Anda di halaman 1dari 13

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Desa siaga aktif adalah bentuk pengembangan dari desa siaga yang telah

dimulai sejak tahun 2006. Desa atau kelurahan siaga aktif adalah desa atau kelurahan

yang penduduknya dapat mengakses dengan mudah pelayanan kesehatan dasar yang

memberikan pelayanan setiap hari melalui Pos Kesehatan Desa (Poskesdes) atau

sarana kesehatan yang ada di wilayah tersebut seperti Pusat Kesehatan Masyarakat

Pembantu (Pustu), Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) atau sarana kesehatan

lainnya, penduduk mengembangkan Usaha Kesehatan Berbasis Masyarakat (UKBM)

dan melaksanakan survailans berbasis masyarakat (Kemenkes RI, 2010).

Pengembangan desa siaga merupakan salah satu strategi dalam mewujudkan

Indonesia sehat. Desa siaga merupakan gambaran masyarakat yang sadar, mau dan

mampu untuk mencegah dan mengatasi berbagai ancaman terhadap kesehatan

masyarakat dengan memanfaatkan potensi setempat secara gotong royong menuju

desa sehat (Misnaniarti, 2011).

Dunia internasional sangat memberi perhatian terhadap upaya peningkatan

derajat kesehatan masyarakat terutama yang berkaitan dengan kesehatan ibu dan

bayi. Hal ini terlihat dengan adanya perubahan kebijakan dan strategi KIA melalui

Konferensi Nairobi tentang Safe Motherhood tahun 1987. Indonesia ikut

berpartisipasi dalam konferensi tersebut, tahun 1996 dikembangkan Gerakan Sayang

Universitas Sumatera Utara


Ibu (GSI) yang lebih menonjolkan upaya penurunan Angka Kematian Ibu (AKI),

tahun 2000 pemerintah RI mencanangkan kebijakan Making Pregnancy Safer (MPS)

dengan 3 pesan kunci dalam percepatan penurunan AKI dan AKB, kemudian tahun

2006 di canangkan Program Desa Siaga dengan konsep pemberdayaan masyarakat

(Depkes RI, 2005).

Pengembangan desa siaga aktif ini telah ditetapkan dalam Keputusan Menteri

Kesehatan RI Nomor 564/Menkes/SK/VIII/2006 tanggal 2 Agustus 2006 Tentang

Pedoman Pelaksanaan Desa Siaga. Dalam pengembangan desa siaga aktif diperlukan

langkah-langkah pendekatan edukatif, yaitu upaya mendampingi (memfasilitasi)

masyarakat untuk menjalani proses pembelajarannya yang berupa proses pemecahan

masalah yang dihadapi melalui Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat

(UKBM) sebagai embrio atau titik awal pengembangan desa menuju desa/kelurahan

siaga aktif (Misnaniarti, 2011).

Desa atau Kelurahan Siaga Aktif memiliki kriteria dan tingkatan yang perlu

dicapai, pentahapan dari Desa Siaga Aktif terdiri dari Pratama, Madya, Purnama dan

Mandiri. Semakin tinggi tingkatan Desa Siaga aktif di suatu desa maka semakin

tinggi pembangunan kesehatan di wilayah tersebut yang ditunjukkan dengan

peningkatan kesadaran, kemauan, dan kemampuan masyarakat untuk berpartisipasi

aktif dalam pembangunan kesehatan (Ismawati, 2010).

Pemangku kepentingan atau Stakeholders memegang peranan yang penting

dalam pengembangan Desa atau Kelurahan Siaga Aktif. Salah satu dampak dari

keberhasilan pengembangan desa siaga aktif adalah penurunan angka kematian ibu

Universitas Sumatera Utara


(AKI), penurunan Angka Kematian Bayi (AKB) dan penurunan Angka Kematian

Balita (AKABA) serta peningkatan Perilaku Hidup Bersih Sehat dari masyarakat

(PHBS). Stakeholders yang memiliki komitmen yang tinggi akan mampu

memberdayakan masyarakatnya melalui upaya kesehatan yang bersumberdaya

masyarakat. Hal yang dapat dilakukan Stakeholders dalam pengembangan Desa atau

Kelurahan Siaga Aktif yaitu mengenal kondisi desa dan kelurahan, identifikasi

masalah kesehatan, musyawarah desa atau kelurahan, perencanaan partisipatif,

pelaksanaan kegiatan dan pembinaan kelestariannya (Kemenkes RI, 2010).

Menurut Hargono (dalam Paramita, 2007), bahwa dalam mempercepat

keberhasilan penurunan angka kematian ibu, bayi dan balita disamping faktor akses

dan pelayanan kesehatan, masyarakat dengan segenap potensi dan peran sertanya juga

merupakan agenda prioritas. Hal ini sesuai dengan pendapat Adi (2008) bahwa

pentingnya Peran Serta Masyarakat (PSM) dalam pembangunan kesehatan telah

diakui semua pihak. Hasil uji coba yang dikaji secara statistik membuktikan bahwa

PSM amat menentukan keberhasilan, kemandirian dan kesinambungan pembangunan

kesehatan.

Menurut CARE, 1998 (dalam Paramita, 2007), faktor ekonomi, sosial, budaya

dan peran serta masyarakat menjadi determinan kematian ibu dan bayi. Peran serta

masyarakat khususnya yang terkait dengan upaya kesehatan ibu dan bayi masih

belum berfungsi sesuai dengan yang diharapkan. Keluarga dan masyarakat masih

belum berdaya untuk mencegah terjadinya 4 (empat) terlalu dalam kehamilan dan

persalinan: terlalu muda hamil, terlalu tua hamil, terlalu banyak anak dan terlalu

Universitas Sumatera Utara


pendek jarak kelahiran, dan 3 (tiga) terlambat: terlambat mengambil keputusan

mencari pelayanan kesehatan terampil, terlambat tiba di rumah sakit karena masalah

transportasi, dan terlambat dalam tindakan medis.

Menurut pendapat para ahli, bahwa konsep peran serta masyarakat mulai

diganti oleh konsep pemberdayaan yang diartikan sebagai segala upaya fasilitasi yang

bersifat noninstruktif guna meningkatkan pengetahuan dan kemampuan masyarakat

agar mampu mengidentifikasi masalah, merencanakan dan memecahkan masalah

dengan memanfaatkan potensi setempat dan fasilitas yang ada (Pratiwi, 2007).

Visi pembangunan nasional tahun 2005-2025 sebagaimana ditetapkan dalam

Undang-undang Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana

Pembangunan Jangka Panjang Nasional Tahun 2005-2025 merupakan “Indonesia

yang mandiri, maju, adil dan makmur”. Untuk mewujudkan visi tersebut ditetapkan 8

(delapan) arah pembangunan jangka panjang, yang salah satunya adalah mewujudkan

bangsa yang berdaya saing (Kementerian Dalam Negeri, 2011).

Untuk mewujudkan bangsa yang berdaya saing, salah satu arah yang

ditetapkan adalah mengedepankan pembangunan sumber daya manusia, yang ditandai

dengan meningkatnya Indeks Pembangunan Manusia (IPM). Unsur-unsur penting

bagi peningkatan IPM adalah derajat kesehatan, tingkat pendidikan, dan pertumbuhan

ekonomi. Derajat kesehatan dan tingkat pendidikan pada hakikatnya adalah investasi

bagi terciptanya sumber daya manusia berkualitas, yang selanjutnya akan mendorong

pertumbuhan ekonomi dan menurunkan tingkat kemiskinan. Dalam rangka mencapai

derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya, pembangunan kesehatan harus

Universitas Sumatera Utara


diarahkan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi

setiap orang. Oleh sebab itu, pembangunan kesehatan dalam kurun waktu lima tahun

ke depan (2010-2014) harus diarahkan kepada beberapa hal prioritas (Kementerian

Kesehatan RI, 2011).

Pembangunan pada prinsipnya merupakan upaya mengubah suatu kondisi lain

yang tentunya lebih baik. Dalam proses pembangunan apapun, peran aktif

masyarakatlah yang menjadi kunci keberhasilan pembangunan, yang biasa

diistilahkan dengan partisipasi. Tanpa partisipasi dari masyarakat pembangunan sulit

efektif mencapai tujuannya (Adi, 2008).

Partisipasi aktif dan positif dalam konteks pembangunan, khususnya

pembangunan kesehatan, tentu tidak terjadi begitu saja. Dalam rangka

menumbuhkembangkan partisipasi masyarakat diperlukan pendidikan non formal

seperti penyuluhan. Sarana kesehatan menjadi kurang artinya ketika masyarakat tidak

berpartisipasi dalam wujud pemanfaatan dan pemeliharaan secara optimal. Partisipasi

aktif masyarakat pada gilirannya akan melahirkan kemandirian masyarakat dalam

memelihara kesehatannya (Kemenkes RI, 2011).

Dalam upaya meningkatkan partisipasi masyarakat sebagaimana yang

diharapkan, program pemberdayaan masyarakat khususnya dalam bidang kesehatan

reproduksi harus ditingkatkan. Upaya mengatasi AKI juga tidak mungkin dapat

dilakukan pemerintah sendiri tanpa partisipasi masyarakat. Pemerintah menyadari

bahwa apapun peranan yang dimainkan pemerintah, tanpa partisipasi aktif

Universitas Sumatera Utara


masyarakat untuk menjaga kesehatannya secara mandiri, pembangunan kesehatan

yang diharapkan tidak akan efektif dalam mencapai sasaran (Yustina, 2007).

Partisipasi masyarakat mutlak diperlukan dalam upaya menekan AKI, AKB

dan AKABA, untuk itu masyarakat perlu diberi pemahaman yang menyeluruh

tentang apa, mengapa dan bagaimana mereka berpartisipasi sehingga AKI, AKB dan

AKABA dapat diturunkan secara signifikan. Sesuai dengan komitmen Indonesia

dalam Konferensi Internasional tentang Kependudukan dan Pembangunan (ICPD) di

Kairo, maka yang perlu diperhatikan para stakeholders kesehatan masyarakat adalah

adanya perubahan paradigma dalam memberikan pelayanan kesehatan dengan

menempatkan manusia sebagai subjek (Yustina, 2007).

Salah satu upaya untuk meningkatkan pertisipasi masyarakat dengan adanya

advokasi yang merupakan suatu kegiatan untuk memperoleh komitmen politik,

dukungan kebijakan, penerimaan sosial dan dukungan sistem dari pembuat keputusan

atau pembuat kebijakan terhadap program kesehatan yang bertujuan untuk

mendorong dikeluarkannya kebijakan-kebijakan publik sehingga dapat mendukung

atau menguntungkan kesehatan (Notoatmodjo, 2010).

Berdasarkan hasil evaluasi Kementerian Kesehatan pada tahun 2009 diketahui

bahwa dari 75.410 desa dan kelurahan di seluruh Indonesia tercatat 42.295 (56,1%)

desa dan kelurahan telah memulai upaya mewujudkan Desa dan Kelurahan Siaga.

Atas dasar pertimbangan tersebut diatas perlu dilakukan revitalisasi Pengembangan

Desa atau Kelurahan Siaga guna mengakselerasi pencapaian target 80 % Desa Siaga

Aktif pada tahun 2015 (Kemenkes RI, 2010).

Universitas Sumatera Utara


Upaya Kesehatan Bersumber Daya Masyarakat (UKBM) yang dikelola dan

diselenggarakan dari, oleh, untuk dan bersama masyarakat merupakan salah satu

penanda keberhasilan proses program pengembangan desa siaga aktif yang berguna

untuk memberdayakan masyarakat dan memberi kemudahan kepada masyarakat

dalam memperoleh pelayanan kesehatan dasar untuk mempercepat penurunan angka

kematian ibu dan bayi (Kurniawan, 2007).

Angka Kematian Ibu (AKI) menjadi salah satu indikator penting dalam

menentukan derajat kesehatan masyarakat. AKI menggambarkan jumlah wanita yang

meninggal dari suatu penyebab kematian terkait dengan gangguan kehamilan atau

penanganannya (tidak termasuk kecelakaan atau kasus insidentil) selama kehamilan,

melahirkan dan dalam masa nifas (42 hari setelah melahirkan) tanpa

memperhitungkan lama kehamilan per 100.000 kelahiran hidup.

Pemerintah Indonesia bersama 188 negara lainnya pada bulan September

tahun 2000 sepakat menandatangani Deklarasi Milenium Persatuan Bangsa-Bangsa

yang menghasilkan sekumpulan tujuan yang disebut Millenium Develompment Goals

(MDGs) dan sejumlah kebijakan khususnya yang harus terukur dan bisa dicapai pada

tahun 2015. Pemerintah Indonesia yang turut menandatangani kesepakatan ini

berkomitmen penuh untuk melaksanakan dan memonitor perkembangannya. Setiap

sasaran dalam MDGs memiliki target khusus. Sebagai acuan, digunakan beberapa

indikator diantaranya adalah pengurangan angka kematian anak sampai dua per tiga

angka kematian anak dibawah 5 tahun pada tahun 2015 dan peningkatan angka

Universitas Sumatera Utara


kesehatan ibu dengan target mengurangi sampai tiga per empat rasio perempuan yang

meninggal karena melahirkan pada tahun 2015 (Mariati, 2011).

Seluruh negara di dunia memberi perhatian yang cukup besar terhadap Angka

Kematian Ibu (AKI), sehingga menempatkannya diantara delapan tujuan Millennium

Development Goals (MDGs) yang harus dicapai sebelum tahun 2015. Komitmen

yang ditandatangani 189 negara pada September 2000 itu, pada prinsipnya bertujuan

untuk meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan manusia (Yustina, 2007).

Angka Kematian Ibu (AKI) di dunia pada tahun 1990 adalah 400 per 100.000

kelahiran hidup, turun menjadi 260 pada tahun 2008. Angka tertinggi terdapat di

Afrika Sub Sahara (640), diikuti Asia Selatan (290), dibandingkan dengan Amerika

Latin dan Karibia (85), Amerika Utara (23) dan di Eropa (10). Di Asia Tenggara AKI

rata-rata 164, yang tertinggi adalah Republik Rakyat Demokratik Laos (580), Timor

Leste (370) dan Kamboja (290), dan negara yang kematian ibu relative rendah yaitu

Malaysia (31), Brunei Darussalam (21) dan (9) Singapura (Childinfo, 2012).

Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia telah mengalami penurunan menjadi

307 per 100.000 kelahiran hidup tahun 2002-2003 bila dibandingkan dengan angka

tahun 1994 yang mencapai 390 kematian per 100.000 kelahiran hidup. Tetapi akibat

komplikasi kehamilan atau persalinan yang belum sepenuhnya dapat ditangani, masih

terdapat 20.000 ibu yang meninggal setiap tahunnya. Badan Pusat Statistik(BPS)

memproyeksikan bahwa pencapaian AKI baru mencapai angka 163 per 100.000

kelahiran hidup pada tahun 2015, sedangkan target MDGs pada tahun 2015 tersebut

Universitas Sumatera Utara


adalah 102. Pencapaian target MDGs akan dapat terwujud hanya jika dilakukan

upaya yang lebih intensif untuk mempercepat laju penurunannya (Bappenas, 2010).

Angka Kematian Ibu (AKI) menjadi indikator pembangunan di sektor

kesehatan. Angka kematian ibu di Indonesia, ternyata masih tergolong tinggi.

Berdasarkan hasil Survei Dasar Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2010, diketahui

bahwa AKI di Indonesia sebesar 214 per 100.000 kelahiran hidup. Angka kematian

ibu untuk lingkup di wilayah Jawa Tengah tahun 2010 dilaporkan AKI sebesar 104

per 100.000 kelahiran hidup. Namun ada beberapa wilayah di Jawa Tengah yang

mengalami peningkatan kasus AKI salah satunya Kabupaten Demak. Tercatat kasus

AKI meningkat dalam 2 tahun terakhir yaitu pada tahun 2010 sebesar 98,98 per

100.000 kelahiran hidup, dan tahun 2011 sebesar 121,89 per 100.000 kelahiran hidup

(Dwijayanti, 2013).

Penyebab langsung kematian ibu adalah perdarahan (30%), eklamsia (25%),

partus lama (5%), komplikasi aborsi (8%), dan infeksi (12%). Resiko kematian

meningkat bila ibu menderita anemia, kekurangan energi kronik dan penyakit

menular. Kematian ibu karena hamil dan melahirkan juga merupakan akibat dari

adanya ”empat terlalu” yaitu terlalu muda (usia kurang dari 20 tahun), terlalu tua

(usia lebih dari 35 tahun), terlalu banyak/sering hamil dan melahirkan (jumlah anak

lebih dari 4 orang), serta terlalu dekat/rapat jarak antar kelahiran dimana jarak antar

kehamilan kurang dari 2 tahun (Kemenkes RI, 2012).

Berdasarkan Profil Kesehatan Propinsi Sumatera Utara (2011), angka

kematian ibu (AKI) di Sumatera Utara sebesar 116 per 100.000 kelahiran hidup,

Universitas Sumatera Utara


namun ini belum bisa menggambarkan AKI yang sebenarnya di populasi.

Berdasarkan hasil survey AKI yang dilaksanakan oleh FKM-USU, AKI Propinsi

Sumatera Utara tercatat 268 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2010. Bila

dibandingkan dengan angka nasional, AKI Sumatera Utara lebih tinggi.

Kriteria Desa Siaga salah satunya adanya Pos Kesehatan Desa (Poskesdes)

dan memiliki minimal satu orang bidan dan dua orang kader. Pada tahun 2010 jumlah

poskesdes di Propinsi Sumatera Utara adalah 2.346 unit, angka ini mengalami

peningkatan dari tahun 2009 yaitu 2.314 unit. Jumlah desa siaga di Propinsi Sumatera

Utara tahun 2010 adalah 4.670 unit, jumlah ini mengalami peningkatan dibandingkan

tahun 2009 yaitu 4.390 unit dan tahun 2008 yaitu 3.227 unit. Namun jumlah desa

siaga aktif yaitu hanya 1.967 unit (42,12%) dari total desa siaga yang ada.

Berdasarkan Profil Dinas Kesehatan Kabupaten Deli Serdang tahun 2011,

Desa Siaga Aktif sebanyak 318 desa/kelurahan (80,71%) dari 394 desa yang ada di

Kabupaten Deli Serdang. Akan tetapi Desa Siaga Aktif tersebut mayoritas masih

pada tingkat Pratama yaitu 248 desa (78%), tingkat Madya 70 desa (22%) sedangkan

tingkat purnama dan mandiri belum ada, jumlah posyandu di Kabupaten Deli

Serdang 1396 dan posyandu yang aktif 663 (47,49%) masih jauh dari target nasional

yakni 80 %.

Berdasarkan penjelasan Kepala Bidang Promosi Kesehatan Kabupaten Deli

Serdang bahwa jumlah anggaran untuk kegiatan promosi kesehatan di seluruh

wilayah Kabupaten Deli Serdang tahun 2012 adalah Rp. 397.913.700,- yang

bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD).

Universitas Sumatera Utara


Kabupaten Deli Serdang adalah salah satu kabupaten di Propinsi Sumatera Utara

yang masih menghadapi masalah kesehatan berupa kematian ibu, bayi dan balita.

Jumlah kematian ibu di kabupaten yang memiliki jumlah penduduk terbesar (1.790.431

jiwa) di Propinsi Sumatera Utara sampai tahun 2008 terjadi peningkatan kasus yaitu 24

jiwa tahun 2006, 27 jiwa pada tahun 2007, dan 32 jiwa pada tahun 2008. Namun pada

tahun 2009-2010 terjadi penurunan jumlah kasus kematian maternal yaitu 21 jiwa dari

40.868 kelahiran hidup pada tahun 2009 dan 20 jiwa dari 36.743 kelahiran hidup pada

tahun 2010. Demikian juga tahun 2011 angka kematian ibu tetap 20 dari 37.770

kelahiran hidup dengan penyebab kematian ibu tersebut adalah Hipertensi Dalam

Kehamilan (HDK) 7 orang, perdarahan 6 orang, infeksi 4 orang, emboli air ketuban 1

orang, sakit jantung 1 orang, penyebab lain 1 orang (Dinkes Kab. Deli Serdang, 2012).

Berdasarkan profil Dinas Kesehatan Kabupaten Deli Serdang tahun 2012,

angka kematian bayi di Kabupaten Deli Serdang menurun dari 2,67 per 1000 KH (98

orang dari 36.743 kelahiran hidup) tahun 2010 menjadi 2,57 per 1000 KH (97 orang

dari 37.770 kelahiran hidup) tahun 2011. Penyebab kematian bayi adalah BBLR 25

orang (25,8%), asfiksia 23 orang (23,7%), kelainan jantung 9 orang (9,3%), kelainan

kongenital 8 orang (8,2%), ISPA 7 orang (7,2%), diare 5 orang (5.2%), demam 2

orang (2,1%) dan sebab lain 18 orang (18,6%). Angka Kematian Balita (AKABA)

juga terjadi penurunan dari 3.67 per 1000 KH (135 orang dari 36,743 kelahiran

hidup) tahun 2010 menjadi 3,52 per 1000 KH (133 orang dari 37.770 kelahiran

hidup) tahun 2011, penyebab kematian balita adalah BBLR 25 orang, asfiksia 23

Universitas Sumatera Utara


orang, kelainan jantung 15 orang, diare 12 orang, kelainan kongenital 8 orang,

demam 8 orang, DBD 1 orang dan sebab lain 28 orang.

Hasil survey pendahuluan di beberapa kecamatan di Kabupaten Deli Serdang

diketahui bahwa Forum Kesehatan Desa belum dapat berjalan dengan rutin dan baru

bisa diadakan apabila ada proyek kesehatan dari Dinas Kesehatan Deli Serdang.

Peran serta masyarakat masih rendah dalam kegiatan pengembangan desa siaga aktif,

dimana UKBM yang berjalan hanya posyandu balita, posyandu lansia, tetapi sistem

penganggulangan kegawatdaruratan dan penanggulangan bencana seperti kelompok

donor darah, ambulan desa dan dana sehat belum ada, sistem surveilan berbasis

masyarakat belum maksimal serta Perilaku Hidup Bersih Sehat (PHBS) masih rendah

terutama yang berkaitan dengan tidak merokok dalam rumah.

1.2 Permasalahan

Berdasarkan uraian latar belakang dapat dirumuskan permasalahan penelitian

yaitu masih didapati kematian ibu akibat kekurangan donor darah, ketidaktersediaan

tabulin atau dana sehat, tidak terbentuknya kelompok donor darah, surveilans

berbasis masyarakat terutama untuk deteksi dini ibu dan bayi yang beresiko belum

maksimal serta masih tinggi AKB dan AKABA akibat diare yang berkaitan dengan

kebersihan lingkungan atau PHBS, masih rendahnya UKBM dan tingkat

Pengembangan Desa Siaga Aktif masih mayoritas pada tahap pratama. Oleh sebab itu

perlu dianalisis bagaimana perilaku (pengetahuan, sikap dan tindakan) Stakeholders

Universitas Sumatera Utara


tingkat desa tentang pengembangan Desa Siaga Aktif di Kabupaten Deli Serdang

tahun 2013.

1.3 Tujuan Penelitian

Untuk menganalisis perilaku (pengetahuan, sikap dan tindakan) stakeholders

tingkat desa terhadap pengembangan Desa Siaga Aktif di Kabupaten Deli Serdang

Tahun 2013.

1.4 Hipotesis

Ada pengaruh perilaku (pengetahuan, sikap dan tindakan) stakeholders

tingkat desa terhadap pengembangan Desa Siaga Aktif di Kabupaten Deli Serdang

tahun 2013.

1.5 Manfaat Penelitian

1. Penelitian ini diharapkan dapat memberi masukan kepada pihak Dinas Kesehatan

Kabupaten Deli Serdang sebagai pertimbangan perumusan kebijakan program

Pengembangan Desa Siaga Aktif khususnya yang berkaitan dengan peningkatan

perilaku stakeholders tingkat desa.

2. Sebagai masukan untuk stakeholders tingkat desa agar dapat mengevaluasi

kegiatan yang telah dilakukan, dan membuat perencanaan yang lebih tepat guna

peningkatan Pengembangan Desa Siaga Aktif.

3. Bagi peneliti, menambah pengalaman meneliti dan merupakan salah satu syarat

untuk memperoleh gelar Magister Kesehatan dari FKM USU.

Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai