pars flaksida dan khasnya
dengan terbentuknya kantong retraksi yang mana bertumpuknya
keratin sampai menghasilkan kolesteatom.
Kolesteatom adalah suatu massa amorf, konsistensi seperti mentega,
berwarna putih, terdiri dari lapisan epitel bertatah yang telah nekrotik
(Soepardi EA, 2007).

Bentuk perforasi membran timpani adalah :


1. Perforasi sentral
Lokasi pada pars tensa, bisa antero-inferior, postero-inferior dan
postero-superior, kadang-kadang sub total.
2. Perforasi marginal
Terdapat pada pinggir membran timpani dengan adanya erosi dari
anulus fibrosus. Perforasi marginal yang sangat besar digambarkan
sebagai perforasi total. Perforasi pada pinggir postero-superior
berhubungan dengan kolesteatom.
3. Perforasi atik
Terjadi pada pars flasida, berhubungan dengan primary acquired
cholesteatoma (Helmi, 2005; Soepardi EA, 2007).
Primary acquired cholesteatoma adalah kolesteatom yang terbentuk
tanpa didahului oleh perforasi membran timpani. Kolesteatom timbul
akibat proses invaginasi dari membran timpani pars flaksida akibat
adanya tekanan negatif pada telinga tengah karena adanya gangguan
tuba (teori invaginasi). Kolesteatom yang terjadi pada daerah atik atau

Universitas Sumatera Utara


pars flaksida (Djaafar ZA, 2007; Nursiah, 2003; Helmi.2005, Aboet
A, 2007; Paparella MM, 1994).

Secondary acquired cholesteatoma terbentuk setelah perforasi


membran timpani. Kolesteatom terjadi akibat masuknya epitel kulit
dari liang telinga atau dari pinggir perforasi membran timpani ke
telinga tengah (teori migrasi) atau terjadi akibat metaplasi mukosa
kavum timpani karena iritasi infeksi yang berkangsung lama (teori
metaplasi) (Djaafar ZA,2007; Nursiah, 2003; Helmi, 2005; Aboet A,
2007; Paparella MM, 1994).

2.3. Etiologi Otitis Media Supuratif Kronis

Terjadi OMSK hampir selalu dimulai dengan otitis media


berulang pada anak, jarang dimulai setelah dewasa. Faktor infeksi
biasanya berasal dari nasofaring (adenoiditis, tonsilitis, rinitis,
sinusitis), mencapai telinga tengah melalui tuba eustachius. Fungsi
tuba eustachius yang abnormal merupakan faktor predisposisi yang
dijumpai pada anak dengan cleft palate dan Down Sindrome. Adanya
tuba patulous, menyebabkan refluk isi nasofaring yang merupakan
faktor insiden OMSK yang tinggi di Amerika Serikat (Nursiah,
2003).
Faktor Host yang berkaitan dengan insiden OMSK yang relatif
tinggi adalah defisiensi imun sistemik. Kelainan humoral (seperti
hipogammaglobulinemia) dan cell-mediated (seperti infeksi HIV,
sindrom kemalasan leukosit) dapat manifest sebagai sekresi telinga
kronis(Nursiah,2003).

Beberapa faktor-faktor yang menyebabkan perforasi membran


timpani menetap pada OMSK:
2. Infeksi yang menetap pada telinga tengah mastoid yang mengakibatkan
produksi sekret telinga purulen berlanjut.

Universitas Sumatera Utara


3. Berlanjutnya obstruksi tuba eustachius yang mengurangi penutupan
spontan pada perforasi.
4. Beberapa perforasi yang besar mengalami penutupan spontan melalui
mekanisme migrasi epitel.
5. Pada pinggir perforasi dari epitel skuamosa dapat mengalami
pertumbuhan yang cepat diatas sisi medial dari membran timpani.
Proses ini juga mencegah penutupan spontan dari perforasi.
(http://www.scribd.com/doc/13607134/Otitis-Media-Kronik)

2.4. Epidemiologi Otitis Media Supuratif Kronis

Prevalensi OMSK pada beberapa negara antara lain dipengaruhi,


kondisi sosial, ekonomi, suku, tempat tinggal yang padat, hygiene dan
nutrisi yang jelek. Kebanyakkan studi mengukur nilai prevalensi bukannya
menilai angka insidensi seperti table 1. Prevalensi OMSK setiap negara
dikategorikan oleh WHO regional classification ketika workshop
WHO/CIBA pada tahun 1996. Nilai prevalensi 1-2% dianggap rendah dan
nilai 3-6% dianggap tinggi.

Tabel 2.1 Prevalensi OMSK Setiap Negara oleh WHO Regional


Classification
Kategori Populasi
Paling tinggi ( >4% ) Tanzania, India, Solomon Islands,
Guam, Australian Aborigines,
Greenland
Tinggi ( 2-4% ) Nigeria, Angola, Mozambique,
Republic of Korea, Thailand,
Philippines, Malaysia, Vietnam,
Micronesia, China, Eskimos
Rendah (1-2% ) Brazil, Kenya

Universitas Sumatera Utara


Paling rendah ( <1% ) Gambia, Saudi Arabia, Israel,
Australia, United Kingdom,
Denmark, Finland, American
Indians

Dari survei pada 7 propinsi di Indonesia pada tahun 1996 ditemukan


insiden Otitis Media Supuratif Kronis (atau yang oleh awam dikenal
sebagai "congek") sebesar 3% dari penduduk Indonesia. Dengan kata lain
dari 220 juta penduduk Indonesia diperkirakan terdapat 6,6 juta penderita
OMSK. Jumlah penderita ini kecil kemungkinan untuk berkurang bahkan
mungkin bertambah setiap tahunnya mengingat kondisi ekonomi masih
buruk, kesadaran masyarakat akan kesehatan yang masih rendah dan
sering tidak tuntasnya pengobatan yang dilakukan (Cermin dunia
kedokteran no.134, 2002).

2.5. Gejala dan Tanda Klinis Otitis Media Supuratif Kronis

2.5.1. OMSK Tipe tubotimpani


Gejalanya berupa sekret mukoid yang tidak terlalu berbau
busuk , ketika pertama kali ditemukan bau busuk mungkin ada
tetapi dengan pembersihan dan penggunaan antibiotik lokal
biasanya cepat menghilang, sekret mukoid dapat konstan atau
intermitten.
Gangguan pendengaran konduktif selalu didapat pada pasien
dengan derajat ketulian tergantung beratnya kerusakan tulang
pendengaran dan koklea selama infeksi nekrotik akut pada awal
penyakit.
Perforasi membran timpani sentral sering berbentuk seperti
ginjal tapi selalu meninggalkan sisa pada bagian tepinya . Proses
peradangan pada daerah timpani terbatas pada mukosa sehingga

Universitas Sumatera Utara


membran mukosa menjadi berbentuk garis . Derajat infeksi
membran mukosa dapat tipis dan pucat atau merah dan tebal,
kadang-kadang suatu polip didapat tapi mukoperiosteum yang
tebal dan mengarah pada meatus menghalangi pandangan
membran timpani dan telinga tengah sampai polip tersebut
diangkat . Sekret terlihat berasal dari rongga timpani dan
orifisium tuba eustachius yang mukoid. Setelah satu atau dua kali
pengobatan local bau busuk berkurang. Cairan mukus yang tidak
terlalu bau datang dari perforasi besar tipe sentral dengan
membran mukosa yang berbentuk garis pada rongga timpani
merupakan diagnosa khas pada omsk tipe tubatimpani.

2.5.2. OMSK Tipe Atikoantral dengan Kolesteatom


Sekret pada infeksi dengan kolesteatom beraroma khas,
sekret yang sangat bau dan berwarna kuning abu-abu, kotor
purulen dapat juga terlihat kepingan-kepingan kecil, berwarna
putih mengkilat. Gangguan pendengaran tipe konduktif timbul
akibat terbentuknya kolesteatom bersamaan juga karena
hilangnya alat penghantar udara pada otitis media nekrotikans
akut. Selain tipe konduktif dapat pula tipe campuran karena
kerusakan pada koklea yaitu karena erosi pada tulang-tulang
kanal semisirkularis akibat osteolitik kolesteatom (Orluh, 2008).

2.6. Penatalaksanaan Otitis Media Supuratif Kronis


Pengobatan penyakit telinga kronis yang efektif harus didasarkan
pada faktor-faktor penyebabnya dan pada stadium penyakitnya.
Dengan demikian pada waktu pengobatan haruslah dievaluasi faktor-
faktor yang menyebabkan penyakit menjadi kronis, perubahan-
perubahan anatomi yang menghalangi penyembuhan serta menganggu
fungsi, dan proses infeksi yang terdapat ditelinga. Bila didiagnosis
kolesteatom, maka mutlak harus dilakukan operasi, tetapi obat -obatan

Universitas Sumatera Utara


dapat digunakan untuk mengontrol infeksi sebelum operasi. Prinsip
pengobatan tergantung dari jenis penyakit dan luasnya infeksi, dimana
pengobatan dapat dibagi atas :
1.Konservatif
2.Operasi

2.6.1. Pengobatan OMSK Tipe Tubatimpani


a. OMSK Tipe Tubatimpani Tenang
Keadaan ini tidak memerlukan pengobatan, dan
dinasehatkan untuk jangan mengorek telinga, air jangan
masuk ke telinga sewaktu mandi, dilarang berenang dan
segera berobat bila menderita infeksi saluran nafas atas. Bila
fasilitas memungkinkan sebaiknya dilakukan operasi
rekonstruksi (miringoplasti,timpanoplasti) untuk mencegah
infeksi berulang serta gangguan pendengaran.
b. OMSK Tipe Tubatimpani Aktif
Keadaan ini harus dilakukan pembersihan liang telinga dan
kavum timpani ( toilet telinga). Tujuan toilet telinga adalah
membuat lingkungan yang tidak sesuai untuk perkembangan
mikroorganisme, karena sekret telinga merupakan media
yang baik bagi perkembangan mikroorganisme (Fairbank,
1981).
2.6.2. Pengobatan OMSK Tipe Atikoantral
Pengobatan yang tepat untuk OMSK maligna adalah operasi.
Pengobatan konservatif dengan medikamentosa hanyalah
merupakan terapi sementara sebelum dilakukan pembedahan.
Bila terdapat abses subperiosteal, maka insisi abses sebaiknya
dilakukan tersendiri sebelum kemudian dilakukan
mastoidektomi.

Universitas Sumatera Utara


Ada beberapa jenis pembedahan atau tehnik operasi yang dapat
dilakukan pada OMSK dengan mastoiditis kronis, baik tipe
tubatimpani atau tipe atikoantral, antara lain (Soepardi, 2001).

• Mastoidektomi sederhana

Dilakukan pada OMSK tipe tubatimpani yang tidak sembuh


dengan pengobatan konservatif. Pada tindakan ini dilakukan
pembersihan ruang mastoid dari jaringan patologik, dengan
tujuan agar infeksi tenang dan telinga tidak berair lagi.

• Mastoidektomi radikal

Dilakukan pada OMSK tipe atikoantral dengan infeksi atau


kolesteatom yang sudah meluas.Pada operasi ini rongga
mastoid dan kavum timpani dibersihkan dari semua jaringan
patologik. Dinding batas antara liang telinga luar dan telinga
tengah dengan rongga mastoid diruntuhkan, sehingga ketiga
daerah anatomi tersebut menjadi satu ruangan. Tujuan operasi
ini adalah untuk membuang semua jaringan patologik dan

mencegah komplikasi ke intrakranial.

•Mastoidektomi radikal dengan modifikasi (Operasi Bondy)

Dilakukan pada OMSK dengan kolesteatom di daerah atik,


tetapi belum merusak kavum timpani. Seluruh rongga mastoid
dibersihkan dan dinding posterior liang telinga direndahkan.
Tujuan operasi adalah untuk membuang semua jaringan
patologik dari rongga mastoid dan mempertahankan

pendengaran yang masih ada.

Universitas Sumatera Utara


• Miringoplasti

Dilakukan pada OMSK tipe tubatimpani yang sudah tenang


dengan ketulian ringan yang hanya disebabkan oleh perforasi
membran timpani. Operasi ini merupakan jenis timpanoplasti
yang paling ringan, dikenal juga dengan nama timpanoplasti
tipe 1. Rekonstruksi hanya dilakukan pada membran timpani.
Tujuan operasi adalah untuk mencegah berulangnya infeksi
telinga tengah ada OMSK tipe tubatimpani dengan perforasi
yang menetap.

•Timpanoplasti

Dikerjakan pada OMSK tipe tubatimpani dengan kerusakan


yang lebih berat atau OMSK tipe tubatimpani yang tidak bisa
diatasi dengan pengobatan medikamentosa. Tujuan operasi
adalah menyembuhkan penyakit serta memperbaiki
pendengaran.

Pada operasi ini selain rekonstruksi membran timpani


seringkali harus dilakukan juga rekonstruksi tulang
pendengaran. Berdasarkan bentuk rekonstruksi tulang yang
dilakukan maka dikenal istilah timpanoplasti tipe II, III, IV dan
V.

•Timpanoplasti dengan pendekatan ganda (Combined


Approach Tympanoplasty)
Dikerjakan pada kasus OMSK tipe atikoantral atau OMSK tipe
tubatimpani dengan jaringan granulasi yang luas. Tujuan
operasi untuk menyembuhkan penyakit serta memperbaiki
pendengaran tanpa melakukan teknik mastoidektomi radikal
(tanpa meruntuhkan dinding posterior liang telinga). Yang
dimaksud dengan combined approach di sini adalah
membersihkan kolesteatom dan jaringan granulasi di kavum

Universitas Sumatera Utara


timpani melalui dua jalan, yaitu liang telinga dan rongga
mastoid dengan melakukan timpanotomi posterior. Namun
teknik operasi ini pada OMSK tipe atikoantral belum
disepakati oleh para ahli karena sering timbul kembali
kolesteatoma (Soepardi EA, 2007).

2.7. Komplikasi Otitis Media Supuratif Kronis

Penyakit ini pada umumnya tidak memberikan rasa sakit kecuali


apabila sudah terjadi komplikasi. Biasanya komplikasi didapatkan
pada penderita OMSK tipe atikoantral seperti labirinitis, meningitis,
abses otak yang dapat menyebabkan kematian. Kadangkala suatu
eksaserbasi akut oleh kuman yang virulen pada OMSK tipe
tubatimpani pun dapat menyebabkan suatu komplikasi (Nursiah,
2003).

Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai