Anda di halaman 1dari 5

Pelayanan Puskesmas Wonosobo 1 Sangat

Buruk
Abdul Hakim

Jum'at, 29 September 2017 - 23:52 WIB

Foto/Ilustrasi/SINDO
A+ A-
WONOSOBO - Pelayanan petugas puskesmas Wonosobo 1 Sidojoyo, Jawa Tengah, sangat
mengecewakan warga. Banyak pasien mengeluhkan buruknya pelayanan yang dilakukan
petugas puskesmas.

Salah satunya, saat penanganan persalinan dan ruang pendaftaran yang sering membuat
pasien terlantar berjam-jam. Buruknya pelayanan ini menimpa pasien terutama bagi
pemegang kartu BPJS.

Di puskesmas itu, meski terdapat fasilitas running text untuk menayangkan nomor antrean,
namun tidak difungsikan. Petugas hanya menyediakan kotak untuk menumpuk kartu berobat.

Buruknya pelayanan puskesmas ini disampaikan salah satu pasien Ny Mustaghfiroh (32).
Warga RT 3 RW 6 Kelurahan Pagerkukuh Kecamatan Wonosobo pada Rabu (20/9/2017)
pagi menunggu 3 jam untuk mendapatkan imunisasi anaknya yang hanya membutuhkan
waktu 5 menit.

Pada waktu itu, dia mengikuti prosedur antrean bersama pasien lain menggunakan kartu
berobat dan kartu BPJS. Sekitar pukul 09.30 WIB kartu diminta ditumpuk di tempat
pendaftaran karena nomor antrean yang semestinya diterima pasien habis. Kondisi ruang
antrean juga tidak memadai sehingga membuat sebagian pasien berdiri dan duduk di lantai
puskesmas.

Hingga pukul 12.00 WIB belum mendapatkan panggilan kemudian oleh petugas
menginformasikan masih diproses. ”Sejumlah pasien berseragam dinas PNS yang datang
setelah saya sudah dilayani. Tidak ada nomor antrean yang jelas merugikan pasien,” katanya.

Ny Mustaghfiroh memilih pindah tempat ke ruang imunisasi bersama anaknya yang baru
berusia 20 hari. Sekitar 30 menit menunggu atau pukul 12.30 WIB, seluruh pasien di ruang
imunisasi sudah tidak ada lagi.

“Nunggu 3 jam, pemeriksaan hanya sekitar 5 menit. Saya kemudian diperiksa bidan meski
tanpa nomor antrean. Setelah selesai mengambil kartu berobat dan BPJS masih di tempat
pendaftaran. Awalnya tidak boleh diambil alasan nanti akan dikirim petugas dan harus
sabar,” katanya.

Ny Mustagfiroh membeberkan, saat melahirkan di puskesmas 1 September lalu juga tidak


ada bidan jaga meski tertulis persalinan 24 jam. Saat itu, sekitar pukul 16.30 WIB bayi yang
dikandungnya akan segera lahir, namun hanya ada perawat sehingga proses persalinan harus
menunggu bidan hingga pukul 19.40 malam.

Dia pun terpaksa melahirkan di ruang nifas, bukan di ruang khusus proses melahirkan.
Parahnya petugas piket atau penjaga tak ada satu pun yang bertugas di tempat.

Pasien lain, Darwati (45) asal Brokoh juga membenarkan buruknya pelayanan puskemas
tersebut. Darwati mengaku terpaksa pulang karena menunggu 2 jam tidak ada kepastian
antrean. Kata dia, sudah dua kali mengalami kejadian tersebut sehingga hal itu sudah menjadi
kebiasaan di puskesmas.

Kepala Puskesmas Wonosobo 1 Lilis Handayani mengatakan, mesin antrean sedang rusak
sehingga pihaknya menggunakan antrean manual. Menurutnya, pasien yang sudah sering ke
puskesmas bisa mengambil antrean, kemudian pulang dan kembali ke puskesmas lagi
sehingga tidak terlalu lama antre.

Dia membantah kalau pelayanan persalinan buruk dan pihak petugas diakuinya sudah
menjalankan sesuai prosedur. Menurut dia, pasien Ny Mustagfiroh sudah ditangani bidan dan
apabila dalam setiap 4 jam didapatkan kemajuan belum perlu dilakukan rujukan hal itu sesuai
prosedur klaim BPJS.

Sementara itu, Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Wonosobo Junaidi mengaku akan
melakukan evaluasi terhadap puskesmas tersebut. ”Kami akan segera melakukan evaluasi,”
katanya.

sindonews

 Home

 Jabar

 Jateng

 DIY

 Jatim

 Palembang

 Medan

 Makassar

 Manado

 Batam

 Nusantara

 Indeks

 Daerah
 Manado

 Valentino Warouw Reportase


 Powerbank Meledak, Rumah di Karame Terbakar
 Remaja Pengedar Obat Terlarang di Manado Ditangkap Polisi
 Kehilangan Perawan di Kosan Teman, Gadis Manado Lapor Polisi
 more

PHOTO

 Walhi Gelar Temu Rakyat Pengelola Sumber Daya Alam

 Gerindra Resmi Usung Sudirman Said di Pilgub Jawa Tengah


 Sinergi dengan 12 Bank, Mandiri Genjot Penetrasi E-Money

 ICMI Terima Kunjungan PDI Perjuangan


 more

3 Pekan Tak Dapat Pelayanan Maksimal di


RSUP Kandou, Ibu Meninggal saat
Persalinan
Valentino Warouw

Senin, 8 Mei 2017 - 18:37 WIB

Ayah korban menangis di dekat jenazah, Hesty Toweka, (31), yang meninggal karena tidak
mendapat pelayanan maksimal dari RSUP Kandao, Manado, Senin (8/5/2017).Koran
SINDO/Valentino Warouw
A+ A-
MANADO - Hesty Toweka, (31), warga pendatang dari Tobelo, Halmahera Utara,
meninggal bersama anaknya saat proses persalinan di RSUP Kandou, Manado, Senin
(8/5/2017) pukul 06.00 Wita. Diduga Hesty tidak mendapatkan penangganan medis yang
maksimal sehingga nyawanya tidak tertolong saat hendak persalinan.

Suami korban Desti Kalibato, (28), mengatakan, pertama kali sang istri masuk RS di Tobelo
dan dirujuk ke RSUP Kandou Manado. Terhitung sampai saat ini, sang istri sudah selama tiga
pekan berada di RSUP Kandou. "Kami menginap sudah tiga minggu. Saya sudah sampaikan,
istri saya sakit dan sudah tidak tahan lagi untuk melahirkan," ujarnya.

Desti mengatakan, saat itu dokter menjanjikan akan melakukan operasi pada Rabu 3 Mei
2017, namun dibatalkan secara sepihak tanpa pemberitahuan. "Hari Rabu bukan dioperasi,
malahan dokter diganti. Kami pun tidak menerima pemberitahuan mengenai pembatalan
operasi," tegasnya.

Desti menambahkan, pada Jumat 5 Mei 2017, istrinya mengalami koma dan tidak mendapat
penanganan apa pun dari dokter. Akhirnya, istrinya meninggal dan dokter pun membiarkan
begitu saja.

"Kami sangat kecewa terhadap rumah sakit, padahal saat itu istri saya sudah mengeluh sakit
dan sudah setujui untuk dioperasi untuk melahirkan. Tapi tidak ada tindakan hingga istri dan
anak saya meninggal," tuturnya.

Direktur RSUP Kandou Manado dr Maxi Rondonuwu melalui Kepala Bidang Pelayanan
Medik RSUP Kandou Manado, dr Hanry Takasenseran mengatakan, akan menindaklanjuti
keluhan keluarga Desti Kalibato. "Tadi kami langsung menerima keluarga dan mendengar
keluhan mengenai meninggalnya Hesty Toweka," pungkasnya.
(wib)

Anda mungkin juga menyukai