Penyakit kaki gajah dikenal pula dengan istilah elephantiasis di dunia medis. Penyakit ini
merupakan salah satu di antara sejumlah penyakit yang tergolong satu spektrum penyakit yang
disebut filariasis. Adapun filariasis tidak hanya menyerang manusia melainkan juga hewan.
Filariasis disebabkan oleh cacing nematoda golongan filaria. Beberapa spesies filaria yang
ternama di Indonesia adalah Wuchereria bancrofti, Brugia malayi, dan Brugia timori. Cacing
Wuchereria bancrofti dapat menyebabkan penyakit kaki gajah karena sifatnya yang dapat
mengganggu peredaran getah bening. Sedangkan Brugia malayi dan Brugia timori tidak.
Filariasis, termasuk penyakit kaki gajah, ditemukan sebanyak lebih dari 90 juta
kasus di dunia, terutama di daerah tropis dan subtropis. Penyakit ini jarang fatal
namun dampak psikis dan sosioekonomi yang ditimbulkan cukup nyata.
Cacing filaria dapat ditularkan melalui gigitan serangga (nyamuk Anopheles, Culex,
Aedes, dan lalat Mansonia). Cacing betina dewasa dapat memproduksi ribuan larva
yang diisap oleh serangga tersebut dan dapat masuk ke butuh manusia lewat gigitan
serangga. Namun sekali gigitan saja tidak cukup untuk menimbulkan penyakit
filariasis. Selain frekuensi gigitan serangga, jumlah mikrofilaria yang masuk per
gigitan dan derajat kekebalan tubuh juga berpengaruh pada kejadian penyakit ini.
Ada tiga tahap dalam penyakit filariasis sampai dengan terjadinya kaki gajah. Awal
penyakit filariasis umumnya tanpa gejala. Gejala penyakit dimulai dari
adenolimfangitis akut, yaitu proses peradangan dan nyeri yang terjadi di kelenjar dan
pembuluh getah bening. Proses peradangan ini biasanya reda sendiri setelah 1
minggu, tetapi kemudian kambuh kembali jika jumlah filaria dalam tubuh cukup
banyak. Selama perjalanan penyakit, air kemih yang berwarna putih susu mungkin
pula menyertai gejala lainnya. Inflamasi berulang dapat menyebabkan pembesaran
bagian-bagian tubuh seperti lengan, kemaluan, dan tungkai; sebagai akibat lanjutan
dari pembengkakan kelenjar getah bening. Kondisi inilah yang disebut elephantiasis.
Pembengkakan dimulai dengan bengkak yang tidak kembali setelah dipencet,
sampai pada pembengkakan berat yang sudah disertai pengerasan dan benjolan-
benjolan pada kulit.
Setelah dokter mendiagnosis penyakit kaki gajah, obat yang akan diberikan adalah
DEC (dietilkarbamazin). Jika penderita masih mengalami gejala peradangan akut,
obat-obatan untuk meredakan gejala (simtomatik) dapat pula diberikan. Jika
pembengkakan anggota gerak sudah mengeras, dapat diberikan kortikosteroid.
Tetap jaga kebersihan selama menjalani terapi. Apabila kelainan sudah sangat
nyata dan berat, mungkin penderita membutuhkan operasi.
Jika Anda sendiri atau ada kenalan Anda yang menderita penyakit kaki gajah,
konsultasikan dengan dokter Anda untuk mendapatkan perawatan lebih intensif.
Referensi
Wayangankar S, Bronze MS. Filariasis. Available from URL:
http://emedicine.medscape.com/viewarticle/217776-print.htm (last updated December 08, 2010;
accessed March 29, 2011)
Share
Penyakit Filariasis ini bersifat menahun dan kronis dan bila tidak cepat mendapat
pengobatan akan menimbulkan cacat menetap berupa pembesaran kaki, lengan dan alat
kelamin baik bagi perempuan dan laki-laki.
WHO sudah menetapkan Kesepakatan Global ( The Global Goal of Elimination of Lymphatic
Filariasis as a Public Health problem by The Year 2020 ). Program eliminasi dilaksanakan
melalui pengobatan massal dengan DEC dan Albendazol setahun sekali selama 5 tahun
dilokasi yang endemis dan perawatan kasus klinis baik yang akut maupun kronis untuk
mencegah kecacatan dan mengurangi penderitanya. Indonesia akan melaksanakan eliminasi
penyakit kaki gajah secara bertahap dimulai pada tahun 2002 di 5 kabupaten percontohan. (
Sumber )
Seseorang dapat tertular atau terinfeksi penyakit kaki gajah apabila orang tersebut digigit
nyamuk yang infektif yaitu nyamuk yang mengandung larva stadium III ( L3 ). Nyamuk
tersebut mendapat cacing filarial kecil ( mikrofilaria ) sewaktu menghisap darah penderita
mengandung microfilaria atau binatang reservoir ( pembawa ) yang mengandung
microfilaria. Siklus Penularan penyakit kaiki gajah ini melalui dua tahap, yaitu
perkembangan dalam tubuh nyamuk ( vector ) dan tahap kedua perkembangan dalam tubuh
manusia (hospes) dan reservoair.
Penyakit ini bersifat menahun (kronis) dan bila tidak mendapatkan pengobatan, dapat menimbulkan
cacat menetap berupa pembesaran kaki, lengan dan alat kelamin baik perempuan maupun laki-laki.
Penyakit Kaki Gajah bukanlah penyakit yang mematikan, namun demikian bagi penderita mungkin
menjadi sesuatu yang dirasakan memalukan bahkan dapat mengganggu aktifitas sehari-hari.
Penyakit Kaki Gajah umumnya banyak terdapat pada wilayah tropis. Menurut info dari WHO, urutan
negara yang terdapat penderita mengalami penyakit kaki gajah adalah Asia Selatan (India dan
Bangladesh), Afrika, Pasifik dan Amerika. Belakangan banyak pula terjadi di negara Thailan dan
Indonesia (Asia Tenggara).
Tidak seperti Malaria dan Demam berdarah, Filariasis dapat ditularkan oleh 23 spesies nyamuk dari
genus Anopheles, Culex, Mansonia, Aedes & Armigeres. Karena inilah, Filariasis dapat menular
dengan sangat cepat.
Demam berulang-ulang selama 3-5 hari, demam dapat hilang bila istirahat dan muncul lagi
setelah bekerja berat
Pembengkakan kelenjar getah bening (tanpa ada luka) didaerah lipatan paha, ketiak
(lymphadenitis) yang tampak kemerahan, panas dan sakit
Radang saluran kelenjar getah bening yang terasa panas dan sakit yang menjalar dari
pangkal kaki atau pangkal lengan kearah ujung (retrograde lymphangitis)
Filarial abses akibat seringnya menderita pembengkakan kelenjar getah bening, dapat pecah
dan mengeluarkan nanah serta darah
Pembesaran tungkai, lengan, buah dada, buah zakar yang terlihat agak kemerahan dan
terasa panas (early lymphodema)
Sedangkan gejala kronis dari penyakit kaki gajah yaitu berupa pembesaran yang menetap
(elephantiasis) pada tungkai, lengan, buah dada, buah zakar (elephantiasis skroti).
Selain itu, berbagai methode pemeriksaan juga dilakukan untuk mendiagnosa penyakit kaki gajah.
Diantaranya ialah dengan system yang dikenal sebagai Penjaringan membran, Metode konsentrasi
Knott dan Teknik pengendapan.
Metode pemeriksaan yang lebih mendekati kearah diagnosa dan diakui oleh pihak WHO adalah
dengan jalan pemeriksaan sistem "Tes kartu", Hal ini sangatlah sederhana dan peka untuk
mendeteksi penyebaran parasit (larva). Yaitu dengan cara mengambil sample darah sistem tusukan
jari droplets diwaktu kapanpun, tidak harus dimalam hari.
Dietilkarbamasin {diethylcarbamazine (DEC)} adalah satu-satunya obat filariasis yang ampuh baik
untuk filariasis bancrofti maupun malayi, bersifat makrofilarisidal dan mikrofilarisidal. Obat ini
tergolong murah, aman dan tidak ada resistensi obat. Penderita yang mendapatkan terapi obat ini
mungkin akan memberikan reaksi samping sistemik dan lokal yang bersifat sementara dan mudah
diatasi dengan obat simtomatik.
Dietilkarbamasin tidak dapat dipakai untuk khemoprofilaksis. Pengobatan diberikan oral sesudah
makan malam, diserap cepat, mencapai konsentrasi puncak dalam darah dalam 3 jam, dan diekskresi
melalui air kemih. Dietilkarbamasin tidak diberikanpada anak berumur kurang dari 2 tahun, ibu
hamil/menyusui, dan penderita sakit berat atau
dalam keadaan lemah.
Namun pada kasus penyakit kaki gajah yang cukup parah (sudah membesar) karena tidak terdeteksi
dini, selain pemberian obat-obatan tentunya memerlukan langkah lanjutan seperti tindakan operasi.
Pemberantasan nyamuk diwilayah masing-masing sangatlah penting untuk memutus mata rantai
penularan penyakit ini. Menjaga kebersihan lingkungan merupakan hal terpenting untuk mencegah
terjadinya perkembangan nyamuk diwilayah tersebut.