Anda di halaman 1dari 6

KARAKTERISTIK FISIK DAN ORGANOLETIK SEPIK (Konsentrat Kulit Kopi

Terfermentasi dan Daun Katuk) DENGAN PERBEDAAN KONSENTRASI


SERBUK KULIT KOPI

Oleh :

Wahyuni Eka Putri

Jurusan Teknologi Hasil Pertanian - Fakultas Teknologi Pertanian - Universitas Jember


Jdil. Kalimantan 37, Kampus Tegal Boto, Sumbersari, Jember, Jawa Timur 68121,
Indonesia

ABSTRAK
Usaha peternakan sapi saat ini memiliki kendala yaitu terbatasnya pakan baik itu rumput
maupun konsentrat.. Kopi termasuk tanaman yang menghasilkan limbah hasil sampingan
yang cukup besar dari hasil pengolahan Kulit kopi cukup potensial untuk digunakan
sebagai bahan pakan ternak ruminansia baik itu ruminansia kecil maupun ruminansia
besar. Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui perbedaancampuran kontrat dengan
perbedaan berat kulit kopi Hasil uji organoleptik secara fisik panelis lebih menyukai
campuran konsentrat 8 g dari pada campuran konsentrat 6 g.

PENDAHULUAN
Usaha peternakan sapi saat ini memiliki kendala yaitu terbatasnya pakan baik itu
rumput maupun konsentrat. Peternak sering mengeluh karena mahalnya harga pakan yang
sering tidak sesuai dengan harga bahan baku. Disamping itu upaya untuk penanaman
tanaman makanan ternak baik itu bahan baku untuk konsetrat maupun hijauan sering
mengalami kendala baik itu untuk harga dedak padi dan keterbatasan lahan yang akan
digunakan untuk menaman rumput. Oleh karena itu salah satu 1able1ia1on untuk
penyediaan pakan yang murah adalah melalui pemanfaatan limbah baik itu limbah
pertanian maupun perkebunan salah satunya limbah tanaman kopi ketersediaannya tidak
bersaing dengan manusia.
Kopi termasuk tanaman yang menghasilkan limbah hasil sampingan yang cukup
besar dari hasil pengolahan. Limbah sampinhan tersebut berupa kulit kopi yang
jumlahnya berkisar antara 50 – 60 persen dari hasil panen. Bila hasil panen sebanyak
1000kg kopi segar berkulit, maka yang menjadi biji kopi sekitar 400-500kg dan sisanya
adalah hasil sampingan berupa kulit kopi. Limbah kulit kopi belum dimanfaatkan petani
secara optimal. Padahal kulit kopi 1abl dimanfaatkan sebagai bahan dasar pembuatan
pupuk kompos (Puslitkoka, 2005) dan 1abl digunakan sebagai pakan karena kulit kopi
mempunyai kecernaan protein sebesar 65% dan 51,4% untuk kulit biji (Azmi dan
Gunawan, 2006).
Kulit kopi cukup potensial untuk digunakan sebagai bahan pakan ternak
ruminansia baik itu ruminansia kecil maupun ruminansia besar. Kandungan nutrisi kulit
kopi non fermentasi seperti protein kasar sebesar 8,49%,(Hasil analisa proksimat
Balitnak, 2013) 1able1ia sebanding dengan kandungan zat nutrisi rumput.Kulit kopi
merupakan sisa limbah sampingan dalam proses pengolahan kopi sehingga limbah kulit
kopi dimanfaatkan untuk pakan ternak karena kulit kopi mempunyai kecernaan protein
sebesar 65% (Azmi dan Gunawan, 2006). Kandungan nilai nutrisi kulit kopi dalam
89,49% BK adalah serat kasar (SK) 26,10%, protein kasar (PK) 10,4%, lemak kasar (LK)
2,09%, Bahan Ekstrak Tanpa Nitrogen (BETN) 40,9% dan abu 9,98% (Hartadi et al.,
1993).
Daun katuk memiliki kandungan protein 6,4 g, lemak 1,0 g, kalsium 233 mg,
fosfor 98 mg, besi 3,5 mg, vitamin A, B, dan C 164 mg, steroid, flavonoid, dan polifenol.
Daun katuk memiliki senyawa aktif androstan – 17 – one, 3 – ethyl – 3 – 2able2ia – 5
alpha yang dapat meningkatkan 2able2i 2able2ia2one di dalam darah, sehingga dapat
meningkatkan produksi susu pada sapi.

METODOLOGI PENELITIAN
Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Kimia dan Biokimia Pangan dan
Hasil Pertanian Univeritas Jember pada tanggal 27-29 November 2017. Alat yang
digunakan yaitu oven, 2able2, beaker glass, mortar, ayakan, blender, timbangan
digital,color reader.Bahan yang digunaan yaitu kulit kopi, daun katuk, konsentrat,
2able2ia,label, tissue.Perlakuan yang digunakan pada penelitian ini yaitu penambahan
serbuk kulit kopi dengan berat 8 g dan 6 g. Limbah pengolahan kopi diperoleh dari
PUSLITKOKA (Pusat Penelitian Kopi dan Kakao)
Bahan utama pada pembuatan SEPIK adalah kulit kopi segar, daun katuk dan
konsentrat pakan sapi pasaran. Pertama, memfermentasi kulit kopi dengan molasses
konsentrasi 10% dalam keadaan tanpa oksigen atau anaerob selama kurang lebih 3
minggu. Setelah terfermentasi, langkah selanjutnya yaitu mengeringkan kulit kopi
selama 24 jam dalam oven bersuhu 600C. Setelah itu menghancurkan kulit kopi dengan
blender untuk mempermudah pencampuran dengan bahan lain. Selanjutnya mengayak
serbuk kulit kopi dengan ayakan 60 mesh. Pengayakan bertujuan agar partikel serbuk
kulit kopi berukuran sama sehingga kualitas konsentrat pakan ruminansia yang dihasilkan
terjamin setiap produksi. Perlakuan yang sama juga dilakukan pada daun katuk. Daun
katuk yang telah dipisahkan dari rantingnya kemudian dikeringkan. Setelah itu
mengecilkan ukurannya dengan blender serta mengayak dengan ayakan 60 mesh untuk
menyamakan ukuran partikel dan memudahkan pencampuran. Setelah kedua bahan siap,
langkah selanjutnya yaitu mencampur bubuk kulit kopi, bubuk daun katuk dan pakan
ternak pasaran dengan perbandingan sesuai perlakuan. Perlakuan yang dikerjakan ada 3
macam yaitu membedakan konsentrasi konsentrat pakan pasaran, serbuk kulit kopi dan
serbuk daun katuk. Perlakuannya yaitu perbedaan konsentrasi serbuk kulit kopi, yaitu
konsentrat pasaran 10g + serbuk kulit kopi 8g;6g + serbuk daun katuk 2g. Berikut
susunan konsentrat pada konsentral awal(pasaran)

Tabel 1. Susunan konsentrat awal (% bahan kering)


Bahan pakan % (bahankering)

Dedak halus 37
Jagung 20
Bungkil kelapa 37,5
Tepungikan 1
Urea 1,5
Ultra mineral 1
Garam 1
protein kasar 17,1

Sumber: Rumetor (2003)


Kulit kopi Daun katuk

Fermentasi dengan molases Pengeringan 24 jam suhu


10% (anaerob) ± 3 minggu 80oC

Pengeringan 24 jam suhu Penghancuran


60oC

Pengayakan 60 mesh
Penghancuran

Pengayakan 60 mesh

Pencampuran dengan konsentrat awal (dedak


halus, jagung, bugkil kelapa, tepung ikan,
urea, ultra mineral, garam, dan protein kasar)

Konsentrat pasaran 10g


+ serbuk kulit kopi
8g;6g + serbuk daun
katuk 2g
Gambar 1. Diagram Alir Pembuatan SEPIK

Pengujian fisik
Pada penelitian ini menggunakan uji fisik yang meliputi kenampakan, warna,
aroma, dan tektur.Sedangkan organoleptik secara fisik diambil sebanyak 15 panelis yaitu
dengan kriteria uji warna, kenampakan dan tektur pada konsentrat tersebut.

HASIL DAN PEMBAHASAN


2. Pengujian Warna
Pada pengamatan yang dilakukan dapat dilihat pada 4able dibawah yang
menunjukkan bahwa sample kulit kopi dengan berat 8 g memilii nilai L yang lebih tinggi
dibandingkan dengan sample 6 g yang nilainya 36,2 dan 35,6.Hal tersebut menunjukkan
bahwa campuran pada sample serbuk kulit kopi sebanyak 8 g memiliki warna yang lebih
cerah dibandingkan campuran serbuk kulit kopi sebanyak 6 g.Campuran yang dihasilkan
dari serbuk kulit kopi dengan campuran konsetrat pasaran dan serbuk daun katuk dapat
mempengaruhi tingkat kecerahan daripada campuran yang dihasilkan.
Tabel 2. Hasil Pengujian warna per sample
Parameter/sample Kulit kopi 6g Kulit kopi 8g
L 35,6 36,2
a* 3,9 4,3
b* 20,6 19,9

2. Pengujian Organoleptik
Pada pengamatan yang dilakukan dapat dilihat pada 5able dibawah yang
menunjukkan bahwa pada panelis lebih menyukai wana sample campuran kulit kopi 6 g
eengan rata-rata nilai 3,3 dibandingkan campuran kulit kopi 8 g dengan nilai rata-rata
sebesar 3,1.Hal tersebut dapat mempengaruhi campuran yang dihasilkan dari serbuk kulit
kopi dengan campuran konsetrat pasaran dan serbuk daun katuk dapat mempengaruhi
tingkat kecerahan daripada campuran yang dihasilkan.
Pada pengamatan yang dilakukan dapat dilihat pada 5table dibawah yang
menunjukkan bahwa pada panelis lebih menyukai kenampakan campuran konsentrat 8 g
dengan nilai rata-rata sebesar 3,4 daripada campuran konsentrat 6 g dengan nilai rat-rata
sebesar 2,8.
Pada pengamatan yang dilakukan dapat dilihat pada 5able dibawah yang
menunjukkan bahwa pada panelis lebih menyukai tekstur dari campuran konsentrat 8 g
dengan nilai rata-rata sebesar 3,5 daripada campuran konsentrat 6 g dengan nilai rat-rata
sebesar 2,6.Hal ini menunjukkan bahwa campuran konsentrat kulit kopi 8 g memiliki
tekur yanglebihhalus dibandingkan dengan campuran kulit kopi 6 g yang memiliki tekstur
yang agak kasar.
Tabel 3. Organoleptik Konsentrat Secara Fisik
Parameter/sample Kulit kopi 6g Kulit kopi 8g
Warna 3,3 3,1
Kenampakan 2,8 3,4
Tekstur 2,6 3,5
KESIMPULAN
Hasil uji organoleptik secara fisik panelis lebih menyukai campuran konsentrat 8
g pada campuran konsentrat 6 g. Hal tersebut dapat mempengaruhi campuran yang
dihasilkan dari serbuk kulit kopi dengan campuran konsetrat pasaran dan serbuk daun
katuk dapat mempengaruhi tingkat kecerahan warna, kenampakan, dan tektur daripada
campuran yang dihasilkan
DAFTAR PUSTAKA
Azmi dan Gunawan, 200. Hasil-hasil Penelitian Sistem Integrasi Ternak-Tanaman.
Prosiding Lokakarya Hasil Pengkajian Teknologi Pertanian, Balai Besar
Pengkajian ddan Pengembangan Teknologi Pertanian, Balitbang Pertanian
bekerja sama dengan Universitas Bengkulu. Halaman 91-95.
Hartadi,S.Reksohadiprojo, S.Prawirokusumo, Tillman, A.D,H. S.
Lebdosoekojo. 1993. Tabel Komposisi Pakan Untuk Indonesia. Yogyakarta :
Universitas Gadjah Mada Press
Puslitkoka,2005.Panduan Lengkap Budidaya Kakao.Jakarta : Agromedia Pustaka
Rumetor. 2003. Responses of lactacing Holstein cows to chilled drinking water in high
ambient temperatures. J.Dairy Sci. 73:1091 -1099

Anda mungkin juga menyukai