STATUS PASIEN
I. ANAMNESA
A. Identitas Pasien
Nama : Ny. A
Umur : 56 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Pekerjaan : Pedagang
Alamat : Mlangsen, Sukoharjo
Status : Menikah
Tanggal Masuk : 24 Mei 2017
Tanggal Periksa : 30 Mei 2017
No RM : 0137xxxx
B. Keluhan Utama
Nyeri pinggang bawah sejak 1 bulan SMRS.
Fungsi Motorik :
Kekuatan Tonus
555 555 N N
555 555 N N
C. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Hasil pemeriksaan radiologi (23 / 05 / 2017) di RSDM
a. Foto thoraks PA/Lateral:
Cor: besar dan bentuk normal
Paru tampak fibroinfiltrat disertai cavitas di sekitarnya di
suprahilus hingga apeks paru bilateral
Sinus costophrenicus kanan kiri anterior posterior tajam
Retrosternal dan retrocardiac space dalam batas normal
Hemidiaphragma kanan kiri normal
Trakea di tengah
Tak tampak lesi osteolitik/osteoblastik
Kesan :
Tb paru
IV. PLAN
IVFD NaCl 0.9% 20 tpm
Diet nasi DM TKTP 1500 kkal
Injeksi Ketorolac 30 mg / 12 jam iv (k/p) jika nyeri hebat
Injeksi Mecobalamin 500 mcg / 24 jam iv
Gabapentin 100 mg/8 jam po
Ibuprofen 400 mg/8 jam po
Amitriptilin 25 mg/24 jam po
Tizanidine 1 tablet/12 jam po
Simvastatin 20 mg/24 jam po
Metformin 3x500 mg po
Candesartan 16 mg/24 jam po
Terapi OAT dilanjutkan
Plan Diagnostik
MRI lumbosakral
BAB II
FOLLOW UP
Tanggal Follow Up
31/05/2017 S : Nyeri pinggang bawah
DPH 7
O:
Tekanan darah : 160/90 mmHg
Denyut nadi : 92x/menit
Respirasi : 18 x/menit
Suhu : 37,4 oC
VAS : 4-5
Kesadaran : GCS E4V5M6
Fungsi luhur : dalam batas normal
Meningeal sign : (-)
Nn. Craniales
N.II, III : pupil isokor (3mm/3mm), refleks
cahaya (+/+)
N.III, IV, VI : gerak bola mata dbn
N VII , XII : dalam batas normal
Fungsi motorik :
Kekuatan Tonus R. Fisiologis R. Patologis
555 555 N N +2 +2 + +
555 555 N N +3 +3 + +
A:
Klinis : Low back pain
Topis : Thoracolumbal
Etiologi : Spondilosis lumbalis
P:
1. IVFD NaCl 0,9% 20 tpm
2. Inj ketorolac 30 mg/24 jam
3. Inj mecobalamin 500 mg/12 jam
4. Gabapentin 300 mg /8 jam p.o
5. Ibuprofen 400 mg/8 jam p.o
6. Amitriptilin 25mg/24 jam p.o
7. Simvastatin 20 mg/24 jam p.o
8. Myonep 50 mg/8jam p.o
9. Lain – lain sesuai TS paru
Plan :
MRI Thoracolumbal
Fungsi motorik :
Kekuatan Tonus R. Fisiologis R. Patologis
555 555 N N +2 +2 + +
555 555 N N +3 +3 + +
A:
Klinis : Low back pain
Topis : Thoracolumbal
Etiologi : Spondilosis lumbalis
P:
1. IVFD NaCl 0,9% 20 tpm
2. Inj ketorolac 30 mg/24 jam
3. Inj mecobalamin 500 mg/12 jam
4. Gabapentin 300 mg /8 jam p.o
5. Ibuprofen 400 mg/8 jam p.o
6. Amitriptilin 25mg/24 jam p.o
7. Simvastatin 20 mg/24 jam p.o
8. Myonep 50 mg/8jam p.o
9. Lain – lain sesuai TS paru
Plan :
MRI Thoracolumbal
Fungsi motorik :
Kekuatan Tonus R. Fisiologis R. Patologis
555 555 N N +2 +2 + +
555 555 N N +3 +3 + +
A:
Klinis : Low back pain
Topis : Thoracolumbal
Etiologi : Spondilosis lumbalis
P:
1. IVFD NaCl 0,9% 20 tpm
2. Inj ketorolac 30 mg/24 jam
3. Inj mecobalamin 500 mg/12 jam
4. Gabapentin 300 mg /8 jam p.o
5. Ibuprofen 400 mg/8 jam p.o
6. Amitriptilin 25mg/24 jam p.o
7. Simvastatin 20 mg/24 jam p.o
8. Myonep 50 mg/8jam p.o
9. Lain – lain sesuai TS paru
Plan :
Mengurus protokol MRI Thoracolumbal
Fungsi motorik :
Kekuatan Tonus R. Fisiologis R. Patologis
555 555 N N +2 +2 + +
555 555 N N +3 +3 + +
A:
Klinis : Low back pain
Topis : Thoracolumbal
Etiologi : Spondilosis lumbalis dd spondylitis TB
P:
1. IVFD NaCl 0,9% 20 tpm
2. Inj ketorolac 30 mg/24 jam
3. Inj mecobalamin 500 mg/12 jam
4. Gabapentin 300 mg /8 jam p.o
5. Ibuprofen 400 mg/8 jam p.o
6. Amitriptilin 25mg/24 jam p.o
7. Simvastatin 20 mg/24 jam p.o
8. Myonep 50 mg/8jam p.o
9. Lain – lain sesuai TS paru dan interna
Plan :
Menunggu jadwal MRI Thoracolumbal 8 Juni 2017
Fungsi motorik :
Kekuatan Tonus R. Fisiologis R. Patologis
555 555 N N +2 +2 + +
555 555 N N +3 +3 + +
A:
Klinis : Low back pain, hipoestesi setinggi myelum Th VI
Topis : Thoracolumbal
Etiologi : Spondylitis TB
P:
1. IVFD NaCl 0,9% 20 tpm
2. Inj ketorolac 30 mg/24 jam
3. Inj mecobalamin 500 mg/12 jam
4. Gabapentin 300 mg /8 jam p.o
5. Ibuprofen 400 mg/8 jam p.o
6. Amitriptilin 25mg/24 jam p.o
7. Simvastatin 20 mg/24 jam p.o
8. Myonep 50 mg/8jam p.o
9. Rifampisin 1x450mg p.o
10. INH 1x300 mg p.o TS Paru
11. B6 1x10 mg p.o
Plan :
Menunggu jadwal MRI Thoracolumbal 8 Juni 2017
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
2) Segmen thoracal: terdiri atas 12 tulang yang juga dikenal sebagai tulang
dorsal. Procesus spinosus pada tulang ini terhubung dengan tulang rusuk.
Kemungkinan beberapa gerakan memutar dapat terjadi pada tulang ini.
5) Segmen coccyx: terdiri atas 4 tulang yang juga tergabung tanpa celah
antara 1 dengan yang lainnya. Tulang coccyx dan sacrum tergabung menjadi
satu kesatuan dan membentuk tulang yang kuat.
Gambar 3.1 Columna vertebralis dan saraf spinal
3.2. Spondilitis TB
Spondilitis tuberculosis (TB) adalah infeksi Mycobacterium
tuberculosis pada tulang belakang. Spondilitis TB sangat berpotensi
menyebabkan morbiditas serius, termasuk defi sit neurologis dan
deformitas tulang belakang yang permanen. Diagnosis dini spondilitis TB
sulit ditegakkan dan sering disalahartikan sebagai neoplasma spinal atau
spondilitis piogenik lainnya. Diagnosis biasanya baru dapat ditegakkan
pada stadium lanjut, saat sudah terjadi deformitas tulang belakang yang
berat dan defisit neurologis yang bermakna seperti paraplegia.
Pada tahun 2005, World Health Organization (WHO)
memperkirakan bahwa jumlah kasus TB baru terbesar terdapat di Asia
Tenggara (34 persen insiden TB secara global), termasuk Indonesia. Satu
hingga lima persen penderita TB, mengalami TB osteoartikular. Separuh
dari TB osteoartikular adalah spondilitis TB. Penderita TB di Negara
berkembang yang berusia muda diketahui lebih rentan terhadap spondilitis
TB daripada usia tua. Sedangkan di negara maju, usia munculnya
spondylitis TB biasanya pada dekade kelima hingga keenam
3.2.1 Patofisiologi
Spondilitis TB dapat terjadi akibat penyebaran secara
hematogen/limfogen melalui nodus limfatikus para-aorta dari fokus
tuberkulosis di luar tulang belakang yang sebelumnya sudah ada. Pada
anak, sumber infeksi biasanya berasal dari fokus primer di paru,
sedangkan pada orang dewasa berasal dari fokus ekstrapulmoner (usus,
ginjal, tonsil). Dari paru, kuman dapat sampai ke tulang belakang melalui
pleksus venosus paravertebral Batson.
Lesi tuberkulosis pada tulang belakang dimulai dengan inflamasi
paradiskus. Setelah tulang mengalami infeksi, hiperemia, edema sumsum
tulang belakang dan osteoporosis terjadi pada tulang. Destruksi tulang
terjadi akibat lisis jaringan tulang, sehingga tulang menjadi lunak dan
gepeng terjadi akibat gaya gravitasi dan tarikan otot torakolumbal.
Selanjutnya, destruksi tulang diperberat oleh iskemi sekunder akibat
tromboemboli, periarteritis, endarteritis. Karena transmisi beban gravitasi
pada vertebra torakal lebih terletak pada setengah bagian anterior badan
vertebra, maka lesi kompresi lebih banyak ditemukan pada bagian anterior
badan vertebra sehingga badan vertebra bagian anterior menjadi lebih
pipih daripada bagian posterior. Resultan dari hal-hal tersebut
mengakibatkan deformitas kifotik. Deformitas kifotik inilah yang sering
disebut sebagai gibbus.
Cold abscess dapat terbentuk jika infeksi spinal telah menyebar ke
otot psoas (disebut juga abses psoas) atau jaringan ikat sekitar. Cold
abscess dibentuk dari akumulasi produk likuefaksi dan eksudasi reaktif
proses infeksi. Abses ini sebagian besar dibentuk dari leukosit, materi
kaseosa, debris tulang, dan tuberkel basil. Abses di daerah lumbar akan
mencari daerah dengan tekanan terendah hingga kemudian membentuk
traktus sinus/fistel di kulit hingga di bawah ligamentum inguinal atau
region gluteal.
Defisit neurologis oleh kompresi ekstradural medula spinalis dan
radiks terjadi akibat banyak proses, yaitu: 1) penyempitan kanalis spinalis
oleh abses paravertebral, 2) subluksasio sendi faset patologis, 3) jaringan
granulasi, 4) vaskulitis, trombosis arteri/ vena spinalis, 5) kolaps vertebra,
6) abses epidural atau 7) invasi duramater secara langsung. Selain itu,
invasi medula spinalis dapat juga terjadi secara intradural melalui
meningitis dan tuberkulomata sebagai space occupying lesion
Gambar 1. Gibbus
3.2.3 Pemeriksaan Penunjang
1. Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium memberikan hasil peningkatan
laju endap darah (LED) dan tuberculin tes positif
2. Foto Polos
Foto polos vertebra menunjukkan gambaran destruksi
korpus vertebra terutama di bagian anterior, kolaps vertebra,
diskus intervertebralis menyempit bahkan hancur, juga
gambaran abses paravertebral, berupa bayangan di daerah
paravertebra.
3. CT Scan
CT-scan dapat memperlihatkan dengan jelas sklerosis
tulang, destruksi badan vertebra, abses epidural, fragmentasi
tulang, dan penyempitan kanalis spinalis. CT myelography juga
dapat menilai dengan akurat kompresi medula spinalis apabila
tidak tersedia pemeriksaan MRI. CT scan dapat juga berguna
untuk memandu tindakan biopsi perkutan dan menentukan luas
kerusakan jaringan tulang
Gambar 3. Pencitraan CT-scan pasien spondilitis TB
potongan aksial setingkat T 12. Pada CT-scan dapat terlihat destruksi
pedikel kiri vertebra L3 (panah hitam), edema jaringan perivertebra
(kepala panah putih), penjepitan medula spinalis (panah kecil putih),
dan abses psoas (panah putih besar)
4. MRI
MRI merupakan pencitraan terbaik untuk menilai
jaringan lunak. Kondisi badan vertebra, diskus intervertebralis,
perubahan sumsum tulang, termasuk abses paraspinal dapat
dinilai dengan baik dengan pemeriksaan ini. Pencitraan ini juga
dapat membedakan antara tuberculosis dengan piogenik
3.2.4 Tatalaksana
Tujuan penatalaksanaan untuk eradikasi infeksi, mencegah atau
memperbaiki defisit neurologi dan deformitas tulang belakang.
Penatalaksanaan primer adalah medikamentosa yang utamanya yaitu obat
anti tuberculosis (OAT).
a. Kategori-1 : 2(HRZE) / 4(HR)3
Paduan OAT ini diberikan untuk pasien baru:
• Pasien TB paru terkonfirmasi bakteriologis.
• Pasien TB paru terdiagnosis klinis
• Pasien TB ekstra paru
Appley GA, Solomon L. Ortopedi dan fraktur sistem apley. Jakarta: Widya
Medika; 2013.
Bagian Neurologi. 2014. Neurologi untuk Dokter Umum. Surakarta: Sebelas
Maret University
Guyton AC dan Hall JE. Buku ajar fisiologi kedokteran. Edisi 11. Jakarta: EGC;
2008.
Kemenkes RI. 2014. Pedoman Nasional Pengendalian Tuberkulosis. Jakarta:
Kementrian Kesehatan RI
Snell RS. Anatomi klinik untuk mahasiswa kedokteran. Edisi 6. Jakarta: EGC;
2006.