PENDAHULUAN
1
mencegah terjadinya penularan penyakit DBD. Kampanye PSN sudah digalakkan
pemerintah dalam hal ini Departemen Kesehatan dengan semboyan 3M, yakni menguras
tempat penampungan air secara teratur, menutup tempat-tempat penampungan air dan
mengubur barang-barang bekas yang dapat menjadi sarang nyamuk (Jaya & Ibrahim,
2013).
Apabila PSN dilaksanakan seluruh masyarakat maka diharapkan nyamuk
Aedes aegypti yang merupakan vektor DBD dapat terbasmi. Untuk itu diperlukan usaha
penyuluhan dan motivasi kepada masyarakat secara terus menerus dalam jangka waktu
lama, karena keberadaan jentik nyamuk tersebut berkaitan erat dengan perilaku/ tindakan
masyarakat.
Berdasarkan latar belakang diatas dapat diketahui tujuan penelitian ini adalah
mengetahui upaya pengendalian vektor DBD di lingkungan masyarakat.
1.3 Tujuan
a. Tujuan umum
Mengetahui upaya pengendalian vektor DBD di lingkungan masyarakat.
b. Tujuan khusus
Mengetahui cara pengendalian vektor DBD di lingkungan sekitar
Mengetahui cara pemakaian alat swingfog untukpengendalian vektor DBD
1.4 Manfaat
Dapat menambah pengetahuan dan keterampilan mahasiswa dalam memahami
konsep terjadinya DBD dan upaya penanggulangan penyakitDBD serta upaya
pengendaliannya vektor DBD.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Demam berdarah kini sedang mewabah, tak heran jika penyakit ini
menimbulkan kepanikan di Masyarakat. Hal ini disebabkan karena penyakit ini telah
merenggut banyak nyawa. Berdasarkan data dari Departemen Kesehatan RI terdapat 14
propinsi dalam kurun waktu bulan Juli sampai dengan Agustus 2005 tercatat jumlah
penderita sebanyak 1781 orang dengan kejadian meninggal sebanyak 54 orang. DBD
bukanlah merupakan penyakit baru, namun tujuh tahun silam penyakit inipun telah
menjangkiti 27 provinsi di Indonesia dan menyebabkan 16.000 orang menderita, serta
429 jiwa meninggal dunia, hal ini terjadi Fogging dilakukan 131 sepanjang bulan Januari
sampai April 1998 (Tempo, 2004).
3
1972 insektisida malathion 96 EC telah digunakan untuk pengendalian vektor DBD
(Vasilious, K.,2010; Theodore, 2010).
a. Lingkungan fisik
Iklim adalah salah satu komponen lingkungan fisik yang terdiri dari suhu,
udara, kelembaban, curah hujan dan angin. Ada dua macam iklim yaitu iklim
mikro dan iklim makro. Di Indonesia kasus demam berdarah dengue diperkirakan
terus meningkat seiring dengan perubahan temperatur dan curah hujan.
4
Penularan beberapa penyakit menular sangat dipengaruhi oleh faktor
iklim. Parasit dan vektor penyakit sangat peka terhadap faktor iklim, khususnya
suhu, curah hujan, kelembaban, permukaan air dan angin. Penyakit yang tersebar
melalui vektor seperti malaria dan demam berdarah dengue (DBD) perlu
diwaspadai karena penularan penyakit seperti ini akan meningkat dengan
perubahan iklim. Di banyak negara tropis penyakit ini merupakan penyebab
kematian utama (Depkes.RI.1992).
Nyamuk Aedes aegypti dapat bertahan hidup pada suhu rendah, tetapi
metabolismenya turun atau bahkan terhenti bila suhu turun sampai dibawah suhu
kritis. Proses fisiologis nyamuk akan terhambat pada suhu yang lebih tinggi dari
35oC, rata-rata suhu optimum untuk pertumbuhan nyamuk adalah 250C – 270 C,
pertumbuhan nyamuk akan berhenti sama sekali apabila suhu kurang dari 100C
atau lebih dari 400C.Biasanya nyamuk akan meletakkan telurnya pada temperatur
udara sekitar 200 -30 0 C (Iskandar, 1985).
b. Lingkungan Biologi
Telur, larva, dan pupa nyamuk Aedes aegypti tumbuh dan berkembang di
dalam air. Genangan air yang disukai sebagai tempat perindukan nyamuk ini
berupa genangan air yang tertampung di suatu wadah yang biasa disebut kontainer
atau TPA bukan genangan air di tanah (Soegijanto, 2004).
Pada kontainer dengan genangan air yang lama biasanya terdapat bakteri
pathogen dari parasit yang mempengaruhi pertumbuhan jentik (larva) dari instar.
Adanya infeksi pathogen dari parasit pada larva mengurangi jumlah larva hidup
untuk menjadi nyamuk dewasa, masa pertumbuhan larva bisa menjadi lebih lama
dan umur dari nyamuk dewasa yang berasal dari larva terinfeksi pathogen atau
parasit biasanya lebih pendek.
c. Lingkungan Sosial
Kepadatan Penduduk ikut menunjang penularan penyakit DBD, semakin
padat penduduknya, semakin mudah nyamuk Aedes aegypti untuk menularkan
virusnya. Faktor-faktor penyebab munculnya kembali wabah dengue antara lain
pertumbuhan jumlah penduduk yang tidak memiliki pola tertentu dan urbanisasi
yang tidak terencana serta tidak terkontrol (Depkes RI, 2000).
5
Mobilitas Penduduk memudahkan penularan penyakit demam berdarah
dari satu tempat ke tempat lainnya dan biasanya penyakit menjalar dimulai dari
suatu pusat sumber penularan kemudian mengikuti lalu lintas penduduk. Makin
ramai lalu lintas itu, makin besar kemungkinan penyebaran (Soegijanto, 2004).
Faktor 4 lain yang mempengaruhi adalah adanya faktor lingkungan yang
mendukung maka jumlah penderita secara tidak langsung dari tahun ke tahun
menunjukkan kecenderungan meningkat, khususnya di kota besar. Sejak tahun
1984 penyakit DBD berjangkit pula di pedesaan.
Kepadatan Penghuni rumah merupakan parameter terkecil yang lebih
terukur dan akurat dalam memprediksi kepadatan penduduk suatu daerah.
Kepadatan penduduk, kepadatan penghuni ini jelas ikut menunjang penularan
penyakit DBD. Semakin padat hunian suatu rumah, maka kemungkinan penularan
semakin mudah. Kepadatan penghuni di dalam ruangan yang berlebihan akan
mempengaruhi kelembaban dalam ruangan tersebut, hal ini berpengaruh terhadap
habitat dan perkembanganbiakan nyamuk Aedes aegypti. Nyamuk Aedes Aegypti
bersifat antropofilik (lebih menyukai darah manusia daripada darah binatang).
2.3 Fogging
Virus ini merupakan kelompok flavivirus dan serotipenya. Infeksi oleh salah
satu jenis serotype ini akan memberikan kekebalan seumur hidup tetapi tidak
menimbulkan kekebalan terhadap serotype yang lain. Sehingga seseorang yang hidup di
daerah endemis DHF dapat mengalami infeksi sebanyak 4 kali seumur hidupnya.
Diagnosa DBD ditegakkan berdasarkan kriteria klinis diagnosis menurut WHO tahun
1986 (Rezeki SH, dkk, 1999) yang terdiri dari kriteria klinis dan laboratoris.
Kriteria klinis dengan ciri-ciri: 1) demam tinggi mendadak, tanpa sebab jelas,
berlangsung terus menerus selama 2-7 hari; 2) terdapat manifestasi perdarahan, termasuk
uji tourniquet positif, petekie, ekimosis, epistaksis, perdarahan gusi, hematemesis dan
6
atau melena; 3) pembesaran hati; dan 4) syok, ditandai nadi cepat dan lemah serta
penurunan tekanan nadi, hipotensi, kaki dan tangan dingin, kulit lembab dan pasien
tampak gelisah.
Nyamuk yang berperan dalam penularan DBD adalah nyamuk Aedes aegypti.
Nyamuk ini hidup di daerah yang beriklim tropis dan sub tropis seperti Asia, Afrika,
Australia, dan Amerika. Nyamuk ini hidup dan berkembang biak pada tempat-tempat
penampungan air bersih yang tidak langsung berhubungan dengan tanah seperti bak
mandi/wc. Tempat minuman burung, air tendon, air tempayan/gentong, kaleng, ban
bekas dan lain-l. Perkembangan hidup nyamuk Aedes aegypti dari telur hingga dewasa
memerlukan waktu sekitar 10-12 hari.
Hanya nyamuk betina yang menggigit dan menghisap darah serta memilih darah
manusia untuk mematangkan telurnya. Umur nyamuk Aedes aegypti betina berkisar
antara 2 minggu sampai 3 bulan atau rata-rata 1,5 bulan, tergantung dari suhu dan
kelembaban udara di sekelilingnya. Kemampuan terbangnya berkisar antara 40-100 m
dari tempat perkembangbiakannya. Tempat istirahat yang disukai nyamuk ini adalah
bendabenda yang tergantung yang ada di dalam rumah seperti gorden, kelambu dan baju
di kamar yang gelap dan lembab.
Kepadatan nyamuk ini akan meningkat pada waktu musim hujan, dimana
terdapat genangan air bersih yang dapat menjadi tempat berkembang biakan nyamuk
(Ambarwati, dkk.). Menurut Suroso dan Umar (1999) pemberantasan nyamuk Aedes
aegypti sebagai vektor penular DBD dapat dilakukan dengan cara: a) fogging, yaitu
pengasapan untuk membunuh nyamuk dewasa; b) abatisasi, yaitu penaburan abate
dengan dosis 10 gr untuk 100 liter air pada tampungan air yang ditemukan jentik
nyamuk; c) penyuluhan dan penggerakan masyarakat dalam PSN (Pemberantasan Sarang
Nyamuk) dengan 3 M, yaitu menguras, menutup tampungan air dan mengubur barang-
barang bekas yang dapat menjadi sarang nyamuk.
7
Tujuan dari fogging adalah untuk membunuh sebagian besar vektor infektif
dengan cepat, sehingga rantai penularan segera dapat diputuskan. Selain itu kegiatan ini
juga bertujuan untuk menekan kepadatan vektor selama waktu yang cukup sampai
dimana pembawa virus tumbuh sendiri (Iskandar, dkk, 1985).
Alat yang digunakan untuk fogging terdiri dari portable thermal fog machine
dan ultra low volume ground sprayer mounted. Dalam program pemberantasan DBD
racun serangga untuk fogging yang digunakan adalah golongan organophosporester
insectisida seperti malathion, sumithion, fenithrothion, perslin dan lain-lain. Dosis yang
dipakai untuk malathion murni adalah 438 gr/hektar. Namun untuk pelaksanaan fogging
dengan fog machine malathion harus diencerkan dengan penambahan solar atau minyak
tanah sehingga menjadi larutan dengan konsentrasi 4-5%. Cara pembuatan larutan
tersebut dapat dilakukan dengan cara: 1) 1 liter malathion 96% EC + 19 liter solar = 20
liter malathion 4,8%; atau 2) 1 liter malathion 50% EC + 10 liter solar = 11 liter
malathion 4,5 %.
8
menekan laju penularan penyakit DBD salah satunya ditunjukkan untuk
mengurangi kepadatan vektor DBD secara kimiawi yang dikenal dengan istilah
pengasapan (fogging) yaitu menggunakan alat yang diberi nama swingfog.
Fogging yang efektif dilakukan pada pagi hari sekitar pukul 07.00 sampai
dengan 10.00 dan sore hari pukul 15.00 sampai 17.00, bila dilakukan pada siang
hari nyamuk sudah tidak beraktiftas dan asap fogging mudah menguap karena
udara terlalu panas. Fogging sebaiknya jangan dilakukan pada keadaan hujan
karena sia-sia saja melakukan pengasapan.Fogging dapat memutuskan rantai
penularan DBD dengan membunuh nyamuk dewasa yang mengandung virus .
namun, fogging hanya efektif selama dua hari. Selain itu, jenis insektisida yang
digunakan untuk fogging ini juga harus ganti-ganti untuk menghindari resistensi
dari nyamuk.
9
kondisi seperti itu, penggunaan insektisida selain kurang efektif dan mahal juga
berbahaya mterhadap kesehatan dan lingkungan.
- Bahaya Fogging:
Dapat mengganggu saluran pernapasan
Bila dilakukan fogging terus menurun nyamuk dapat kebal terhadap bahan
kimia.
Dapat mengakibatkan keracunan terhadap makanan yang terkena asap fogging.
Bahwa fogging efektif untuk membasmi vektor atau nyamuk Aedes agyepti
dewasa saja karena itu upaya fogging saja tidaklah terlal efekif untuk menekan
laju penularan DBD dimasyarakat meski tidak berarti upaya melakuka fogging
sia-sia.
Efek fogging hanya efektif bertahan selama dua hari.
Selain itu, jenis insektisida yang dipergunnakan mesti diganti secara periodik
untuk menghindari kekebalan (resistensi nyamuk Aedes).
- Hal-hal yang diperhatikan dalam pelaksanaan fogging dengan swingfog untuk
mendapatkan hasil yang optimal adalah sebagai berikut:
Konsentrasi larutan dan cara pembuatannya. Untuk malathion, konsentrasi
larutan adalah 4-5%.
Nozzle yang dipakai harus sesuai dengan bahan pelarut yang digunakan dan
debit keluaraan yang diinginkan.
Jarak moncong mesin dengan target maksimal 100 meter.
Kecepatan berjalan ketika memfogging, untuk swingfog kurang lebih 500
m2 atau 2/3 menit untuk satu rumah dan halamnnya.
Waktu fogging disesuaikan dengan kepadatan/aktifitas puncak dari nyamuk,
yaitu 06.00 sampai 10.00.
10
dengan bahan bakar bensin yang dikembangkan oleh Motan, bekerja berdasarkan
prinsip semburan berpulsa. Campuran bahan bakar bensin dan udara secara berseri
dibakar dalam ruang pembakaran yang berbentuk khusus pada getaran sekitar 90
pulsa per detik.
Gas hasil pembakaran keluar melalui pipa yang lebih kecil dari ruang
pembakaran. Larutan bahan kimia diujung resonator, lewat arus pulsa gas,
kemudian pecah menjadi jutaan partikel kecil, dihembuskan ke udara dalam bentuk
kabut tebal. Temperatur diujung resonator, tempat cairan bahan kimia mengalir
berkisar antara 40 sampai 60 derajat Celcius tanpa mengurai komposisi bahan
aktif, larutan bahan kimia yang terkena panas disini, tidak lebih dari 4 sampai 5
mili detik. Oleh sebab itu bahan kimia yang peka terhadap panas dapat dipakai.
Pada sistem kerja mesin pengabut ini, tidak ada bagian bagian suku
cadang yang bergerak. Tenaga listrik yang berasal dari 4 buah batu batere biasa,
hanya digunakan untuk menghidupkan mesin.
2. Spraycan
Alat yang satu ini hanya digunakan untuk penyemprotan nyamuk malaria.
Berbentuk seperti alat penyemprot hama. Tidak membutuhkan bahan bakar untuk
menghidupkannya. Tetapi dengan menggunakan udara. Cara kerjanya yaitu,
dengan menyemprotkan bahan aktifnya ( ICON ) yang dicampur dengan air ke
dinding rumah. Output yang dikeluarkannya adalah berbentuk cairan.
Kelebihannya : efektif dalam waktu yang lama. Kurang lebih 2-3 bulan. Fungsinya
menahan nyamuk masuk kedalam rumah dan menghindari nyamuk menempel pada
dinding dalam dan luar rumah.
Ini sering kita gunakan dirumah tangga. Dan banyak dijual di pasaran.
Cara kerjanya hanya menyemprotkan bahan aktif racun nya ke udara. Output yang
dikeluarkannya adalah berbentuk cairan.
11
Kekurangannya : hanya untuk skala kecil dan rumah tangga.
4. Max Blower
Alat yang digunakan untuk merekatkan residu pada tempat sampah atau
danau-danau, rawa-rawa dan lain-lain yang sasarannya yaitu pada larva lalat untuk
menghambat pertumbuhan dari larva lalat serta yang utamanya yaitu larva dari
nyamuk Anopheles.Penggunaan dari Max Blower ini yaitu disemprotkan pada
tempat sampah dan untuk di danau yaitu max blower dibawa mengelilinggi danau
dengan menggunakan perahu.
b. Pengendalian Biologis
12
Pengendalian dengan cara radiasi yaitu dengan memberikan radiasi pada
nyamuk jantan dengan bahan radioaktif dosis tertentu sehingga menjadi mandul,
meskipun nanti akan berkopulasi dengan nyamuk betina tetapi nyamuk tidak akan
dapat menghasilkan telur yang fertil (Soegijanto, 2004).
d. Pengendalian Lingkungan
Metode lingkungan yang digunakan untuk mengendalikan nyamuk Aedes
aegypti dan Aedes albopictus serta mengurangi kontak vektor manusia adalah
melakukan PSN, pegelolaan sampah modifkasi tempat perkembangbiakan buatan
manusia dan perbaikan lingkungan rumah (Depkes RI, 2000). Upaya lain yang
dapat dilakukan adalah memberantas nyamuk dewasa dan jentiknya.
e. Pemberantasan Jentik
Kegiatan 3M yaitu menguras bak mandi, tempayan dan TPA minimal 1
kali seminggu ( perkembangbiakan telur menjadi nyamuk dewasa membutuhkan
waktu 7-10 hari), menutup TPA dengan rapat-rapat dan mengubur /menyingkirkan
kaleng-kaleng bekas, botol-botol pecah dan benda lain yang memungkinkan
nyamuk untuk bersarang.
1. Memelihara hewan pemakan jentik seperti ikan kepala timah, ikan gufi dan
lain-lain.
2. Memberantas jentik Aedes aegypti dengan menggunakan temephos (abate).
Pasir abate (sand granules) dimasukkan kedalam tempat bersarang nyamuk
dengan dosis yang digunakan 1 ppm atau 1 gram abate SG 1% per 10 liter air
yang mempunyai efek residu 3 bulan. Racun pembasmi jentik ini aman,
meskipun digunakan di TPA yang digunakan oleh manusia.
f. Pemberantasan Nyamuk Dewasa
Pemberantasan nyamuk dewasa dapat dilakukan dengan insektisida
golongan organophospat, misalnya: malathion, parathion, dan diazinon. Terdapat
pula jenis pyretroid sintentik, misalnya: fermion.
13
dilakukan fogging 1 kali siklus dengan interval 1 minggu untuk membasmi
nyamuk dewasa.
14
BAB III
METODE PRAKTIKUM
15
BAB IV
PEMBAHASAN
4.1 Pembahasan
16
bensin dan bateray sesuai dengan tempatnya pada fog machine, memasang nozzle yang
sesuai, menghidupkan fog machine dengan cara. Jika menggunakan mesin puls fog buka
kran bensin secukupnya, kemudian tekan bulb (dipompa) beberapa kali hingga mesin
hidup. Setelah itu untuk menyalakannya yaitu dengan cara memutar kran ke kiri sampai
full lalu pompa sampai mesin menyala. Atur kran bensin dan katup udara hingga bunyi
mesin terdengar normal dan stabil. Lalu kalungkan tali swing fog dan angkat dengan
kedua tangan. Arahkan pada bagian yang akan di fogging lalu putar kran solar untuk
membuat mesin fogging mengeluarkan asap. Jika dirasa semua bagian dari tempat
tersebut sudah penuh dengan asap lalu tutup kran solar dan pindahlah keruangan lainnya.
Jika diterapkan pada penyemprotan dirumah warga maka hal yang harus
dilakukan yang paling utama adalah mengajak pemilik rumah untuk keluar dari rumah
berikut dengan hewan peliharaan. Jika masih ada makanan yang tersimpan didalam
rumah maka harus ditutupi agar tidak terkena efek dari fogging. Fogging harus dilakukan
dengan 3 orang yakni 1 orang pemegang fogging dan 2 orang sebagai pemeriksa rumah
dari warga yang mungkin masih berada didalam rumah.mulailah dengan mengabuti
bagian rumah yang paling dalam kemudian berjalan keluar sambil memastikan semua
ruangan rumah sudah tertutupi dengan asap. Jika sudah tertutup semua akses untuk
keluarnya asap dan di biarkan selama 60 menit agar semua nyamuk terbunuh.
17
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil praktikum yang didapat, fogging atau pengasapan merupakan
salah satu kebijakan atau upaya yang bertujuan dalam menekan angka kejadian DBD
(Demam Berdarah Dengue) dengan cara melakukan pengendalian vektor DBD. Alat
yang digunakan di dalam pengasapan adalah Swingfogg alat ini terdiri dari 2 buah
bateray yang digunakan dalam 1 buah mesin dan 2 buah busi baru yang digunakan untuk
1 mesin dan perhatikanlah arah mata angin pada saat melakukan pengasapan searah
dengan mata angin. Dalam proses pencampuran malation dalam satu buah swingfogg
adalah campurkan larutan malation/sinop dengan solar dengan perbandingan 20 : 1
artinya 1 liter malation/sinop dengan 20 liter solar, dan waktu yang efektif didalam
melakukan foging adalah dari pukul 06:00-10.00 pagi.
5.2 Saran
Sebaiknya pelaksanaan foging dilakukan pada pagi hari
Sebaiknya mahasiswa Kesehatan Lingkungan mampu dan terampil
mengoperasikan alat swingfog untuk menekan penyebaran nyamuk penyebab
penyakit demam berdarah
Fogging harus dilengkapi juga dengan beberapa usaha yaitu dengan PSN, 3M +,
serta menggunakan larvasida untuk membunuh jentik dan telur nyamuk.
18