Anda di halaman 1dari 7

A.

Latar Belakang
Usia lanjut merupakan proses alami yang tidak dapat dihindarkan.
Taha dewasa merupakan tahap tubuh mencapai titik maksimal, setelah itu
tubuh akan mulai menyusut dikarenakan berkurangnya jumlah sel-sel yang
ada dalam tubuh. Sebagai akibatnya tubuh akan mengalami penurunan
fungsi secara perlahan dan penurunan fungsi tersebut yang sering
dikatakan proses penuaan (Maryam dkk, 2008). Proses penuaan atau
menjadi tua adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan-lahan
kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri, mengganti dan
mempertahankan fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap
infeksi dan memperbaiki kerusakan yang diderita (Nugroho, 2008). Proses
penuaan pada lansia menimbulkan berbagai penyakit yang disebabkan
karena organ-organ tubuh yang mengalami proses penuaan yang
mengalami penurunan fungsi sehingga menjadi rentan terhadap timbulnya
penyakit yang bersifat multiorgan (Pudjiastuti & Utomo, 2002). Lansia
(lanjut usia) merupakan usia yang beresiko tinggi terhadap penyakit-
penyakit degeneratif, seperti penyakit jantung koroner (PJK), diabetes
melitus, gout (reumatik), kanker dan salah satu penyakit paling sering
diderita oleh lansia adalah hipertensi (Darmojo, 2010).
Lansia dengan tekanan darah tinggi mulai mengalami peningkatan,
lebih dari separuh populasi orang berusia diatas 60 tahun dengan tekanan
darah diatas 140 mmHg untuk tekanan darah sistolik dan diatas 90 mmHg
untuk tekanan darah diastoliknya (Palmer dan Williams, 2007).
Diperkirakan pada tahun 2025 akan mengalami peningkatan dan penderita
tekanan darah tinggi diperkirakan mencapai 1,6 miliar orang di seluruh
dunia, khususnya pada lansia akan mengalami peningkatan yaitu sekitar
1,2 miliar jiwa (Bandiyah,2009). Kejadian Hipertensi di Bali setiap
tahunnya mengalami peningkatan pada tahun 2010 berjumlah 8.837, tahun
2011 berjumlah 17.779, tahun 2012 berjumlah 88.092 dan pada tahun
2013 penderita hipertensi berjumlah 108.295 (Dinkes Provinsi Bali, 2013).
Berdasarkan data puskesmas 1 Denpasar utara tahun 2011 didapatkan
angka kejadian hipertensi pada lansia berjumlah 1415 orang lansia, dan
pada tahun 2012 terjadi peningkatan, dimana lansia yang mengalami
hipertensi berjumlah 1495 orang lansia. Peningkatan kejadian hipertensi
pada lansia di masa sekarang ini dikarenakan terjadinya perubahan gaya
hidup masyarakat secara global. Mudahnya mendapatkan makanan siap
saji membuat masyarakat lebih sering mengkonsumsi makanan siap saji
sehingga kurang mengkonsumsi sayuran segar dan makanan yang berserat,
hal tersebut membuat konsumsi garam, lemak, gula dan kalori semakin
meningkat (Agrina, Rini dan Haritama, 2011). Disamping itu gaya hidup
modern yang penuh dengan kesibukan membuat orang kurang olah raga,
berusaha mengatasi stress dengan merokok, dan minum alkohol atau kopi,
dan kita ketahui bahwa semua hal tersebut termasuk dalam daftar
penyebab meningkatnya resiko hipertensi.
Hipertensi merupakan faktor utama penyakit-penyakit
kardiovaskular yang merupakan penyebab kematian tertinggi di Indonesia,
(Tumenggung, 2013). Hipertensi dikategorikan sebagai penyakit the silent
disease karena klien dengan hipertensi tidak mengetahui atau bahkan tidak
menyadari dirinya hipertensi sebelum memeriksa tekanan darahnya.
Hipertensi adalah suatu keadaan dimana tekanan darah seseorang berada
diatas batas normal yaitu 120 mmHg untuk sistolik dan 80 mmHg untuk
diastoliknya (Agrina, Rini, dan Hairitama, 2011). Hipertensi yang terjadi
dalam jangka waktu lama dan terus menerus dapat memicu terjadinya
stroke, serangan jantung, gagal jantung dan merupakan penyebab gagal
ginjal kronik (Purnomo, 2009) Upaya pencegahan terhadap pasien
hipertensi bisa dilakukan melalui mempertahankan berat badan,
menurunkan kadar kolesterol, mengurangi konsumsi garam, diet tinggi
serat, mengkonsumsi buah-buahan dan sayuran serta menjalankan hidup
secara sehat seperti mempertahankan berat badanideal, diet rendah garam,
pengurangan stress dan latihan atau olahraga fisik secara teratur (Ridwan,
2002). Indonesia sendiri kesadaran untuk melakukan pencegahan
hipertensi, kekambuhan dan komplikasi dari hipertensi masih sangat
rendah (Notoadmojo, 2003). Rendahnya kesadaran keluarga untuk
memeriksakan tekanan darahnya secara rutin dan memiliki pola makan
yang tidak sehat serta kurangnya olah raga merupakan pemicu terjadinya
peningkatan kasus hipertensi (Hamid, 2013). Keluarga merupakan support
system utama bagi pasien hipertensi dalam mempertahankan
kesehatannya, keluarga memegang peranan penting dalam perawatan
maupun pencegahan. Peran keluarga yaitu mengenal gejala hipertensi,
mampu mengambil keputusan untuk melakukan tindakan yang tepat untuk
menolong klien hipertensi, mampu memberikan asuhan keperawatan pada
anggota keluarga yang menderita hipertensi dalam mengatasi masalahnya
dan meninngkatkan produktivitas keluarga yang mengalami hipertensi
(Ridwan, 2002).
Dukungan keluarga merupakan suatu bentuk perilaku melayani
yang dilakukan keluarga, baik dalam bentuk dukaungan emosional
(perhatian dan kasih sayang), dukungan penghargaan (menghargai dan
memberikan umpan balik positif), dukungan informasi (saran, nasihat,
informasi) maupun dukungan dalam bentuk instrumental (bantuan tenaga,
uang dan waktu) (Menurut Bomar, 2004). Dukungan sosial dapat
diberikan kepada anggota keluarga dalam merawat dan meningkatkan
status kesehatannya adalah dengan memberikan rasa nyaman, perhatian,
penghargaan, dan pertolongan atau memberikan pelayanan dengan sikap
menerima kondisinya (Tumenggung, 2013).
Berdasarkan hasil studi pendahuluan pada tanggal 2 November
2014 di kelurahan Tonja, didapatkan delapan dari 10 lansia yang memiliki
tekanan darah tinggi mengatakan tekanan darahnya sering meningkat
karena tidak patuh menjalankan diet. Hal tersebut dikarenakan kurangnya
dukungan dari keluarga seperti misalnya, makanan mereka tidak
dipisahkan secara khusus dengan keluarga yang tidak mengalami
hipertensi, mereka juga mengatakan sulit melakukan terapi ramuan (air
rebusan daun salam) karena tidak sempat membuat ramuannya. Semua
lansia yang diwawancarai mengatakan sangat perlu dukungan dari
keluarga seperti dorongan semangat, perhatian, nasihat, waktu, tenaga dan
informasi dari keluarga untuk mendukung mereka dalam melaksanakan
dietnya. Berdasarkan hal tersebut, mengingat kepatuhan diet sangat
berpengaruh terhadap peningkatan tekanan darah pada lansia dengan
hipertensi, dan dukungan keluarga sangat berperan penting dalam
penatalaksanaan diet pada lansia dengan hipertensi, maka peneliti tertarik
melakukan penelitian mengenai hubungan dukungan keluarga terhadap
kepatuhan penatalaksanaan diet pada lansia dengan hipertensi.

B. Diagnosa Keperawatan

Gangguan rasa aman (cemas) terhadap komplikasi berhubungan dengan


ketidakmampuan keluarga merawat dan mengenal masalah dengan
hipertensi

C. Kegiatan
Pada pertemuan ini,perawat akan melakukan salah satu asuhan
keperawatan bersama keluarga yaitu tindakan latihan keseimbangan pada
lansia dengan hipertensi

D. Tujuan Kegiatan
1. Tujuan Umum
Untuk memperoleh informasi tentang masalah kesehatan yang dialami
oleh klien guna pembuatan rencana asuhan keperawatan pada klien
khususnya mengenai hipertensi.
2. Tujuan Khusus
Mendapatkan data-data klien yang meliputi:
a. Riwayat klien/data biografis
b. Riwayat keluarga
c. Riwayat pekerjaan
d. Riwayat lingkungan hidup
e. Riwayat rekreasi
f. Sumber/sistem pendukungyang digunakan
g. Status keadaan saat ini
h. Status kesehatan masa lalu
i. Riwayat penggunaan obat-obatan
j. Riwayat keluarga & penyakit keluarga

E. Prosedur Pelaksanaan
1. Metode
Pengetahuan keluarga tentang hipertensi di kaji terlebih dahulu
baru kemudian diberikan penjelasan dan dilakukan terapi pengontrol
hipertensi pada lansia, Tahapan intervensi yaitu:
a. Persiapan
 Lingkungan :
- Ruangan kondusif, tenang, privasi klien terjaga
- Alur lingkungan senyaman dan setenang mungkin agar klien
mudah berkonsentrasi
 Alat dan bahan :
- Leaflet
 Keluarg :
Keluarga bersedia mengikuti proses implementasi untuk lansia
dengan hipertensi
 Klien :
- Memberikan penjelasan kepada klien
b. Pelaksanaan
 Menjelaskan tentang mengontrol tekanan darah
 Menjelaskan tentang manfaat terapi pengontrol tekanan darah
 Membantu lansia melakukan terapi pengontrol tekanan darah
c. Waktu dan tanggal
 Hari dan tanggal :
 Waktu :
 Tempat :
No. Kegiatan Waktu
1. a. Menjelaskan maksud dan kedatangan 5 menit
b. Menbuat kontrak dan waktu
c.Memperkenalkan pembimbing ke
keluarga
2. a. Menanyakan kabar hari ini 10 menit
b. Mengukur tekanan darah klien
3. Implentasi asuhan keperawatan keluarga 40 menit
dimulai dengan mengevaluasi pendidikan
kesehatan yang telah dilakukan pada
pertemuan sebelumnya dan menjelaskan
serta mendesmontrasikan terapi pengontrol
tekanan darah
4. Fase Terminasi 5 menit
a. Menanyakan ke keluarga apakah
ada hal yang ingindi utarakan
kmebali
b. Mengakhiri kontrak pertemuan hari
ini dan membuat kontrak untuk
pertemuan selanjunya
.
d. Evaluasi
1. Struktur
a) Klien dan keluarga mengetahui tentang penyakit hipertensi dan
terapi pengontrol penurunan keseimbangan tekanan darah
b) Perawat mampu menjaga kesehatan keluarga
c) Tersedia ruangan yang kerahasiaan keluarga
d) Tersedia lingkungan yang nyaman
2. Proses
a) Perawat mampu mengevaluasi pendidikan kesehatan yang sudah
dilakukan
b) Keluarga dapat mengikuti implemantasi asuhan keperawatan
keluarga dari awal sampai selesai
c) Proses implentasi berjalan secara sistematis sesuaui rencana

3. Hasil
a) Respon Verbal
b) Klien diharapkan mengaatakan klien rileks
c)Klien diharapkan mau didampingi oleh perawat keluarga
melakukan penurunan tekanan darah
d) Klien diharapkan tampak tenang
e) Klien diharapkan dapat melakukan kembali

Mengertahui Padang, 29 Maret 2018


Dosen Mahasiswa

(............................) (...................................)

Anda mungkin juga menyukai