Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH

“ASUHAN KEPERAWATAN KECEMASAN KEPERAWATAN JIWA”


Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Jiwa
Dosen Pembimbing: Ns. Grace Carol Sipasulta,M.Kep.,Sp.Kep.Mat

Disusun Oleh :

KEPERAWATAN TK. III

AYU CITA LARASARI (P07220116085)


DINAR JUNISARI (P07220116088)
NUR AINUN (P07220116109)
NURLYANTI (P07220116111)

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES KALIMANTAN TIMUR


JURUSAN KEPERAWATAN PRODI DIII KEPERAWATAN
KELAS BALIKPAPAN
TAHUN AJARAN 2018/2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan
rahmat dan karunia-Nya kami masih diberi kesempatan untuk menyelesaikan
makalah ini. Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan
bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini.
Untuk itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang
telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu
dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar
kami dapat memperbaiki makalah ini dengan benar.
Akhir kata kami berharap semoga makalah tentang “Asuhan Keperawatan
Kecemasan dalam keperawatan jiwa” ini dapat memberikan manfaat maupun
inpirasi terhadap pembaca.

Balikpapan, 13 Agustus 2018

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .............................................................................................. i


DAFTAR ISI ............................................................................................................ ii
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................ 1
A. Latar Belakang .............................................................................................. 1
B. Tujuan Penulisan ........................................................................................... 1
C. Sistematika Penulisan ................................................................................... 2
BAB II TINJAUAN TEORI .................................................................................... 3
A. Pengertian ...................................................................................................... 3
B. Etiologi .......................................................................................................... 3
C. Klasifikasi Ansietas ....................................................................................... 4
D. Mekanisme koping ........................................................................................ 5
E. Manifestasi Klinis ......................................................................................... 6
F. Patofisiologi .................................................................................................. 8
G. Penatalaksanaan ............................................................................................ 9
H. Asuhan Keperawatan Pada Kasus Kecemasan ........................................... 11
1. Pengkajian ............................................................................................... 11
2. Diagnosa Keperawatan ............................................................................ 13
3. Intervensi Keperawatan ........................................................................... 14
BAB III PENUTUP ............................................................................................... 17
A. Kesimpulan ................................................................................................. 17
B. Saran ............................................................................................................ 17
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................. iii

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Krisis ekonomi yang berkepanjangan telah menyebabkan
meningkatnya jumlah penderita penyakit jiwa, terutama gangguan
kecemasan. Berbagai macam krisis yang terjadi sebenarnya bukan krisis
ekonomi sebagai pangkal masalahnya, melainkan mendasar pada kesehatan
mental bangsa ini sendiri. Minimnya perhatian terhadap kesehatan mental
bangsa termanifestasi dalam begitu banyak masalah yang disebut krisis
multidimensional. Pernyataan ini dinyatakan dengan jelas oleh dr. Danardi
Sosrosumihardjo, Sp.K.J., dari Perhimpunan Dokter Spesialis Kedokteran
Jiwa Indonesia (PDSKJI) dalam konferensi pers Konvensi Nasional
Kesehatan Jiwa ke-2, yang bertema “Kesehatan Jiwa Masyarakat,
Kesehatan Jiwa Bangsa,” pada hari Kamis (9/ 10) di Jakarta.
Pernyataan ini bukanlah tanpa dasar. Krisis ekonomi yang terus
berkepanjangan ternyata meninggalkan kisah-kisah menyedihkan dengan
meningkatnya jumlah penderita ganngguan jiwa, terutama jenis anxietas
(gangguan kecemasan). Gejala gangguan kesehatan mental yang mencakup
mulai dari gangguan kecemasan, depresi, panik hingga gangguan jiwa yang
berat seperti Schizoprenia hingga pada tindakan bunuh diri, semakin
mewabah di tengah masyarakat. Dari sekian jumlah penderita yang ada
baru 8% yang mendapatkan pengobatan yang memadai. Sedangkan
selebihnya tidak tertangani.

B. Tujuan Penulisan
Tujuan disusunnya makalah ini adalah agar dapat:
1. Membedakan antara ansietas normal dengan ansietas yang dialami pada
gangguan ansietas

1
2. Membedakan antara ansietas, takut, dan stres
3. Menjelaskan akibat positif dan negatif ansietas
4 Menjelaskan tingkat ansietas dengan perubahan prilaku yang terkait
dengan setiap tingkat tersebut
5. Mendiskusikan penggunaan mekanisme pertahanan oleh individu yang
mengalami gangguan ansietas
6. Menjelaskan teori etiologi terbaru tentang gangguan ansietas mayor
7. Menerapkan proses keperawatan pada perawatan klien yang mengalami
ansietas dan gangguan terkait stres
8. Memberi penyuluhan kepada klien, keluarga, pemberi perawatan, dan
anggota masyarakat untuk meningkatkan pemahaman tentang ansietas
dan gangguan terkait stres

C. Sistematika Penulisan

Sistematika Penulisan Makalah ini, yaitu :

Bab I Pendahuluan yang terdiri atas latar belakang, tujuan penulisan serta
sistematika

Bab II Tinjauan teori terdiri dari Pengertian, etiologi, factor predisposisi,


faktir presipitasi, klasifikasi ansietas, mekanisme koping, manisfestasi
klinik, penetalaksanaan , dan konsep asuhan keperaatan kecemasan pada
keperawatan jiwa.

Bab III Penutup yang terdiri dari Kesimpulan dan Saran

2
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Pengertian
Ansietas adalah suatu perasaan takut dengan gejala fisiologis, sedangkan
pada gangguan ansietas terkandung unsur penderitaan yang bermakna dan
gangguan fungsi yang di sebabkan oleh kecemasan tersebut (Tomb. Dafit A 2003)
Cemas (ansietas) adalah sebuah emosi dan penglaman subjektif dri
seseorang. Pengertian lain cemas adalah suatu keadaan yang membuat seseorang
tidak nyaman dan terbagi dalam beberapa tingkatan. Jadi, cemas berkaitan dengan
persaan tiidak pasti dan tidak berdaya. (Kususmawati, 2010)
Kecemasan adalah perasaan takut yang tidak jelas dan yang tidak di dukung
oles situasi ( Videbeck. 2008)

B. Etiologi
Adapun faktor – faktor yang mempengaruhi ansietas adalah :
Faktor Predisposisi
1) Dalam pandangan psikoanalisis, ansietas adalah konflik emosional yang terjadi
antara dua elemen kepribadiani yaitu id, ego dan superego. Id mewakili
dorongan insting dan impuls primitif, sedangkan superego mencerminkan hati
nurani dan dikendalikan oleh norma budaya, sedangakan ego di gambarkan
sebagai mediator antara tuntunan dari id dan super ego
2) Menurut pandangan interpersonal, ansietas timbul dari perasaan takut terhadap
ketidak setujuan dan penolakan interpersonal.
3) Menurut pandangan perilaku, ansietas merupakan produk frustasi yaitu segala
sesuatu yang mengganggu kemampuan individu untuk mencapai tujuan yang
di inginkan.

3
4) Kajian keluarga menunjukkan bahwa gangguan ansietas merupakan hal yang
biasa di temui dalam suatu keluarga.
5) Kajian biologis menunjukkan bahwa otak megandung reseptor khusus untuk
benzodiasepin, obat-obatan yang meningkatkan neuroregulator inhibisi asam-
asam gama-aminobutirat (GABA), yang berperan penting dalam mekanisme
biologis yang berhubungan dengan ansietas.

Faktor Presipitasi
Stresor presipitasi adalah semua ketegangan dalam kehidupan yang dapat
mencetuskan timbulnya kecemasan (Suliswati, 2005). Stresor presipitasi
kecemasan dikelompokkan menjadi dua bagian, yaitu :
1. Ancaman terhadap integritas fisik. Ketegangan yang mengancam integritas
fisik yang meliputi :
a. Sumber internal, meliputi kegagalan mekanisme fisiologis sistem imun,
regulasi suhu tubuh, perubahan biologis normal (misalnya : hamil).
b. Sumber eksternal, meliputi paparan terhadap infeksi virus dan bakteri,
polutan lingkungan, kecelakaan, kekurangan nutrisi, tidak adekuatnya
tempat tinggal.
2. Ancaman terhadap harga diri meliputi sumber internal dan eksternal.
a. Sumber internal : kesulitan dalam berhubungan interpersonal di rumah dan
tempat kerja, penyesuaian terhadap peran baru. Berbagai ancaman terhadap
integritas fisik juga dapat mengancam harga diri.
b. Sumber eksternal : kehilangan orang yang dicintai, perceraian, perubahan
status pekerjaan, tekanan kelompok, sosial budaya.

C. Klasifikasi Ansietas
1) Tingkatan Ansietas :
a. Ansietas Ringan
Berhubungan dengan ketegangan dalam kehidupan sehari-hari.
Menyebabkan individu menjadi lebih waspada dan meningkatkan lapang

4
persepsinya. Ansietas ini dapat memotivasi belajar dan menghasilakn
pertumbuhan serta kreativitas.
b. Ansietas Sedang
Memungkinkan individu unutk berfokus pada hal yang penting dan
mengesampingkan hal yang lain. Mempersempit lapang persepsi individu.
Sehingga individu mengalami tidak perhatian yang selektif namun dapat
lebih berfokus pasda area jika diarahkan untuk melakukannya.
c. Ansietas Berat
Sangat mengurangi lapang persepsi individu, cenderung berfokus
ada sesuatu yang rinci dan spesifik sehingga tidak memikirkan hal yang
lain. Semua perilaku ditujukkan untuk mengurangi ketegangan. Individu
memerlukan banyak arahan untuk berfokus pada hal lain.
d. Tingkat Panik dari Ansietas. Berhubungan dengan terperangah, ketakutan
dan teror. Individu yang mengalami panik tidak mampu melakukan sesuatu
meskipun dengan arahan, karena mengalami kehilangan kendali.

D. Mekanisme koping
Kemampuan individu menanggulangi kecemasan secara konstruksi merupakan
faktor utama yang membuat pasien berperilaku patologis atau tidak. Mekanisme
koping untuk mengatasi kecemasan sedang, berat, dan panik membutuhkan banyak
energi. Menurut Suliswati (2005), mekanisme koping yang dapat dilakukan ada
dua jenis, yaitu:
1. Task Oriented Reaction atau reaksi yang berorientasi pada tugas. Tujuan
yang ingin dicapai dengan melakukan koping ini dalah individu mencoba
menghadapi kenyataan tuntutan stress dengan menilai secara objektif
ditujukan untuk mengatasi masalah, memulihkan konflik dan memenuhi
kebutuhan.
a. Perilaku menyerang digunakan untuk mengubah atau mengatasi
hambatan pemenuhan kebutuhan

5
b. Perilaku menarik diri digunakan baik secara fisik maupun psikologik
untuk memindahkan seseorang dari sumber stress
c. Perilaku kompromi digunakan untuk mengubah cara seseorang
mengoperasikan, mengganti tujuan, atau mengorbankan aspek
kebutuhan personal seseorang.
2) Ego Oriented Reaction atau reaksi berorientasi pada ego. Koping ini tidak
selalu sukses dalam mengatasi masalah. Mekanisme ini seringkali
digunakan untuk melindungi diri, sehingga disebut mekanisme pertahanan
ego diri biasanya mekanisme ini tidak membantu untuk mengatasi
masalah secara realita. Untuk menili penggunaan mekanisme pertahanan
individu apakah adaptif atau tidak adaptif, perlu dievalusi hal-hal berikut:
a. Perawat dapat mengenali secara akurat penggunaan mekanisme
pertahanan pasien
b. Tingkat penggunaan mekanisme pertahanan diri tersebut apa
pengaruhnya terhadap disorganisasi kepribadian
c. Pengaruh penggunaan mekanisme pertahanan terhadap kemajuan
kesehatan pasien
d. Alasan pasien menggunakan mekanisme pertahanan.

E. Manifestasi Klinis
Manifestasi dengan gejala setiap kategori yaitu, ansietas ringan, ansietas sedang,
ansietas berat, dan ansietas panik.
1. Ansietas Ringan
a. Berhubungan dengan ketegangan akan peristiwa kehidupan sehari-hari.
b. Lapang persepsi meluas/melebar dan individu berhati-hati serta waspada.
c. Individu terdorong untuk belajar yang akan menghasilkan pertumbuhan
dan kreatifitas.
Respon Ansietas Ringan
a. Fisiologis

6
Kadang nafas pendek, nadi dan TD naik, gejala ringan pada lambung,
muka berkerut dan bibir bergetar.
b. Kognitif
Lapang persepsi meluas/melebar, mampu menerima rangsangan yang
kompleks, konsentrasi pada masalah, menyelesaikan masalah secara
efektif.
c. Perilaku dan Emosi
Tidak dapat duduk tenang, tremor halus pada tangan, suara kadang
meninggi.
2. Ansietas Sedang
Pada tingkat ini lapang pandang terhadap linngkungan menurun, individu lebih
memfokuskan pada hal penting saat itu dn mengesampingkan hal lain.
Respon Ansietas Sedang
a. Fisiologis. Sering nafas pendek, nadi dan TD naik, mulut kering, anoreksia,
diare/konstipasi, gelisah
b. Kognitif
1) Lapang persepsi menyempit
2) Rangsang luar tidak mampu diterima
3) Berfokus pada apa yang menjadi perhatiannya
4) Perilaku dan Emosi
5) Gerakan tersentak-sentak (meremas tangan)
6) Bicara banyak & lebih cepat
7) Susah tidur
8) Perasaan tidak aman
3. Ansietas Berat
Pada tingkat ini lapang persepsi menjadi sangat sempit, individu cenderung
memikirkan hal yang kecil saja dan mengabaikan hal yang lain. Individu tidak
mampu berpikir berat lagi dan membutuhkan banyak pengarahan/ tuntunan.

7
Respon Ansietas Berat
a. Fisiologis
Nafas pendek, nadi dan TD naik, berkeringat dan sakit kepala, penglihatan
kabur, ketegangan.
b. Kognitif
1) Lapang persepsi sangat sempit
2) Tidak mampu menyelesaikan masalah
c. Perilaku dan Emosi
1) Perasaan ancaman tinggi
2) Verbalisasi cepat
3) Blocking
4. Ansietas Panik
Terganggu sehingga individu sudah tidak dapat mengendalikan diri lagi
dan tidak dapat melakukan apa-apa walaupun sudah diberi pengarahan/
tuntunan
Respon Ansietas Panik :
a. Fisiologis
Nafas pendek, rasa tercekik dan palpitasi, sakit dada, pucat, hipotensi,
koordinasi motorik rendah.
b. Kognitif
1) Lapang pandang persepsi sangat sempit
2) Tidak dapat berpikir logis
c. Perilaku dan Emosi
1) Agitasi mengamuk dan marah
2) Ketakutan dan berteriak-teriak, blocking
3) Kehilangan diri kendali/ kontrol diri
4) Persepsi kacau

F. Patofisiologi
Berdasarkan proses perkembangannya:

8
1. Bayi/anak-anak
a. Berhubungan dengan perpisahan
b. Berhubungan dengan lingkungan atau orang yang tidak dikenal
c. Berhubungan dengan perubahan dalam hubungan teman sebaya
2. Remaja
Berhubungan dengan ancaman terhadap konsep diri sekunder akibat:
a. Perkembangan seksual
b. Perubahan hubungan dengan teman sebaya
3. Dewasa
Berhubungan dengan ancaman terhadap konsep diri sekunder akibat:
a. Kehamilan
b. Menjadi orang tua
c. Perubahan karir
d. Efek penuaan
4. Lanjut usia
Berhubungan dengan ancaman terhadap konsep diri sekunder akibat:
a. Penurunan sensori
b. Penurunan motorik
c. Masalah keuangan
d. Perubahan pada masa pension

G. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan ansietas pada tahap pencegahaan dan terapi memerlukan
suatu metode pendekatan yang bersifat holistik, yaitu mencangkup fisik (somatik),
psikologik atau psikiatrik, psikososial dan psikoreligius (Hawari, 2008)
selengkapnya seperti pada uraian berikut :
1. Upaya meningkatkan kekebalan terhadap stress, dengan cara :
a. Makan makan yang bergizi dan seimbang.
b. Tidur yang cukup.
c. Cukup olahraga.

9
d. Tidak merokok.
e. Tidak meminum minuman keras.
2. Terapi psikofarmaka
Terapi psikofarmaka merupakan pengobatan untuk cemas dengan memakai
obat-obatan yang berkhasiat memulihkan fungsi gangguan neuro-transmitter
(sinyal penghantar saraf) di susunan saraf pusat otak (limbic system). Terapi
psikofarmaka yang sering dipakai adalah obat anti cemas (anxiolytic), yaitu
seperti diazepam, clobazam, bromazepam, lorazepam, buspirone HCl,
meprobamate dan alprazolam.
3. Terapi somatik
Gejala atau keluhan fisik (somatik) sering dijumpai sebagai gejala ikutan
atau akibat dari kecemasan yang bekerpanjangan. Untuk menghilangkan
keluhan-keluhan somatik (fisik) itu dapat diberikan obat-obatan yang ditujukan
pada organ tubuh yang bersangkutan.
4. Psikoterapi
Psikoterapi diberikan tergantung dari kebutuhan individu, antara lain :
a. Psikoterapi suportif, untuk memberikan motivasi, semangat dan dorongan
agar pasien yang bersangkutan tidak merasa putus asa dan diberi keyakinan
serta percaya diri.
b. Psikoterapi re-edukatif, memberikan pendidikan ulang dan koreksi bila
dinilai bahwa ketidakmampuan mengatsi kecemasan.
c. Psikoterapi re-konstruktif, untuk dimaksudkan memperbaiki kembali
(rekonstruksi) kepribadian yang telah mengalami goncangan akibat
stressor.
d. Psikoterapi kognitif, untuk memulihkan fungsi kognitif pasien, yaitu
kemampuan untuk berpikir secara rasional, konsentrasi dan daya ingat.
e. Psikoterapi psiko-dinamik, untuk menganalisa dan menguraikan proses
dinamika kejiwaan yang dapat menjelaskan mengapa seseorang tidak
mampu menghadapi stressor psikososial sehingga mengalami kecemasan.

10
f. Psikoterapi keluarga, untuk memperbaiki hubungan kekeluargaan, agar
faktor keluarga tidak lagi menjadi faktor penyebab dan faktor keluarga
dapat dijadikan sebagai faktor pendukung.
5. Terapi psikoreligius
Untuk meningkatkan keimanan seseorang yang erat hubungannya
dengan kekebalan dan daya tahan dalam menghadapi berbagai problem
kehidupan yang

H. Asuhan Keperawatan Pada Kasus Kecemasan

1. Pengkajian
Pengkajian ditujukan pada fungsi fisiologis dan perubahan perilaku melalui
gejala atau mekanisme koping sebagai pertahanan terhadap kecemasan.
a. Kaji faktor predisposisi
Faktor predisposisi adalah semua ketegangan dalam kehidupan yang dapat
menyebabkan timbulnya kecemasan seperti:
1) Peristiwa traumatic yang dapat memicu terjadinya kecemasandengan
krisis yang dialami individu baik krisis perkembangan atau situasional.
2) Konflik emosional yang dialami individu dan tidak terselesaikan
dengan baik. Konflik antara id dan super ego atau antara keinginan dan
kenyataan dapat menimbulkan kecemasan pada individu.
3) Konsep diri terganggu akan menimbulkan ketidakmampuan individu
berpikir secara realistissehingga akan menimbulkan kecemasan.
4) Frustasi akan menimbulkan rasa ketidakberdayaan untuk mengambil
keputusan yang berdampak terhadap ego.
5) Gangguan fisik akan menimbulkan kecemasan karena merupakan
ancaman terhadap integritas fisik yang dapat mempengaruhi konsep
diri individu.
6) Pola mekanisme koping keluarga atau pola keluarga menangani setres
akan mempengaruhi individu dalam berespon terhadap konflik yang

11
dialami karena pola mekanisme koping individu banyak dipelajari
dalam keluarga.
7) Riwayat gangguan kecemasan dalam keluarga akan mempengaruhi
respon individu dalam berespon terhadap konflik dan mengatasi
kecemasannya.
8) Medikasi yang dapat memicu terjadinya kecemasan adalah pengobatan
yang mengandung benzodiepin, karena benzodizepin dapat menekan
neurotrasmiter gamma amino butyric acid (GABA) yang mengontrol
aktivitas neuron di otak yang bertanggung jawab menghasilkan
kecemasan.
b.Kaji stressor presipitasi
Stressor presipitasi adalah semua ketegangan dalam kehidupan yang dapat
mencetuskan timbulnya kecemasan. Stressor presipitasi kecemasan
dikelompokkan menjadi dua bagian:
1) Ancaman terhadap integritas fisik. Ketegangan yang mengancam
integritas fisik meliputi:
a) Sumber internal, mrliputi kegagalan mekanisme fisiologis system
imun, regulasi suhu tubuh, perubahan biologis normal (mis.hamil)
b) Sumber eksternal, meliputi paparan terhadapinfeksi virus dan
bakteri, polutan lingkungan, kekurangan nutrisi, tidak adekuatnya
tempat tinggal.
2) Ancaman terhadap harga diri meliputi sumber internal dan eksternal.
a) Sumber internal: kesulitan dalam berhubungan interpersonal
dirumah dan di tempat kerja, penyesuaian terhadap peran baru.
Berbagai ancaman terhadap integritas fisik juga dapat mengancanm
harga diri.
b) Sumber eksternal: kehilangan orang yang dicintai, perceraian,
perubahan status pekerjaan, tekanan kelompok, social budaya.

12
c. Kaji perilaku
Secara langsung kecemasan dapat di ekspresikan melalui respon fisiologis
dan psikologis dan secara tidak langsung melalui pengambangan mekanisme
koping sebagai pertahanan melawan kecemasan.
1. Respon fisiologis.
Mengaktifkan system saraf otonom(simpatis dan parasimpatis)
2. Respon psikologologis.
Kecemasan dapat mempengaruhi aspek intrapersonal maupun personal.
3. Respon kognitif.
Kecemasan dapat mempengaruhi kemampuan berpikir baik proses pikir
maupun isis pikir, diantaranya adalah tidak mampu memperhatikan,
konsentrasi menurun, mudah lupa, menurunya lapangan persepsi,
bingung.
4. Respon afektif.
Klien akan mengekspresikan dalam bentuk kebingungan dan curiga
berlebihan sebagai reaksi emosi terhadap kecemasan.
d. Kaji penilaian terhadap stressor
e. Kaji sumber dan mekanisme koping
f. Rentang perhatian menurun
g. Gelisah, iritabilitas
h. Control impuls buruk
j. Perasaan tidak nyaman, ketakutan, atau tidak berdaya
J. Deficit lapangan persepsi
k. Penurunan kemampuan berkomunikasi secara verbal

2. Diagnosa Keperawatan
1) Panik yang berhubungan dengan penolakan keluarga karena bingung dan
gagal mengambil keputusan.
2) Kecemasan berat yang berhubungan dengan konflik perkawinan.

13
3) Ketidakefektifan koping individu yang berhubungan dengan kematian
saudara kandung.
4) Ketakutan berhubungan dengan rencana pembedahan.

3. Intervensi Keperawatan
DX 1: Panik berhubungan dengan penolakan keluarga karena bingung
dan gagal mengambil keputusan
Kriteria hasil :
1. Klien tidak akan menciderai diri sendiri dan orang lain.
2. Klien akan berkomunikasi dengan efektif.
3. Klien akan menyampaikan pengetahuan tentang gangguan panik.
4. Klien akan mengungkapkan rasa ppengendalian diri.
Intervensi :
1. Bantu klien berfokus pada pernapasan lambat dan melatihnya bernapas
secara ritmik.
2. Bantu klien mempertahankan kebiasaan makan teratur dan seimbang.
3. Identifikasi gejala awal dan ajarkan klien melakukan perilaku distraksi
seperti: berbicara kepada orang lain, melibatkannya dalam aktivitas fisik.
4. Bantu klien melakukan bicara pada diri sendiri positif yang direncanakan
sebelumnya dan telah terlatih.
5. Libatkan klien dalam mempelajari cara mengurangi stressor dan situasi
yang menimbulkan ansietas.

DX 2 : Kecemasan b.d dengan konflik perkawinan


Kriteria hasil :
1. Klien mendiskusikan tentang perasaan cemasnya.
2. Klien mengidentifikasi respon terhadap stress.
3. Klien mendiskusiksn suatu topik ketika bertemu dengan perawat.

14
Intervensi :
1. Eksplorasi perasaan cemas klien, perlihatkan diri sebagai orang yang
hangat, ,menjadi pendengar yang baik.
2. Bantu klien mengenali perasaan cemas dan menyadari nilainya.
3. Melakukan kominikasi dengan teknik yang tepat dan dimulai dari topic
yang ringan.
4. Bantu kilen mengidentifikasi respon terhadap sters.

DX 3 : Ketidakefektifan koping individu b.d Kematian saudara


kandung.
Kriteria hasil :
1. Klien memiliki koping terhadap ancaman.
2. Strategi koping positif.
3. Untuk mengetahui sebab biologis.
4. Klien melakukan aktifitas seperti biasanya.
Intrvensi :
1. Dorong klien untuk menggunakan koping adaftif dan efektif yang telah
berhasil digunakan pada masa lampau.
2. Bantu kien melihat keadaan saat ini dan kepuasan mencapai tujuan.
3. Bantu klien untuk menentukan strategi koping positif.
4. Konseling dan penyuluhan keluarga ataun orang terdekat tentang
penyebab biologis.
5. Dorong klien untuk melakukan aktifitas yang disukainya, hal ini akan
membatasi klien untuk menggunakan mekanisme koping yang tidak
adekuat.
DX 4 : Ketakutan yang b.d Rencana pembedahan
Kriteria hasil :
1. Meningkatkan kesadaran diri klien.
2. Klien merasakan tenang dan nyaman dengan lingkungannya.

15
3. Klien memahami rasa takutnya ekstrim dan berlebihan.
Intervensi :
1. Perawat harus dapat menyadari perasaan cemasnya, membuka perasaan
cemasnya dan menangani secara konstruktif dan gunakan cara yang
dilakukan perawat secara terapeutik untuk membantu mengatasi
kecemasan klien.
2. Fasilitasi lingkungan dengan stimulus yang minimal, tenang dan
membatasi interaksi dengan orang lain atau kurangi kontak dengan
penyebab stresnya.
3. Berikan alternatif pilihan pengganti, tidak mengonfrontasi dengan objek
yang ditakutinya, tidak ada argument, tidak mendukung fobianya,
terapkan batasan perilaku klien untuk membantu mencapai kepuasan
dengan aspek lain.

16
BAB III

PENUTUP

B. Kesimpulan
Kecemasan adalah respon emosi tanpa objek yang spesifik yang secara
subjektif di alami dan dikomunikasikan secara interversonal. Hal ini bisa di
kaji dengan melihat stresos predisposisi dan stresor presipitasi dan faktor yang
lainnya. Sehingga kita sebagai seorang perawat bisa menerapkan proses
keperawatan pada klien dengan gangguan ansietas. Dalam memberikan asuhan
keperawatan kecemasan, beberapa diagnosis yang sering muncul diantaranya :
1. Panik yang berhubungan dengan penolakan keluarga karena bingung dan
gagal mengambil keputusan.
2. Kecemasan berat yang berhubungan dengan konflik perkawinan.
3. Ketidakefektifan koping individu yang berhubungan dengan kematian
saudara kandung.
4. Ketakutan berhubungan dengan rencana pembedahan.

C. Saran
Ansietas merupakan gangguan kejiwaan berupa cemas yang tidak
berobyek, sehingga memerlukan pencegahan sedini mungkin pada tiap lapisan
masyarakat. Langkah-langkah pencegahan tersebut dapat berupa :
1. Kurikulum pendidikan kesehatan jiwa pada tiap jenjang pendidikan
2. Perbaikan pelayanan kesehatan jiwa pada di setiap lapisan institusi
kesehatan
Gaya hidup yang sehat :
a. Makan makan yang bergizi dan seimbang.
b. Tidur yang cukup.
c. Cukup olahraga.
d. Tidak merokok, tidak meminum keras

17
DAFTAR PUSTAKA

Asmadi, 2008. Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta : EGC


Carpenito, Lynda Juall. (1997). Buku Saku Diagnosa Keperawatan Edisi 6.
Jakarta: EGC
Perry & Potter.(2002). Buku Ajar Fundamental Keperawatan Edisi 4. Jakarta:
EGC
Stuart, Gail W. 2007. Buku Saku Keperawatan Jiwa. Edisi 5. Jakarta : EGC.
Supartini, Yupi. (2004). Konsep Dasar Keperawatan Jiwa. Jakarta: EGC

http://wir-nursing.blogspot.com/2009/11/ansietas-atau-kecemasan.html
(diakses pada tanggal 13 Agustus 2018 pukul 15.15 WITA)

https://samoke2012.files.wordpress.com/2017/03/lpsp-cemas.pdf
(diakses pada tanggal 13 Agustus 2018 pukul 15.18 WITA)

http://www.academia.edu/5108215/ASUHAN_KEPERAWATAN_PADA_KLIE
N_JIWA_DENGAN_KECEMASAN_ANXIETAS_(diakses pada tanggal 13
Agustus 2018 pukul 15.25 WITA)

iii

Anda mungkin juga menyukai