Anda di halaman 1dari 18

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) masih merupakan salah satu
masalah kesehatan masyarakat yang utama di Indonesia. Jumlah penderita dan luas
daerah penyebarannya semakin bertambah seiring dengan meningkatnya mobilitas dan
kepadatan penduduk. Di Indonesia Demam Berdarah pertama kali ditemukan di kota
Surabaya pada tahun 1968, dimana sebanyak 58 orang terinfeksi dan 24 orang
diantaranya meninggal dunia (Angka Kematian (AK) : 41,3 %). Dan sejak saat itu,
penyakit ini menyebar luas ke seluruh Indonesia. Penyakit ini disebabkan oleh virus
Dengue dari genus Flavivirus, famili Flaviviridae.
DBD ditularkan ke manusia melalui gigitan nyamuk Aedes yang terinfeksi
virus Dengue. Penyakit tersebut penyebarannya sangat cepat dan sering menimbulkan
wabah yang luar biasa, sehingga menyebabkan banyak kesakitan bahkan sampai pada
kematian.
Permasalahan ini sering muncul dan berulang bersamaan dengan datangnya
musim hujan di negara kita, dan ditunjang kurangnya kesadaran akan kebersihan
lingkungan dari masyarakat setempat. Kondisi lingkungan sehat merupakan faktor
penting atau utama dalam mewujudkan kondisi manusia yang sehat. Penyebaran
penyakit demam berdarah dengue sangat ditentukan oleh kondisi lingkungan yang ada.
Lingkungan merupakan salah satu faktor yang sangat berperan dalam timbulnya dan
penyebaran penyakit DBD ini. Karena lingkungan kotor sangat berpengaruh terhadap
kehidupan dan perkembangan nyamuk yang menjadi perantara.
Vaksin untuk pencegahan terhadap infeksi virus dan obat untuk penyakit
DB/DBD belum ada dan masih dalam proses penelitian, sehingga pengendaliannya
terutama ditujukan untuk memutus rantai penularan, yaitu dengan pengendalian
vektornya.
Strategi pemberantasan Demam Berdarah Dengue lebih ditekankan pada
upaya preventif, yaitu melaksanakanpenyemprotan massal / pengasapan (fogging)
sebelum musim penularan penyakit di daerah endemis Demam Berdarah Dengue. Selain
itu digalakkan juga kegiatan PSN (Pemberantasan Sarang Nyamuk) dan penyuluhan
kepada masyarakat melalui berbagai media. Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN)
merupakan cara pengendalian vektor sebagai salah satu upaya yang dilakukan untuk

1
mencegah terjadinya penularan penyakit DBD. Kampanye PSN sudah digalakkan
pemerintah dalam hal ini Departemen Kesehatan dengan semboyan 3M, yakni menguras
tempat penampungan air secara teratur, menutup tempat-tempat penampungan air dan
mengubur barang-barang bekas yang dapat menjadi sarang nyamuk (Jaya & Ibrahim,
2013).
Apabila PSN dilaksanakan seluruh masyarakat maka diharapkan nyamuk
Aedes aegypti yang merupakan vektor DBD dapat terbasmi. Untuk itu diperlukan usaha
penyuluhan dan motivasi kepada masyarakat secara terus menerus dalam jangka waktu
lama, karena keberadaan jentik nyamuk tersebut berkaitan erat dengan perilaku/ tindakan
masyarakat.
Berdasarkan latar belakang diatas dapat diketahui tujuan penelitian ini adalah
mengetahui upaya pengendalian vektor DBD di lingkungan masyarakat.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana cara pengendalian vektor DBD di lingkungan sekitar?
2. Bagaimana cara pemakaian alat swingfog untukpengendalian vektor DBD?

1.3 Tujuan
a. Tujuan umum
 Mengetahui upaya pengendalian vektor DBD di lingkungan masyarakat.
b. Tujuan khusus
 Mengetahui cara pengendalian vektor DBD di lingkungan sekitar
 Mengetahui cara pemakaian alat swingfog untukpengendalian vektor DBD

1.4 Manfaat
Dapat menambah pengetahuan dan keterampilan mahasiswa dalam memahami
konsep terjadinya DBD dan upaya penanggulangan penyakitDBD serta upaya
pengendaliannya vektor DBD.

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Demam Berdarah Dengue (DBD)

Demam berdarah kini sedang mewabah, tak heran jika penyakit ini
menimbulkan kepanikan di Masyarakat. Hal ini disebabkan karena penyakit ini telah
merenggut banyak nyawa. Berdasarkan data dari Departemen Kesehatan RI terdapat 14
propinsi dalam kurun waktu bulan Juli sampai dengan Agustus 2005 tercatat jumlah
penderita sebanyak 1781 orang dengan kejadian meninggal sebanyak 54 orang. DBD
bukanlah merupakan penyakit baru, namun tujuh tahun silam penyakit inipun telah
menjangkiti 27 provinsi di Indonesia dan menyebabkan 16.000 orang menderita, serta
429 jiwa meninggal dunia, hal ini terjadi Fogging dilakukan 131 sepanjang bulan Januari
sampai April 1998 (Tempo, 2004).

WHO bahkan memperkirakan 50 juta warga dunia, terutama bocah-bocah


kecil dengan daya tahan tubuh ringkih, terinfeksi demam berdarah setiap tahun. Demam
Berdarah Dengue (DBD) adalah demam dengue yang disertai pembesaran hati dan
manifestasi perdarahan. Pada keadaan yang parah bisa terjadi kegagalan sirkulasi darah
dan pasien jatuh syok hipovolemik akibat kebocoran plasma. DBD merupakan suatu
penyakit yang disebabkan oleh virus dengue yang penularannya dari satu penderita ke
penderita lain disebarkan oleh nyamuk Aedes aegypti. Oleh karena itu langkah yang
dapat dilakukan untuk mencegah penyebaran DBD adalah dengan memotong siklus
penyebarannya dengan memberantas nyamuk tersebut. Salah satu cara untuk
memberantas nyamuk Aedes aegypti adalah dengan melakukan Fogging. Selain itu juga
dapat dilakukan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) dan abatisasi untuk memberantas
jentik nyamuk.

Penyebaran vektor DBD semakin luas terlihat adanya kasus di beberapa


daerah. Demikian juga penyakit filaria di perkotaan. Nyamuk yang menjadi vektor DBD
adalah Ae. aegypti dan vektor Filaria diperkotaan adalah Cx. quinquefasciatus. Salah
satu cara dalam pengendalian terhadap populasi nyamuk adalah penyemprotan dengan
sistem pengasapan (thermal fogging) dan pengabutan (ultra low volume). Sejak tahun

3
1972 insektisida malathion 96 EC telah digunakan untuk pengendalian vektor DBD
(Vasilious, K.,2010; Theodore, 2010).

2.2 Faktor Lingkungan

Mutu lingkungan diartikan sebagai kondisi lingkungan dalam hubungannya


dengan mutu hidup. Makin tinggi derajat umum lingkungan dalam suatu lingkungan
tertentu, makin tinggi pula derajat mutu lingkungan tersebut (Soemarwoto, 1991).

Lingkungan sangat mempengaruhi tempat perkembangbiakan nyamuk Aedes


aegypti, terutama bila di lingkungan tersebut banyak terdapat TPA yang menjadi medium
breeding place bagi nyamuk Aedes aegypti seperti, bak mandi/WC, gentong, kaleng-
kaleng bekas, dan lain-lain. Tempat yang kurang bersih dan air nya jernih serta
terlindung dari sinar matahari langsung merupakan tempat perkembangbiakan nyamuk
Aedes aegypti. Tempat yang disukai sebagai tempat berkembangbiaknya adalah tempat
air yang lokasinya di dalam dan dekat rumah (Soegijanto, 2004).

a. Lingkungan fisik

Lingkungan fisik yang berpengaruh terhadap endemisitas DBD ada


bermacam-macam, misalnya bahan kontainer, ketinggian tempat, iklim, suhu,
kelembaban, dan curah hujan. Macam kontainer termasuk pula letak dari kontainer,
bahan kontainer, warna kontainer, bentuk kontainer, volume kontainer, penutup
kontainer dan asal air dalam kontainer sangat mempengaruhi nyamuk betina dalam
pilihan tempat bertelur. Tempat air yang tertutup kurangbaik/longgar sangat
disukai oleh nyamuk betina sebagai tempat bertelur dibandingkan dengan tempat
air yang terbuka karena tutupnya jarang dipasang secara baik dan sering dibuka
mengakibatkan ruang di dalamnya relatif lebih terang dibandingkan dengan tempat
air yang tertutup.

Iklim adalah salah satu komponen lingkungan fisik yang terdiri dari suhu,
udara, kelembaban, curah hujan dan angin. Ada dua macam iklim yaitu iklim
mikro dan iklim makro. Di Indonesia kasus demam berdarah dengue diperkirakan
terus meningkat seiring dengan perubahan temperatur dan curah hujan.

4
Penularan beberapa penyakit menular sangat dipengaruhi oleh faktor
iklim. Parasit dan vektor penyakit sangat peka terhadap faktor iklim, khususnya
suhu, curah hujan, kelembaban, permukaan air dan angin. Penyakit yang tersebar
melalui vektor seperti malaria dan demam berdarah dengue (DBD) perlu
diwaspadai karena penularan penyakit seperti ini akan meningkat dengan
perubahan iklim. Di banyak negara tropis penyakit ini merupakan penyebab
kematian utama (Depkes.RI.1992).

Nyamuk Aedes aegypti dapat bertahan hidup pada suhu rendah, tetapi
metabolismenya turun atau bahkan terhenti bila suhu turun sampai dibawah suhu
kritis. Proses fisiologis nyamuk akan terhambat pada suhu yang lebih tinggi dari
35oC, rata-rata suhu optimum untuk pertumbuhan nyamuk adalah 250C – 270 C,
pertumbuhan nyamuk akan berhenti sama sekali apabila suhu kurang dari 100C
atau lebih dari 400C.Biasanya nyamuk akan meletakkan telurnya pada temperatur
udara sekitar 200 -30 0 C (Iskandar, 1985).

b. Lingkungan Biologi
Telur, larva, dan pupa nyamuk Aedes aegypti tumbuh dan berkembang di
dalam air. Genangan air yang disukai sebagai tempat perindukan nyamuk ini
berupa genangan air yang tertampung di suatu wadah yang biasa disebut kontainer
atau TPA bukan genangan air di tanah (Soegijanto, 2004).

Pada kontainer dengan genangan air yang lama biasanya terdapat bakteri
pathogen dari parasit yang mempengaruhi pertumbuhan jentik (larva) dari instar.
Adanya infeksi pathogen dari parasit pada larva mengurangi jumlah larva hidup
untuk menjadi nyamuk dewasa, masa pertumbuhan larva bisa menjadi lebih lama
dan umur dari nyamuk dewasa yang berasal dari larva terinfeksi pathogen atau
parasit biasanya lebih pendek.

c. Lingkungan Sosial
Kepadatan Penduduk ikut menunjang penularan penyakit DBD, semakin
padat penduduknya, semakin mudah nyamuk Aedes aegypti untuk menularkan
virusnya. Faktor-faktor penyebab munculnya kembali wabah dengue antara lain
pertumbuhan jumlah penduduk yang tidak memiliki pola tertentu dan urbanisasi
yang tidak terencana serta tidak terkontrol (Depkes RI, 2000).

5
Mobilitas Penduduk memudahkan penularan penyakit demam berdarah
dari satu tempat ke tempat lainnya dan biasanya penyakit menjalar dimulai dari
suatu pusat sumber penularan kemudian mengikuti lalu lintas penduduk. Makin
ramai lalu lintas itu, makin besar kemungkinan penyebaran (Soegijanto, 2004).
Faktor 4 lain yang mempengaruhi adalah adanya faktor lingkungan yang
mendukung maka jumlah penderita secara tidak langsung dari tahun ke tahun
menunjukkan kecenderungan meningkat, khususnya di kota besar. Sejak tahun
1984 penyakit DBD berjangkit pula di pedesaan.
Kepadatan Penghuni rumah merupakan parameter terkecil yang lebih
terukur dan akurat dalam memprediksi kepadatan penduduk suatu daerah.
Kepadatan penduduk, kepadatan penghuni ini jelas ikut menunjang penularan
penyakit DBD. Semakin padat hunian suatu rumah, maka kemungkinan penularan
semakin mudah. Kepadatan penghuni di dalam ruangan yang berlebihan akan
mempengaruhi kelembaban dalam ruangan tersebut, hal ini berpengaruh terhadap
habitat dan perkembanganbiakan nyamuk Aedes aegypti. Nyamuk Aedes Aegypti
bersifat antropofilik (lebih menyukai darah manusia daripada darah binatang).

2.3 Fogging

Fogging dilakukan untuk Tujuan kegiatan ini adalah untuk menciptakan


lingkungan yang bersih dan sehat serta melaksanakan fogging sebagai salah satu upaya
untuk memberantas nyamuk yang merupakan vektor penyakit demam berdarah sehingga
rantai penularan penyakit bisa diputuskan. Demam dengue disebabkan oleh salah satu
dari 4 serotif virus yang berbeda antigennya.

Virus ini merupakan kelompok flavivirus dan serotipenya. Infeksi oleh salah
satu jenis serotype ini akan memberikan kekebalan seumur hidup tetapi tidak
menimbulkan kekebalan terhadap serotype yang lain. Sehingga seseorang yang hidup di
daerah endemis DHF dapat mengalami infeksi sebanyak 4 kali seumur hidupnya.
Diagnosa DBD ditegakkan berdasarkan kriteria klinis diagnosis menurut WHO tahun
1986 (Rezeki SH, dkk, 1999) yang terdiri dari kriteria klinis dan laboratoris.

Kriteria klinis dengan ciri-ciri: 1) demam tinggi mendadak, tanpa sebab jelas,
berlangsung terus menerus selama 2-7 hari; 2) terdapat manifestasi perdarahan, termasuk
uji tourniquet positif, petekie, ekimosis, epistaksis, perdarahan gusi, hematemesis dan

6
atau melena; 3) pembesaran hati; dan 4) syok, ditandai nadi cepat dan lemah serta
penurunan tekanan nadi, hipotensi, kaki dan tangan dingin, kulit lembab dan pasien
tampak gelisah.

Kriteria Laboratoris: 1) trombositopenia (100.000/mm3 atau kurang); 2)


hemokonsentrasi, dapat dilihat dari peningkatan hematokrit 20% atau lebih menurut
standar umur dan jenis kelamin. DBD cepat tersebar dari satu penderita ke penderita lain,
hal ini disebabkan karena peran nyamuk Aedes aegypti sebagai penyebar penyakit ini.
Bahkan satu gigitan nyamuk yang membawa virus penyakit ini mampu menularkan
penyakit pada orang yang sehat.

Nyamuk yang berperan dalam penularan DBD adalah nyamuk Aedes aegypti.
Nyamuk ini hidup di daerah yang beriklim tropis dan sub tropis seperti Asia, Afrika,
Australia, dan Amerika. Nyamuk ini hidup dan berkembang biak pada tempat-tempat
penampungan air bersih yang tidak langsung berhubungan dengan tanah seperti bak
mandi/wc. Tempat minuman burung, air tendon, air tempayan/gentong, kaleng, ban
bekas dan lain-l. Perkembangan hidup nyamuk Aedes aegypti dari telur hingga dewasa
memerlukan waktu sekitar 10-12 hari.

Hanya nyamuk betina yang menggigit dan menghisap darah serta memilih darah
manusia untuk mematangkan telurnya. Umur nyamuk Aedes aegypti betina berkisar
antara 2 minggu sampai 3 bulan atau rata-rata 1,5 bulan, tergantung dari suhu dan
kelembaban udara di sekelilingnya. Kemampuan terbangnya berkisar antara 40-100 m
dari tempat perkembangbiakannya. Tempat istirahat yang disukai nyamuk ini adalah
bendabenda yang tergantung yang ada di dalam rumah seperti gorden, kelambu dan baju
di kamar yang gelap dan lembab.

Kepadatan nyamuk ini akan meningkat pada waktu musim hujan, dimana
terdapat genangan air bersih yang dapat menjadi tempat berkembang biakan nyamuk
(Ambarwati, dkk.). Menurut Suroso dan Umar (1999) pemberantasan nyamuk Aedes
aegypti sebagai vektor penular DBD dapat dilakukan dengan cara: a) fogging, yaitu
pengasapan untuk membunuh nyamuk dewasa; b) abatisasi, yaitu penaburan abate
dengan dosis 10 gr untuk 100 liter air pada tampungan air yang ditemukan jentik
nyamuk; c) penyuluhan dan penggerakan masyarakat dalam PSN (Pemberantasan Sarang
Nyamuk) dengan 3 M, yaitu menguras, menutup tampungan air dan mengubur barang-
barang bekas yang dapat menjadi sarang nyamuk.

7
Tujuan dari fogging adalah untuk membunuh sebagian besar vektor infektif
dengan cepat, sehingga rantai penularan segera dapat diputuskan. Selain itu kegiatan ini
juga bertujuan untuk menekan kepadatan vektor selama waktu yang cukup sampai
dimana pembawa virus tumbuh sendiri (Iskandar, dkk, 1985).

Alat yang digunakan untuk fogging terdiri dari portable thermal fog machine
dan ultra low volume ground sprayer mounted. Dalam program pemberantasan DBD
racun serangga untuk fogging yang digunakan adalah golongan organophosporester
insectisida seperti malathion, sumithion, fenithrothion, perslin dan lain-lain. Dosis yang
dipakai untuk malathion murni adalah 438 gr/hektar. Namun untuk pelaksanaan fogging
dengan fog machine malathion harus diencerkan dengan penambahan solar atau minyak
tanah sehingga menjadi larutan dengan konsentrasi 4-5%. Cara pembuatan larutan
tersebut dapat dilakukan dengan cara: 1) 1 liter malathion 96% EC + 19 liter solar = 20
liter malathion 4,8%; atau 2) 1 liter malathion 50% EC + 10 liter solar = 11 liter
malathion 4,5 %.

2.4 Pengertian Penyemprotan Nyamuk

Penyemprotan nyamuk adalah salah satu pekerjaan yang dilakukan oleh


operator pest control yang sistem pekerjaannya adalah dengan melakukan Fogging
(pengasapan) disekitar lingkungan yang sudah ada manusia kena gigitan nyamuk demam
berdarah dan mengakibatkan manusia tersebut menjadi sakit. Untuk menghindari agar
nyamuk demam berdarah tidah bersarang dilingkungan anda diutamakan kebersihan
daripada lingkungan dan disarankan dilakukan Fogging (pengasapan) yang dikerjakan
oleh badan usaha yang profesional. prima professional siap untuk membantu anda
apabila ada terindikasi menderita demam berdarah.

2.5 Alat-alat Penyemprotan


1. SwingFog.

Swingfog adalah pengasapan insektisida dengan mesin swingfog


dilaksanakan dengan cara menyemprotkan insektisida ke dalam bangunan rumah
atau lingkungan sekitar rumah diharapkan nyamuk yang berada dihalaman maupun
didalam rumah terpapar dengan isektisida dan dapat dibasmi. Upaya untuk

8
menekan laju penularan penyakit DBD salah satunya ditunjukkan untuk
mengurangi kepadatan vektor DBD secara kimiawi yang dikenal dengan istilah
pengasapan (fogging) yaitu menggunakan alat yang diberi nama swingfog.

Fogging adalah untuk membunuh sebagian besar vektor infektife dengan


cepat, sehingga rantai penularan segera dapat diputuskan. Selain itu kegiatan ini
juga bertujuan untuk menekan kepadatan vektor selama waktu yang cukup sampai
dimana pembawa virus tumbuh sendiri. Alat yang digunakan untuk fogging terdiri
dari portable thermal fog machine dan ultra low volume ground sprayer mounted.

Fogging yang efektif dilakukan pada pagi hari sekitar pukul 07.00 sampai
dengan 10.00 dan sore hari pukul 15.00 sampai 17.00, bila dilakukan pada siang
hari nyamuk sudah tidak beraktiftas dan asap fogging mudah menguap karena
udara terlalu panas. Fogging sebaiknya jangan dilakukan pada keadaan hujan
karena sia-sia saja melakukan pengasapan.Fogging dapat memutuskan rantai
penularan DBD dengan membunuh nyamuk dewasa yang mengandung virus .
namun, fogging hanya efektif selama dua hari. Selain itu, jenis insektisida yang
digunakan untuk fogging ini juga harus ganti-ganti untuk menghindari resistensi
dari nyamuk.

Selama 40 tahun terakhir, bahan kimia telah digunakan untuk membasmi


nyamuk bagi kesehatan masyarakat saat ini banyak bermunculan fenomena
resistensi terhadap bahan insektisida yang umum digunakan, antara lain: malathion,
temephos, tenthion, permethrin, profoxur, dan fenithrothion. Cara itu sangat lazim
digunakan pada saat outbreak terutama pada bulam-bulan kritis seranga DBD.

Walaupun bahan aktif yang digunakan itu tidak selalu efektif


mengendalikan vektor karena dibeberapa tempat, Aedes sudah menunjukkan
resistensi terhadap beberapa insektisida yang digunakan. Hampir semua populasi
aedes aegypti menunjukkan ketahanan terhadap insektisida pyrethroid, permethrin,
dan deltamethrin. Kalaupun pengasapan masih digunakan hasilnya hanya dapat
menghalau atau membunuh naymuk dewasa tetapi tidak termasuk larvanya.

Pengasapan dengan malathion 4 persen dengan pearut solar, yang dinilai


masih efektif hanya mampu membunuh nyamuk dewasa pada radius 100-200
meter dari jarak terbang nyamuk yang hanya efektifitas satu sampai dua. Dalam

9
kondisi seperti itu, penggunaan insektisida selain kurang efektif dan mahal juga
berbahaya mterhadap kesehatan dan lingkungan.

- Bahaya Fogging:
 Dapat mengganggu saluran pernapasan
 Bila dilakukan fogging terus menurun nyamuk dapat kebal terhadap bahan
kimia.
 Dapat mengakibatkan keracunan terhadap makanan yang terkena asap fogging.

- Cara-cara Pelaksanaan Fogging:

Selama ini masyarakat begitu mengandalkan fogging untuk menekan laju


penularan penyakit DBD. Karena itu ada beberapa hal penting yang perlu kita
ketahui mengenai fogging antara ain sebagai berikut:

 Bahwa fogging efektif untuk membasmi vektor atau nyamuk Aedes agyepti
dewasa saja karena itu upaya fogging saja tidaklah terlal efekif untuk menekan
laju penularan DBD dimasyarakat meski tidak berarti upaya melakuka fogging
sia-sia.
 Efek fogging hanya efektif bertahan selama dua hari.
 Selain itu, jenis insektisida yang dipergunnakan mesti diganti secara periodik
untuk menghindari kekebalan (resistensi nyamuk Aedes).
- Hal-hal yang diperhatikan dalam pelaksanaan fogging dengan swingfog untuk
mendapatkan hasil yang optimal adalah sebagai berikut:
 Konsentrasi larutan dan cara pembuatannya. Untuk malathion, konsentrasi
larutan adalah 4-5%.
 Nozzle yang dipakai harus sesuai dengan bahan pelarut yang digunakan dan
debit keluaraan yang diinginkan.
 Jarak moncong mesin dengan target maksimal 100 meter.
 Kecepatan berjalan ketika memfogging, untuk swingfog kurang lebih 500
m2 atau 2/3 menit untuk satu rumah dan halamnnya.
 Waktu fogging disesuaikan dengan kepadatan/aktifitas puncak dari nyamuk,
yaitu 06.00 sampai 10.00.

Dalam pelaksanaan foging ini pun telah diperhatikan hal-hal diatas


shingga diharapkan hasilnya juga optimimum . Mesin pengabut Swing Fog

10
dengan bahan bakar bensin yang dikembangkan oleh Motan, bekerja berdasarkan
prinsip semburan berpulsa. Campuran bahan bakar bensin dan udara secara berseri
dibakar dalam ruang pembakaran yang berbentuk khusus pada getaran sekitar 90
pulsa per detik.

Gas hasil pembakaran keluar melalui pipa yang lebih kecil dari ruang
pembakaran. Larutan bahan kimia diujung resonator, lewat arus pulsa gas,
kemudian pecah menjadi jutaan partikel kecil, dihembuskan ke udara dalam bentuk
kabut tebal. Temperatur diujung resonator, tempat cairan bahan kimia mengalir
berkisar antara 40 sampai 60 derajat Celcius tanpa mengurai komposisi bahan
aktif, larutan bahan kimia yang terkena panas disini, tidak lebih dari 4 sampai 5
mili detik. Oleh sebab itu bahan kimia yang peka terhadap panas dapat dipakai.

Pada sistem kerja mesin pengabut ini, tidak ada bagian bagian suku
cadang yang bergerak. Tenaga listrik yang berasal dari 4 buah batu batere biasa,
hanya digunakan untuk menghidupkan mesin.

2. Spraycan

Alat yang satu ini hanya digunakan untuk penyemprotan nyamuk malaria.
Berbentuk seperti alat penyemprot hama. Tidak membutuhkan bahan bakar untuk
menghidupkannya. Tetapi dengan menggunakan udara. Cara kerjanya yaitu,
dengan menyemprotkan bahan aktifnya ( ICON ) yang dicampur dengan air ke
dinding rumah. Output yang dikeluarkannya adalah berbentuk cairan.

Kelebihannya : efektif dalam waktu yang lama. Kurang lebih 2-3 bulan. Fungsinya
menahan nyamuk masuk kedalam rumah dan menghindari nyamuk menempel pada
dinding dalam dan luar rumah.

Kekurangan : membutuhkan waktu yang lama dalam pengerjaanya. Sangat beracun


bagi manusia terutama anak-anak.

3. Penyemprot Biasa dan Hand Auto Maizer

Ini sering kita gunakan dirumah tangga. Dan banyak dijual di pasaran.
Cara kerjanya hanya menyemprotkan bahan aktif racun nya ke udara. Output yang
dikeluarkannya adalah berbentuk cairan.

Kelebihannya : dapat dikerjakan oleh siapa saja. Murah dan mudah.

11
Kekurangannya : hanya untuk skala kecil dan rumah tangga.

4. Max Blower

Alat yang digunakan untuk merekatkan residu pada tempat sampah atau
danau-danau, rawa-rawa dan lain-lain yang sasarannya yaitu pada larva lalat untuk
menghambat pertumbuhan dari larva lalat serta yang utamanya yaitu larva dari
nyamuk Anopheles.Penggunaan dari Max Blower ini yaitu disemprotkan pada
tempat sampah dan untuk di danau yaitu max blower dibawa mengelilinggi danau
dengan menggunakan perahu.

2.6 Pemberantasan vektor


Aedes aegypti merupakan vektor utama dari penyakit DBD. Untuk mengatasi
DBD, sampai saat ini belum ditemukan obat anti virus dengue yang efektif. Ada
beberapa cara pemberantasan vektor (Soegijanto, 2004) sebagai berikut di bawah ini :
a. Pengendalian Cara Kimia

Pemberantasan jentik nyamuk Aedes aegypti yang menggunakan bahan


kimia biasanya untuk wadah peralatan rumah tangga yang tidak dapat
dimusnahkan atau diatur. Jangka panjang sistem pemberantasan jentik dengan
kimiawi (larvasida) sulit dilaksanakan dan membutuhkan biaya yang relatifmahal.
Penerapan sistem semacam ini dipergunakan apabila hasil surveilan dan vektor
menunjukkan adanya periode berisiko tinggi dan di lokasi wabah mungkin muncul
(Depkes RI, 2000).

b. Pengendalian Biologis

Penerapan pengendalian biologis yang ditunjukkan langsung pada


jentikjentik vektor dengue. Pengendalian hayati atau sering disebut pengendalian
biologis dilakukan dengan menggunakan kelompok hidup baik dari golongan
mikroorganisme, hewan invertebrata atau hewan vertebrata. Sebagai pengendalian
hayati dapat berperan sebagai patogen dan parasit. Sebagai patogen seperti dari
golongan virus, bakteri, jamur atau protozoa dapat dikembangkan sebagai
pengendali hayati larva nyamuk di tempat perindukannya (Soegijanto, 2004).

c. Pengendalian Cara Radiasi

12
Pengendalian dengan cara radiasi yaitu dengan memberikan radiasi pada
nyamuk jantan dengan bahan radioaktif dosis tertentu sehingga menjadi mandul,
meskipun nanti akan berkopulasi dengan nyamuk betina tetapi nyamuk tidak akan
dapat menghasilkan telur yang fertil (Soegijanto, 2004).

d. Pengendalian Lingkungan
Metode lingkungan yang digunakan untuk mengendalikan nyamuk Aedes
aegypti dan Aedes albopictus serta mengurangi kontak vektor manusia adalah
melakukan PSN, pegelolaan sampah modifkasi tempat perkembangbiakan buatan
manusia dan perbaikan lingkungan rumah (Depkes RI, 2000). Upaya lain yang
dapat dilakukan adalah memberantas nyamuk dewasa dan jentiknya.

e. Pemberantasan Jentik
Kegiatan 3M yaitu menguras bak mandi, tempayan dan TPA minimal 1
kali seminggu ( perkembangbiakan telur menjadi nyamuk dewasa membutuhkan
waktu 7-10 hari), menutup TPA dengan rapat-rapat dan mengubur /menyingkirkan
kaleng-kaleng bekas, botol-botol pecah dan benda lain yang memungkinkan
nyamuk untuk bersarang.
1. Memelihara hewan pemakan jentik seperti ikan kepala timah, ikan gufi dan
lain-lain.
2. Memberantas jentik Aedes aegypti dengan menggunakan temephos (abate).
Pasir abate (sand granules) dimasukkan kedalam tempat bersarang nyamuk
dengan dosis yang digunakan 1 ppm atau 1 gram abate SG 1% per 10 liter air
yang mempunyai efek residu 3 bulan. Racun pembasmi jentik ini aman,
meskipun digunakan di TPA yang digunakan oleh manusia.
f. Pemberantasan Nyamuk Dewasa
Pemberantasan nyamuk dewasa dapat dilakukan dengan insektisida
golongan organophospat, misalnya: malathion, parathion, dan diazinon. Terdapat
pula jenis pyretroid sintentik, misalnya: fermion.

Penyemprotan (fogging) dengan menggunakan insektisida memang dapat


mematikan nyamuk sehingga penularan penyakit dapat dihentikan, tetapi jika
jentiknya masih ada dan dibiarkan hidup, maka penyebaran penyakit akan terulang
lagi karena dalam waktu singkat akan muncul nyamuk-nyamuk baru yang menetas
dari tempat perkembangbiakan atau perindukannyaPada setiap kejadian DBD

13
dilakukan fogging 1 kali siklus dengan interval 1 minggu untuk membasmi
nyamuk dewasa.

Fogging dilakukan di dalam rumah maupun diluar rumah, hal ini


mengingat kebiasaan nyamuk Aedes aegypti yang hinggap pada tumbuh-tumbuhan
atau benda-benda tergantung di dalam maupun di luar rumah (Soegijanto, 2004).

2.7 Tindakan Pencegahan


Tindakan yang terbaik memang seharusnya dilakukan secara dini dan
difokuskan melalui PSN. Menurut (Depkes RI, 2000) PSN dapat pula dilakukan dengan
cara :
1. Pemakaian kasa, pemakaian kasa pada ventilasi yang dilakukan merupakan
pencegahan fisik terhadap nyamuk yang bertujuan agar nyamuk tidak sampai
masuk ke rumah ataupun kamar tidur, sehingga dengan tidak adanya nyamuk
masuk ke rumah, maka kemungkinan nyamuk untuk menggigit semakin kecil.
2. Pemakaian kelambu, bertujuan sama dengan pemakaian kasa hanya fokusnya
pada wilayah tempat tidur.
3. Menghindari kebiasaan menggantungkan pakaian, hal ini berhubungan langsung
dengan tempat peristirahatan nyamuk. Nyamuk betina lebih menyukai beristirahat
pada gantungan pakaian.

14
BAB III

METODE PRAKTIKUM

3.1 Waktu dan Lokasi Praktikum


Hari/Tanggal : Senin, 7 Mei 2018
Waktu : 10.00 WIB
Lokasi : Bengkel Kampus Kesling Surabaya

3.2 Alat dan Bahan


 Fog mechine
 Jerigen
 Pestisida Cair
 Bensin
 Solar
 Corong

3.3 Prosedur Kerja


1) Menyiapkan semua peralatan yang diperlukan
2) Memasukkan larutan pestisida dan bensin sesuai dengan tempatnya pada fog
mechine
3) Hidupkan fog mechine dengan cara :
a. Tekan bulb (dipompa) beberapa kali hingga mesin hidup
b. Atur kran bensin hingga bunyi mesin terdengar normal dan stabil
c. Arahkan fog mechine ketempat yang akan di fog
d. Membuka kran larutan lalu asap akan menyembur keluar dari moncong
mesin
e. Jika sudah, kran larutan ditutup kembali hingga asap tidak menyembur keluar
dari moncong mesin. Matikan mesin dengan cara memutar kran bensin
sampai angka 0 pada arah panah.

15
BAB IV
PEMBAHASAN

4.1 Pembahasan

Upaya pemberantasan vektor penyakit DBD dengan menggunakan fogging


merupakan upaya terakhir yang harus dilakukan hanya apabila kondisi penyebaran
penyakit benar-benar sangat membahayakan bagi masyarakat . karena efek dari fogging
yang bersifat racun dan dapat membunuh atau dapat meracuni makluk hidup lainnya .
Pengendalian menggunakan fogging harus dilaksanakan pada penaggulangan kejadian
luar biasa (KLB) dimana vektor di berantas untuk memutus rantai penularan penyakit.
Selain itu dalam melakukan fogging harus disesuaikan dengan saat dimana vektor
banyak dan suka menggigit seperti vektor DBD yang biasanya banyak pada pagi sampai
sore hari. Sehingga pagi sampai sore merupakan saat yang baik untuk fogging. Dalam
melakukan pengendalian menggunakan fogging haruslah merupakan pilihan terakhir
setelah pemberantasan sarang nyamuk tidak efektif mengurangi vektor DBD.
Fogging hanya dapat membunuh nyamuk dewasa saja, artinya larva dan telur
nyamuk masih dapat tumbuh menjadi vektor baru yang juga dapat menularkan DBD.
Oleh karena itu fogging harus dilengkapi juga dengan beberapa usaha yaitu dengan
PSN, 3M +, serta menggunakan larvasida untuk membunuh jentik dan telur nyamuk.
Fogging dapat kurang efektif apabila tidak ditindaklanjuti dengan gerakan 3M+.
Fogging yang efektif dilakukan pada pagi hari sekitar pukul 07.00 sampai
dengan 10.00 karena kecepatan angin yang tidak terlalu tinggi serta suhu udara belum
terlalu tinggi. apabila fogging dilakukan pada siang hari nyamuk sudah tidak beraktiftas
dan asap fogging mudah menguap karena udara terlalu panas. Selain itu Fogging
sebaiknya tidak dilakukan pada keadaan hujan karena asap akan terlarut oleh air.
Dalam melakukan pemberantasan vektor penyakit demam berdarah dengan
menggunakan fogging kita harus dapat mengetahui fungsi dari setiap bagian yang ada
pada alat fogging. Hal utama yang harus diperhatikan adalah memeriksa keamanan dari
alat fogging. Hal ini untuk memastikan agar tidak terjadi hal yang tidak diinginkan pada
saat melakukan fogging. Lalu isikan tangki bahan bakar dengan bensin, isikan tangki
insektisida dengan campuran Solar dan mallathion.
Adapun cara fogging yaitu dengan menyiapkan semua peralatan yang
diperlukan dan periksa lokasi yang akan di fogging, memasukkan larutan pestisida,

16
bensin dan bateray sesuai dengan tempatnya pada fog machine, memasang nozzle yang
sesuai, menghidupkan fog machine dengan cara. Jika menggunakan mesin puls fog buka
kran bensin secukupnya, kemudian tekan bulb (dipompa) beberapa kali hingga mesin
hidup. Setelah itu untuk menyalakannya yaitu dengan cara memutar kran ke kiri sampai
full lalu pompa sampai mesin menyala. Atur kran bensin dan katup udara hingga bunyi
mesin terdengar normal dan stabil. Lalu kalungkan tali swing fog dan angkat dengan
kedua tangan. Arahkan pada bagian yang akan di fogging lalu putar kran solar untuk
membuat mesin fogging mengeluarkan asap. Jika dirasa semua bagian dari tempat
tersebut sudah penuh dengan asap lalu tutup kran solar dan pindahlah keruangan lainnya.
Jika diterapkan pada penyemprotan dirumah warga maka hal yang harus
dilakukan yang paling utama adalah mengajak pemilik rumah untuk keluar dari rumah
berikut dengan hewan peliharaan. Jika masih ada makanan yang tersimpan didalam
rumah maka harus ditutupi agar tidak terkena efek dari fogging. Fogging harus dilakukan
dengan 3 orang yakni 1 orang pemegang fogging dan 2 orang sebagai pemeriksa rumah
dari warga yang mungkin masih berada didalam rumah.mulailah dengan mengabuti
bagian rumah yang paling dalam kemudian berjalan keluar sambil memastikan semua
ruangan rumah sudah tertutupi dengan asap. Jika sudah tertutup semua akses untuk
keluarnya asap dan di biarkan selama 60 menit agar semua nyamuk terbunuh.

17
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil praktikum yang didapat, fogging atau pengasapan merupakan
salah satu kebijakan atau upaya yang bertujuan dalam menekan angka kejadian DBD
(Demam Berdarah Dengue) dengan cara melakukan pengendalian vektor DBD. Alat
yang digunakan di dalam pengasapan adalah Swingfogg alat ini terdiri dari 2 buah
bateray yang digunakan dalam 1 buah mesin dan 2 buah busi baru yang digunakan untuk
1 mesin dan perhatikanlah arah mata angin pada saat melakukan pengasapan searah
dengan mata angin. Dalam proses pencampuran malation dalam satu buah swingfogg
adalah campurkan larutan malation/sinop dengan solar dengan perbandingan 20 : 1
artinya 1 liter malation/sinop dengan 20 liter solar, dan waktu yang efektif didalam
melakukan foging adalah dari pukul 06:00-10.00 pagi.

5.2 Saran
 Sebaiknya pelaksanaan foging dilakukan pada pagi hari
 Sebaiknya mahasiswa Kesehatan Lingkungan mampu dan terampil
mengoperasikan alat swingfog untuk menekan penyebaran nyamuk penyebab
penyakit demam berdarah
 Fogging harus dilengkapi juga dengan beberapa usaha yaitu dengan PSN, 3M +,
serta menggunakan larvasida untuk membunuh jentik dan telur nyamuk.

18

Anda mungkin juga menyukai