MEMUTUSKAN
Menetapkan :
KESATU : Panduan Pengurangan Risiko Pasien Jatuh pada Rumah Sakit
Jiwa Provinsi Bali sebagaimana tercantum dalam lampiran
yang tidak terpisahkan dari keputusan ini.
DITETAPKAN DI : BANGLI
PADA TANGGAL : 12 JANUARI 2015
DIREKTUR RUMAH SAKIT JIWA
PROVINSI BALI
LAMPIRAN
PANDUAN
A. Pengertian
Assesmen resiko jatuh adalah pengkajian pasien terhadap resiko jatuh. Jatuh
adalah keadaan dimana seseorang mengalami jatuh dengan atau tanpa disaksikan
orang lain, tidak disengaja / tidak direncanakan dengan arah jatuh ke lantai
dengan atau tanpa cedera. Penyebab jatuh dapat meliputi faktor fisiologis
(pingsan) atau lingkungan (lantai licin).
Intrinsik Ekstrinsik
(Berhubungan dengan pasien) (Berhubungan dengan
lingkungan)
Dapat Riwayat jatuh sebelumnya Lantai basah / silau, ruang
diperkirakan Inkontinensia
berantakan, pencahayaan
Gangguan kognitif / psikologis
Gangguan keseimbangan / kurang, kabel longgar / lepas
Alas kaki tidak pas
mobilitas Dudukan toilet yang rendah
Usia> 65 tahun Kursi atau tempat tidur beroda
Osteoporosis Rawat inap berkepanjangan
Status kesehatan yang buruk Peralatan yang tidak aman
Peralatan rusak
Tempat tidur ditinggalkan
dalam posisi tinggi
C. Etiologi Jatuh:
1. Ketidaksengajaaan: 31%
2. Gangguan gaya berjalan/keseimbangan: 17%
3. Vertigo: 13%
4. Serangan jatuh (drop attack): 10%
5. Gangguan kognitif: 4%
6. Hipotensi postural: 3%
7. Gangguan visus: 3%
8. Tidak diketahui: 18%
D. Ruang Lingkup
1. Panduan ini diterapkan kepada semua pasien rawat inap, pasien Instalasi
Gawat Darurat ( IGD) dan pasien yang akan menjalani suatu prosedur.
2. Pelaksana Panduan ini adalah dokter dan perawat
E. Tata Laksana
1. Asesmen Risiko Jatuh
a. Pasien dewasa dan lanjut usia menggunakan Modifikasi Skala Jatuh
Hendrich II sebagai berikut.
skor
Parameter skala
pasien
F. Dokumentasi
1. Gelang pasien
2. Lembar rekam medis
3. Lembar ceklist monitoring
MONITORING
LANGKAH-LANGKAH PENANGANAN
PASIEN DENGAN GELANG RISIKO JATUH
NO LANGKAH HARI HARI HARI
1 Transfer pasien ke bangsal harus menggunakan
alat bantu (kursi roda/brankar)
2 Lakukan orientasi kamar inap kepada pasien.
3 Posisi tempat tidur rendah, roda terkunci, kedua
sisi pegangan tempat tidur terpasang dengan
baik.
4 Pantau efek obat-obatan, kalau perlu dilakukan
fiksasi pasien setelah dilakukan penyuntikan
obat antipsikotik, antiepilepsi dan
benzodiazepin.
5 Tawarkan bantuan ke kamar mandi/
penggunaan pispot.
6 Kunjungi dan amati pasien setiap 2 jam oleh
petugas medis.
7 Lokasi kamar tidur berdekatan dengan pos
perawat (nurse station)